Anda di halaman 1dari 122

Budidaya

Ikan Dewa
Budidaya
Ikan Dewa

Penyusun:
Otong Zenal Arifin | Jojo Subagja
Sidi Asih | Anang Hari Kristanto

Penerbit IPB Press


Jalan Taman Kencana No. 3
Bogor - Indonesia

C.01/05.2019
Judul Buku:
Budidaya Ikan Dewa
Tim Penyusun:
Otong Zenal Arifin
Jojo Subagja
Sidi Asih
Anang Hari Kristanto
Penyunting Bahasa:
Tania Panandita
Desain Sampul & Penata Isi:
Alfyandi
Sumber Illustrasi Sampul:
https://www.jitunews.com/read/16842/budidaya-ikan-batak-tertarik-mencoba
Jumlah Halaman:
102 + 20 halaman romawi
Edisi/Cetakan:
Cetakan 1, Mei 2019
Korektor:
Dwi M Nastiti

PT Penerbit IPB Press


Anggota IKAPI
Jalan Taman Kencana No. 3, Bogor 16128
Telp. 0251 - 8355 158 E-mail: penerbit.ipbpress@gmail.com

ISBN: 978-602-440-756-8

Dicetak oleh IPB Press Printing, Bogor - Indonesia


Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan

© 2019, HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit
Prakata

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberi nikmat sehat kepada penulis sehingga buku yang berjudul
BUDIDAYA IKAN DEWA dapat terselesaikan. Buku ini tersusun dari
beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dan kajian di
beberapa tempat dalam rangka diseminasi teknologi budidaya ikan dewa.
Ikan dewa (Tor soro) mempunyai beberapa keunggulan dikaitkan
dengan penamaan, mitos, tekstur, kandungan neutrositikal dan harga. Ikan
ini mempunyai sejarah tersendiri di dalam perkembangannya. Pada jaman
Hindia Belanda ikan ini dikenal sebagai Java Salmon, ikan ini mempunyai
nama lain yaitu ikan dewa, kancra (Jawa Barat), semah (Sumatra Selatan dan
Jambi), garing (Sumatra Barat), dan ikan jurung (Aceh). Di Jawa Barat, ikan
ini dikaitkan dengan mitos tentara Prabu Siliwangi, sedangkan di Sumatra
Utara, sering kali ikan ini disajikan dalam acara adat, sebagai seserahan
dalam acara perkawinan, sedangkan orang Tionghoa mempunyai mitos
membawa hoki dan panjang umur bila mana memelihara ikan ini. Ikan Dewa
disukai masyarakat karena mempunyai tekstur dagingnya, selain itu ikan ini
mempunyai kandungan albumin yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan
untuk bahan baku obat yang digunakan dalam penyembuhan pascaoperasi.
Ikan Dewa mempunyai nilai jual yang tinggi sehingga dapat dimasukan
kedalam golongan ikan konsumsi eksklusif.
Sejalan dengan program pelestarian ikan spesifik lokal, yang telah
dicanangkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan, kegiatan domesetikasi
ikan Tor soro dimulai dengan pengumpulan data dan informasi yang meliputi
(identifikasi secara fenotipe dan genotipe, adaptasi terhadap lingkungan eksitu
dan pengamatan variasi perkembangan telur), dilanjutkan dengan komponen
teknologi yang meliputi (pemijahan menggunakan berbagai konsetrasi
hormon, pemeliharaan larva dan pendederan benih) dan penyusunan paket
teknologinya dengan bekerja sama dengan pemerintah daerah di Sumatra dan
Jawa.
Budidaya Ikan Dewa

Diharapkan buku ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi yang


diperlukan bagi pembudidaya dan juga bagi kalangan penggiat ikan lainnya.
Buku ini mengupas teknologi budidaya ikan Dewa secara lugas dan mudah
dipahami oleh pembaca. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Balai
Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan Bogor yang
telah memfasilitasi kegiatan penelitian dari mulai koleksi sampai penguasaan
teknologi budidayanya, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Aceh Tenggara,
Aceh Tengah, Solok Selatan, Putusibau, Jambi, Jawa Barat, dan lainnya yang
telah bekerja sama dalam upaya mendesiminasikan teknologi perbenihan ikan
ini di daerah.
Kami menyadari bahwa buku ini masih memiliki kekurangan dan
kesalahan, untuk itu saran dan masukan dalam penyempurnaan lebih lanjut
sangat diharapkan

Penyusun

vi
Sambutan

Kepala Pusat Riset Perikanan


Saya sebagai Kepala Pusat Riset Perikanan,
Badan Riset dan Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan
Perikanan menyambut baik kehadiran buku
yang ditulis oleh peneliti Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan,
Bogor. Para peneliti tersebut telah lama
mendalami kegiatan domestikasi ikan spesifik
lokal khususnya ikan Torsoro.
Buku ini mengupas tentang budidaya ikan
Tor soro yang dimulai dari domestikasi sampai
ke analisa ekonominya dengan harapan para
stakeholder dapat menggunakan informasi yang
Dr. Toni Ruchimat terkandung dalam buku ini sebagai referensinya
dalam menjalankan budidaya ikan Tor soro.
Harapan kami semoga buku ini dapat menambah dan memperkaya ilmu
pengetahuan dan teknologi budidaya ikan spesifik lokal khususnya ikan Tor
soro. Semoga buku ini bermanfaat bagi masyarakat yang membacanya.
Budidaya Ikan Dewa

Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Ikan


Mahseer Indonesia (PPIMI)
Puji syukur kita panjatkan ke khadirat Allah
SWT atas terbitnya buku Budidaya Ikan Dewa
atau Kancera atau Torsoro atau Java Salmon
atau Mahseer. Buku ini sangat kami nantikan,
mengingat buku ini dapat menjadi panduan
dan patokan untuk semua anggota PPIMI
dalam menjalankan usaha budidayanya. Pada
gilirannya dengan adanya buku ini dalam
konteks pengembangan usaha akhirnya kami
memiliki kepastian untuk meningkatkan usaha
dalam skala yang lebih besar dan jaringan kerja
Setra Yuhana yang lebih luas dan lebih kuat.
Terima kasih kepada tim penulis, Insya Allah buku ini akan sangat bermanfaat
bagi semua insan yang concern terhadap ikan Dewa. Semoga Allah SWT
melimpahkan Rahmat Hidayah dan Keberkahan.

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

viii
Sambutan

Ketua Asosiasi Ikan Seluruh Indonesia


(ASIASI)
Fir ma Tondi Matogu horasma Tondi Mandingn.
Manang tudia hita marnilangka jumpa najilahan
dapot naniluluan......
Horas.......
Dengan berkah Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang serta berlimpah karunia diberikan
atas terbitnya buku Budidaya Ihan Batak
atau ikan Dewa atau ikan Torsoro atau ikan
Kancera atau ikan Java Salmon atau Mahseer.
Bahwa dengan diterbitkannya Buku ini, Kami
Mangatur generasi muda Indonesia khususnya generasi
muda Batak manjadi sadar dan melek budaya
Simanjuntak, ST.
bahwa peninggalan leluhur haruslah dijaga dan
dilestarikan. Selain itu, sebagai Organisasi dan para anggota ASIASI sangat
terbantu untuk mendapatkan informasi yang tentunya dapat mendukung
program-program pengembangan usaha budidaya Ihan Batak yang kami
usung.
Terima kasih kepada Tim Penulis yang sudah mencurahkan waktu, tenaga
dan hasil buah pemikiran untuk terciptanya buku ini. Kami ASIASI akan
mendukung dan mendoakan senantiasa berkah dan Rahmat Hidayah Tuhan
Yang Maha Pengasih dan Penyayang kepada Tim Penulis Buku ini. Aamiin.

HORAS..... HORAS...... HORAS

ix
Budidaya Ikan Dewa

Duta Ikan Dewa


Buku ini menjadi salah satu bentuk kepedulian
terhadap warisan budaya bangsa, kelestarian
sumberdaya ikan asli Indonesia dan kelestarian
lingkungan melalui upaya budidaya. Buku
yang mengupas ikan asli Indonesia perlu
disertai dengan penyebarluasan ikan DEWA
ke seluruh Nusantara, baik dijadikan sebagai
ikan budidaya maupun untuk dilepasliarkan di
perairan umum (Stocking dan Restocking).
Sebagai Duta Ikan Dewa, saya mengucapkan
selamat atas terbitnya buku ini, semoga
Yuke Sampurna bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai panduan
“Dewa 19” dalam budidaya ikan dewa di masyarakat.

x
Sambutan

Chef Nega
Ikan dewa merupakan ikan yang sangat special,
selain memiliki background historical, nutritive
value pada daging ikan dewa sangat tinggi,
tekstur dagingnya sangat lembut dan rasa dari
dagingnya pun netral tidak amis seperti ikan air
tawar pada umumnya, sehingga untuk dijadikan
sajian sashimi dan sushi sangat memungkinkan.
Dengan marketing yang tepat, saya yakin ikan
dewa dapat bersaing dengan jenis ikan apa pun
di pasar Internasional, ini bisa menjadi salah
satu komoditi eksport Indonesia di bidang
Fahmi Nega perikanan. Dalam buku ini saya coba sajikan
Nugraha menu yang sangat sesuai untuk memasak ikan
Dewa. Selamat mencoba.

Semoga bermanfaat

xi
Daftar Isi

Prakata........................................................................................................ v
Sambutan.................................................................................................. vii
Daftar Isi.................................................................................................. xiii
Daftar Tabel...............................................................................................xv
Daftar Gambar.........................................................................................xvii

I. Pendahuluan..................................................................................... 1
Ikan Air Tawar Indonesia................................................................... 1
Sebaran Populasi................................................................................ 1
Nilai Ekonomi Ikan Dewa................................................................. 2
Nilai Budaya Ikan Dewa.................................................................... 4

II. Pengenalan Jenis............................................................................... 9


A. Jenis Ikan Tor di Dunia................................................................. 9
B. Jenis Ikan Tor di Indonesia.......................................................... 10

III. Domestikasi Ikan–ikan Dewa (Tor soro)...................................... 19


Koleksi populasi (GRAFIS).............................................................. 19
Karakteristik Fenotipe...................................................................... 20
Adaptasi terhadap Pakan Buatan ..................................................... 25
Penandaan (Tagging)........................................................................ 25
Pembentukan Generasi Pertama (G1).............................................. 26
Pembentukan Generasi (G2) ........................................................... 27

IV. Budidaya Ikan Dewa...................................................................... 31


A. Pembenihan ................................................................................ 31
B. Pendederan.................................................................................. 45
C. Pembesaran................................................................................. 57
Budidaya Ikan Dewa

V. Pakan dan Pemberian Pakan.......................................................... 65


A. Kebutuhan Nutrisi Ikan Dewa.................................................... 65
B. Jenis dan Cara Pemberian Pakan.................................................. 66

VI. Penyakit dan Cara Pengendalian................................................... 69


A. Jenis Penyakit dan Target Infeksi.................................................. 69
B. Gejala dan Pengendalian Penyakit................................................ 69
C. Tips dan Trik Mengatasi Penyakit Ikan Dewa.............................. 70

VII. Panen dan Penanganan Pasca Panen............................................. 71


A. Cara Panen.................................................................................. 71
B. Penanganan Pasca panen.............................................................. 72
C. Pengolahan Ikan Dewa................................................................ 77

VIII. Analisis Ekonomi Budidaya Ikan Nila.......................................... 81


A. Analisis Usaha Pembenihan......................................................... 81
B. Analisis Usaha Pendederan 1 Ikan Dewa...................................... 83
C. Analisis Usaha Pendederan 2 Ikan Dewa..................................... 85
D. Analisis Usaha Pembesaran 1 (Gelondongan).............................. 86
E. Analisis Usaha Pembesaran (Konsumsi)....................................... 87

Profil Sukses Budidaya Ikan Dewa.......................................................... 89


Pustaka...................................................................................................... 93
Penulis....................................................................................................... 97

xiv
Daftar Tabel

Tabel 1. Koleksi ikan Dewa (Tor Soro) di Instalasi Riset


Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk............................... 20
Tabel 2. Deskripsi morfologi ikan Dewa asal lokasi dari
Pasawahan-Kuningan, Sumedang (Jawa Barat)
dan Ambarita (Sumatera Utara)................................................... 21
Tabel 3. Koleksi tetua pembentuk G1....................................................... 26
Tabel 4. Parameter sifat kimia dan fisika air di Instalasi Riset
Plasma Nutfah Perikanan Budidaya Air Tawar
Cijeruk, Bogor............................................................................. 32
Daftar Gambar

Gambar 1 Sebaran populasi ikan Tor di Indonesia.................................... 2


Gambar 2 Habitat alam ikan dewa di Sungai Alas Aceh Tenggara............. 5
Gambar 3 Habitat ikan Tor di Aek Sirambe Sumatera Utara.................... 5
Gambar 4 Wisata ikan Dewa di Cibulan Kuningan.................................. 6
Gambar 5 Sungai Parsariran Batang Toru Sumatera Utara........................ 7
Gambar 6 Kolam ikan sengkaring di Pasuruan......................................... 7
Gambar 7 Ikan Neolissochilus longipinnis................................................. 10
Gambar 8 Ikan Neolissochilus sumatranus................................................ 11
Gambar 9 Ikan batak Neolissochilus thienemanni..................................... 12
Gambar 10 ikan tambra Tor tambra.......................................................... 12
Gambar 11 Ikan sapan Tor tambroides...................................................... 14
Gambar 12 Ikan semah Tor douronensis.................................................... 15
Gambar 13 Ikan dewa Tor soro................................................................. 17
Gambar 14 Sirip pungung (Dorsal fin).........................................................22
Gambar 15 Sirip dada (Pectoral fin).......................................................... 22
Gambar 16 Sirip perut (Ventral fin).......................................................... 22
Gambar 17 Sirip dubur (Anal fin)............................................................ 22
Gambar 18 Sirip ekor (Caudal fin)........................................................... 22
Gambar 19 Sungut................................................................................... 22
Gambar 20 Operculum ikan jantan........................................................... 23
Gambar 21 Operulum ikan betina............................................................ 23
Gambar 22 Bagian perut.......................................................................... 23
Gambar 23 Jumlah sisik Linea Lateralis.................................................... 23
Budidaya Ikan Dewa

Gambar 24 Bagian punggung................................................................... 23


Gambar 25 Dendogram ikan dewa dari Ragawacana,
Sumedang, Pesawahan, dan Gandasoli................................... 24
Gambar 26 Dendogram ikan dewa dari Sumedang, Bahorok,
Tarutung, Aek Sirambe, dan Asahan...................................... 24
Gambar 27 Pemasangan chip tagging ....................................................... 26
Gambar 28 Pembacaan tagging pada ikan dewa........................................ 26
Gambar 29 Kolam pemeliharaan induk dan pemijahan ikan dewa........... 32
Gambar 30 Perkembangan musiman modul diameter telur
dan kisaran maksimum-minimum ikan dewa
selama 9 bulan pengamatan................................................... 34
Gambar 31 Perubahan suhu air kolam selama 9 bulan pengamatan.......... 34
Gambar 32 Skema pemijahan semi buatan............................................... 36
Gambar 33 Pemeriksaan Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
ikan dewa melalui metode kanulasi........................................ 38
Gambar 34 Penyuntikan hormon gonadotropin (Ovaprim)
untuk mempercepat proses ovulasi telur................................ 38
Gambar 35 Pengalinan striping telur pada pemijahan secara buatan.......... 39
Gambar 36 Telur ikan dewa..................................................................... 39
Gambar 37 Skema pemijahan buatan ikan dewa...................................... 40
Gambar 38 Fase perkembangan embrio telur ikan dewa........................... 41
Gambar 39 Corong penetasan Artemia dan aquarium
dengan sistem resiskulasi........................................................ 42
Gambar 40 Aquarium pemeliharaan larva................................................ 42
Gambar 41 Bak serat gelas pemeliharaan benih, menggunakan
sistem air resirkulasi bio-filter................................................ 42
Gambar 42 Pemeliharaan pendederan pada sistem indoor resirkulasi........ 44
Gambar 43 Skema pendederan 1 ikan dewa di indoor hatchery................. 46
Gambar 44 Desain kolam tembok sistem air mengalir.............................. 49

xviii
Daftar Gambar

Gambar 45 Sistem resirkulasi outdoor....................................................... 52


Gambar 46 Skema pendederan 2 ikan dewa............................................. 54
Gambar 47 Pendederan ikan dewa di kolam mengalir.............................. 56
Gambar 48 Pemeliharaan ikan dewa pada sistem kolam air deras............. 62
Gambar 49 Panen ikan dewa di kolam air deras....................................... 72
Gambar 50 Pengangkutan benih ikan dewa.............................................. 75

xix
I. Pendahuluan

Ikan Air Tawar Indonesia


Potensi ikan air tawar asli di Indonesia sangat besar khususnya di
Indonesia bagian barat, di Pulau Sumatera terdapat 272 spesies endemik
30 spesies, Pulau Jawa 132 jenis endemik 12 spesies, Pulau Kalimantan 394
spesies endemik 149 spesies, Pulau Sulawesi 68 spesies endemik 52 spesies
(Kottelat et al. 1993). Dari sekian banyak, baru sebagian kecil jenis yang
sudah dimanfaatkan sebagai ikan budidaya di antaranya adalah ikan baung,
betutu, jelawat, lele lokal, gurame, mata merah, mujaer, nilem, patin jambal,
tambakan, tawes, sepat, betok, gabus, dan udang galah. Beberapa jenis ikan
lokal potensial yang belum dapat dibudidayakan tetapi telah dimanfaatkan
dari hasil penangkapan dari alam dikhawatirkan akan terganggu kelestariannya
di masa mendatang. Produksi ikan budidaya air tawar saat ini masih didominasi
oleh jenis ikan introduksi di antaranya ikan koan, lele dumbo, mas, mola,
nila, bawal air tawar, dan patin siam.
Hasil analisis komoditas perikanan di beberapa provinsi di Pulau Sumatera
dan Pulau Kalimantan diketahui beberapa jenis ikan air tawar yang potensial
untuk dikembangkan sebagai ikan budidaya di antaranya ikan ‘empurau’ (Tor
tambroides), ‘tengadak’ (Barbodes schwanenfeldii), ‘semah’ (Tor tambra), lomi
(Tor soro), kalabau (Ostechilus melanopleura), belida (Chitala lopis), betutu/
gabus malas (Oxyeleotris marmorata), dan papuyu (Anabas testudinius).

Sebaran Populasi
Khusus ikan genus Tor atau populer disebut di dunia terdapat 24
jenis (Kiat 2004) yang tersebar di wilayah Himalaya sampai Asia Tenggara.
Di Indonesia saat ini diketahui terdapat 4 jenis yaitu: Tor soro. Val.1842; Tor
douronensis.Val.; Tor tambra Val.; dan Tor tambroides.Blkr. (Kottelat et al.
1993). Di Danau Toba, Sumatera Utara dan sekitarnya yaitu di Situs Aek
Sirambe, Panahatan, Sungai Asahan, Sungai Bahorok, dan Sungai Aek Sarula
Budidaya Ikan Dewa

Kabupaten Tarutung ikan Tor soro dikenal dengan nama ihan batak. Ikan ini
mempunyai nilai sakral di dalam budaya masyarakat batak. Ada beberapa
nama daerah yang lazim untuk penamaan ikan Tor soro yaitu : di Kuningan,
Sumedang, Majalengka (Jawa Barat), disebut dengan nama Ikan Dewa, Kancra
Bodas, di Bogor (Sungai Cisadane) disebut soro, di Blitar (Jawa Timur) disebut
Senggaring. Di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan
Barat disebut ikan Lomi, sedang jenis Tor tambroides di Kalimantan Selatan,
dan Kalimantan Tengah disebut sapan. Di Sumatera Barat Tor douronensis
disebut ikan garing atau jurung. Di Jambi, Riau, Kalimantan Barat dan
Sumatera Selatan semua jenis ikan Tor disebut semah dan di Malaysia disebut
kelah. Tor soro synonim Labeobarbus soro dan nama populer disebut Soro
(Schuster dan Djajadiredja 1952).

Gambar 1 Sebaran populasi ikan Tor di Indonesia

Nilai Ekonomi Ikan Dewa


Ikan Dewa di berbagai daerah mempunyai nilai ekonomis tinggi, di
Sumatera Utara harga per kg berkisar antara Rp350.000,- s.d Rp500.000,-
sedangkan di Daerah Sumedang berkisar antara Rp600.000,- sampai dengan
Rp700.000,- sedangakan di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan antara
Rp350.000,- sampai dengan Rp400.000,-. Di Malaysia ukuran konsumsi
(> 1 kg) harganya dapat mencapai kisaran 250‒300 Ringgit (Haryono et al.

2
I. Pendahuluan

2010). Tingginya permintaan ikan Dewa dari penangkapan perairan umum


mengakibatkan populasi ikan Dewa semakin menurun. Menurunnya populasi
ikan Dewa juga disebabkan rusaknya habitat perkembangbiakan, rusaknya
lingkungan karena pertambangan, penebangan hutan, dan limbah industri.
Ikan Dewa merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki kandungan
protein albumin yang tinggi. Menurut Andreeva (2011) serum albumin
merupakan suatu jenis protein yang penting dalam sistem metabolisme
ikan. Protein Fish Serum Albumin (FSA) memiliki fungsi untuk membantu
transportasi metabolit tubuh (asam lemak, hormon, bilirubin), mengatur
sistem regulasi tekanan osmotik koloid darah dan proses osmoregulasi pada
tubuh ikan, serta sebagai penyaring cairan dalam jaringan tubuh. Selain itu,
FSA juga memiliki bioaktivitas yang berguna bagi kebutuhan farmakologis
dan telah menjadi suatu produk nutraseutikal yang komersial. Produk
nutraseutikal berbasis FSA yang umumnya berasal dari ikan gabus (Channa
striata) telah diproduksi oleh beberapa Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
di Indonesia dan telah beredar di pasaran Mustafa et al. (2012) melaporkan
ekstrak FSA dari ikan juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan serum
albumin pada penanganan penyakit hypoalbumenia di rumah sakit yang
semakin meningkat, sebagai alternatif dari FSA sintetik yang memiliki harga
relatif mahal. Penelitian lainnya di bidang farmakologis juga menemukan
bahwa ekstrak protein ikan gabus yang mengandung FSA maupun asam
amino penting memiliki khasiat bioaktif untuk kesehatan kulit, antibakteri,
antifungi, antinociceptive, dan penyeimbang agregasi trombosit (Jais 2007).
Di beberapa daerah, ikan dewa dijadikan sebagai daya tarik tersendiri
untuk dijadikan sebagai objek wisata. Di kolam renang Cigugur, Cibulan
dan Pasawahan Kuningan, ikan dewa dijadikan sebagai daya tarik untuk
pengunjung bisa berenang bersama ikan ini. Tidak hanya berenang,
pengunjung juga akan mengenal ikan dewa yang dianggap keramat secara
lebih dekat. Di Sumatera Barat, tepatnya di lokasi wisata alternatif Ikan
Larangan Lubuak Landua, Kabupaten Pasaman Barat merupakan salah satu
jorong di Nagari Aur Kuning, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman
Barat, Sumatera Barat, di kenal sampai ke manca negara sebagai objek wisata
religius Ikan larangan. Memiliki sungai yang jernih serta ribuan Ikan Garing
(ikan dewa) yang membuat para pengunjung terpesona dengan ke indahan
wisatanya.

3
Budidaya Ikan Dewa

Nilai Budaya Ikan Dewa


Di Sumatera Utara tepatnya di Sirambe, orang setempat tidak berani
mengkonsumsi ikan ini karena mereka percaya ikan dewa atau “ihan batak”
merupakan perwujudan Namboru boru Siagian, seorang putri yang lari dan
bersembunyi ke Aek Sirambe karena tidak mau dijodohkan oleh orang tuanya,
menjadi penunggu embung dan memilih akhir hidupnya di tempat tersebut.
Demikian juga di Kuningan, penduduk setempat tidak berani makan ikan
dewa karena mereka percaya bahwa ikan ini merupakan perwujudan atau
jelmaan dari prajurit Prabu Siliwangi yang membangkang perintah.
Masih dalam adat Batak, dipercaya para leluhur, bahwa ikan ini merupakan
makanan para raja dan sesembahan (upa-upa) kepada Tuhan yang diberikan
oleh Hula-hula (pihak pemberi istri) kepada Boru (pihak penerima istri).
Dalam prosesi adat perkawinan, pemberian ini sebagai balasan pemberian
makanan oleh Boru dengan tujuan agar si penerima mendapat berkat dari
Tuhan berupa kesehatan dan panjang umur, mendapat banyak keturunan dan
mudah rezekinya. Namun, karena kelangkaan dari ikan batak ini, posisinya
mulai digantikan oleh ikan mas dalam tata laksana adat Batak.
Melihat peluang serta potensi di atas, Balai Riset Budidaya Air Tawar dan
Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP) Bogor melakukan kegiatan domestikasi
ikan dewa. Domestikasi adalah proses adaptasi pada lingkungan budidaya
dari generasi ke generasi, hal ini merupakan salah satu langkah ke arah
pengembangbiakan yang meliputi aspek eksplorasi, koleksi, dokumentasi,
karakterisasi, dan penguasaan teknologi pembenihan secara alami maupun
buatan serta pembesarannya. Penguasaan teknologi perbenihan meliputi:
pematangan gonad, pemijahan, inkubasi telur, perawatan larva dilanjutkan
perawatan benih, dan penanggulangan penyakit. Penguasaan domestikasi
dapat mendukung ketersediaan ikan konsumsi dari produksi berbasis budidaya
yang aman dari kelangkaan dan lestari di alam.

4
I. Pendahuluan

Gambar 2 Habitat alam ikan dewa di Sungai Alas Aceh Tenggara

Gambar 3 Habitat ikan Tor di Aek Sirambe Sumatera Utara

5
6
Budidaya Ikan Dewa

Gambar 4 Wisata ikan dewa di Cibulan Kuningan


I. Pendahuluan

Gambar 5 Sungai Parsariran Batang Toru Sumatera Utara

Gambar 6 Kolam ikan sengkaring di Pasuruan

7
II. Pengenalan Jenis

A. Jenis Ikan Tor di Dunia


Di dunia internasional, kelompok ikan ini terkenal dengan nama
Mahseer. Sen dan Jayaram (1982) membatasi istilah mahseer untuk anggota
genus Tor saja, akan tetapi, beberapa spesies dari genus Neolissochilus dan
spesies tunggal genus Naziritor juga disebut mahseer karena sisiknya yang
besar dan kemiripan-kemiripan yang lain. Taksonomi genus-genus tersebut
belum mantap, sejauh ini belum terdapat kesepakatan yang memuaskan
di antara para ahli. Daftar spesies di bawah ini terutama disusun menurut
FishBase dengan beberapa revisi menurut Kottelat (2013).
Terdapat setidaknya 21 species ikan yang termasuk Genus Tor yang
tersebar di wilayah Timur Tengah, India, Pakistan, Bangladesh, China,
Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Spesies yang dimaksud yaitu;
Tor ater, Tor barakae (Mahseer barakae), Tor douronensis (semah, semah
daun, semah mahseer, Mahseer kelah), Tor hemispinus, Tor kulkarnii (Mahseer
kerdil, tidak jelas, hanya ditemukan satu spesimen hingga kini), Tor khudree
(Mahseer hitam, Mahseer Dekan), Tor laterivittatus, Tor macrolepis (spesies
tidak jelas), Tor malabaricus (Mahseer Malabar), Tor mosal, Tor polylepis, Tor
progeneius (Mahseer Jungha), Tor putitora (Mahseer Himalaya atau Mahseer
emas), Tor remadevii, Tor sinensis (Mahseer China), Tor tambra (tambera),
Tor tambroides (Garing, Thai mahseer, Mahseer Malaya), Tor tor (Mahseer
sirip merah, Mahseer insang pendek), Tor yingjiangensis, Tor yunnanensis, Tor
(Naziritor) zhobensis (Mahseer Balochi).
Sementara itu untuk genus Neolissochilus Fishbase lebih banyak
lagi, yaitu sebanyak sekitar 29 spesies, yaitu: Neolissochilus baoshanensis,
Neolissochilus benasi, Neolissochilus blanci, Neolissochilus blythii, Neolissochilus
compressus, Neolissochilus dukai, Neolissochilus hendersoni, Neolissochilus
heterostomus, Neolissochilus hexagonolepsis (Mahseer cokelat), Neolissochilus
hexastichus (Mahseer cokelat), Neolissochilus longipinnis (pijen), Neolissochilus
Budidaya Ikan Dewa

namlenensis, Neolissochilus nigrovittatus, Neolissochilus paucisquamatus,


Neolissochilus qiaojiensis, Neolissochilus soro (kancera, soro), Neolissochilus
soroides, Neolissochilus spinulosus, Neolissochilus stevensonii, Neolissochilus
stracheyi, Neolissochilus subterraneus, Neolissochilus Sumateranus, Neolissochilus
thienemanni (ikan batak), Neolissochilus tweediei, Neolissochilus vittatus.
Di Indonesia, terdapat 7 jenis kelompok mahseer, terdiri atas 3 spesies
Tor dan 4 spesies neolischocilus, ikan Tor yang dikenal dan keberadaannya
masih ada, yaitu:

B. Jenis Ikan Tor di Indonesia


Neolissochilus longipinnis
Di Indonesia, jenis Neolissochilus meerupakan jenis ikan yang mempunya
penyebaran hanya ada di Sumatera. Keberadaan dan sebaran ikan Neolissochilus
longipinnis hanya ada di Sumatera, tepatnya di Danau Laut Tawar Aceh Tengah.
Tanpa membedakan kelamin, ikan ini dapat tumbuh sampai mencapai ukuran
47,5 cm (Kottelat et al. 1993). Saat ini keberadaan jenis ikan ini sudah langka
dan tidak banyak ditemukan di perairan umum.

Gambar 7 Ikan Neolissochilus longipinnis


(Sumber FishBase)

10
II. Pengenalan Jenis

Neolissochilus Sumateranus
Ikan jenis Neolissochilus Sumateranus merupakan jenis yang hanya ada di
daerah Sungai Asahan Sumatera Utara. Ikan ini termasuk jenis dengan ukuran
yang kecil dibanding ikan sejenis yaitu dengan panjang total maksimal hanya
14.8 cm.

Gambar 8 Ikan Neolissochilus Sumateranus


(Sumber Simanjuntak, C.P.H. dalam FishBase)

Ihan Batak (Neolissochilus thienemanni)


Termasuk jenis ikan langka dengan kategori Red List Status (IUCN, 2017).
Ikan ini hanya ada di Bagian Selatan dari danau Toba, Sumatera Utara. Ikan
ini dapat tumbuh sampai mencapai ukuran 21.1 cm (Kottelat et al. 1993).
Jenis ini merupakan jenis yang sebenarnya yang disebut ihan Batak sedangkan
ikan Tor soro disebut oleh orang Batak sebagai ikan Jurung-jurung. Namun
seiring kelangkaan jenis ikan ini di Danau Toba, orang Batak menganggap
Torsoro/Dewa sebagai juga ikan Batak. Kelangkaan ihan batak ini berdampak
terhadap pergeseran tata laksana adat istiadat di kalangan masyarakat. Dewasa
ini, posisi ikan banyak digantikan posisinya dengan ikan mas dalam acara
“upa-upa”.

11
Budidaya Ikan Dewa

Gambar 9 Ikan batak Neolissochilus thienemanni


(Sumber Thomas, R. dalam FishBase)

Tambra (Tor tambra.)


Ikan tambra (Tor tambra) merupakan jenis ikan yang wilayah
penyebarannya terbatas, hanya ada di perairan sekitar Bengkulu dan Jawa Barat.
Ikan tambra memiliki vertebra: 39‒43, lobus median pada bibir bawah sangat
pendek, dengan margin posterior terpotong, tidak mencapai garis imajiner di
antara sudut mulut pada ikan dewasa, lebih pendek pada remaja; tidak adanya
garis longitudinal yang gelap pada ikan dewasa, ujung sirip dubur menunjuk.
Mentum pendek, timbangan 7‒10, baris sisik melintang 4+1/2, total tapis
insang pada permukaan luar lengkungan insang pertama 16–22, saat remaja
berwarna perak, sirip perut berwarna kuning dengan margin lateral putih;
ikan dewasa tanpa garis lateral, didominasi warna hijau kekuningan.

Gambar 10 Ikan tambra Tor tambra dan bentuk lobus median/cuping

12
II. Pengenalan Jenis

Sapan (Tor tambroides)


Populasi ikan sapan banyak terdapat di wilayah Kalimantan. Di sungai
Tabulus, habitat ikan sapan dapat dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan
ukurannya, yaitu habitat untuk larva/juvenil, anakan sampai remaja, dan
dewasa dengan karakteristik larva/juvenil umumnya pada bagian tepi sungai
yang ditandai oleh substrat/dasar perairan pasir, arus tenang, warna air jernih,
dan dangkal (1,5 m, dasar perairan batuan, substrat tersusun dari pasir dan
kerikil, warna air jernih, Habitat ikan ukuran besar/indukan, umumnya
merupakan lubuk sungai dengan lebar sungai antara 15‒20 m, panjang 20‒60
m, arus tenang sampai lambat, kedalaman air >1,5 m, dasar perairan batuan,
substrat tersusun dari pasir dan kerikil, warna air jernih, dan penutupan
kanopi >75% dan penutupan kanopi >75%. Menurut Effendie (2002)
habitat pemijahan ikan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu phytophils
(mempersyaratkan adanya vegetasi), lithophils (mempersyarat dasar perairan
batuan dan pasir), dan pelagophils (mempersyaratkan perairan terbuka).
Berdasarkan kriteria tersebut maka ikan tambra termasuk ke dalam kelompok
lithopils karena memijah pada sungai yang dasarnya batuan dan bersubstrat
pasir/kerikil.
Selain di Indonesia, ikan ini juga terdapat di Malaysia, ikan ini sering
disebut dengan nama Kelah merupakan jenis ikan yang diperdagangkan
secara exclusive dengan harga yang sangat tinggi dengan tatanan perniagaan
yang sudah terbentuk. Selain hasil dari penangkapan di wilayahnya, ikan ini
juga banyak didatangkan dari wilayah Kalimantan yang merupakan hasil
penangkapan dari sungai-sungai yang ada di Kalimantan seperti dari Kapuas,
Mahakam, dan lainnya.
Ikan sapan memiliki ciri ciri antara lain duri keras pada punggung
sebanyak 4, duri lunak punggung 9, duri keras anal 3, duri lunak anal 5,
vertebra: 39‒41. Memiliki lobus median yang panjangnya kurang lebih
persegi, di bibir bawah mencapai garis bayangan di antara sudut mulut, bibir
atas berguling ke belakang dan ke atas dan dengan lobus median menonjol ke
atas, tidak ada garis memanjang gelap di sepanjang sisi pada ikan dewasa, sirip
kehitaman pada ikan dewasa, berwarna kuning pada ikan remaja, dan biasanya
4 + 1/2 sisik antara garis lateral dan sirip punggung asli, mata terlihat dalam
tampilan posisi pentral, tubuh lebih tinggi dan kompres, isthmus dengan sisik
kecil yang berbeda, sekitar 16 sisik antara isthmus dan pangkal sirip perut,

13
Budidaya Ikan Dewa

tapis insang 20, ujung bagian depan sirip punggung cekung ke dalam, ujung
sirip perut meruncing dan cekung, ujung sirip dubur meruncing, memanjang
hingga ke dasar sirip ekor dengan jumlah sisik garis rusuk 24‒25.
Ikan dewasa mendiami kolom dan melewati kerikil dan bebatuan di
sungai yang mengalir melalui hutan yang tidak terganggu. Ikan juvenil paling
sering dikumpulkan di dalam atau di dekat jeram. Ditemukan di sungai
dan aliran kecil selama musim kemarau. Pindah ke hilir pada awal musim
hujan, tetapi umumnya menghindari air keruh. Ikan dewasa bermigrasi ke
hulu setelah dua bulan dan muncul pada bulan Juli di dekat mulut sungai
kecil yang kemudian naik. Secara umum habitat ikan sapan pada umumnya
menyukai dasar perairan berupa batuan, substrat kerikil dan pasir, warna air
jernih, arus air lambat sampai deras, dan lingkungan sungai sebagian besar
berupa hutan primer.

Gambar 11 Ikan sapan Tor tambroides dan bentuk lobus median/cuping

Semah (Tor douronensis)


Ikan ini merupakan ikan yang sudah diperdagangkan di wilayah Sumatera
dan Malaysia. Sampai dengan saat ini pasokan ikan banyak diperoleh dari hasil
tangkapan dari sungai-sungai yang ada di hampir seluruh wilayah Sumatera.
Ikan jenis ini sudah banyak di ekspor ke Malaysia dan Singapura melalui
Padang (Sumatera Barat) dan Medan (Sumatera Utara).
Ikan semah (Tor douronensis) mempunyai ciri-ciri antara lain duri
punggung keras sebanyak 4, sirip lunak punggung 7‒9, duri anal 3, duri
lunak anal: 5. Jenis ini dapat dibedakan dari spesies lain dari genus dengan
memperhatikan kombinasi karakter antara lain dikompresi tubuh, lobus
median bibir bawah pendek, margin bebas memotong, tidak meluas ke

14
II. Pengenalan Jenis

garis yang menghubungkan sudut-sudut dalam mulut, mata terlihat dalam


tampilan posisi dari arah pentral, isthmus dengan skala kecil yang berbeda,
lebih dari 18 skala antara isthmus dan asal sirip perut, tapis insang 15‒20,
ujung bagian depan dari sirip punggung cekung dalam, ujung sirip dubur
meruncing, warna bagian bawah keperakan, dan gelap pada bagian atas
tubuh, sirip abu-abu tua.

Gambar 12 Ikan semah Tor douronensis dan bentuk lobus median/cuping

Dewa (Tor soro)


Ikan Dewa (Tor soro) merupakan salah satu jenis ikan asli yang
penyebarannya hanya ada di Indonesia. Sebaran ikan dewa menurut
Weber & de Beaufort (1916) meliputi Padang Panjang, Solok, Maninjau,
Toba, dan Bengkulu. Berdasarkan penelusuran dan pengumpulan koleksi
yang dilakukan, ikan tersebut terdapat juga di Pulau Jawa (Bogor, Cianjur,
Kuningan, Sumedang, Blitar). Di Pulau Sumatera (Danau Toba, Tarutung,
Asahan dan Aceh), dan di Pulau Kalimantan terdapat di aliran Sungai Kapuas
dan Sungai Barito.
Habitat in situ ikan dewa induk adalah perairan yang jernih mempunyai
ke dalam 3‒4 meter, subtrat pasir dan kerikil, sedang di sungai berupa lubuk
yang dalam (5‒20 m). Ikan yang kecil berada pada perairan batuan, berarus
air sedang deras, air jernih dengan subtrat pasir dan kerikil. Habitat larva dan
benih berada pada bagian tepi perairan yang mempunyai mata air dan tepian
sungai yang arusnya tenang dengan subtrat pasir dan airnya jernih (Haryono
& Tjakrawerdaya 2010). Hardjamulia et al. (1995) mengemukakan bahwa
habitat ikan dewa adalah diperairan umum yang dalam dan jernih hidup
bergerombol (spolling) dalam berbagai ukuran dan bergerak pada daerah hulu

15
Budidaya Ikan Dewa

sungai yang mempunyai aliran air jernih dan deras dengan dasar berbatu.
Saat memijah ikan-ikan tersebut berada di daerah yang mempunyai aliran
air jernih relatif tenang dengan dasar koral berpasir. Telur ikan dewa bersifat
tidak lengket dan tenggelam (Iittofill) diletakkan di dasar perairan di sela-sela
batu koral dan pasir.
Taksonomi ikan famili Tor spp. menurut Weber & Beauforf (1916);
Roberts (1993,1999); Kotellat (2001) ada 4 jenis yang masuk ke dalam
marga Labeobarbus, dapat dibedakan berdasarkan cuping pada bibir bawah,
lekuk tubus bibir bawah, dan perbandingan sirip anal dan dorsal. Ikan Dewa
mempunyai bibir bawah tanpa cuping. Panjang sirip anal lebih pendek dari
pada sirip dorsal.

Taksonomi ikan Tor soro : Gray 1883


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Super Kelas : Osteichthyes
Kelas : Actinopterygii
Sub Kelas : Neopterygii
Infra kelas : Teleostei
Super ordo : Ostariophusi
Ordo : Cypriniformes
Family : Cyprinidae
Sub Family : Cypriniae
Genus : Tor
Spesies : Tor soro
(Valenciennes 1842)

16
II. Pengenalan Jenis

Gambar 13 Ikan dewa Tor soro dan bentuk lobus median/cuping

Dari tujuh spesies di Indonesia, BRPBATPP melakukan upaya pelestarian


secara ek-situ melalui kegiatan domestikasi salah satu jenis yaitu Tor soro,
kegiatan dimulai sejak tahun 1996 sampai 2010 dan telah dihasilkan teknologi
produksi benih secara masal baik secara alami, semi buatan maupun buatan,
pendederan dan pembesarannya, serta ketersediaan calon induk.

17
III. Domestikasi
Ikan–ikan Dewa (Tor soro)

Domestikasi adalah suatu upaya menjinakkan hewan yang asalnya


hidup liar di alam menjadi jinak sehingga dapat bermanfaat bagi manusia.
Komoditas hasil domestikasi, di dalam prosesnya adalah mengadaptasikan
ikan yang tadinya hidup pada lingkungan alamiah (in situ) yang masih liar
kepada lingkungan di luar habitat alamiah (ex situ) atau lingkungan budidaya,
dan telah teruji pada generasi ke generasi sehingga populasi yang sudah adaptif
pada lingkungan budidaya.
Ikan Dewa merupakan salah satu jenis Tor hasil domestikasi. Dihasilkan
melalui pembentukan generasi ikan Tor soro hasil tiga lokasi populasi yang
berasal dari Sumedang dan Pasawahan-Kuningan (Jawa Barat) serta Ambarita
(Sumatera Utara) dalam kurun waktu 1996‒2011 dan dilakukan di Instalasi
Riset Plasma Nutfah Perikanan Air tawar Cijeruk, Bogor. Pembentukan
populasi ikan Dewa ini diawali dengan karakterisasi berdasarkan pada profil
DNA dan morfometrik yang dimiliki. Generasi pertama ikan ini diperoleh
dari hasil pemilihan individu-individu hasil pemijahan populasi awal (G0).
Generasi pertama yang dibentuk, diseleksi untuk menghasilkan populasi
Generasi kedua (G2). Akhirnya, di generasi kedua diperoleh populasi stabil
dengan karakteristik budidaya yang telah diketahui. Dari generasi awal (G0)
hingga generasi kedua (G2), dilakukan pengujian melalui evaluasi keragaman
genetik, pertumbuhan, dan lain-lain. Tahapan kegiatan domestikasi yang
dilakukan meliputi:

Koleksi Populasi (GRAFIS)


Kegiatan domestikasi ikan Dewa diawali dengan pengumpulan ikan
uji, berasal dari Sumatera Utara pada tahun 1996 diadaptasikan di keramba
jaring apung Jatiluhur karena ada kejadian umbalan ikan koleksi mati semua.
Kemudian mulai tahun 1997‒2006 koleksi dilanjutkan dan pemeliharaannya
Budidaya Ikan Dewa

dilakukan di Instalasi Riset Plasma Nutfah Perikanan Budidaya Air Tawar


Cijeruk, jumlah, ukuran, dan jenis kelamin hasil koleksi tertera dalam Tabel
1.

Tabel 1 Koleksi ikan Dewa (Tor Soro) di Instalasi Riset Plasma Nutfah
Perikanan Air Tawar, Cijeruk
Jumlah Jenis kelamin
No Waktu Asal Kolektor
(ekor) ♀ ♂
P.Samosir, Sumatera A. Hardjamulia, N.
1 Juni 1996 40 20 20
Utara Suhenda & Subagyo
A. Hardjamulia
2 Agustus 1997 Sumedang (Jawa Barat) 22 13 9
& N. Suhenda
Pasawahan-Kuningan
3 Juni 1998 20 10 10 A. Hardjamulia
(Jawa Barat)
September Sungai Cisadane, Bogor
4 12 6 6 A. Rukyani
1998 (Jawa Barat)
Ambarita (Sumatera
5 Februari 2002 20 10 10 MF. Sukadi.
Utara)
Cigugur, Ragawacana,
J. Subagja &
6 Juni 2004 Gandasoli, Pasawahan, 42 25 17
S. Asih
(Kuningan-Jawa Barat)
AH. Kristanto & S.
7 Mei 2005 Sumedang (Jawa Barat) 50 40 10
Asih
Kalimantan Barat (Tor
8 Agustus 2005 26 14 12 J. Subagja
tambroides)
Tarutung (Sumatera
9 Mei 2006 105 Tidak diketahui S. Asih
Utara)
10 Mei 2006 Aek Sirambe, Balige 140 Tidak diketahui S. Asih
11 Mei 2006 Asahan, Sumatera Utara 40 Tidak diketahui S. Asih & M Sulhi
12 Mei 2006 Bahorok, Sumatera Utara 100 Tidak diketahui S. Asih

Karakteristik Fenotipe
Deskripsi Ikan dewa atau Mahseer dijelaskan oleh Roberts, (1993: 1999)
termasuk dalam subfamili Cyprinidae, family Cyprinidae, ordo Cypriniformes,
yang secara umum mempunyai ciri-ciri morfologi mulut dan kepala yang
besar, mulut terdapat 2 bagian yang dapat disembulkan. Terdapat 2 pasang
sungut dekat moncong yang satu lagi dekat dengan rahang atas.

20
III. Domestikasi Ikan–ikan Dewa (Tor Soro)

Moncong membulat runcing panjang sama rahang dan terdapat 2 mata.


Tipe sisik sikloid berukuran besar. Berdasarkan hasil penelitian (Kristanto et
al. 2007) pengamatan pada koleksi pada ikan yang berasal dari Aek Sirambe
dan Tarutung (Sumatera Utara) dan Pesawahan (Kuningan, Jawa Barat) secara
umum baik induk maupun calon induk yaitu memilki warna sisik perpanduan
perak, kuning, hijau, dan cokelat gelap. Sementara ikan yang berasal dari
Sungai Asahan, Balai Benih Ikan Ambarita dan Baharok cenderung lebih
cerah. Namun dalam pemeliharaan di lingkungan yang sama kelompok ikan
tersebut cenderung seragam dan sulit dibedakan. Pada ukuran benih, sisik
berwarna perak, duri keras sirip dada (pectoral fin) berwarna kuning keemasan
dan warna tersebut menghilang saat mencapai ukuran calon induk. Hasil
pengamatan karakter morfologi disajikan dalam Table 2.

Tabel 2 Deskripsi morfologi ikan Dewa asal lokasi dari Pasawahan-Kuningan,


Sumedang (Jawa Barat) dan Ambarita (Sumatera Utara)
Asal Lokasi
No Karakter Pasawahan Sumedang (Jawa Ambarita
(Kuningan-Jawa Barat) Barat) (Sumatera Utara)
Sirip punggung (Dorsal
1 III.9 III.8-9 III.9
fin)
2 Sirip dada (Pectoral fin) I.11-16 I.13-16 I.12-16
3 Sirip perut (Ventral fin) II.8-9 II.8-9 II.8
4 Sirip dubur (Anal fin) III.5-6 III.6 III.5
5 Sirip ekor (Caudal fin) 22 22 20-22
6 Sungut 2 pasang 2 pasang 2 pasang
perak-keemasan (TC hijau hijau
7 Warna pipi/operculum
061-624) (TC 061-061) (TC 056-068)
8 Warna perut putih putih putih
(TC 622-624) (TC 622-624) (TC 624)
Jumlah sisik linea lateralis
9 22-28 22-27 24-28
(LL)
perak keemasan hijau perak (TC
10 Warna punggung perak (TC598)
(TC 598) 449-469)
11 Ruas tulang belakang 38 35-37 37
12 Tulang tapis insang 19 18-19 18-19
13 Fekunditas butir /kg 572-1310 593-1204 646-1109
Awal matang gonad:
14 - Jantan 98 g 110 g 122 g
- Betina 820g 870 g 770 g

21
Budidaya Ikan Dewa

Tabel 2 Deskripsi morfologi ikan Dewa asal lokasi dari Pasawahan-Kuningan,


Sumedang (Jawa Barat) dan Ambarita (Sumatera Utara) (lanjutan)
Asal Lokasi
No Karakter Pasawahan Sumedang (Jawa Ambarita
(Kuningan-Jawa Barat) Barat) (Sumatera Utara)
Karkas:
Daging 61,2% 66,72% 71%
15
Tulang, duri sisik, usus 38,8 % 33,28% 29 %
dan insang
Rencahan (dressing
prosentage):
Kepala 11,10% 13,10% 13,20%
Badan 75,10% 70,10% 70,00%
16
Sirip 3,10% 3,00% 3,10%
Sisik 4,10% 5,20% 5,10%
Gonad dan usus 4,30% 6,20% 6,30%
Insang 2,30% 2,40% 2,30%

Deskripsi morfologi ikan Dewa tertera pada Gambar 14 sampai dengan


24.

Gambar 14 Gambar 15 Gambar 16


Sirip pungung (Dorsal fin) Sirip dada (Pectoral fin) Sirip perut (Ventral fin)

Gambar 17 Gambar 18 Gambar 19


Sirip dubur (Anal fin) Sirip ekor (Caudal fin) Sungut

22
III. Domestikasi Ikan–ikan Dewa (Tor Soro)

Gambar 20 Gambar 21 Gambar 22


Operculum ikan jantan Operulum ikan betina Bagian perut

Gambar 23 Gambar 24
Jumlah sisik Linea Lateralis Bagian Punggung

Karakteristik Genotipe
Hasil evaluasi keragaman genetik ikan dewa yang dilakukan Nugroho et
al. (2006) asal Kuningan, Jawa Barat (Pesawahan, Gandosoli dan Ragawacana),
dan Sumedang dengan menggunakan marker mitochondria DNA ( Mt DNA)
D-Loop dan Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD). Berdasarkan
analisis Mt DNA tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ras ikan dewa
dari empat lokasi tersebut.
Jarak genetik berdasarkan polimorfisme dua primer tersebut adalah 0,349.
Dendogram yang dibentuk berdasarkan jarak genetik tersebut menunjukkan
bahwa ikan dewa berasal Gandasoli terpisah dari kelompok Ragawacana,
Sumedang, Pesawahan (Gambar 25)

23
Budidaya Ikan Dewa

Gambar 25 Dendogram ikan dewa dari Ragawacana, Sumedang, Pesawahan


dan Gandasoli

Kemudian dibandingkan antara populasi dari Sumatera dengan asal


Sumedang sebagai pembandingnya (Asih, et.al., 2008), berdasarkan metode
analisis Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD) dengan primer
OPC -01 dan OPC-02, hanya OPC -01 yang menunjukkan Polimorfisme.
Berdasarkan nilai rata-rata heterozigositas (0,08 -0,1250) dan prosentase lokus
polimorfik intra populasi (22%‒33%) secara umum menunjukkan bahwa
keragaman genetik ikan Dewa yang dianalisis tergolong rendah. Hasil analisis
menunjukkan bahwa secara genetik tidak ada perbedaan yang nyata diantara
kelima populasi ikan Dewa yang berasal dari Sumedang (Jawa Barat), Bahorok,
Tarutung, Asahan dan Aek Sirambe (Sumatera Utara). Dendogram dari hasil
analisa tersebut tertera dalam Gambar 26.

Gambar 26 Dendogram ikan dewa dari Sumedang, Bahorok, Tarutung, Aek


Sirambe, dan Asahan

24
III. Domestikasi Ikan–ikan Dewa (Tor Soro)

Adaptasi terhadap Pakan Buatan


Ikan dewa termasuk kelompok ikan omnivora sehingga dari beberapa
jenis pakan buatan berupa pelet yang bersumber dari bahan nabati dan hewani
diujicobakan. Pemberian pakan sekenyangnya (Satiasi) diberikan 3 kali sehari
(pagi, siang, dan sore).
Pengamatan pada awal pemberian pakan ikan dewa tidak memberikan
respon terhadap pakan buatan berupa pelet tenggelam atau apung sehingga
dibutuhkan pengasuhan dengan ikan lain yang sejenis yang telah terbiasa
memakan pakan buatan.
Dengan mencampur ikan dewa dengan ikan lain (mas, nilem, dan
tawes) dapat memberikan imbas ikan Dewa mengonsumsi pakan buatan.
Hasil pengamatan selama 1 bulan banyaknya pakan yang dikonsumsi setiap
hari dari 1% berat badan hingga meningkat sampai 5% dari berat badan per
hari. Dengan demikian bahwa tingkat adaptasi terhadap pakan buatan dapat
berhasil dilakukan Asih et al. 2009.
Percobaan pematangan induk dengan menggunakan pakan dengan kadar
protein 30‒36%, lemak 5% dengan ransum harian sebanyak 3% dari bobot
biomas dengan pemberian 3 kali sehari memberikan hasil tingkat keseragaman
telur lebih baik di KJA dibanding di kolam air desar dan kolam tanah.

Penandaan (Tagging)
Induk-induk yang terseleksi untuk kegiatan domestikasi di lakukan
penomoran yaitu dengan jalan memasangi tag /nomor yang di tempatkan
pada bagian depan sirip punggung, agar tagging tidak mudah terlepas, tidak
mengganggu pergerakan ikan, serta mudah dalam pembacaan pada saat
sampling (Gambar 27 dan 28).

25
Budidaya Ikan Dewa

Gambar 27 Gambar 28
Pemasangan chip tagging Pembacaan tagging pada ikan dewa

Pembentukan Generasi Pertama (G1)


Induk yang dipergunakan untuk untuk membentuk G1 merupakan hasil
koleksi seperti yang tertera pada Tabel 3.

Tabel 3 Koleksi tetua pembentuk G1

Ekor Ukuran
Waktu Asal
Total ♀ ♂ (g)
19/08/1997 Sumedang, Jawa Barat 21 13 9 800-1300

../06/1998 Pasawahan, Kuningan, Jawa Barat 20 10 10 900-1500

5/2/2002 Ambarita, Sumatera Utara 20 10 10 940-1300

Pembentukan G1 menggunakan induk hasil koleksi populasi yang sudah


matang gonad secara bersamaan yang terdiri dari :
- Populasi yang berasal dari Sumedang Jawa Barat terdiri dari induk
betina 13 ekor yang berukuran bobot 800‒1.300 g dan jantan 9
ekor dengan bobot antara 830‒1.100 g. Dipilih yang matang gonad
9 ekor betina dan 7 ekor jantan.

26
III. Domestikasi Ikan–ikan Dewa (Tor Soro)

- Populasi yang berasal dari Pasawahan-Kuningan Jawa Barat terdiri


dari 10 ekor betina berukuran bobot antara 1.300‒1.500 g dan
induk jantan sebanyak 10 ekor yang berukuran antara 900‒1.200
g. Induk yang matang gonad dan dipijahkan sebanyak 9 ekor betina
dan 9 ekor jantan.
- Ambarita Sumatera Utara sebanyak 10 ekor betina berukuran antara
1.200‒1.300 g dan induk jantan sebanyak 10 ekor yang berukuran
940‒1.300 g. Dipilih 9 ekor betina dan 9 ekor jantan untuk
dipijahkan.
- Seluruh induk yang terpilih dipijahkan secara bersamaan dengan
metoda polling gamet, yaitu sperma seluruh jantan digabungkan
untuk membuahi telur dari seluruh betina yang dipijahkan. Total
induk ikan yang dipijahkan adalah sebanyak 27 ekor betina dan 25
ekor jantan (F < 1%).
- Inkubasi telur sampai menetas dan habis yolksack diambil secara acak
random sebanyak 2.000 ekor benih.
- Jumlah benih yang didederkan pada Pendederan pertama dan kedua
adalah sebanyak 2000 ekor.
- Dari benih yang dihasilkan dari pendederan, diambil sebanyak
500 ekor secara acak untuk dibesarkan sampai menjadi induk atau
berukuran antara 800‒1.400 g.
- Ikan yang telah menjadi induk, dipilih sebanyak 250 ekor, terdiri
dari 125 ekor induk jantan dan 125 ekor betina untuk dijadikan
sebagai calon induk pembentuk generasi selanjutnya.

Pembentukan Generasi (G2)


Tahapan pembentukan generasi 2 dilakukan sebagai berikut:
- Induk yang digunakan untuk membentuk G2 menggunakan induk
G1 yang telah matang gonad secara serentak. Dari hasil pengamatan
tingkat kematangan gonad, diperoleh betina 21 ekor ukuran
1.320‒1.810 g dan jantan 29 ekor 1.040‒1.670 g yang telah matang
gonad dan siap untuk dipijahkan (F<1%). Pemijahan dilakukan
melalui pembuahan secara secara polling gamet.

27
Budidaya Ikan Dewa

- Telur yang dihasilkan, kemudian ditetaskan dalam ruang inkubasi


telur sampai menetas, dilakukan di dalam akuarium.
- Setelah itu, benih didederkan di kolam pendederan, dilakukan
selama 12 bulan atau sampai mencapai mencapai ukuran panjang
standar 6‒8 cm atau dengan ukuran bobot antara 6‒12 g/ekor.
- Dari hasil pendederan dilakukan grading atau seleksi ukuran, ikan
dengan panjang standar rata-rata lebih dari 7 cm diambil, sebanyak
6.000 ekor kemudian dibesarkan di kolam berukuran 5 x 2 m2 dengan
ketinggian air 1 meter dengan kepadatan 2.000 ekor/kolam.
- Pembesaran dilakukan sampai mencapai kisaran bobot ikan antara
103‒118 g dengan kisaran panjang standar antara 16,8‒17,7 cm.
- Pada tahap ini, untuk mendapatkan sebanyak 2000 ekor ikan untuk
dipelihara lebih lanjut, dilakukan melalui grading ukuran panjang,
yaitu pemilihan ikan yang yang memiliki panjang di atas rata-rata
panjang populasi. Ikan yang dihasilkan selanjutnya dibesarkan
sebagai calon induk menggunakan kolam tanah dengan luas kolam
yang digunakan 350 m² dan kedalaman air 1,5 m.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia
Nomor KEP.66/MEN/2011 ikan Torsoro resmi disebarluaskan kepada
masyarakat untuk dijadikan sebagai ikan budi daya di Indonesia. Rangkaian
proses selanjutnya adalah penyebarluasan ikan ini ke masyarakat, baik
melalui institusi terkait maupun perorangan yang dianggap layak dalam
pembudidayaannya. Pemanfaatan hasil penelitian berupa teknologi
pembenihan ikan dewa dan produk biologi berupa benih telah banyak
digunakan untuk restocking seperti di Danau Toba, Batu Karas Pangandaran,
Sungai Cimanuk Bayongbong Garut, Situ Sukarame Sukabumi, Talaga Saat
Cisarua Bogor, kolam Ragawacana Kuningan, Sungai Cisadane di Rancamaya
dan Sungai Ciliwung di Sempur Bogor. Selain itu, upaya pelestarian lainnya
dilakukan dengan cara menetapkan daerah reservasi untuk melindungi
tempat ikan dewa berkembang biak, pengaturan penggunaan alat tangkap,
dan pelatihan SDM di daerah untuk pemeliharaan dan penangkarannya.

28
III. Domestikasi Ikan–ikan Dewa (Tor Soro)

Dalam rangka penyebar luasan teknologi budidayanya, BRPBATPP


melalui penulis telah telah melakukan desiminasi teknologi budi daya ikan
dewa di beberapa daerah yang bekerja sama dengan pemerintah setempat,
antara lain dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, Provinsi
Kalimantan Timur, Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Kerinci, Kabupaten Aceh
Tengah, Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Solok Selatan. Aplikasi
teknologi pembenihan dan pendederan juga telah dilakukan dengan melibatkan
langsung para pembudidaya di 11 kabupaten di Jawa Barat, meliputi Bogor,
Sukabumi, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Pangandaran, Kuningan, Sumedang,
Cirebon, Subang, dan Purwakarta.

29
IV. Budidaya Ikan Dewa

A. Pembenihan
Ketersediaan induk matang gonad adalah salah faktor utama dalam
proses pemijahan. Agar didapat induk yang matang gonad perlu dilakukan
manajemen induk meliputi: manipulasi kolam pematangan induk,
penanganan adaptasi terhadap pakan buatan, observasi perkembangan gonad
dan pemilihan induk matang. Ukuran ikan dewa yang dapat dipergunakan
dalam proses pemijahan adalah ikan jantan dengan bobot minimal 300 g dan
induk betina lebih dari 700 g.

Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk dilakukan di kolam air mengalir dengan kedalaman
air minimal 80 cm, dasar kolam dilapisi batu kerikil, dan air tidak terlalu keruh
(sechci disc ≥ 50 cm), kadar oksigen terlarut minimal 4 mg/L, pH 6,5‒7,5.
Dapat juga dipelihara di KJA dengan 3‒5 ekor/m3, rasio jantan, dan betina
1:2 yang dipelihara bersamaan. Pemberian pakan menggunakan pakan buatan
dengan kadar protein 28‒30%, kadar lemak 7% ransom harian diberikan
2‒3% dari bobot biomasa, dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari.

Manipulasi Kolam Pematangan Induk


Pemeliharaan induk ikan dewa di kolam yang kondisi lingkungannya
disesuaikan seperti habitat aslinya, berupa kolam tembok dengan ukuran
panjang 12 m lebar 5 m dasar kolam dibuat miring ke bagian pengeluaran
sampai kedalaman 1 m sedangkan pada bagian pemasukan 0,6 m, pada 1/3
bagian dasar kolam diisi dengan batu koral, dan 2/3 bagian diisi batu kerikil
dan pasir (Gambar 30). Kontruksi kolam demikian mempunyai fungsi ganda
selain sebagai tempat pematangan gonad induk juga berfungsi sebagai tempat
pemijahan alami. Pembuangan air menggunakan sistem monik, pada saluran
pemasukan air hendaknya dilengkapi dengan kasa/saringan untuk menjaga
agar ikan-ikan liar tidak masuk ke kolam induk.
Budidaya Ikan Dewa

Tempat berpijah ikan secara alami

Gambar 29 Kolam pemeliharaan induk dan pemijahan ikan dewa

Kriteria kualitas air yang optimal untuk kegiatan pemeliharaan induk,


pemijahan, pendederan, dan penetasan telur berasal dari mata air. Adapun
parameter kualitas air kimia dan fisika tertera dalam Tabel 4.

Tabel 4. Parameter sifat kimia dan fisika air di Instalasi Riset Plasma Nutfah
Perikanan Budi daya Air Tawar Cijeruk, Bogor
Parameter Nilai
Suhu : 21‒25° C
Kekeruhan : <25 JTU
Oksigen terlarut : >5 mg/L
pH air : 6,5‒8
CO2 : 2,2‒4,5
Kesadahan : mg /L
Amonia : 12,3 mg/l
NO2 : 0,0‒0,1 mg/L max 0,1 mg/L

32
IV. Budidaya Ikan Dewa

Observasi perkembangan gonad dan Pemilihan


Induk Matang
Proses pematangan gonad selain diberikan pakan yang cukup jumlah
dan kualitasnya, juga dapat dipacu dengan memanipulasi lingkungan kolam,
yaitu dengan mengatur tinggi air kolam yang bersamaan waktunya saat
pembersihan dasar kolam dan dilakukan penjemuran sebagian dasar kolam.
Hal ini juga dapat merangsang proses pemijahan secara alami.
Ciri-ciri visual pada ikan dewa yang sudah matang gonad dapat dilihat
dari perubahan warna sirip anal dari berwarna gelap menjadi cerah hijau
kebiruan, bentuk lubang kelamin (genital papila) yang membesar, munculnya
bintik kasar pada tutup insang pada induk betina dan bentuk perut yang lebih
buncit. Untuk lebih memastikan kematangan gonad yaitu dengan mengukur
contoh telur menggunakan kateter yang dimasukan melalui lubang kelamin.
Pengamatan diameter telur hasil kanulasi dapat digunakan sebagai
pedoman, ciri telur sudah matang dan siap dilakukan pemijahan apabila
ukurannya seragam, diameter besar dengan (kisaran 2,7‒3,0 mm), tekstur
kenyal, dan berwarna cerah atau tidak pucat.

Siklus Musiman Kematangan Gonad


Induk Ikan Dewa
Pengamatan siklus musiman kematangan gonad induk ikan dewa
dievaluasi selama satu tahun berdasarkan kriteria perkembangan rata-rata
diameter oosit setiap bulan (bulanan).
Diameter oosit diukur menggunakan mikrometer pada mikroskop
binokuler (pembesaran 12 x) terhadap contoh oosit 30‒50 butir yang diambil
secara periodik, menggunakan kanula plastik (jumlah induk yang diamati
= 12 ekor) (Subagja et al. 2006a; Subagja et al. 2006b).
Diameter rataan paling besar (1,4 mm) ditemukan pada bulan Juli
(menjelang kemarau) serta kecenderungan pada awal Januari, di mana
diameter terbesar mencapai 1,35 mm (Gambar 30). Di luar bulan-bulan
tersebut diameter telur ikan dewa hampir stagnan (tidak berkembang) bahkan
ditemukan pada beberapa individu banyak telur yang mengalami atresia.

33
Budidaya Ikan Dewa

Agar induk matang gonad tersedia sepanjang waktu, saat bulan pakum/
stagnan (di luar musim) dapat dilakukan pemacuan kematangan gonad
melalui implantasi hormon gonadotrophin.

Gambar 30 Perkembangan musiman modul diameter telur dan kisaran


maksimum-minimum ikan dewa selama 9 bulan pengamatan

Perubahan suhu air media yang diamati selama satu tahun sesuai dengan
pengamatan siklus musiman, tidak memperlihatkan fluktuasi yang mencolok,
kecuali pada bulan Juli–Agustus bersamaan dengan datangnya musim kemarau.
Suhu air media minimal terjadi pada awal musim penghujan yaitu bulan
November dan Desember pada Gambar 31 tampaknya siklus perkembangan
gonad ada hubungan kuat dengan perubahan suhu air.

Gambar 31 Perubahan suhu air kolam selama 9 bulan pengamatan

34
IV. Budidaya Ikan Dewa

Pemijahan semi buatan


Aktivitas produksi benih ikan dewa dimulai dari penyiapan pemasangan
induk jantan betina dan pemeliharaan di kolam khusus (modifikasi lingkungan
alamiah), sampai induk mencapai matang gonad akhir, dibiarkan hingga
menunjukkan tanda–tanda mau memijah di kolam, kemudian saat akan terjadi
ovulasi pasangan ikan yang mau berpijah di tangkap, kemudian ikan betina
dilakukan pengalinan (stripping), telur ditampung dalam waskom, kemudian
pembuahan dengan ikan jantan yang dilakukan pengalinan (stripping).
Pengadukan telur dan sperma menggunakan bulu ayam selama satu menit
kemudian aktivasi sperma dengan menambahkan air bersih sampai campuran
keduanya terendam sambil dilakukan pengadukan perlahan lahan selama satu
menit. Tahap selanjutnya adalah membuang sisa-sisa sperma dengan jalan
membilasnya dengan air bersih dilakukan sampai bersih, telur yang sudah
bersih kemudian ditetaskan di dalam akuarium, daya tampung akuarium
untuk penetasan 1500 butir untuk 100 liter air, penempatan akuarium di
dalam hatchery harus pada kondisi tidak kena cahaya.
Produktivitas induk menggunakan sistem pemijahan ini lebih mudah
diaplikasikan kepada pembenih pemula, siklus reproduksi alami ikan dewa
terjadi dua kali puncak reproduksi dalam setahun yaitu pada Bulan Mei-Juni
dan Desember-Januari. Skema pemijahan semi buatan seperti pada gambar
32.

35
Budidaya Ikan Dewa

Gambar 32 Skema pemijahan semi buatan

36
IV. Budidaya Ikan Dewa

Pemijahan buatan
Pemijahan buatan meliputi kegiatan: pemilihan induk siap suntik,
penyuntikan hormon, pengumpulan sperma, pengalinan induk, fertilisasi/
pembuahan, aktivasi, dan pencucian telur.
Pemilihan induk untuk dipijahkan berdasarkan hasil pengamatan induk
yang mempunyai oosit telur dengan diameter 2,9‒3,1 mm dan sebaran
sudah 80%. Bila kondisi telur baru mencapai sebaran 60% pada diameter
tersebut, maka dilakukan penyuntikan pendahuluan dengan penyuntikan
hCG sebanyak 500 IU/kg bobot induk, dilakukan 24 jam sebelum dilakukan
penyuntikan ovulasi. Penyuntikan ovulasi dilakukan dengan memberikan
suntikan hormon gonadotrophin (ovaprim) dengan dosis 0,6 ml/kg bobot
induk dan dilakukan dua kali penyuntikan. Penyuntikan pertama diberikan
sebanyak 0,2 ml/kg bobot induk dan selang 8 jam kemudian dilakukan
penyuntikan kedua dengan dosis 0,4 ml/kg bobot induk. Penyuntikan
hormon dilakukan pada bagian belakang sirip dorsal.
Ovulasi terjadi 14‒16 jam setelah penyuntikan kedua, pada suhu air
tempat inkubasi induk 23‒25oC (degre hour 350‒368°H). Penyiapan sperma
dilakukan sebelum proses pengalinan ikan betina, sperma hasil pengalinan
diencerkan menggunakan NaCl fisiologis (konsentrasi 0,09%) dengan
perbandingan antara sperma dengan NaCl yaitu 1:4, kemudian larutan sperma
di simpan pada suhu referigerator (suhu 5oC). Proses pemijahan mulai dari
pemeriksaan telur sampai dengan pencucian/pembilasan telur tertera pada
Gambar 33–36. Gambar skema Standar Prosedur Operasional Pemijahan
Buatan tertera pada Gambar 37.

37
Budidaya Ikan Dewa

Gambar 33 Pemeriksaan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan dewa


melalui metode kanulasi

Gambar 34 Penyuntikan hormon gonadotropin (Ovaprim) untuk


mempercepat proses ovulasi telur

38
IV. Budidaya Ikan Dewa

Gambar 35 Pengalinan striping telur pada pemijahan secara buatan

Gambar 36 Telur ikan dewa

39
Budidaya Ikan Dewa

Gambar 37 Skema pemijahan buatan ikan dewa

40
IV. Budidaya Ikan Dewa

Inkubasi Telur
Telur ikan dewa mempunyai sifat tidak lengket dan tenggelam di
dasar (fergofil). Telur yang telah dibuahi bersihkan dari kotoran selanjutnya
ditetaskan dalam aquarium yang dilengkapi aerasi dengan cara disebar merata
di dasar aquarium dan tidak bertumpuk dengan kepadatan 12.000 butir/m2.
Telur yang belum dibuahi mempunyai diameter 2,9‒3,1 mm, yang
terbuahi akan berkembang diameternya menjadi 3,1‒3,3 mm. Evaluasi
keberhasilan pembuahan dapat diamati secara visual setelah terjadinya fase
pembelahan sel kutub anima.
Kecepatan perkembangan embrio selama proses inkubasi telur dipengaruhi
oleh fisika dan kimia air khususnya suhu air. Proses perkembangan embrio
pada suhu 21‒24°C sampai menetas selama 4 hari. Telur yang dibuahi setelah
8 jam dari pembuahan akan tampak bening, sementara yang tidak dibuahi,
atau telur mati dicirikan dengan warna putih pekat, segera dikeluarkan dari
tempat penetasan diambil dengan cara menyipon, telur akan menetas setelah
4‒5 hari. Kualitas air penetasan dipertahankan optimal. Secara ringkas
tahapan perkembangan embrio ikan dewa sebagai berikut:

5-35 menit 35-60 menit 24-48 jam 48-72 jam


rongga peritelin mitosis kutub anima fase morula fase grastrula
berkembang dari 1 menjadi 2

72-97 jam 91-131 jam 131- 260 jam Fase 260 jam (11 hari)
fase blastophore Menetas post larva Larva habis yolksack

Gambar 38 Fase perkembangan embrio telur ikan dewa

41
Budidaya Ikan Dewa

Pemeliharaan Larva dan post larva


Larva yang telah habis yolk sack dipelihara di aquarium dengan kepadatan
10.000 ekor/m2. Pemberian pakan alami berupa Nauplii Artemia selama 5‒7
hari, dimulai dari hari ke 9‒11 setelah ikan menetas. Secara keseluruhan,
pemeliharaan larva berlangsung selama 20‒21 hari atau sampai benih
mencapai ukuran 1,5‒2 cm, benih yang dihasilkan siap untuk dipelihara pada
pemeliharaan selanjutnya.

Gambar 39 Gambar 40
Corong penetasan Artemia dan Aquarium pemeliharaan larva
aquarium dengan sistem resiskulasi

Gambar 41 Bak serat gelas pemeliharaan benih, menggunakan sistem air


resirkulasi bio-filter

42
IV. Budidaya Ikan Dewa

Tip dan trik agar produktivitas benih tinggi


Agar produktivitas usaha pembenihan dapat dapat dilakukan secara
optimal, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah:
- Induk yang digunakan bermutu baik, baik fenotipe maupun
genotipe.
- Ukuran induk betina pada saat awal memijah tidak kurang dari
1000 g per ekor.
- Jumlah induk yang ditebar tidak lebih dari 4 ekor per meter persegi
dengan perbandingan jantan betina ideal adalah 1:3
- Induk yang digunakan telah matang gonad dan siap pijah.
- Design kolam sesuai dengan kondisi lingkungan di alam dengan
kualitas air harus terjaga baik kuantitas maupun kualitas.
- Penangkapan/pemberantasan ikan lain, baik sebagai predasi telur/
larva maupun sebagai kompetitor induk dalam hal makanan dan
lingkungan.
- Dilakukan pengeringan kolam secara periodik terutama setiap selesai
periode musim memijah.

43
Budidaya Ikan Dewa

Gambar 42 Pemeliharaan pendederan pada sistem indoor resirkulasi

44
IV. Budidaya Ikan Dewa

B. Pendederan
Pendederan adalah aktivitas produksi benih ikan Dewa dimulai dari
penyiapan kolam pemeliharaan sampai menghasilkan benih ukuran tertentu
dalam waktu pemeliharaan tertentu. Pemeliharaan dilakukan di dalam
kolam tembok dengan aliran air yang berasal dari aliran sungai atau saluran
air lainnya. Selama pemeliharaan dilakukan pemberian pakan buatan dalam
jumlah dan waktu tertentu. Untuk pendederan ikan Dewa, dapat dilakukan
dalam 2 fase, yaitu pendederan 1 untuk menghasilkan benih ukuran 5‒8 cm
dan Pendederan 2 untuk menghasilkan benih ukuran 15‒17 cm atau seberat
40‒50 g/ekor.

Pendederan 1
Aktivitas pemeliharaan benih dilakukan di dalam ruangan (Hatchery),
diawali dengan memindahkan benih dari akuarium penetasan ke dalam
akuarium pemeliharaan dengan ukuran yang lebih luas dari akuarium penetasan
(l : 50 × t : 40 × p : 100 cm), ketinggian air 35 cm, akuarium menggunakan
sistem resirkulasi biofilter, serta dilengkapi dengan aerasi. Kepadatan larva
1500 ekor/akuarium (15 ekor/L).
Pada awal pemindahan, benih sudah mulai aktif berenang dan mulai
responsif pada pakan buatan berbentuk tepung. Pada awal pemeliharaan
dapat juga diberikan cacing tubifex dan diseling dengan pakan tepung (P0)
selama 7 hari (Minggu I). Mulai hari ke delapan benih diberikan 100% pakan
buatan tepung selama 7 hari (Minggu II), dan selanjutnya pakan tepung
diganti dengan pakan crumbel (P1) diberikan selam 2 minggu (Minggu ke III
dan IV) sampai ikan mencapai ukuran 2‒3 cm.

45
Budidaya Ikan Dewa

Gambar 43 Skema pendederan 1 ikan dewa di indoor hatchery

46
IV. Budidaya Ikan Dewa

Pendederan 2
Pendederan kedua dapat dilakukan dalam sitem kolam bak air mengalir
maupun outdoor resirkulasi. Pemeliharaan dengan sistem ini untuk menjaga
stabilitas kualitas air dan stabilitas kondisi lainnya.

Pendederan di dalam kolam mengalir


Persyaratan kolam pemeliharaaan adalah kolam terbuat dari tembok
dengan luas 40 m2, tinggi kolam minimal 60 cm dengan tinggi air minimal
40 cm, terbebas dari hama dan bocoran, mempunyai aliran air dengan debit
minimal 40 liter/menit.
Aktivitas produksi benih ikan Dewa dimulai dari penyiapan kolam
pemeliharaan sampai menghasilkan benih ukuran tertentu dalam waktu
pemeliharaan tertentu. Pemeliharaan dilakukan di dalam kolam tembok
dengan aliran air yang berasal dari aliran sungai atau saluran air lainnya. Selama
pemeliharaan dilakukan pemberian pakan buatan dalam jumlah dan waktu
tertentu. Produksi benih menggunakan sistem ini lebih mudah diaplikasikan
kepada pembudidaya pemula maupun yang telah mahir.
Ketersedian lahan untuk pembuatan kolam, luas lahan yang dibutuhkan
antara 500‒600 m2, peruntukan 10 buah kolam tembok ukuran masing-
masing 40 m2. Kolam terbuat dari tembok/beton dengan ukuran 8 x 5 x
0,6 m3. Kolam dilengkapi dengan pipa inlet untuk pemasukan air dengan
diameter 3 inci dan pipa outlet untuk pengeluaran air dengan diameter
4 inch. Posisi inlet berada di depan dan oulet berada di belakang kolam. Kolam
dilakukan pengecatan warna biru muda dengan menggunakan cat tahan air.
Kolam disucihamakan dengan dilakukan pengeringan selama 2‒3 hari, kolam
kemudian diisi dengan air bersih dengan ketinggian air 40 cm.
Kondisi lahan mudah dijangkau, terbebas dari banjir, dan air bebas dari
limbah domestik. Media air yang dapat dipergunakan untuk pemeliharaan
bisa berasal dari saluran irigasi tersier, sumur (mata air tanah), atau dari outlet
waduk atau danau. Kriteria kualitas air yang disaratkan sebagai berikut:
Oksigen terlarut (mg/l) > 4; pH 6–8; Suhu air (˚C) 22‒32oC; CO2(mg/l)
<4,5; Kesadahan (mg/l) <12 serta kecerahan air dengan nilai Jackson Turbidity
Unit (JTU) < 30. Lokasi pemeliharaan ikan Dewa optimal pada daerah dengan
ketinggian 50–900 m di atas permukaan laut.

47
Budidaya Ikan Dewa

- Pemeliharaan benih
Aktivitas dimulai dari penyiapan benih, benih yang ditebar harus
sudah bisa makan pakan buatan dan mempunyai ukuran dan umur yang
seragam, rata-rata ukuran tebar adalah 2 cm dengan umur benih antara
1,5‒2 bulan. Sebelum ditebar, benih terlebih dahulu dilakukan pengukuran
untuk mengetahui bobot dan panjang benih, dilakukan melalui sampling
ukuran pada sejumlah tertentu ikan yang akan dipelihara. Benih kemudian
dimasukkan ke dalam kolam tembok dengan kepadatan 25 ekor/m2 atau
sebanyak 1.000 ekor/kolam.
Pakan diberikan secara bertahap dari mulai 1 bulan pertama menggunakan
pakan berbentuk tepung/powder dengan kandungan protein minimal
40% dilanjutkan dengan pakan butiran apung berdiameter 1 mm dengan
kandungan protein minimal 38%. Lama pemeliharaan 3 bulan sampai ikan
sudah mencapai panjang kisaran 5‒8 cm. Persyaratan utama dalam proses
pendederan adalah kualitas air dengan suhu optimal 21‒32oC; oksigen terlarut
>4 mg/L; pH 6,5‒7,5; ruangan tidak terlalu terang untuk menghindari
tumbuhnya lumut dan plankton. Gambar desain bak pendederan seperti
pada Gambar 44.

48
IV. Budidaya Ikan Dewa

Gambar 44 Desain kolam tembok sistem air mengalir

- Panen benih
Aktivitas panen dimulai dengan pemuasaan ikan terlebih dahulu,
dilakukan dengan cara ikan tidak diberi pakan selama 24 jam sebelum
dilakukan panen. Pemanenan dilakukan secara bertahap, dimulai dengan
penjarangan dengan menangkap benih menggunakan jaring. Penjaringan
dilakukan beberapa kali sampai benih yang ada di kolam/bak fibre tinggal
tersisa sedikit, kemudian dilakukan panen total dengan mengeringkan kolam/
bak fibre. Benih ditampung dalam wadah bak yang telah dipasang dengan
aerasi. Benih diukur untuk mengetahui bobot dan panjang serta dihitung
untuk mengetahui jumlah ikan yang dipanen.

49
Budidaya Ikan Dewa

Pendederan sistem resirkulasi di dalam bak fibre


Bak fibre ukuran diameter 125 cm dan tinggi 1 meter dengan tinggi air
80 cm atau volume 1m2, pompa air kapasitas minimal 240 liter/menit, aerator
kapasitas tekanan volume udara 20 liter/menit, serokan, jaring tangkap, alat
pengukur kualitas air, penggaris, timbangan analitik, waskom dan ember.
Filter terdiri dari jaring bekas, batu koral ukuran Ø 3 cm, bio ball, dan
arang aktif. Kondisi kualitas air sebelum pemeliharaan adalah air jernih,
mempunyai parameter fisika kimia air: Oksigen terlarut 4 mg/l); pH 6,7–7,2;
Suhu (˚C) 24‒27; CO2(mg/l) 2,2‒4,5; dan Kesadahan (mg/l) < 12,3.
Aktivitas produksi benih ikan Tor soro dimulai dari penyiapan bak
resirkulasi sampai menghasilkan benih ukuran tertentu dalam waktu
pemeliharaan tertentu. Pemeliharaan dilakukan di dalam bak dengan aliran air
yang berasal dari sistem resirkulasi atau air yang diputar/digunakan kembali
terus menerus serta aerasi. Selama pemeliharaan dilakukan pemberian pakan
buatan dalam jumlah dan waktu tertentu. Produksi benih menggunakan
sistem ini lebih mudah diaplikasikan kepada pembudidaya yang telah mahir.
Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air
yang sudah digunakan pada proses pemeliharaan ikan dengan cara memutar
air secara terus-menerus menggunakan pompa yang dilewatkan ke sebuah
filter, sistem ini bersifat hemat air dan berguna untuk menjaga kualitas air.
Teknologi sistem resirkulasi dipergunakan dengan tujuan untuk menaikkan
produktivitas melalui peningkatan kepadatan ikan yang dipelihara di dalam
ruang tertutup (indoor), atau outdoor (di luar ruangan). Pada kondisi ini
lingkungan dapat terkontrol sehingga mampu meningkatkan produksi ikan
pada lahan dan air yang terbatas. Penghematan air untuk budi daya dapat
dilakukan, hanya diperlukan air untuk mengganti karena penguapan.
Filter adalah alat yang digunakan untuk menyaring air dengan tujuan
memperbaiki kualitas air agar bisa digunakan kembali. Filter berfungsi mekanis
untuk menjernihkan air dan berfungsi biologis untuk menetralisasi senyawa
amonia yang toksik menjadi senyawa nitrat yang kurang toksik dalam suatu
proses yang disebut nitrifikasi.
Proses nitrifikasi digolongkan dalam dua tahap. Tahap pertama nitrifikasi
yakni oksidasi amonia menjadi nitrit dibantu oleh bakteri Nitrosomonas
dengan reaksinya sebagai berikut:

50
IV. Budidaya Ikan Dewa

2NH3 + 3O2 Nitrosomonas > 2NO2 - + 2H+ + 2HO2


sedangkan tahap dua yakni oksidasi nitrit menjadi nitrat dibantu oleh
bakteri Nitrobacter dengan reaksinya sebagai berikut:
2NO2 - + O2 Nitrobacter > 2NO3–
Filter yang baru pertama kali dipergunakan dalam sistem, diperlukan
waktu untuk conditioning, agar kedua proses kimiawi dan biologi di atas tersebut
berjalan sempurna, diperlukan sekitar 7‒10 hari sejak dioperasionalkan.
Persyaratan kisaran volume filter dalam satu sistem adalah 15‒20 % dari
total volume media pemeliharaan, dengan kontak air terhadap materi filter
minimal 20 L/menit. Untuk pemeliharaan sebanyak 20.000 sampai 30.000
ekor benih, diperlukan 10 buah bak fibre ukuran 1 m3 ditempatkan dalam
lahan seluas 50 m2, bak filter dengan volume 5 m3 yang dibagi menjadi 4
bagian bak.
Media sistem air resirkulasi dengan filter biologis yang mampu
memperbaiki kualitas air. Pompa air untuk mengalirkan air dari filter ke
dalam bak pemeliharaan dan aerator untuk menambah kandungan oksigen
dalam air melalui proses difusi.

- Persiapan bak filter


Bak fiber glas volume 1,5 m3 sepuluh buah di susun menjadi dua baris,
outlet dari masing-masing bak dikoneksikan ke pipa paralon ukuran tiga inci
membentuk dua jalur saluran yag berada pada posisi luar dari barisan bak, di
ujung dekat bak filter kedua pipa outlet tersebut digabungkan menjadi satu,
dan ujung pipa masuk ke dalam bak filter pada sekat pertama, air mengalir
berdasarkan gravitasi.
Bak filter terdiri dari 4 buah sekat yang saling berhubungan, namun
dibuat sedemikian rupa agar aliran air dilewatkan ke bagian filter (zig-zag
stream), pada bak filter yang ke empat terpasang pipa hisap dari pompa, pompa
akan menaikkan air ke bak tampung (water turn) yang terletak di atasnya
dengan ketinggian dari permukaan air 2,7 m. Air bersih (yang sudah terfilter)
dialirkan ke seluruh bak fiber glas, menggunakan pipa paralon ukuran 1,5 inci
dan masing masing dipasang kran pengatur ukuran 1/5 inci.

51
Budidaya Ikan Dewa

Pada water turen juga dilengkapi dengan pipa buangan untuk


mengalirkan air apabila berlebih dan air buangan ini masuk kembali ke bak
filter sekat pertama. Untuk menambah oksigen dalam bak fiber, dilengkapi
juga pengaerasian setiap bak diberidua titik aerasi, dengan kekuatan daya
dorong udara 2 L udara/menit. Design bak fibre sistem resirkulasi seperti pada
Gambar 45.

Gambar 45 Sistem resirkulasi outdoor


52
IV. Budidaya Ikan Dewa

Kegiatan persiapan diawali dengan membersihkan dan mensucihamakan


bak melalui pengeringan. Bak fibre yang digunakan berukuran diameter
125 cm dan tinggi 1 meter dengan ketinggian air 80 cm, debit air
20 liter/menit. Bak juga dilengkapi dengan sistem aerasi.

- Pemeliharaan benih
Aktivitas dimulai dari penyiapan benih, benih yang ditebar harus sudah
bisa makan pakan buatan dan mempunyai ukuran dan umur yang seragam,
rata-rata ukuran tebar adalah 2 cm dengan umur benih antara 2‒2,5 bulan.
Sebelum ditebar, benih terlebih dahulu dilakukan pengukuran untuk
mengetahui bobot dan panjang benih, dilakukan melalui sampling ukuran pada
sejumlah tertentu ikan yang akan dipelihara. Benih kemudian dimasukkan
ke dalam bak fibre dengan kepadatan 2 ekor/liter air atau kepadatan
2.000 ekor/bak fibre.
Pakan diberikan secara bertahap dari mulai 1 bulan pertama
menggunakan pakan berbentuk tepung/powder dengan kandungan protein
minimal 40% dilanjutkan dengan pakan butiran apung berdiameter 1 mm
dengan kandungan protein minimal 38%. Lama pemeliharaan 3 bulan
sampai ikan sudah mencapai panjang kisaran 5‒8 cm. Persyaratan utama
dalam proses pendederan adalah kualitas air dengan suhu optimal 21‒32oC;
oksigen terlarut >4 mg/L; pH 6,5‒7,5; ruangan tidak terlalu terang untuk
menghindari tumbuhnya lumut dan plankton.

- Panen benih
Aktivitas panen dimulai dengan pemuasaan ikan terlebih dahulu,
dilakukan dengan cara ikan tidak diberi pakan selama 24 jam sebelum
dilakukan panen. Pemanenan dilakukan secara bertahap, dimulai dengan
penjarangan dengan menangkap benih menggunakan jaring. Penjaringan
dilakukan beberapa kali sampai benih yang ada di kolam/bak fibre tinggal
tersisa sedikit, kemudian dilakukan panen total dengan mengeringkan kolam/
bak fibre. Benih ditampung dalam wadah bak yang telah dipasang dengan
aerasi. Benih diukur untuk mengetahui bobot dan panjang serta dihitung
untuk mengetahui jumlah ikan yang dipanen.

53
Budidaya Ikan Dewa

Gambar 46 Skema pendederan 2 ikan dewa

54
IV. Budidaya Ikan Dewa

Pendederan 3
Kegiatan pendederan 3 dilakukan untuk menghasilkan benih berukuran
15– 17 cm atau berukuran berat 40‒50 g/ekor. Kegiatan pendederan
umumnya dilakukan di kolam tergenang. Persyaratan kolam pemeliharaaan
adalah kolam terbuat dari tembok atau tanah dengan dasar pasir, luas minimal
100 m2, tinggi kolam minimal 80 cm dengan tinggi air minimal 50 cm,
terbebas dari hama dan bocoran, mempunyai aliran air dengan debit minimal
40 liter/menit.
Kondisi lahan mudah dijangkau, terbebas dari banjir, dan air bebas dari
limbah domestik. Media air yang dapat dipergunakan untuk pemeliharaan
bisa berasal dari saluran irigasi tersier, sumur (mata air tanah), atau dari outlet
waduk atau danau. Kriteria kualitas air yang disaratkan sebagai berikut:
Oksigen terlarut (mg/l) > 4; pH 6 – 8; Suhu air (˚C) 22‒32oC; CO2(mg/l)
<4,5; Kesadahan (mg/l) < 12 serta kecerahan air dengan nilai Jackson Turbidity
Unit (JTU) <30. Lokasi pemeliharaan ikan Dewa optimal pada daerah dengan
ketinggian 50–900 m di atas permukaan laut.
Aktivitas produksi benih ikan Dewa dimulai dari penyiapan kolam
pemeliharaan sampai menghasilkan benih ukuran tertentu dalam waktu
pemeliharaan tertentu. Pemeliharaan dilakukan di dalam kolam dengan aliran
air yang berasal dari aliran sungai atau saluran air lainnya. Selama pemeliharaan
dilakukan pemberian pakan buatan dalam jumlah dan waktu tertentu.

Pemeliharaan
Aktivitas dimulai dari penyiapan benih, benih yang ditebar mempunyai
ukuran dan umur yang seragam, rata-rata ukuran tebar adalah 5‒8 cm dengan
umur benih antara 4,5‒5 bulan. Sebelum ditebar, benih terlebih dahulu
dilakukan pengukuran untuk mengetahui bobot dan panjang benih, dilakukan
melalui sampling ukuran pada sejumlah tertentu ikan yang akan dipelihara.
Benih kemudian dimasukkan ke dalam kolam tembok dengan kepadatan
15 ekor/m2 atau sebanyak 1.500 ekor/kolam. Pakan diberikan berbentuk
apung dengan diameter 1‒2 mm dengan kandungan protein minimal 35%.
Lama pemeliharaan 6 bulan sampai ikan sudah mencapai panjang kisaran
1‒17 cm atau berat 50‒60 g. Persyaratan utama dalam proses pendederan
adalah kualitas air dengan suhu optimal 21‒32oC; oksigen terlarut >4 mg/L;
pH 6,5‒7,5.
55
Budidaya Ikan Dewa

Panen
Aktivitas panen dimulai dengan pemuasaan ikan terlebih dahulu, dilakukan
dengan cara ikan tidak diberi pakan selama 24 jam sebelum dilakukan panen.
Pemanenan dilakukan secara bertahap, dimulai dengan penjarangan dengan
menangkap benih menggunakan jaring. Penjaringan dilakukan beberapa kali
sampai benih yang ada di kolam tinggal tersisa sedikit, kemudian dilakukan
panen total dengan mengeringkan kolam. Benih ditampung dalam wadah
bak yang telah dipasang dengan aerasi atau mempunyai aliran air cukup deras.
Benih diukur untuk mengetahui bobot dan panjang serta dihitung untuk
mengetahui jumlah ikan yang dipanen.

Gambar 47 Pendederan ikan dewa di kolam mengalir

56
IV. Budidaya Ikan Dewa

Tips dan trik


a) Pemeliharaan dilakukan di dalam kolam dan di bak fibre, persiapan
kolam dan bak fibre dilakukan 2‒3 hari sebelum penebaran benih.
b) Luas kolam beton 40 m2 dengan ketinggian air dalam kolam beton
minimal 40 cm dan bak fibre volume total 1,32 m2 ketinggian bak
fibre 80 cm atau volume 1 m3.
c) Debit air di kolam sebesar 40 liter/menit dan di bak fibre 20 liter/
menit.
d) Aerasi dengan daya dorong volume udara 1,8–2,0 liter/menit untuk
setiap titik aerasi.
e) Padat tebar 1.000 ekor/kolam dan 2.000 ekor/fibre.
f ) Pakan diberikan secara bertahap mulai 1 bulan pertama menggunakan
pakan tepung dengan kandungan protein minimal 40% dilanjutkan
dengan pakan apung berbentuk butiran 1 mm dengan kandungan
protein minimal 38% sampai waktu panen.
g) Pemeliharaan berlangsung selama 3 bulan ikan sudah mencapai
ukuran panjang 5‒7 cm.
h) Selama pemeliharaan dilakukan pengamatan pertumbuhan panjang
dan bobot setiap 1 bulan sekali

C. Pembesaran
Pembesaran ikan merupakan salah satu tahapan kegiatan budi daya
untuk menghasilkan ikan ukuran konsumsi. Pada kegiatan ini, ikan didorong
untuk secara maksimal dapat mencapai ukuran panen dengan mengutamakan
kualitas dan kuantitas melalui penyedian lingkungan media hidup ikan yang
optimal, pemberian pakan yang tepat, serta pengendalian hama dan penyakit.
Istilah pembesaran berkaitan erat dengan pertumbuhan, pertumbuhan
didefiniskan sebagai perkembangan ukuran baik bobot maupun panjang
dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor
genetik, hormon, dan lingkungan. Faktor lingkungan yang paling penting
adalah zat hara.

57
Budidaya Ikan Dewa

Pada kegiatan pembesaran ikan dewa, dibagi ke dalam 2 segmentasi


pembesaran, hal ini karena pada pembesaran ikan dewa dibutuhkan waktu
yang lama untuk mencapai ukuran pembesaran. Dalam buku ini, pembesaran
dibagi ke dalam pembesaran 1 untuk mencapai ukuran gelondongan atau
ukuran 200‒250 g/ekor dan pembesaran 2 untuk mencapai ukuran konsumsi
atau 800‒1000 g/ekor.

Pembesaran 1
Kegiatan pembesaran 1 dilakukan untuk menghasilkan ikan berukuran
20–25 cm atau berukuran berat 200–250 g/ekor. Kegiatan umunya dilakukan
di kolam tergenang. Persyaratan kolam pemeliharaaan adalah kolam terbuat
dari tembok atau tanah dengan dasar pasir, luas minimal 100 m2, tinggi kolam
minimal 80 cm dengan tinggi air minimal 50 cm, terbebas dari hama dan
bocoran, mempunyai aliran air dengan debit minimal 60 liter/menit.
Air yang dapat dipergunakan untuk pemeliharaan bisa berasal dari
saluran irigasi tersier atau dari outlet waduk atau danau. Kriteria kualitas air
yang disaratkan sebagai berikut: Oksigen terlarut (mg/l) >4; pH 6–8; Suhu
air (˚C) 22‒320C; CO2(mg/l) <4,5; Kesadahan (mg/l) <12 serta kecerahan
air dengan nilai Jackson Turbidity Unit (JTU) <30. Lokasi pemeliharaan ikan
Dewa optimal pada daerah dengan ketinggian 50–400 m di atas permukaan
laut.

Pemeliharaan
Aktivitas dimulai dari penyiapan benih, benih yang ditebar mempunyai
ukuran yang seragam, rata-rata ukuran tebar adalah 15‒17 cm. Sebelum
ditebar, benih terlebih dahulu dilakukan pengukuran untuk mengetahui
bobot dan panjang benih, dilakukan melalui sampling ukuran pada sejumlah
tertentu ikan yang akan dipelihara. Benih kemudian dimasukkan ke dalam
kolam tembok dengan kepadatan 7‒8 ekor/m2 atau sebanyak sekitar 1.500
ekor/kolam. Pakan diberikan berbentuk apung dengan diameter 2 mm dengan
kandungan protein minimal 30%. Lama pemeliharaan 12 bulan sampai ikan
sudah mencapai panjang kisaran berat 200‒250 g.

58
IV. Budidaya Ikan Dewa

Panen
Aktivitas panen dimulai dengan pemuasaan ikan terlebih dahulu, dilakukan
dengan cara ikan tidak diberi pakan selama 24 jam sebelum dilakukan panen.
Pemanenan dilakukan secara bertahap, dimulai dengan penjarangan dengan
menangkap ikan menggunakan jaring. Penjaringan dilakukan beberapa kali
sampai ikan yang ada di kolam tinggal tersisa sedikit, kemudian dilakukan
panen total dengan mengeringkan kolam. Ikan ditampung dalam bak yang
telah dipasang dengan aliran air yang deras. Ikan diukur untuk mengetahui
bobot dan panjang serta dihitung untuk mengetahui jumlah ikan yang
dipanen.

Pembesaran 2
Kegiatan pembesaran adalah proses pemeliharaan ikan dari ukuran
tertentu yang ditebar sampai ukuran konsumsi yang diharapkan, umumnya
untuk mencapai ikan ukuran 800–1000 g/ekor. Untuk pembesaran ikan
dewa, dapat dilakukan dengan dua sistem pemeliharaan, yaitu dengan sistem
semi-intensif di kolam tenang dan sistem intensif di kolam air deras.

Sistem semi-Intensif di kolam


Pembesaran ikan dalam kolam tergenang termasuk sistem pemeliharaan
secara semi-intensif yang dicirikan dengan padat tebar rendah namun
menggantungkan pada pakan buatan. Oleh sebab itu untuk mendukung
pertumbuhan yang optimal, ikan yang dipelihara diberi pakan berupa pelet
dengan nutrisi yang seimbang dengan kandungan protein antara 26–28%.
Budi daya ikan dewa secara semi-intensif di kolam dapat dilakukan
secara monokultur maupun secara polikultur. Sistem semi-intensif juga dapat
dilakukan secara terpadu (intergrated), artinya kolam ikan dikelola bersama
dengan usaha tani lain. Misal usaha tani kangkung, genjer dan sayuran
lainnya juga dapat dipelihara bersama ikan. Limbah sayuran menjadi pupuk
dan pakan tambahan bagi ikan. Sementara itu lumpur yang kotor dan kolam
ikan dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran.

59
Budidaya Ikan Dewa

Kondisi musim yang tidak selalu sama pada setiap pemeliharaan akan
berpengaruh pula terhadap pemanfaatan pakan dan pertumbuhan ikan.
Namun demikian, pemberian jumlah pakan dapat dilakukan dengan melihat
berat pada tiap pengambilan sampel/contoh. Secara umum, dosis pemberian
pakan untuk pembesaran di kolam adalah 3‒4% pada awal pemeliharaan.
Dosis ini berangsur menurun menjadi 2‒3% hingga air pemeliharaan.
Untuk mengetahui laju pertumbuhan mingguan dan pendugaan total
bobot biomass ikan yang dipelihara dilakukan sampling. Manfaat lain dari
sampling adalah untuk menentukan ukuran serta prosentase dan intensitas
pemberian pakan. Sampling dapat dilakukan setiap 1 bulan sekali. Teknik
pelaksanaanya adalah dengan mengambil 1‒2% dari jumlah total ikan yang
ada kemudian menimbang dan menghitung berat rataannya. Agar ikan tidak
stres sampling sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan dilakukan pembiusan.
Apabila cuaca pada musim pemeliharaan adalah normal dimana tidak
terjadi serangan penyakit atau dan kondisi kualitas dan kuantitas air tidak
benyak mengalami penurunan, maka total biomasa ikan yang dipelihara dapat
lebih akurat untuk diestimasikan. Selain untuk mengetahui laju tumbuh,
sampling juga untuk mengecek kesehatan ikan yang dipelihara khususnya
pengecekan terhadap sisik, sirip, dan insang karena jika diketahui salah satu
insang terserang penyakit dapat segera dilakukan pemisahan dari populasinya
untuk diobati.
Pemeliharaan di kolam tanah dengan aliran air sedang dapat mendukung
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan dewa sampai 2,5 kg/m2. Dengan
padat tebar awal ukuran 200 g/ekor, dapat dipelihara ikan sebanyak 3 ekor/m2.
Setelah bobot rata-rata ikan yang dipelihara sesuai dengan yang diinginkan,
dilakukan panen. Pada kondisi musim yang bagus, bobot 800‒1000 g/ekor
dicapai pada umur sekitar 12 bulan, tergantung padat tebar dan pemberian
pakan. Panen dilakukan secara total untuk satu petak. Pelaksanaanya dengan
terlebih dahulu memuasakan (memberok) ikan selama 1 hari sebelum panen,
agar ikan tidak banyak mengeluarkan kotoran saat pengangkutan. Untuk
memudahkan pengambilan ikan saat panen dilakukan penjarangan dengan
menggunakan jaring. Selanjutnya ikan dipanen total dengan cara pengeringan
kolam.

60
IV. Budidaya Ikan Dewa

Apabila pakan yang digunakan dan benih ikan dewa yang ditanam baik
kualitasnya, tonase akhir bisa diestimasi. Pada pemeliharaan pembesaran di
kolam tergenang bisa menghasilkan tonase akhir 20‒25% dari total pakan
yang digunakan selama masa pemeliharan ikan di tambah bobot tebar awal.
Pada pemeliharaan di kolam berukuran luas 200 m2 dengan jumlah ikan
yang dipelihara sebanyak 600 ekor atau seberat 120 kg. Jika total pakan yang
digunakan selama pemeliharaan adalah 1.300 kg, maka tonase akhir ikan
Dewa dalam jaring adalah sebanyak:
(1300 kg × 25%) + 120 kg = 445 Kg.

Pembesaran dalam Kolam Air Deras


Kolam air deras (KAD) merupakan kolam tempat pembesaran ikan yang
airnya mengalir secara terus-menerus dalam jumlah tertentu. Teknologi ini
berasal dari Jepang dan diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 1980-an.
Kolam air deras membutuhkan debit air yang relatif besar. Air yang masuk
ke dalam kolam dengan aliran deras dimaksudkan untuk meningkatkan daya
dukung wadah dalam menunjang pertumbuhan ikan yang dibudidayakan.
Konstruksi yang baik untuk digunakan pembesaran ikan dewa secara intensif
adalah seperti terlihat pada Gambar 48. Kelebihan dari aliran air yang deras
adalah sebagai berikut : 1) Kadar oksigen terlarut dalam air berada pada tingkat
yang jenuh, sehingga oksigen terlarut dalam air berlimpah. 2) Tingginya kadar
oksigen terlarut memungkinkan kepadatan ikan yang dibudidayakan relatif
tinggi, sehingga dapat mendukung peningkatan produksi dan produktivitas.
3) Sisa makanan dan kotoran ikan mudah terbawa aliran air ke luar kolam
sehingga menghindari pembusukan dalam kolam yang dapat berpengaruh
pada pertumbuhan ikan.
Kapasitas produksi kolam air deras dapat mencapai sekitar 15–20 kg/m3
atau sebanyak sekitar 0,11‒0,16 kg ikan/liter/menit. Pakan yang diberikan
berupa pellet dengan kandungan protein 26‒28%. Pemberian secara berkala
dengan dosis 2–3% dari bobot total ikan/hari. Frekuensi pemberiannya, 3 kali
sehari (pagi, siang, dan sore). Dengan patokan dosis tersebut, bobot pakan per
hari dapat berubah seiring dengan penambahan bobot ikan dalam kolam.
Penambahan bobot tersebut sering disebut dengan pertumbuhan. Besarnya
pertumbuhan dapat diketahui melalui teknik sampling (mengambil beberapa

61
Budidaya Ikan Dewa

ekor ikan dan menimbang bobotnya). Bobot total ikan dalam kolam adalah
perkalian antara bobot rata-rata ikan yang di sampling dengan jumlah ikan
yang dipelihara. Penyesuaian jumlah pakan disesuaikan dengan hasil sampling
bobot total ikan yang dilakukan dua pekan sekali.
Pembesaran ikan Dewa dilakukan selama masa pemeliharaan 12 bulan
untuk mencapai ukuran 800 hingga 1000 ekor/kg mortalitasnya relatif
rendah. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan
dan mengurangi kematian ikan yaitu: 1) Pemilihan kualitas dan jenis pakan.
2) Pemberian pakan menyebar, tidak terkonsentrasi pada area tertentu dan
3) Pengaturan kuantitas dan kualitas air.

Gambar 48 Pemeliharaan ikan dewa pada sistem kolam air deras

62
IV. Budidaya Ikan Dewa

Tips dan trik pada pembesaran


Agar produktivitas lahan yang digunakan optimal, beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada usaha pembesaran antara lain adalah:
- Lahan yang digunakan bebas dari hama dan penyakit. Hal yang perlu
dilakukan adalah pengeringan kolam sampai benar-benar kering.
Pengapuran, perbaikan kolam dari kebocoran dan pembersihan
pematang harus dilakukan secara berkala.
- Benih yang digunakan harus bermutu baik, berasal dari sumber
benih yang dapat dipertanggungjawabkan. Kenali ciri-ciri benih
berkualitas yang biasanya mudah terlihat dari bentuk tubuh dan
susunan sisik.
- Pakan yang digunakan harus bermutu, pemberian pakan sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan dan tidak memberikan pakan
secara berlebih.
- Pengecekan bobot dan kondisi ikan dilakukan secara berkala untuk
mengetahui perkembangan ikan.

63
V. Pakan
dan Pemberian Pakan

Pakan dan metode pemberian pakan memegang peranan penting dalam


perkembangan usaha budi daya berkelanjutan. Agar ikan dapat tumbuh
dengan cepat, diperlukan pakan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai.
Pakan yang dimanfaatkan utamanya dipergunakan untuk pemeliharaan,
perkembangan dan proses perbaikan organ-organ tubuh yang rusak
(maintenance). Kelebihan makanan dari proses maintenance, dipergunakan
untuk proses pertumbuhan dan reproduksi pada saat ikan tersebut dewasa.
Efisiensi pakan merupakan salah satu komponen penting dalam budi
daya karena merupakan komponen terbesar dari total biaya operasional yang
dikeluarkan. Pengembangan komposisi dan efisiensi pakan yang baik akan
menghasilkan produksi yang tinggi, biaya pakan yang rendah serta penurunan
produksi limbah budi daya. Komponen pakan pada budidaya perikanan
sistem intensif pada ikan dewa dapat mencapai lebih dari 40% dari total biaya
produksi. Pakan merupakan komoditi yang sangat bernilai dalam keberhasilan
budidaya sehingga harus termanfaatkan oleh ikan sebelum mengalami
penurunan mutu akibat lama waktu atau kesalahan dalam penyimpanan,
distribusi maupun kesalahan dalam pemberian pakan.

A. Kebutuhan Nutrisi Ikan Dewa


Ikan dewa membutuhkan sekitar 10 jenis asam amino esensial seperti
arginin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metilalanin, phenilalanin, threonin,
valin, dan triptophan. Asam amino esensial tersebut antara lain terdapat pada
tepung ikan, tepung udang, tepung daging, tepung tulang, serta tepung kedelai.
Selain protein, ikan dewa juga membutuhkan lemak serta asam lemak. Ikan
dewa lebih banyak membutuhkan asam lemak lenoleat (n-6) dibandingkan
asam lemak lenolenat (n-3). Kekurangan asam lemak akan mengakibatkan
Budidaya Ikan Dewa

penurunan pertumbuhan karena kekurangan sumber energi. Kekurangan


lemak dalam pakan induk dapat mengakibatkan penurunan kualitas benih
ikan yang dihasilkan serta penurunan jumlah anakan yang dihasilkan.
Vitamin memegang peranan penting dalam menunjang pertumbuhan
dan perkembangan ikan. Beberapa vitamin yang penting antara lain
adalah vitamin C, B kompleks dan vitamin E, selain dari vitamin lainnya.
Kekurangan vitamin C dalam pakan dapat mengakibatkan daya tahan tubuh
ikan berkurang, mudah terserang penyakit, mudah terjadi pendarahan serta
terjadinya luka. Kekurangan vitamin B dapat menyebabkan pertumbuhan
terhambat sehingga tubuh ikan biasanya menjadi kurus dan kuntet.
Kualitas bahan pakan sangat tergantung dari cara pengolahan
atau pembuatan bahan pakan tersebut, misalnya pada saat pengolahan
menggunakan suhu tinggi atau saat pengeringan yang berlebihan. Kualitas
pakan juga ditentukan oleh jenis ikan yang digunakan dalam pembuatan
tepung. Tepung ikan yang baik harus mengandung protein minimal 60%
dengan komposisi asam amino esensial yang lengkap dan aroma yang baik
sehingga berfungsi sebagai atraktan dalam pakan.

B. Jenis dan Cara Pemberian Pakan


Pada pemeliharaan semi intensif di kolam tergenang, di dalam kolam yang
telah dipersiapkan, sebenarnya sudah tersedia pakan alami. Namun demikian,
keberadaanya seringkali jauh dari memadai dibandingkan kebutuhan ikan
akan makanan, sehingga diperlukan pakan tambahan yang diberikan, yang
sering disebut sebagai pakan buatan. Pakan buatan harus memiliki kandungan
gizi yang lengkap seperti keberadaan kalori, protein, vitamin, dan mineral.
Kandungan kalori yang diperlukan ikan rata-rata sekitar 2500 kalori dengan
kandungan protein sebesar 25–30%.
Bentuk pakan bermacam-macam, umumnya yang sering digunakan
dalam budidaya antara lain pakan berbentuk tepung, remah, dan pellet.
Bentuk pakan ini biasanya disesuikan dengan ukuran ikan yang diberi
makan. Berdasarkan sifatnya, pakan buatan dapat dikelompokan menjadi
pakan apung dan pakan tenggelam. Penggunaan pakan berdasarkan sifatnya
pakan ini biasanya disesuaikan dengan kebiasaan makan dari spesies ikan yang
dipergunakan.

66
V. Pakan dan Pemberian Pakan

Jumlah pakan yang diberikan setiap hari disesuaikan dengan berat ikan,
sering disebut sebagai tingkat pemberian pakan atau feeding level (TPP). TPP
untuk setiap jenis ikan dan tingkatan ukuran ikan berbeda-beda. Jumlah
pakan yang diberikan dalam beberapa kali pemberian setiap harinya (frekuensi
pemberian pakan). Umumnya, ikan berukuran kecil membutuhkan TPP dan
frekuensi pemberian pakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran
yang lebih besar.
Cara pemberian pakan juga berpengaruh terhadap keberhasilan dalam
budidaya. Secara umum terdapat tiga macam cara pemberian pakan yang
umum dilakukan, yaitu:
· Pemberian pakan menggunakan automatic feeder; adalah pemberian
pakan dengan menggunakan alat yang dirancang sedemikian rupa
sehingga mampu mengeluarkan pakan dalam jumlah dan frekuensi
tertentu sesuai keinginan.
· Pemberian pakan menggunakan self feeder; adalah pemberian
pakan dengan menggunakan alat yang dirancang sedemikian rupa
sehingga pada saat ikan memerlukan makanan, ikan tersebut dengan
menyentuh bagian tertentu dari alat, alat ini akan mengeluarkan
makanan dalam jumlah tertentu
· Pemberian pakan menggunakan manual tanpa alat; adalah pemberian
pakan secara langsung yang diberikan oleh manusia.
Berdasarkan rata-rata berat individu ikan dapat ditetapkan tingkat dan
frekuensi pemberian pakan, berdasarkan berat total dapat ditetapkan jumlah
pakan yang dibutuhkan dalam satu hari maupun satu kali pemberian pakan.
Untuk mengetahui respons ikan terhadap pakan yang diberikan dilakukan
evaluasi pemberian pakan atau sering disebut sebagai efisiensi pemberian.
Efisiensi adalah perbandingan antara pertambahan bobot ikan dengan jumlah
pakan yang diberikan, dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi tingkat
efisiensi, semakin baik tingkat efiensi pakan. Untuk mengetahui efisiensi
pakan dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

67
Budidaya Ikan Dewa

BTt – BTo
EP = × 100%
P
EP ; Efisiensi pakan
BTt : Berat ikan setelah masa pemeliharaan tertentu
Bto : Berat ikan pada saat awal pemeliharaan
P : Berat pakan yang diberikan
Contoh, pada pemeliharaan ikan dewa di kolam, ditebar sebanyak 100
kg ikan, setelah dipelihara selama 12 bulan, dihasilkan ikan sebanyak 500
kg. Selama pemeliharaan dihabiskan pakan sebanyak 2.000 kg. Nilai efisiensi
pakan adalah sebesar ((500-100)/2000)) × 100 = 20%.

68
VI. Penyakit
dan Cara Pengendalian

A. Jenis Penyakit dan Target Infeksi


Seperti penyakit yang umumnya menyerang ikan jenis ciprinid, penyakit
jenis tertentu juga dapat menyerang ikan dewa. Berdasarkan identifikasi
bakteri pada ikan dewa menunjukkan bahwa identifikasi penyakit ditemukan
parasit berupa cysre cacing (metacercaria) pada insang yang diduga dari kelas
Trematoda. Ikan dewa yang dipelihara bersama-sama ikan mas ternyata
terinfeksi Argulus sp. yang merusak sisik. Pemeliharaan bersama-sama benih
ikan mas selama satu bulan ikan dewa berukuran 8,5–10,5 cm terinfeksi
10% bakteri Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp.
Ditemukan parasit Trichodina sp. menginfeksi insang maupun sisik dan
sirip. Ditemukan juga endoparasit pada insang yang karakteristiknya mirip
metacercaria cacing Trematoda. Vektor penyakit adalah keong, katak, ikan liar,
dan Trichodina sp. masih tergolong parasit yang masih ringan serangannya.
Kualitas air kurang baik karena bahan organiknya tinggi (5,6‒18 mg/L),
ammonia (0,1‒0,1 mg/L) dan nitrit (0,2‒0,8 mg/L) diduga penyebab
berkembangnya pathogen Trikhodina sp.

B. Gejala dan Pengendalian Penyakit


Gejala penyakit yang umum terjadi pada pemeliharaan ikan dewa adalah
antara lain 1) pada bagian tubuh tertentu berwarna merah, berubah warna, dan
tubuh berlendir. 2) Tutup insang bengkak, lembar insang pucat/keputihan.
3) Perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit bergerak.
Budidaya Ikan Dewa

Pengendalian dapat dilakukan melalui:


- Perendaman dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30–60
menit dengan dosis 2 g/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang
3 hari kemudian.
- Perendaman dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit
dengan dosis 2–3,5 %.
Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya
penyakit dan hama pada budidaya ikan dewa:
a) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
b) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
c) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
d) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi
satu pintu pemasukan air.
e) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
f ) Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan
secara hati-hati dan benar.
g) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus
peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal
perkolaman.

C. Tips dan Trik Mengatasi Penyakit


Ikan Dewa
Penyakit umumnya menyerang pada saat lingkungan budidaya, yaitu
kondisi kualitas air menurun, kondisi tersebut selain menumbuh suburkan
penyakit, juga menyebabkan kondisi ikan menjadi lemah dan rentan terhadap
penyakit. Hal yang sangat perlu diperhatikan untuk mengatasinya adalah:
- Kualitas air tetap terjaga dengan baik, sistem keluar masuk air tertata
dengan rapih.
- Pembersihan lumpur atau sisa pakan dilakukan secara berkala,
minimal 3 bulan sekali selama periode pemeliharaan.
- Pemberian pakan berkualitas dan diberikan tidak berlebih.

70
VII. Panen dan
Penanganan Pasca Panen

Panen ikan dewa biasanya dilakukan setelah pemeliharaan mencapai


ukuran tertentu, rata rata ukuran konsumsi panen biasanya antara bobot antara
800‒1000 g. Pemanenan dapat dilakukan secara bertahap atau secara total,
tergantung pada keperluan atau permintaan pasar pada saat diperlukan.

A. Cara Panen
Panen ikan di kolam dapat dilakukan secara bertahap jika ukuran ikan
tidak seragam. Jika ukuran ikan seragam, pemanenan dapat dilakukan secara
total. Sebelum panen dilaksanakan, segala peralatan dan sarana penunjang
harus dipersiapkan terlebih dahulu untuk menghindari penurunan mutu
ikan.
Panen ikan di kolam sebaiknya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul
06.00–07.00 supaya ikan tetap segar dan tenaga kerja pun masih kuat sehingga
panen dapat selesai sebelum hari panas. Panen dilakukan dengan terlebih
dahulu membuang sebagian air kolam. Jika konstruksi kolam baik, panen
dapat dilakukan di dekat pintu air. Sebaliknya, jika konstruksi kolam sederhana
dan berlumpur, panen sebaiknya dilakukan dengan menelusuri seluruh bagian
kolam dengan menggunakan jaring terlebih dahulu baru kemudian dilakukan
pemanenan secara total. Penangkapan ikan dengan menggunakan jaring
akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka. Pada panen total, sebaiknya
penangkapan ikan dimulai di bagian hilir kemudian bergerak ke bagian hulu.
Pada bagian hulu, air tetap dialirkan. Hal ini akan membuat ikan terkumpul
pada bagian hulu. Jadi bila ikan dewa didorong maka ikan akan terpojok
pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini menguntungkan karena ikan tetap
mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari.
Budidaya Ikan Dewa

Gambar 49 Panen ikan dewa di kolam air deras

B. Penanganan Pascapanen
Seperti halnya komoditas ikan yang lain, ikan dewa termasuk komoditas
yang cepat rusak (mutunya cepat menurun) karena proses pembusukan. Proses
pembusukan terjadi sejak ikan mati dengan terjadinya proses autolysis oleh
enzim dan bakteri menyebabkan terjadinya penurunan mutu dan pembusukan
pada tubuh ikan. Agar penurunan mutu dapat dihambat, penanganan ikan
ketika panen, dan setelah dipanen (pascapanen) harus ditangani dengan baik
dan benar.

72
VII. Panen dan Penanganan Pasca Panen

Pengangkutan benih
Dalam pengangkutan benih, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pananganan adalah sebagai berikut:
1. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit
dan tidak cacat.
2. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas
hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat
digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam atau air sumber
yang berasal dari mata air.
3. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok terlebih dahulu selama
minimal 2 hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang
berisi air bersih dan dengan aerasi atau aliran air yang baik. Bak
pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 2 m × 1 m. Dengan
ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan
sejumlah 5000 ekor dengan ukuran 3–5 cm. Jumlah benih dalam
pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
4. Pada pengangkutan ikan dewa, sistem pengangkutan benih harus
menggunakan sistem tertutup:
- Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang
memerlukan waktu lebih dari 4 jam, menggunakan kantong
plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 10
liter yang diberi Buffer Na2(HPO)4.1H2O sebanyak 9 g atau
menggunakan stabilizer
- Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong
plastik:
a) masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian
benih dimasukan
b) hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke
permukaan air
c) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik
sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga plastik dengan
perbandingan air: oksigen adalah 1 : 3 bagian

73
Budidaya Ikan Dewa

d) kantong plastik lalu diikat.


e) kantong plastik dimasukkan ke dalam dos atau stereofoam
dengan posisi membujur atau ditidurkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan benih ikan dewa
adalah:
- Sediakan kantong plastik sesuai kebutuhan. Setiap kantong dibuat
rangkap untuk menghindari kebocoran. Sediakan karet gelang
untuk simpul sederhana. Masing-masing kantong diisi air sumur
yang telah diaerasi selama 24 jam atau air sumber dari mata air.
- Benih ikan dewa yang telah dipuasakan ditangkap dengan serokan
halus kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik tadi secara
hati-hati.
- Lama pengangkutan optimum benih ikan dewa dapat diangkut
selama 10 jam dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 98%
dengan kepadatan ikan rata-rata 2 kg/kantong plastik. Jika jarak
yang hendak ditempuh memerlukan waktu yang lebih lama maka
satu-satunya cara untuk menjamin agar ikan tersebut selamat adalah
dengan mengurangi jumlah benih ikan di dalam setiap kantong
plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat
tujuan adalah sebagai berikut:
- Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam
setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong
plastik terjadi perlahan-lahan.
- Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak
pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu,
dilakukan pengobatan. Dapat dilakukan dengan menggunakan
tetrasiklin atau obat lain seperti KMNO4.
- Setelah 1 minggu di karantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
Pengemasan benih harus dapat menjamin keselamatan benih selama
pengangkutan.

74
VII. Panen dan Penanganan Pasca Panen

Gambar 50 Pengangkutan benih ikan dewa

Pengangkutan ikan konsumsi


Permintaan ikan dewa saat ini mulai terbuka baik domestik maupun
internasional. Permintaan domestik didominasi dari permintaan etnis China
dan Batak dengan tujuan pengiriman seputar Jawa Barat, Jakarta, Surabaya,
Manado, Bali, dan Medan. Sementara tujuan pasar internasional didominasi
oleh permintaan dari Malaysia yang banyak dipenuhi dari Padang, Medan
melalui pengiriman jalur udara dan sekitar wilayah Kalimantan melalui jalur
darat. Saat ini, permintaan akan ikan dewa dari beberapa negara cukup
tinggi. Perkumpulan Pengusaha Ikan Mahseer Indonesia (PPIMI) telah
menandatangani MoU dengan perusahaan dari Malaysia untuk mengekspor
ikan dewa ke Hongkong dengan nilai kontrak kuota sebanyak 100 ton/bulan.
Saat ini, beberapa supermarket di Singapura menungu pasokan ikan dewa
dari Indonesia.
Untuk pasar domestik kebanyakan ikan dewa dijual dalam bentuk ikan
hidup. Untuk dapat selamat ikan yang dikirim ke tempat tujuan, maka cara
yang dapat ditempuh adalah menggunakan pengangkutan sistem tertutup
seperti cara pengangkutan pada benih. Plastik yang digunakan untuk
mengangkut ikan hidup dapat dibuat lebih besar atau lebih banyak dengan
kekuatan plastik lebih kuat. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut
sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar, dan sehat antara lain:

75
Budidaya Ikan Dewa

1. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar


20°C.
2. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
3. Jumlah kepadatan ikan untuk pengiriman selama sekitar 10 jam,
tidak lebih dari 3 kg/kantong.
Untuk pengangkutan ikan dewa dalam bentuk segar, penanganan
pengangkutan memerlukan perhatian khusus untuk mencegah terjadinya
pembusukan. Kebersihan ikan harus diperhatikan dengan cara dicuci sebelum
dimasukkan ke dalam wadah pengangkutan. Demikian juga, penyusunan ikan
dalam wadah tidak boleh terlalu tinggi agar ikan yang berada di bawah tidak
rusak. Pengangkutan ikan dapat menggunakan es dalam jumlah yang cukup
agar bakteri atau mikroorganisme lain tidak aktif berkembang. Hal yang perlu
diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan
jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang
dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh
digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum
50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
4. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu
6–7 oC. Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curah) dengan
perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es
setebal 4–5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal
5–10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan
dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan
penutup kotak.

76
VII. Panen dan Penanganan Pasca Panen

C. Pengolahan Ikan Dewa


Ikan dewa mempunyai nilai protein tinggi dan kandungan lemaknya
rendah sehingga banyak memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh manusia.
Selain itu, ikan dewa memiliki kandungan albumin yang tinggi hampir setara
dengan kandungan albumin pada ikan gabus yaitu mempunyai FSA sebesar
102,67 ± 2,99 mg/g sedangkan ikan gabus mempunyai nilai sebesar 107,28
mg/g (Susilowati et al. 2015).
Manfaat makan ikan sudah banyak diketahui orang, seperti di negara
Jepang dan Taiwan, ikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari
yang memberikan efek awet muda dan harapan hidup lebih tinggi dari negara
lainnya. Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat
selain sebagai komoditas ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan
dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi
pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Untuk mengatasi hal tersebut,
juga menghasilkan nilai tambah, ikan dewa dapat diolah menjadi olahan yang
mempunyai nilai jual lebih. Pengolahan ikan dengan berbagai cara dan rasa
menyebabkan orang mengkonsumsi ikan lebih banyak.
Beberapa masakan terkenal untuk menyajikan ikan dewa coba kami
sajikan merupakan masakan tradisional Jawa Barat, Western, dan Chinese
yang dibaut oleh Fahmi Nega Nugraha alias Chef Nega.

77
Budidaya Ikan Dewa

Dewa Fish with Banana Leaves ala Chef Nega


Bahan :
- 1 ekor ikan dewa
ukuran 1 kg
- Daun jeruk
- Daun kemangi
- Serai
- Daun bawang
- Daun pisang
Bumbu Halus :
- 50 gr kunyit
- 30 gr lengkuas
- 50 gr bawang merah - 30 gr kemiri
- 30 gr bawang putih - 25 gr ketumbar
- 30 gr jahe - 25 gr merica
Cara membuat : 
- Tumis bumbu halus hingga matang dan wangi.
- Balurkan bumbu halus pada ikan dewa yang sudah di cuci bersih.
- Masukan daun jeruk, daun bawang, serai dan kemangi pada bagian
perut ikan.
- Bungkus ikan dengan daun pisang.
- Kukus Ikan dengan mengunakan api kecil selama kurang lebih
45 menit.
- Pepes ikan dewa siap disajikan.

78
VII. Panen dan Penanganan Pasca Panen

Fried Dewa fish with Salted Egg Sauce


ala Chef Nega
Bahan :
- 1 ekor ikan dewa
ukuran kg
- Lumuri dengan
garam  dan
merica
Salted Egg Sauce :
- 3 buah kuning
telur asin
- 25 gr curry
powder
- 100 ml cooking cream - Garam dan merica
- 100 ml susu - 50 gr bawang bombay
- 50 gr bawang putih iris - 50 gr daun curry
- 50 ml air dicampur
25 gr maizena, dilarutkan
Cara membuat :
- Goreng ikan masher dengan metode deep fat frying 
- Tumis bawang putih dan bawang bombay sampai matang
dan harum.
- Tambahkan kuning telur asin, aduk, dan hancurkan.
- Tambahkan susu, kemudian cooking cream secara perlahan.
- Tambahkan daun curry dan curry powder, didihkan secara perlahan.
- Untuk menambah kekentalan, tambahkan larutan tepung maizena.
- Masak secara perlahan.
- Sajikan ikan yang sudah digoreng dengan Salted Egg Sauce
dituangkan di atas ikan goreng.

79
Budidaya Ikan Dewa

Steam Dewa With Garlic Sauce ala Chef Nega


Bahan:
- 1 ekor ikan dewa
ukuran 1 kg
- Lumuri ikan
dengan garam
dan merica
Garlic Sauce:
- 85 ml Oyster Sc
- 50 ml kecap
inggris
- 70 gr paprika, diiris memanjang
- 50 gr jahe parut - 100 gr jamur shitake
- 250 ml air kaldu - Minyak wijen secukupnya
- 70 gr bawang bombay, diiris - Bubuk cabai secukupnya
- 80 gr bawang putih, dicincang halus
Cara membuat :
- Tumis bawang putih dan bawang bombay hingga matang dan wangi
dengan minyak wijen.
- Tambahkan jamur shitake, masak hingga matang.
- Tambahkan air kaldu, osyter sauce dan kecap inggris.
- Setelah mendidih tambahkan bahan-bahan lainnya.
- Setelah matang sisihkan garlic sauce.
- Panaskan alat kukusan.
- Susun ikan di atas nampan atau mangkuk stainless, lalu tuangkan
garlic sauce yang telah dibuat.
- Masukan ikan beserta garlic sauce dalam kukusan yang panas.
- Kukus ikan selama kurang lebih 25 menit.
- Angkat dan siap disajikan

80
VIII. Analisis Ekonomi
Budidaya Ikan Dewa

A. Analisis Usaha Pembenihan


Siklus produksi : 3 bulan
Target produksi : benih ukuran 2–3 cm
Luas lahan : 200 m2
HARGA
NO URAIAN VOLUME SATUAN JUMLAH
SATUAN
1 INVESTASI
Kolam pemijahan induk ukuran
1 buah 40.000.000 40.000.000
100 m2
Rak akuarium 5 buah 600.000 3.000.000
Akuarium 50 x 40 x 100 cm 30 buah 190.000 5.700.000
Hi-blow 60 titik 1 buah 1.750.000 1.750.000
Induk ikan ukuran 1 kg/ekor
125 kg 750.000 93.750.000
(100:25)
Jumlah 144.200.000
2. BIAYA OPERASIONAL
a. Biaya habis pakai 6.188.000
- Pakan induk 225 kg 10.000 2.250.000
- Pakan benih komersial 18,9 kg 20.000 378.000
- Pakan alami/ tubifex 30 lt 20.000 600.000
- Hormon reproduksi 32 ml 25.000 800.000
- Bahan injused breeding 1 keg 500.000 500.000
- Hapa 2 x 1 x 0.8m 2 bh 350.000 700.000
- Pakan alami (Artemia) sp 1 kaleng 750.000 750.000
- Kantong plastik 6 kg 22.500 135.000
- Gas oksigen 0,3 tabung 250.000 75.000
b. Tenaga Kerja 3 OB 2.000.000 6.000.000
c. Operasional lainnya
d. Jumlah sebelum bunga bank 12.188.000
Budidaya Ikan Dewa

HARGA
NO URAIAN VOLUME SATUAN JUMLAH
SATUAN
e. Bunga Bank (12%/tahun) 4.691.640
- Investasi 3 % 144.200.000 4.326.000
- Operasional 3 % 12.188.000 365.640
f. Biaya penyusutan
- Kolam pemijahan induk
10 tahun 40.000.000 1.000.000
ukuran 100 m2
- Rak akuarium 5 tahun 3.000.000 150.000
- Akuarium 50 x 40 x 100 cm 5 tahun 5.700.000 285.000
- Hi-blow 60 titik 4 tahun 1.750.000 109.375
f. Jumlah biaya operasional 23.115.655
3. JUMLAH TOTAL BIAYA 167.315.655
4. PENDAPATAN
- Benih ukuran 2-3 cm 36.000 ekor 1.000 36.000.000
- Penyusutan induk 3,125 kg 500.000 1.562.500
Jumlah 37.562.500
5. KEUNTUNGAN
- Siklus 14.446.845
- Tahun 57.787.380
6. ANALISA EKONOMI
BEP Unit Rp 642
BEP ekor ekor 23.116
PP Tahun 2,50
R/C ratio rasio 1,62

82
VIII. Analisis Ekonomi Budidaya Ikan Dewa

B. Analisis Usaha Pendederan 1 Ikan Dewa


Siklus produksi : 3 bulan
Target produksi : benih ukuran 5–8 cm
Luas lahan : 50 m2
Jumlah bak fibre : 10 buah
HARGA
NO URAIAN VOLUME SATUAN JUMLAH
SATUAN
1. INVESTASI
Bak fibre 10 buah 3.000.000 30.000.000
Filter 1 unit 3.000.000 3.000.000
Pompa dan sistem sirkulasi 1 unit 10.000.000 10.000.000
Blower dan sistem aerasi 1 unit 3.000.000 3.000.000
Jumlah 46.000.000
2. BIAYA OPERASIONAL
a. Biaya habis pakai 22.912.500
- Benih 20000 ekor 1.000 20.000.000
- Pakan komersial 170 kg 15.000 2.550.000
- Kantong plastik 5 kg 22.500 112.500
- Gas oksigen 1 tabung 250.000 250.000
b. Listrik 1000 kwh 3 bulan 1.200.000 3.600.000
c. Tenaga Kerja, orang/10 kolam 3 OB 2.000.000 6.000.000
d. Operasional lainnya 1 paket 3.436.875 3.436.875
e. Jumlah sebelum bunga bank 32.349.375
f. Bunga Bank (12%/tahun) 2.350.481
- Investasi 3 % 46.000.000 1.380.000
- Operasional 3 % 32.349.375 970.481
g. Biaya penyusutan bak
- Bak fibre 10 tahun 3.000.000 300.000
- Bak Filter 10 tahun 3.000.000 300.000
- Pompa dan sistem sirkulasi 4 tahun 10.000.000 2.500.000
- Blower dan sistem aerasi 3 tahun 3.000.000 1.000.000
3. JUMLAH TOTAL BIAYA 41.150.338

83
Budidaya Ikan Dewa

HARGA
NO URAIAN VOLUME SATUAN JUMLAH
SATUAN
4. PENDAPATAN
- Benih ukuran 6-8 cm 17.000 ekor 4.000 68.000.000
5. KEUNTUNGAN
- Siklus 3 bulan 26.849.663
- Tahun 1 tahun 107.398.650
6. ANALISA EKONOMI
BEP Unit Rp 2.421
BEP ekor ekor 10.288
PP tahun 0,43
R/C ratio rasio 1,65

84
VIII. Analisis Ekonomi Budidaya Ikan Dewa

C. Analisis Usaha Pendederan 2 Ikan Dewa


Siklus produksi : 6 bulan
Target produksi : benih ukuran 40 gram (15–17 cm)
Luas lahan : 100 m2
HARGA
NO URAIAN VOLUME SATUAN JUMLAH
SATUAN
1. INVESTASI
Kolam pendederan 6 bulan 1.000.000 500.000
Jumlah 500.000
2. BIAYA OPERASIONAL
a. Biaya habis pakai 8.865.625
- Benih 1500 ekor 4.000 6.000.000
- Pakan komersial 159,4 kg 15.000 2.390.625
- Kantong plastik 10 kg 22.500 225.000
- Gas oksigen 1 tabung 250.000 250.000
b. Tenaga Kerja, orang/3 kolam 2 OB 2.000.000 4.000.000
c. Operasional lainnya 1 paket 1.329.844 1.329.844
d. Jumlah sebelum bunga bank 14.195.469
e. Bunga Bank (12%/tahun) 881.728
- Investasi 6 % 500.000 30.000
- Operasional 6 % 14.195.469 851.728
f. Jumlah biaya operasional 15.077.197
3. JUMLAH TOTAL BIAYA 15.577.197
4. PENDAPATAN
- Benih ukuran 15 cm, 20 g/ekor 1275 ekor 22.500 28.687.500
- Atau seberat 63,75 kg 450.000 28.687.500
5. KEUNTUNGAN
- Siklus 6 bulan 13.610.303
- Tahun 1 tahun 27.220.606
6. ANALISA EKONOMI
BEP Unit Rp 11.825
BEP ekor ekor 670
PP tahun 0,018
R/C ratio rasio 1,84

85
Budidaya Ikan Dewa

D. Analisis Usaha Pembesaran 1 (Gelondongan)


Siklus produksi : 12 bulan
Target produksi : ikan glondongan ukuran rata-rata 200 gram
Luas lahan : 200 m2 atau KAD 24M2
HARGA
NO URAIAN VOLUME SATUAN JUMLAH
SATUAN
1. INVESTASI
Kolam pembesaran 12 bulan 1.000.000 1.500.000
Jumlah 1.500.000
2. BIAYA OPERASIONAL
a. Biaya habis pakai 43.450.000
  - Benih 1500 ekor 22.500 33.750.000
- Pakan komersial 900 kg 10.000 9.000.000
- Kantong plastik 20 kg 22.500 450.000
- Oksigen 1 tabung 250.000 250.000
b. Tenaga Kerja, orang/3 kolam 4 OB 2.000.000 8.000.000
c. Operasional lainnya 1 Kegiatan 4.345.000 4.345.000
d. Jumlah sebelum bunga bank 55.795.000
e. Bunga Bank (12%/tahun) 6.875.400
- Investasi 12 % 1.500.000 180.000
- Operasional 12 % 55.795.000 6.695.400
f. Jumlah biaya operasional 62.670.400
3. JUMLAH BIAYA 64.170.400
4. PENDAPATAN
- Ikan ukuran rata-rata 200 g/ekor 1125 ekor 90.000
- Atau seberat 225 kg 450.000 101.250.000
5. KEUNTUNGAN
- Siklus 12 bulan 38.579.600
- Tahun 1 tahun 38.579.600
6. ANALISA EKONOMI
BEP Unit Rp 55.707
BEP ekor ekor 713
PP periode 0,039
R/C ratio rasio 1,58

86
VIII. Analisis Ekonomi Budidaya Ikan Dewa

E. Analisis Usaha Pembesaran (Konsumsi)


Siklus produksi : 12 bulan
Target produksi : ikan konsumsi ukuran rata-rata 1000 gram
Luas lahan : 200 m2 atau 30 m2
HARGA
NO URAIAN VOLUME SATUAN JUMLAH
SATUAN
1. INVESTASI
Kolam pembesaran 12 bulan 2.000.000 2.000.000
Jumlah 2.000.000
2. BIAYA OPERASIONAL
a. Biaya habis pakai 74.950.000
- Benih 600 ekor 90.000 54.000.000
atau seberat 120 450.000
- Pakan komersial 2025 kg 10.000 20.250.000
- Kantong plastik 20 kg 22.500 450.000
- Oksigen 1 tabung 250.000 250.000
b. Tenaga Kerja, orang/3 kolam 4 OB 2.000.000 8.000.000
c. Operasional lainnya 1 Kegiatan 7.495.000 7.495.000
d. Jumlah sebelum bunga bank 90.445.000
e. Bunga Bank (12%/tahun) 11.093.400
- Investasi 12 % 2.000.000 240.000
- Operasional 12 % 90.445.000 10.853.400
f. Jumlah biaya operasional 101.538.400
3. JUMLAH BIAYA 103.538.400
4. PENDAPATAN
- Ikan ukuran rata-rata
450 ekor 360.000
1000 g/ekor
- Atau seberat 405 kg 400.000 162.000.000
5. KEUNTUNGAN
- Siklus 12 bulan 60.461.600
- Tahun 1 tahun 60.461.600
6. ANALISA EKONOMI
BEP Unit Rp 225.641
BEP ekor kg 259
PP periode 0,033
R/C ratio rasio 1,56

87
Profil Sukses
Budidaya Ikan Dewa

Karmad Faturachman
Budidaya ikan, bukan hal baru bagi Pegawai
Negeri Sipil di Bappeda Provinsi Jawa Barat. Memulai
usaha budi daya sejak tahun 1995 dengan 2 kolam,
saat ini telah 35 buah kolam yang dimiliki yang
berlokasi di sekitar daerah Cisalak Subang dengan
bendera Balong KF, yang sebagian besar adalah kolam
Air Deras dengan produksi ratusan ton per tahun.
Kesukaannya akan ikan membuatnya mungkin bisa dijuluki sebagai
kolektor jenis ikan tanah air, tidak kurang dari 60 species ikan air tawar yang
kebanyakan adalah ikan asli Indonesia dipelihara di kolamnya, selain produksi
andalannya adalah ikan dewa, ikan mas, dan ikan nila.
Mengenal ikan Dewa sejak tahun 2000, saat ini beliau merupakan
kolektor ikan dewa di Jawa Barat dengan jumlah ikan dewa yang ada tidak
kurang dari 70.000 ekor benih berbagai ukuran dan sebanyak 3.000 ekor
ikan dewa ukuran konsumsi 500–2000 g/ekor. Beliau juga telah merasakan
manisnya budidaya ikan dewa dengan melakukan penjualan berbagai ukuran
ikan dewa baik untuk pasar nasional maupun internasional.
Budidaya Ikan Dewa

H. Endang Mumuh
Bapak H. Endang Mumuh merupakan mantan
pegawai di sebuah Bank pemerintah yang berani
banting setir untuk menjadi seorang pembudidaya
ikan. Dimulai dengan 2 buah kolam hasil ngontrak
pada tahun 1998, saat ini beliau mempunyai tidak
kurang dari 50 buah unit kolam yang kebanyakan
adalah kolam air deras yang berlokasi di Cimalaka
Sumedang dan Tanjungsiang Subang dengan produksi
ratusan ton per tahun. Beliau juga memiliki Rumah
makan yang cukup besar dan terkenal di Sumedang bernama FISH 88.
Kecintaanya pada ikan dewa membuatnya mendirikan Patung Ikan Dewa
nan megah yang bisa jadi merupakan patung ikan dewa terbesar di Indonesia
di depan rumah makannya yang bernuansa kolam yang asri, banyak menyajikan
menu ikan yang dapat langsung ditangkap di kolam, sebagai menu utama
rumah makannya dan saat ini juga menyajikan menu spesial ikan dewa.
Kecintaannya pada jenis ikan besar membawanya mengenal ikan Dewa
yang pada awalnya hanya kesenangannya melihat tampang ikan dewa yang
dipelihara bersama ribuan monster ikan mas berukuran besar rata-rata 5‒15
kg/ekor yang didistribusikan hampir ke seluruh wilayah Jawa dan luar
Jawa seperti ke Jakarta, Blitar, Surabaya, Bali, Lampung, dan wilayah lain.
Mengenal ikan dewa sejak tahun 2000, saat ini beliau merupakan salah satu
supplier ikan dewa ukuran konsumsi terbesar yang ada di Jawa Barat. Beliau
sudah mengirim ikan ini sampai ke Jakarta, Bekasi, Bali, Semarang, Surabaya,
Ambon, Pontianak dan wilayah lainnya. Saat ini, bersama dengan BRPBATPP
Bogor, beliau dan masyarakat sekitar Cimalaka, juga mengembangkan
perbenihan sistem semi buatan untuk memenuhi kebutuhan budi daya dan
permintaan pasar akan benih.

90
Profil Sukses Budidaya Ikan Dewa

Bing Urip Hartoyo


Memulai karir sebagai sebagai tenaga Marketing
Asuransi dari tahun 1993 sampai 2013. Saat ini
lulusan Sarjana Akuntansi kelahiran Februari
1972 ini bekerja sebagai Agency Asuransi Umum.
Kecintaannya akan lingkungan hidup membawanya
mengenal dan berminat untuk memelihara ikan
dewa si penghuni sungai arus deras. Pada tahun
2010, beliau memutuskan untuk budidaya ikan dewa
secara serius di kampung halamannya di Desa Karang
Tengah, Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, disela-
sela kesibukannya bekerja. Di areal perkolamannya yang luas, dalam puluhan
kolam yang beliau miliki, saat ini diisi dengan koleksi berbagai jenis ikan
dewa dari berbagai ukuran, yang dikoleksi dari berbagai daerah di Indonesia.
Beliau merupakan pionir dalam budidaya ikan dewa secara komersial di
Indonesia. Ratusan ribu benih telah dihasilkan dari upaya perbenihan yang
telah dilakukan, yang disebarluaskan hampir ke seluruh wilayah di Indonesia
baik untuk keperluan budidaya maupun restocking ke alam. Ribuan kilogram
ikan dewa juga telah dihasilkan dari kolam budidayanya.
Pada Tahun 2017, jiwa bisnisnya yang jeli, menangkap peluang usaha
sekaligus edukasi memperkenalkan ikan dewa ke masyarakat. Di dalam lokasi
budidaya ikannya, beliau membangun Restoran Resto Ikan Dewa yang luas
bernuansa alam dengan suguhan menu spesial ikan dewa dan suguhan berbagai
jenis ikan lainnya serta menu lainnya. Di Resto Ikan Dewa, kita bukan hanya
akan disuguhi masakan yang lezat, namun juga disajikan gagahnya ikan
dewa berenang bebas di kolam serta disuguhi edukasi bagaimana ikan dewa
dihasilkan, mulai dari benih sampai siap untuk dikonsumsi.

91
Budidaya Ikan Dewa

Marihot Anton Sihombing


Memulai karir sebagai tentara di Angkatan Darat
pada tahun 1995, pria ini memutuskan untuk berhenti
dari kemiliteran pada tahun 2003 dan memulai karir
sebagai pembudidaya ikan pada tahun 2004. Bermula
dari memelihara ikan mas dan nila, Anton Sihombing
tergerak hatinya untuk juga memelihara ikan jurung
di kolamnya karena kegundahan hatinya melihat
populasi ikan ini di sungai semakin menurun dengan
langsung memburu ikan ini dari Sungai Batang
Toru dan Parsariran Tapanuli, kenekatannya berbuah hasil sekitar 200 ekor
ikan seukuran jari untuk dipelihara di kolamnya. Meskipun pada awalnya
sempat dianggap gila oleh masyarakat karena memelihara ikan ini di kolam,
pria tangguh ini tidak bergeming. Waktu membuktikan masyarakat berbalik
memujinya, terbukti sejak Tahun 2008 sampai saat ini, beliau dipercaya
masyarakat untuk menjadi Kepala Desa Padang Lancat Sisoma, Batang Toru,
Tapanuli Selatan. Hasil jerih payah kegilaannya akan ikan jurung mulai
terlihat pada tahun 2013 atau sembilan tahun kemudian saat di kolamnya
terlihat ada benih ikan jurung. Saat ini, dengan mengandalkan sekitar
200 ekor induk, dan tidak kurang dari 1000 ekor calon induk yang beliau
pelihara, produksi benihnya rata-rata sebanyak 30.000 ekor/tahun ukuran
5–10 cm yang beliau distribusikan terutama untuk kegiatan restocking
ke beberapa wilayah di Sumatera Utara. Pada Tahun 2018, PT North
Sumatera Hydro Energy tergerak untuk memberi kesempatan kepada beliau
meningkatkan dan mengembangkan usaha budidaya ikan jurung dengan
dengan membangun fasilitas indoor resirkulasi hatchery (panti benih) yang
sangat reprentatif untuk pemeliharaan benih kapasitas 50.000 ekor/siklus
produksi dan memfasilitasi peningkatan skill keterampilan beliau dalam
teknologi budidaya ikan jurung, sebagai upaya pelestarian sumberdaya alam
Tapanuli dan peningkatan pendapatan masyarakat melalui pendekatan budaya
dan budidaya.

92
Daftar Pustaka

Andreeva AM. 2011. Mechanisms of the plurality of Scorpaena porcus L.


serum albumin. Open Journal of Marine Science, 1, 31–35.
Asih S, Subagja J, Muharam B. 2003. Pembenihan ikan Soro (Tor soro) dalam
mendukung kegiatan perikanan yang berbasis budidaya (CBF= Culture
Base Fisheries). Makalah disampaikan pada sosialisasi CBF di danau
Toba, 5-6 Februari 2003. 12 Hal.
Asih S, Subagja J, Winarlin, Widiyati A. 2004. Pengusaan Tehnik Pembenihan
dan pembesaran Ikan Tor soro dan peningkatan kualitas telur melalui
perlakuan hormonal pada penyuntikan awal dalam dosis dan selang
waktu yang berbeda Laporan Penelitian BRPBAT. (Unpublish).
Asih S, Nugroho E, Kristanto AH, Mulyasari. 2008. Penentuan variasi genetik
ikan Torsoro (Tor soro) dari Sumatera dan Jawa Barat dengan metode
analisis random Amplied Polymorphism DNA (RAPD). Jurnal Riset
Akuakultur. 3(1). 91-97.
Asih S, Subagja J, Haryono, 2009. Manajemen Induk Tambra dalam proses
domestikasi dan reproduksinya secara intensif. Dalam Haryono dan
MF Raharjo Proses Domestikasi dan reproduksi Ikan Tambra Yang Telah
langka menuju Budidaya. LIPI Press, Jakarta.vii- 104 hal.
Effendi MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara,
Yogyakarta. 163 pp.
Harjamulia A, Suhenda N, Wahyudi E. 1995. Perkembangan oosit dan
ovari ikan semah (Tor douronensis) di Sungai Selabung, Danau Ranau,
Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 1(3) 36-46.
Hardjamulia A, Asih S, Suhenda N, Muharam B. 2000. Pelestarian ex situ
Plasma nutfah ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan Tor soro (Tor soro).
Annual report The Partycipatory Development Technology Project PATP.
Balitkanwar Sukamandi.
Budidaya Ikan Dewa

Haryono, Agus HTj, Subagja J, Asih S, Wahyudewantoro G. 2010. Teknik


Budididaya Ikan Tambra. ISBN 978--979-799-450-1. 1. Ikan tambra.
2. Budidaya. 639.3. (52 halaman). Pusat Penelitian Biologi, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.
IUCN. 2017. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2017-1
Jais Mat AM. 2007. Pharmacognosy and pharmacology of Haruan (Channa
striatus), a medicinal fish with wound healing properties. Review.
Boletín Latinoamericano y del Caribe de Plantas Medicinales Aromáticas.
6(3), 52–60.
Kiat Ng Chi 2004. The king of rivers Masheer in malayan and the region. Inter
Sea Fishery, selangor Malaysia. 170 pp.
Kottellat M. Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi, Periplus Editions Limited.
Kristanto AH, Asih S, Winarlin. 2007. Karakterisasi reproduksi dan
morfometrik ikan Tor soro dari dua lokasi (Sumatra utara dan Jawa).
Jurnal Riset Akuakultur. 2 (1); 59-65.
Nugroho E, Subagja J, Asih S dan Kurniasih T. 2006. Evaluari keragaman
genetik ikan kancra dengan menggunakan marker Mt DNA D-Loop dan
Random Amplified Polymorphism Dna (RAPD). Jurnal riset Akuakultur.
1(2); 211–217.
Roberts. 1993. Fishes of Laos. Colombo Srilangka: Publications (Pte) Ltd.
Subagja J, Asih S, Gustiano R. 2006. Manajemen dalam pembenihan ikan Tor
soro. Media Aquakultur. 1(1); 84-89.
Subagja J, Gustiano R. 2006 Pengaruh implantasi hormon HCG pada
perkembangan telur, pematangan akhir gonad dan pemijahan ikan Tor
soro. Jurnal Riset Akuakultur. 1(2); 219-225.
Subagja J, Asih S, Haryono. 2009. Teknik Reproduksi ikan Tambra Untuk
Mendukung Proses Domestikasi (Cahpter V), Dalam Haryono dan
M.F. Raharjo Proses Domestikasi dan reproduksi Ikan Tambra Yang Telah
langka menuju Budidaya. LIPI Press, Jakarta.vii-104.

94
Pustaka

Subagja J, Asih S dan Haryono, 2009. Teknik reproduksi ikan tambra


untuk medukung proses domestikasinya. Bagian V. dalam buku
Proses Domestikasi dan reproduksi ikan tambra yng telah langka
menuju domestikasinya (104 halaman). Penyunting Haryono dan MF.
Rahardjo. ISBN . 978-979-799-413-61.ikan tambra. 2. Domestikasi.
597.(hal.63-80). Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Bogor
Sulhi M, Asih S, Subagja J, Suhenda N. 2009. Pengaruh kadar lemak pakan
berbeda terhadap pertumbuhan dan sintasan benih ikan Tor soro (Tor
soro). Omni Akuatika. IV(8); 15–20.
Susilowati R, Januar HI, Fithriani D, Chasanah E. 2015. Potensi ikan air
tawar budidaya sebagai bahan baku produk nutraseutikal berbasis serum
albumin ikan. JPB Kelautan dan Perikanan. 10(1); 37–44.
Suwidah. 2005. Inventarisasi hama dan penyakit pada benih dan induk ikan
Tor soro, Laporan Seminar Hasil Riset BRPBAT. Bogor. 356–366.
Weber M dan Beaufort LF. 1916. The fishes of Indo-Australian Archipelago III,
Ostariiiophysi: Cyprinoidea, Apodes, Synbranchi. Leiden: E.J. Brill.
Hariyanto T. 2009. Kebijakan Penebaran Ikan Spesifik Lokal ke Perairan
Umum Daratan.
Rejeki S, Muhari dan Asih S. 2003. Pengaruh Kadar Protein terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup gelondongan ikan kancra bodas
(Labeobarbus douronensis). Jurnal Ilmu-ilmu perairan dan perikanan
Indonesia. I0(1);46-51.
Schuster dan Djajadiredja RR. 1952. Local Common Names of Indonesian
Fishes. Van Hoeve, Bandung, s’-Gravenhage.
Suhenda N, Hardjamulia A, Setiadi E dan Wahyu D. 1996. Prosiding
Ilmiah Hasil Penelitian 1994-1995. BRPBAT. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan.
Sukadi MF, Nugroho E, Kristanto AH, Widiyati A, Winarlin, dan Djajasewaka
H. 2008. Pengembangan Komoditas Perikanan Budidaya air Tawar Di
Propinsi Kalimantan Barat (Eds) Dalam A. Sudrajat, I.W. Rusastra dan
S. Budiharsono Analisis Kebijakan Pembangunan Perikanan Budidaya.
Puris Perikanan Budidaya: 57–70.

95
Budidaya Ikan Dewa

Suwidah. 2006. Respon ikan Tor sp terhadap infeksi aeromonas hydrophilla.


Laporan Hasil Riset BRPBAT. Bogor. 271-289.
Yuliati P, Asih S, Widiyati A, Winarlin, dan Azwar ZI. 2005. Sistem dan
teknologi pendederan benih ikan Tor soro (Tor soro). Prosiding Semnaskan
IV. UGM 7-12.

96
Penulis

Otong Zenal Arifin


Otong Zenal Arifin lahir di Ciamis tanggal
02 Desember 1970, anak ke-5 dari 9 bersaudara.
Menyelesaikan pendidikan SLTA di SUPM Cikaret
Bogor, S-1 di Jurusan Budidaya Perikanan Universitas
Djuanda dan S-2 Ilmu Perairan Institut Pertanian
Bogor. Bekerja sebagai Peneliti Madya bidang Breeding
dan Genetika Populasi di Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan
Bogor.
Pernah dan masih sebagai tim Pendamping untuk pemuliaan dan
domestikasi budidaya ikan lokal di beberapa dinas perikanan Kabupaten
dan Provinsi serta Swasta antara lain di Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh
Tengah, Kerinci-Jambi, Solok Selatan-Sumatra Barat, Provinsi Riau, Jambi,
Kalimantan Barat, Jawa Barat, dan CSR PT NSHE Tapanuli Selatan.
Beberapa penghargaan yang diperoleh serta 4 jenis ikan baru yang
dirilis antara lain; penghargaan dari Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai
Pemulia jenis baru Ikan Nila BEST tahun 2009, sebagai pemulia jenis baru
ikan mas Rajadanu Super RD pada tahun 2016. Pada tahun 2018 sebanyak
tiga penghargaan diraih sekaligus yaitu 2 penghargaan dari Menteri Kelautan
dan Perikanan sebagai Ketua Tim Domestikasi jenis baru ikan Tambakan
Takashi dan Ketua Tim Peneliti jenis baru Ikan Gurami Galunggung Super
serta penghargaan dari Gubernur Provinsi Jawa Barat sebagai Ketua Tim
Peneliti Hibridisasi Gurami.
Pada tahun 2005 mengikuti Training on Quantitative Genetics Applied
to Fish Improvement di Thailand. Pada tahun 2017 bersama Tim Peneliti
Institut de Recherche pour le Developpement (IRD) Francis tergabung
dalam Mission d’évaluation du potentiel de développement de l’aquaculture du
Budidaya Ikan Dewa

gourami géant di Madagascar-Afrika. Penulis telah menerbitkan buku antara


lain Meraup Untung dari Budidaya Nila BEST, Petunjuk Teknis Budidaya
Gurami dan puluhan karya tulis yang terbit dalam Jurnal Ilmiah Nasional
maupun Internasional. Dalam Bidang Organisasi, saat ini menjabat sebagai
Wakil Ketua Perhimpunan Pengusaha Ikan Mahseer Indonesia (PPIMI) dan
Sekertaris Paguyuban Kancra Pasundan (PKP).

Jojo Subagja
Jojo Subagja dilahirkan di Kuningan tanggal 05
Juni 1962, anak tunggal dari Bapak I. Kartaatmadja
(Alm). Menyelesaikan Pendidikan SLTA di SPMA
Kuningan, S-1 di Jurusan Biologi FAMIPA Universitas
Pakuan Bogor dan pada 2007 lulus S-2 Ilmu Perairan
Insitut Pertanian Bogor. Sejak tahun 1991 menjadi
peneliti di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar
dan Penyuluhan Perikanan Bogor sampai sekarang
menjadi Peneliti Madya.
Pengalaman pekerjaan tahun 1996-2000: sebagai pendamping Proyek Uni
Eropa “Catfish Asia” IRD-Francis. Melibatkan dalam kegiatan penelitian yang
dilakukan di stasiun percobaan Sukamandi–Subang JABAR, Implementasi
percobaan pada strategi reproduksi dan manajemen larva rearing, dan
pelatihan di Montfilier France dan Domestikasi pangasiidae Indonesia
(Pangasius djambal). Pada tahun 2000 mendapat penghargaan dari Menteri
Pertanian Tim Pelepasan jenis ikan baru Patin jambal hasil domestikasi sebagai
ikan kandidat budidaya. Pada tahun 2004-2007 pernah menjadi kepala kantor
Instalasi Riset Plasma Nutfah ikan Air Tawar Cijeruk, Balai Riset Perikanan
Budidaya air tawar dan Penyuluhan Perikanan.
Pada tahun 2006-2008: sebagai peneliti dalam program kegiatan
meningkatkan penelitian dasar pada Kementerian Riset dan Teknologi.
“Domestication Biodeversity Indonesia” bekerja sama dengan Biologi LIPI
Cibinong, tahun yang sama memulai riset domestikasi ikan Dewa dan
pada tahun 2011 mendapat penghargaan dari Kementerian Kelautan dan
Perikanan tiim pengusul Rilis ikan Tor soro sebagai komoditas budidya hasil
domestikasi. Kegiatan Riset yang terus digeluti masih diseputar pemuliaan
ikan-ikan lokal potensial.

98
Penulis

Pernah dan masih sebagai tim Pendamping untuk kegiatan domestikasi


dan budidaya ikan lokal di beberapa Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas
perikanan Kabupaten dan Provinsi serta Swasta antara lain di Balai Benih Ikan
Air Tawar Anjongan Kalimantan Barat; BBI Kabupaten Aceh Tenggara, BBI
Aceh Tengah, BBIS Provinsi Jambi di Kerinci, BBI Solok Selatan-Sumatra
Barat, BBI Sei Tibun Provinsi Riau, BBI Putusibau Kalimantan Barat,
BPPPUIH Ciherang Jawa Barat; UPT Perbenihan Umbulan Jawa Timur dan
CSR PT NSHE Tapanuli Selatan.
Tahun 2016 sebagai pemulia jenis baru ikan mas Rajadanu Super RD
serta pada tahun 2017 ikut sebagai Tim Domestikasi jenis baru ikan Tambakan
Takashi. Sejak Th 2016-sekarang: terlibat sebagai Peneliti dalam volorisasi
biodeversitas lokal, domestikasi dan akuakultur berkelanjutan di Indonesia,
kerjasama dengan IRD-Francis. Tim penulis pada beberapa buku telah di rilis
diantaranya Petunjuk Teknis Pembenihan Ikan Patin Indonesia, Pangasius
djambal; Proses domestikasi dan reproduksi ikan Tambra yang telah langka
menuju Budidayanya; dan Keanekaragaman dan Budidaya Ikan Baung,
Lebih dari 110 naskah hasil riset yang telah dipublikasikan pada jurnal dan
proseding Nasional dan Internasional. Bidang keorganisasian masyarakat sejak
2017–saat ini menjabat sebagai Pembina Teknis pada Perhimpunan Pengusaha
Ikan Mahseer Indonesia (PPIMI) dan Paguyuban Kancra Pasundan.

Sidi Asih
Sidi Asih, lahir di Ngawi pada 01 Februari 1958.
Menyelesaikan kuliah Diploma di Akademi Farming
Semarang pada tahun 1980, dilanjutkan menyelesaikan
S-1 di Jurusan Budidaya Perairan Universitas Djuanda
pada Tahun 1992. Berbagai training pernah diikuti
untuk mengembangkan kemampuannya sebagai
Peneliti seperti mengikuti pelatihan seleksi dan
pemulian ikan di Bangkok Thailand dan Pengusulan
dan pengeloaan Hak Paten produk.
Pengalaman kerjanya sebagai PNS di Kementerian Kelautan dan
Perikanan dimulai sejak tahun 1980 sebagai teknisi perintisan budidiya KJA
di Indonesia. Dipercaya sebagai Kepala Instalasi Penelitian Cijeruk selama
17 tahun sejak 1984–2001 dengan fungsional peneliti sebagai Peneliti Muda

99
Budidaya Ikan Dewa

breeding dan genetika. Beberapa prestasi yang telah diraih selama mengabdi
antara lain adalah sebagai Tim Pelepasan Varietas Ikan Mas Lokal Sinyonya,
Tim Pelepasan ikan Tor soro sebagai Varietas Ikan Lokal Hasil Domestikasi,
Tim Pelepasan Variertas Strain Unggul Ikan Mas Rajadanu Super RD dan
Tim pada Penyedian benih ikan lokal endemik serta penebaran benih ikan
Tor di beberapa wilayah di Indonesia,
Setelah mengabdi selama 38 tahun melanjutkan karier pekerjaan sebagai
Manager Operasional di PT Xpro Agrotamana Cinaneng, Bogor (on Farm
Pembenihan monosex red tilapia, pendederan, pembesaran air deras dan purna
jual).

Anang Hari Kristanto


Anang Hari Kristanto, lahir di Solo tanggal 25
Juli 1960, anak ke-1 dari 5 bersaudara. Menyelesaikan
pendidikan S-1 di Institut Pertanian Bogor (IPB)
tahun 1984. Pendidikan S-2 dan S-3 bidang fish
breeding dan genetics diselesaikan pada tahun 1991
dan 2004 di Auburn University, Auburn Alabama,
USA. Tahun 2010–2014 menjabat sebagai Kepala
Bidang Tata Operasional pada Pusat Riset Perikanan
Budidaya, Pasar Minggu, Jakarta dan pada tahun
2014–2016 menjabat sebagai Kepala Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor.
Saat ini bekerja sebagai peneliti utama di Balai Riset Perikanan Budidaya
Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan, Bogor. Pada tahun 2014 – 2018 bertugas
sebagai pendamping domestikasi ikan lokal di Dinas Perikanan Kabupaten
Aceh Tenggara dan Kerinci-Jambi, Provinsi Riau, Kalimantan Barat, Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Saat ini masih bertugas mendampingi
domestikasi ikan lokal di Provinsi Jawa Timur.
Beberapa penghargaan yang diperoleh meliputi penghargaan sebagai
anggota Tim Domestikasi ikan jenis baru “Pangasius djambal” dari Menteri
Kelautan dan Perikanan pada tahun 2000 sebagai tim pemuliaan jenis ikan
baru “ikan mas Rajadanu Super RD” pada tahun 2016. Pada tahun 2018
penghargaan diraih dari Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai anggota
Tim Domestikasi ikan jenis baru “ikan Tambakan Takashi”.

100
Penulis

Sebagai pengajar pada International Freshwater Aquaculture Training


Course dengan materi “Broodstock management of Pangasid and selective breeding
tahun 2013 dan International Aquaphonic : An efficient use of limited resource”
tahun 2015 yang diselenggarakan oleh FAO. Pada tahun 2008 sebagai Co-
Author buku berjudul “Panduan lengkap ikan konsumsi air tawar popular”.
Selain itu, terkait dengan kepakarannya penulis telah membimbing dan
menguji tesis dan disertasi, menulis pada puluhan jurnal ilmiah baik nasional
maupun internasional (http://sinta2.ristekdikti.go.id/author/?mod=profile
&p=stat). Penulis juga merupakan anggota World Aquaculture Society dan
Masyarakat Akuakultur Indonesia sejak tahun 2018 sampai sekarang. Saat ini
penulis menjabat sebagai ketua dewan redaksi dan bebestari di jurnal nasional
dan internasional.

101

Anda mungkin juga menyukai