Ikan Dewa
Budidaya
Ikan Dewa
Penyusun:
Otong Zenal Arifin | Jojo Subagja
Sidi Asih | Anang Hari Kristanto
C.01/05.2019
Judul Buku:
Budidaya Ikan Dewa
Tim Penyusun:
Otong Zenal Arifin
Jojo Subagja
Sidi Asih
Anang Hari Kristanto
Penyunting Bahasa:
Tania Panandita
Desain Sampul & Penata Isi:
Alfyandi
Sumber Illustrasi Sampul:
https://www.jitunews.com/read/16842/budidaya-ikan-batak-tertarik-mencoba
Jumlah Halaman:
102 + 20 halaman romawi
Edisi/Cetakan:
Cetakan 1, Mei 2019
Korektor:
Dwi M Nastiti
ISBN: 978-602-440-756-8
Penyusun
vi
Sambutan
viii
Sambutan
ix
Budidaya Ikan Dewa
x
Sambutan
Chef Nega
Ikan dewa merupakan ikan yang sangat special,
selain memiliki background historical, nutritive
value pada daging ikan dewa sangat tinggi,
tekstur dagingnya sangat lembut dan rasa dari
dagingnya pun netral tidak amis seperti ikan air
tawar pada umumnya, sehingga untuk dijadikan
sajian sashimi dan sushi sangat memungkinkan.
Dengan marketing yang tepat, saya yakin ikan
dewa dapat bersaing dengan jenis ikan apa pun
di pasar Internasional, ini bisa menjadi salah
satu komoditi eksport Indonesia di bidang
Fahmi Nega perikanan. Dalam buku ini saya coba sajikan
Nugraha menu yang sangat sesuai untuk memasak ikan
Dewa. Selamat mencoba.
Semoga bermanfaat
xi
Daftar Isi
Prakata........................................................................................................ v
Sambutan.................................................................................................. vii
Daftar Isi.................................................................................................. xiii
Daftar Tabel...............................................................................................xv
Daftar Gambar.........................................................................................xvii
I. Pendahuluan..................................................................................... 1
Ikan Air Tawar Indonesia................................................................... 1
Sebaran Populasi................................................................................ 1
Nilai Ekonomi Ikan Dewa................................................................. 2
Nilai Budaya Ikan Dewa.................................................................... 4
xiv
Daftar Tabel
xviii
Daftar Gambar
xix
I. Pendahuluan
Sebaran Populasi
Khusus ikan genus Tor atau populer disebut di dunia terdapat 24
jenis (Kiat 2004) yang tersebar di wilayah Himalaya sampai Asia Tenggara.
Di Indonesia saat ini diketahui terdapat 4 jenis yaitu: Tor soro. Val.1842; Tor
douronensis.Val.; Tor tambra Val.; dan Tor tambroides.Blkr. (Kottelat et al.
1993). Di Danau Toba, Sumatera Utara dan sekitarnya yaitu di Situs Aek
Sirambe, Panahatan, Sungai Asahan, Sungai Bahorok, dan Sungai Aek Sarula
Budidaya Ikan Dewa
Kabupaten Tarutung ikan Tor soro dikenal dengan nama ihan batak. Ikan ini
mempunyai nilai sakral di dalam budaya masyarakat batak. Ada beberapa
nama daerah yang lazim untuk penamaan ikan Tor soro yaitu : di Kuningan,
Sumedang, Majalengka (Jawa Barat), disebut dengan nama Ikan Dewa, Kancra
Bodas, di Bogor (Sungai Cisadane) disebut soro, di Blitar (Jawa Timur) disebut
Senggaring. Di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan
Barat disebut ikan Lomi, sedang jenis Tor tambroides di Kalimantan Selatan,
dan Kalimantan Tengah disebut sapan. Di Sumatera Barat Tor douronensis
disebut ikan garing atau jurung. Di Jambi, Riau, Kalimantan Barat dan
Sumatera Selatan semua jenis ikan Tor disebut semah dan di Malaysia disebut
kelah. Tor soro synonim Labeobarbus soro dan nama populer disebut Soro
(Schuster dan Djajadiredja 1952).
2
I. Pendahuluan
3
Budidaya Ikan Dewa
4
I. Pendahuluan
5
6
Budidaya Ikan Dewa
7
II. Pengenalan Jenis
10
II. Pengenalan Jenis
Neolissochilus Sumateranus
Ikan jenis Neolissochilus Sumateranus merupakan jenis yang hanya ada di
daerah Sungai Asahan Sumatera Utara. Ikan ini termasuk jenis dengan ukuran
yang kecil dibanding ikan sejenis yaitu dengan panjang total maksimal hanya
14.8 cm.
11
Budidaya Ikan Dewa
12
II. Pengenalan Jenis
13
Budidaya Ikan Dewa
tapis insang 20, ujung bagian depan sirip punggung cekung ke dalam, ujung
sirip perut meruncing dan cekung, ujung sirip dubur meruncing, memanjang
hingga ke dasar sirip ekor dengan jumlah sisik garis rusuk 24‒25.
Ikan dewasa mendiami kolom dan melewati kerikil dan bebatuan di
sungai yang mengalir melalui hutan yang tidak terganggu. Ikan juvenil paling
sering dikumpulkan di dalam atau di dekat jeram. Ditemukan di sungai
dan aliran kecil selama musim kemarau. Pindah ke hilir pada awal musim
hujan, tetapi umumnya menghindari air keruh. Ikan dewasa bermigrasi ke
hulu setelah dua bulan dan muncul pada bulan Juli di dekat mulut sungai
kecil yang kemudian naik. Secara umum habitat ikan sapan pada umumnya
menyukai dasar perairan berupa batuan, substrat kerikil dan pasir, warna air
jernih, arus air lambat sampai deras, dan lingkungan sungai sebagian besar
berupa hutan primer.
14
II. Pengenalan Jenis
15
Budidaya Ikan Dewa
sungai yang mempunyai aliran air jernih dan deras dengan dasar berbatu.
Saat memijah ikan-ikan tersebut berada di daerah yang mempunyai aliran
air jernih relatif tenang dengan dasar koral berpasir. Telur ikan dewa bersifat
tidak lengket dan tenggelam (Iittofill) diletakkan di dasar perairan di sela-sela
batu koral dan pasir.
Taksonomi ikan famili Tor spp. menurut Weber & Beauforf (1916);
Roberts (1993,1999); Kotellat (2001) ada 4 jenis yang masuk ke dalam
marga Labeobarbus, dapat dibedakan berdasarkan cuping pada bibir bawah,
lekuk tubus bibir bawah, dan perbandingan sirip anal dan dorsal. Ikan Dewa
mempunyai bibir bawah tanpa cuping. Panjang sirip anal lebih pendek dari
pada sirip dorsal.
16
II. Pengenalan Jenis
17
III. Domestikasi
Ikan–ikan Dewa (Tor soro)
Tabel 1 Koleksi ikan Dewa (Tor Soro) di Instalasi Riset Plasma Nutfah
Perikanan Air Tawar, Cijeruk
Jumlah Jenis kelamin
No Waktu Asal Kolektor
(ekor) ♀ ♂
P.Samosir, Sumatera A. Hardjamulia, N.
1 Juni 1996 40 20 20
Utara Suhenda & Subagyo
A. Hardjamulia
2 Agustus 1997 Sumedang (Jawa Barat) 22 13 9
& N. Suhenda
Pasawahan-Kuningan
3 Juni 1998 20 10 10 A. Hardjamulia
(Jawa Barat)
September Sungai Cisadane, Bogor
4 12 6 6 A. Rukyani
1998 (Jawa Barat)
Ambarita (Sumatera
5 Februari 2002 20 10 10 MF. Sukadi.
Utara)
Cigugur, Ragawacana,
J. Subagja &
6 Juni 2004 Gandasoli, Pasawahan, 42 25 17
S. Asih
(Kuningan-Jawa Barat)
AH. Kristanto & S.
7 Mei 2005 Sumedang (Jawa Barat) 50 40 10
Asih
Kalimantan Barat (Tor
8 Agustus 2005 26 14 12 J. Subagja
tambroides)
Tarutung (Sumatera
9 Mei 2006 105 Tidak diketahui S. Asih
Utara)
10 Mei 2006 Aek Sirambe, Balige 140 Tidak diketahui S. Asih
11 Mei 2006 Asahan, Sumatera Utara 40 Tidak diketahui S. Asih & M Sulhi
12 Mei 2006 Bahorok, Sumatera Utara 100 Tidak diketahui S. Asih
Karakteristik Fenotipe
Deskripsi Ikan dewa atau Mahseer dijelaskan oleh Roberts, (1993: 1999)
termasuk dalam subfamili Cyprinidae, family Cyprinidae, ordo Cypriniformes,
yang secara umum mempunyai ciri-ciri morfologi mulut dan kepala yang
besar, mulut terdapat 2 bagian yang dapat disembulkan. Terdapat 2 pasang
sungut dekat moncong yang satu lagi dekat dengan rahang atas.
20
III. Domestikasi Ikan–ikan Dewa (Tor Soro)
21
Budidaya Ikan Dewa
22
III. Domestikasi Ikan–ikan Dewa (Tor Soro)
Gambar 23 Gambar 24
Jumlah sisik Linea Lateralis Bagian Punggung
Karakteristik Genotipe
Hasil evaluasi keragaman genetik ikan dewa yang dilakukan Nugroho et
al. (2006) asal Kuningan, Jawa Barat (Pesawahan, Gandosoli dan Ragawacana),
dan Sumedang dengan menggunakan marker mitochondria DNA ( Mt DNA)
D-Loop dan Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD). Berdasarkan
analisis Mt DNA tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ras ikan dewa
dari empat lokasi tersebut.
Jarak genetik berdasarkan polimorfisme dua primer tersebut adalah 0,349.
Dendogram yang dibentuk berdasarkan jarak genetik tersebut menunjukkan
bahwa ikan dewa berasal Gandasoli terpisah dari kelompok Ragawacana,
Sumedang, Pesawahan (Gambar 25)
23
Budidaya Ikan Dewa
24
III. Domestikasi Ikan–ikan Dewa (Tor Soro)
Penandaan (Tagging)
Induk-induk yang terseleksi untuk kegiatan domestikasi di lakukan
penomoran yaitu dengan jalan memasangi tag /nomor yang di tempatkan
pada bagian depan sirip punggung, agar tagging tidak mudah terlepas, tidak
mengganggu pergerakan ikan, serta mudah dalam pembacaan pada saat
sampling (Gambar 27 dan 28).
25
Budidaya Ikan Dewa
Gambar 27 Gambar 28
Pemasangan chip tagging Pembacaan tagging pada ikan dewa
Ekor Ukuran
Waktu Asal
Total ♀ ♂ (g)
19/08/1997 Sumedang, Jawa Barat 21 13 9 800-1300
26
III. Domestikasi Ikan–ikan Dewa (Tor Soro)
27
Budidaya Ikan Dewa
28
III. Domestikasi Ikan–ikan Dewa (Tor Soro)
29
IV. Budidaya Ikan Dewa
A. Pembenihan
Ketersediaan induk matang gonad adalah salah faktor utama dalam
proses pemijahan. Agar didapat induk yang matang gonad perlu dilakukan
manajemen induk meliputi: manipulasi kolam pematangan induk,
penanganan adaptasi terhadap pakan buatan, observasi perkembangan gonad
dan pemilihan induk matang. Ukuran ikan dewa yang dapat dipergunakan
dalam proses pemijahan adalah ikan jantan dengan bobot minimal 300 g dan
induk betina lebih dari 700 g.
Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk dilakukan di kolam air mengalir dengan kedalaman
air minimal 80 cm, dasar kolam dilapisi batu kerikil, dan air tidak terlalu keruh
(sechci disc ≥ 50 cm), kadar oksigen terlarut minimal 4 mg/L, pH 6,5‒7,5.
Dapat juga dipelihara di KJA dengan 3‒5 ekor/m3, rasio jantan, dan betina
1:2 yang dipelihara bersamaan. Pemberian pakan menggunakan pakan buatan
dengan kadar protein 28‒30%, kadar lemak 7% ransom harian diberikan
2‒3% dari bobot biomasa, dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari.
Tabel 4. Parameter sifat kimia dan fisika air di Instalasi Riset Plasma Nutfah
Perikanan Budi daya Air Tawar Cijeruk, Bogor
Parameter Nilai
Suhu : 21‒25° C
Kekeruhan : <25 JTU
Oksigen terlarut : >5 mg/L
pH air : 6,5‒8
CO2 : 2,2‒4,5
Kesadahan : mg /L
Amonia : 12,3 mg/l
NO2 : 0,0‒0,1 mg/L max 0,1 mg/L
32
IV. Budidaya Ikan Dewa
33
Budidaya Ikan Dewa
Agar induk matang gonad tersedia sepanjang waktu, saat bulan pakum/
stagnan (di luar musim) dapat dilakukan pemacuan kematangan gonad
melalui implantasi hormon gonadotrophin.
Perubahan suhu air media yang diamati selama satu tahun sesuai dengan
pengamatan siklus musiman, tidak memperlihatkan fluktuasi yang mencolok,
kecuali pada bulan Juli–Agustus bersamaan dengan datangnya musim kemarau.
Suhu air media minimal terjadi pada awal musim penghujan yaitu bulan
November dan Desember pada Gambar 31 tampaknya siklus perkembangan
gonad ada hubungan kuat dengan perubahan suhu air.
34
IV. Budidaya Ikan Dewa
35
Budidaya Ikan Dewa
36
IV. Budidaya Ikan Dewa
Pemijahan buatan
Pemijahan buatan meliputi kegiatan: pemilihan induk siap suntik,
penyuntikan hormon, pengumpulan sperma, pengalinan induk, fertilisasi/
pembuahan, aktivasi, dan pencucian telur.
Pemilihan induk untuk dipijahkan berdasarkan hasil pengamatan induk
yang mempunyai oosit telur dengan diameter 2,9‒3,1 mm dan sebaran
sudah 80%. Bila kondisi telur baru mencapai sebaran 60% pada diameter
tersebut, maka dilakukan penyuntikan pendahuluan dengan penyuntikan
hCG sebanyak 500 IU/kg bobot induk, dilakukan 24 jam sebelum dilakukan
penyuntikan ovulasi. Penyuntikan ovulasi dilakukan dengan memberikan
suntikan hormon gonadotrophin (ovaprim) dengan dosis 0,6 ml/kg bobot
induk dan dilakukan dua kali penyuntikan. Penyuntikan pertama diberikan
sebanyak 0,2 ml/kg bobot induk dan selang 8 jam kemudian dilakukan
penyuntikan kedua dengan dosis 0,4 ml/kg bobot induk. Penyuntikan
hormon dilakukan pada bagian belakang sirip dorsal.
Ovulasi terjadi 14‒16 jam setelah penyuntikan kedua, pada suhu air
tempat inkubasi induk 23‒25oC (degre hour 350‒368°H). Penyiapan sperma
dilakukan sebelum proses pengalinan ikan betina, sperma hasil pengalinan
diencerkan menggunakan NaCl fisiologis (konsentrasi 0,09%) dengan
perbandingan antara sperma dengan NaCl yaitu 1:4, kemudian larutan sperma
di simpan pada suhu referigerator (suhu 5oC). Proses pemijahan mulai dari
pemeriksaan telur sampai dengan pencucian/pembilasan telur tertera pada
Gambar 33–36. Gambar skema Standar Prosedur Operasional Pemijahan
Buatan tertera pada Gambar 37.
37
Budidaya Ikan Dewa
38
IV. Budidaya Ikan Dewa
39
Budidaya Ikan Dewa
40
IV. Budidaya Ikan Dewa
Inkubasi Telur
Telur ikan dewa mempunyai sifat tidak lengket dan tenggelam di
dasar (fergofil). Telur yang telah dibuahi bersihkan dari kotoran selanjutnya
ditetaskan dalam aquarium yang dilengkapi aerasi dengan cara disebar merata
di dasar aquarium dan tidak bertumpuk dengan kepadatan 12.000 butir/m2.
Telur yang belum dibuahi mempunyai diameter 2,9‒3,1 mm, yang
terbuahi akan berkembang diameternya menjadi 3,1‒3,3 mm. Evaluasi
keberhasilan pembuahan dapat diamati secara visual setelah terjadinya fase
pembelahan sel kutub anima.
Kecepatan perkembangan embrio selama proses inkubasi telur dipengaruhi
oleh fisika dan kimia air khususnya suhu air. Proses perkembangan embrio
pada suhu 21‒24°C sampai menetas selama 4 hari. Telur yang dibuahi setelah
8 jam dari pembuahan akan tampak bening, sementara yang tidak dibuahi,
atau telur mati dicirikan dengan warna putih pekat, segera dikeluarkan dari
tempat penetasan diambil dengan cara menyipon, telur akan menetas setelah
4‒5 hari. Kualitas air penetasan dipertahankan optimal. Secara ringkas
tahapan perkembangan embrio ikan dewa sebagai berikut:
72-97 jam 91-131 jam 131- 260 jam Fase 260 jam (11 hari)
fase blastophore Menetas post larva Larva habis yolksack
41
Budidaya Ikan Dewa
Gambar 39 Gambar 40
Corong penetasan Artemia dan Aquarium pemeliharaan larva
aquarium dengan sistem resiskulasi
42
IV. Budidaya Ikan Dewa
43
Budidaya Ikan Dewa
44
IV. Budidaya Ikan Dewa
B. Pendederan
Pendederan adalah aktivitas produksi benih ikan Dewa dimulai dari
penyiapan kolam pemeliharaan sampai menghasilkan benih ukuran tertentu
dalam waktu pemeliharaan tertentu. Pemeliharaan dilakukan di dalam
kolam tembok dengan aliran air yang berasal dari aliran sungai atau saluran
air lainnya. Selama pemeliharaan dilakukan pemberian pakan buatan dalam
jumlah dan waktu tertentu. Untuk pendederan ikan Dewa, dapat dilakukan
dalam 2 fase, yaitu pendederan 1 untuk menghasilkan benih ukuran 5‒8 cm
dan Pendederan 2 untuk menghasilkan benih ukuran 15‒17 cm atau seberat
40‒50 g/ekor.
Pendederan 1
Aktivitas pemeliharaan benih dilakukan di dalam ruangan (Hatchery),
diawali dengan memindahkan benih dari akuarium penetasan ke dalam
akuarium pemeliharaan dengan ukuran yang lebih luas dari akuarium penetasan
(l : 50 × t : 40 × p : 100 cm), ketinggian air 35 cm, akuarium menggunakan
sistem resirkulasi biofilter, serta dilengkapi dengan aerasi. Kepadatan larva
1500 ekor/akuarium (15 ekor/L).
Pada awal pemindahan, benih sudah mulai aktif berenang dan mulai
responsif pada pakan buatan berbentuk tepung. Pada awal pemeliharaan
dapat juga diberikan cacing tubifex dan diseling dengan pakan tepung (P0)
selama 7 hari (Minggu I). Mulai hari ke delapan benih diberikan 100% pakan
buatan tepung selama 7 hari (Minggu II), dan selanjutnya pakan tepung
diganti dengan pakan crumbel (P1) diberikan selam 2 minggu (Minggu ke III
dan IV) sampai ikan mencapai ukuran 2‒3 cm.
45
Budidaya Ikan Dewa
46
IV. Budidaya Ikan Dewa
Pendederan 2
Pendederan kedua dapat dilakukan dalam sitem kolam bak air mengalir
maupun outdoor resirkulasi. Pemeliharaan dengan sistem ini untuk menjaga
stabilitas kualitas air dan stabilitas kondisi lainnya.
47
Budidaya Ikan Dewa
- Pemeliharaan benih
Aktivitas dimulai dari penyiapan benih, benih yang ditebar harus
sudah bisa makan pakan buatan dan mempunyai ukuran dan umur yang
seragam, rata-rata ukuran tebar adalah 2 cm dengan umur benih antara
1,5‒2 bulan. Sebelum ditebar, benih terlebih dahulu dilakukan pengukuran
untuk mengetahui bobot dan panjang benih, dilakukan melalui sampling
ukuran pada sejumlah tertentu ikan yang akan dipelihara. Benih kemudian
dimasukkan ke dalam kolam tembok dengan kepadatan 25 ekor/m2 atau
sebanyak 1.000 ekor/kolam.
Pakan diberikan secara bertahap dari mulai 1 bulan pertama menggunakan
pakan berbentuk tepung/powder dengan kandungan protein minimal
40% dilanjutkan dengan pakan butiran apung berdiameter 1 mm dengan
kandungan protein minimal 38%. Lama pemeliharaan 3 bulan sampai ikan
sudah mencapai panjang kisaran 5‒8 cm. Persyaratan utama dalam proses
pendederan adalah kualitas air dengan suhu optimal 21‒32oC; oksigen terlarut
>4 mg/L; pH 6,5‒7,5; ruangan tidak terlalu terang untuk menghindari
tumbuhnya lumut dan plankton. Gambar desain bak pendederan seperti
pada Gambar 44.
48
IV. Budidaya Ikan Dewa
- Panen benih
Aktivitas panen dimulai dengan pemuasaan ikan terlebih dahulu,
dilakukan dengan cara ikan tidak diberi pakan selama 24 jam sebelum
dilakukan panen. Pemanenan dilakukan secara bertahap, dimulai dengan
penjarangan dengan menangkap benih menggunakan jaring. Penjaringan
dilakukan beberapa kali sampai benih yang ada di kolam/bak fibre tinggal
tersisa sedikit, kemudian dilakukan panen total dengan mengeringkan kolam/
bak fibre. Benih ditampung dalam wadah bak yang telah dipasang dengan
aerasi. Benih diukur untuk mengetahui bobot dan panjang serta dihitung
untuk mengetahui jumlah ikan yang dipanen.
49
Budidaya Ikan Dewa
50
IV. Budidaya Ikan Dewa
51
Budidaya Ikan Dewa
- Pemeliharaan benih
Aktivitas dimulai dari penyiapan benih, benih yang ditebar harus sudah
bisa makan pakan buatan dan mempunyai ukuran dan umur yang seragam,
rata-rata ukuran tebar adalah 2 cm dengan umur benih antara 2‒2,5 bulan.
Sebelum ditebar, benih terlebih dahulu dilakukan pengukuran untuk
mengetahui bobot dan panjang benih, dilakukan melalui sampling ukuran pada
sejumlah tertentu ikan yang akan dipelihara. Benih kemudian dimasukkan
ke dalam bak fibre dengan kepadatan 2 ekor/liter air atau kepadatan
2.000 ekor/bak fibre.
Pakan diberikan secara bertahap dari mulai 1 bulan pertama
menggunakan pakan berbentuk tepung/powder dengan kandungan protein
minimal 40% dilanjutkan dengan pakan butiran apung berdiameter 1 mm
dengan kandungan protein minimal 38%. Lama pemeliharaan 3 bulan
sampai ikan sudah mencapai panjang kisaran 5‒8 cm. Persyaratan utama
dalam proses pendederan adalah kualitas air dengan suhu optimal 21‒32oC;
oksigen terlarut >4 mg/L; pH 6,5‒7,5; ruangan tidak terlalu terang untuk
menghindari tumbuhnya lumut dan plankton.
- Panen benih
Aktivitas panen dimulai dengan pemuasaan ikan terlebih dahulu,
dilakukan dengan cara ikan tidak diberi pakan selama 24 jam sebelum
dilakukan panen. Pemanenan dilakukan secara bertahap, dimulai dengan
penjarangan dengan menangkap benih menggunakan jaring. Penjaringan
dilakukan beberapa kali sampai benih yang ada di kolam/bak fibre tinggal
tersisa sedikit, kemudian dilakukan panen total dengan mengeringkan kolam/
bak fibre. Benih ditampung dalam wadah bak yang telah dipasang dengan
aerasi. Benih diukur untuk mengetahui bobot dan panjang serta dihitung
untuk mengetahui jumlah ikan yang dipanen.
53
Budidaya Ikan Dewa
54
IV. Budidaya Ikan Dewa
Pendederan 3
Kegiatan pendederan 3 dilakukan untuk menghasilkan benih berukuran
15– 17 cm atau berukuran berat 40‒50 g/ekor. Kegiatan pendederan
umumnya dilakukan di kolam tergenang. Persyaratan kolam pemeliharaaan
adalah kolam terbuat dari tembok atau tanah dengan dasar pasir, luas minimal
100 m2, tinggi kolam minimal 80 cm dengan tinggi air minimal 50 cm,
terbebas dari hama dan bocoran, mempunyai aliran air dengan debit minimal
40 liter/menit.
Kondisi lahan mudah dijangkau, terbebas dari banjir, dan air bebas dari
limbah domestik. Media air yang dapat dipergunakan untuk pemeliharaan
bisa berasal dari saluran irigasi tersier, sumur (mata air tanah), atau dari outlet
waduk atau danau. Kriteria kualitas air yang disaratkan sebagai berikut:
Oksigen terlarut (mg/l) > 4; pH 6 – 8; Suhu air (˚C) 22‒32oC; CO2(mg/l)
<4,5; Kesadahan (mg/l) < 12 serta kecerahan air dengan nilai Jackson Turbidity
Unit (JTU) <30. Lokasi pemeliharaan ikan Dewa optimal pada daerah dengan
ketinggian 50–900 m di atas permukaan laut.
Aktivitas produksi benih ikan Dewa dimulai dari penyiapan kolam
pemeliharaan sampai menghasilkan benih ukuran tertentu dalam waktu
pemeliharaan tertentu. Pemeliharaan dilakukan di dalam kolam dengan aliran
air yang berasal dari aliran sungai atau saluran air lainnya. Selama pemeliharaan
dilakukan pemberian pakan buatan dalam jumlah dan waktu tertentu.
Pemeliharaan
Aktivitas dimulai dari penyiapan benih, benih yang ditebar mempunyai
ukuran dan umur yang seragam, rata-rata ukuran tebar adalah 5‒8 cm dengan
umur benih antara 4,5‒5 bulan. Sebelum ditebar, benih terlebih dahulu
dilakukan pengukuran untuk mengetahui bobot dan panjang benih, dilakukan
melalui sampling ukuran pada sejumlah tertentu ikan yang akan dipelihara.
Benih kemudian dimasukkan ke dalam kolam tembok dengan kepadatan
15 ekor/m2 atau sebanyak 1.500 ekor/kolam. Pakan diberikan berbentuk
apung dengan diameter 1‒2 mm dengan kandungan protein minimal 35%.
Lama pemeliharaan 6 bulan sampai ikan sudah mencapai panjang kisaran
1‒17 cm atau berat 50‒60 g. Persyaratan utama dalam proses pendederan
adalah kualitas air dengan suhu optimal 21‒32oC; oksigen terlarut >4 mg/L;
pH 6,5‒7,5.
55
Budidaya Ikan Dewa
Panen
Aktivitas panen dimulai dengan pemuasaan ikan terlebih dahulu, dilakukan
dengan cara ikan tidak diberi pakan selama 24 jam sebelum dilakukan panen.
Pemanenan dilakukan secara bertahap, dimulai dengan penjarangan dengan
menangkap benih menggunakan jaring. Penjaringan dilakukan beberapa kali
sampai benih yang ada di kolam tinggal tersisa sedikit, kemudian dilakukan
panen total dengan mengeringkan kolam. Benih ditampung dalam wadah
bak yang telah dipasang dengan aerasi atau mempunyai aliran air cukup deras.
Benih diukur untuk mengetahui bobot dan panjang serta dihitung untuk
mengetahui jumlah ikan yang dipanen.
56
IV. Budidaya Ikan Dewa
C. Pembesaran
Pembesaran ikan merupakan salah satu tahapan kegiatan budi daya
untuk menghasilkan ikan ukuran konsumsi. Pada kegiatan ini, ikan didorong
untuk secara maksimal dapat mencapai ukuran panen dengan mengutamakan
kualitas dan kuantitas melalui penyedian lingkungan media hidup ikan yang
optimal, pemberian pakan yang tepat, serta pengendalian hama dan penyakit.
Istilah pembesaran berkaitan erat dengan pertumbuhan, pertumbuhan
didefiniskan sebagai perkembangan ukuran baik bobot maupun panjang
dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor
genetik, hormon, dan lingkungan. Faktor lingkungan yang paling penting
adalah zat hara.
57
Budidaya Ikan Dewa
Pembesaran 1
Kegiatan pembesaran 1 dilakukan untuk menghasilkan ikan berukuran
20–25 cm atau berukuran berat 200–250 g/ekor. Kegiatan umunya dilakukan
di kolam tergenang. Persyaratan kolam pemeliharaaan adalah kolam terbuat
dari tembok atau tanah dengan dasar pasir, luas minimal 100 m2, tinggi kolam
minimal 80 cm dengan tinggi air minimal 50 cm, terbebas dari hama dan
bocoran, mempunyai aliran air dengan debit minimal 60 liter/menit.
Air yang dapat dipergunakan untuk pemeliharaan bisa berasal dari
saluran irigasi tersier atau dari outlet waduk atau danau. Kriteria kualitas air
yang disaratkan sebagai berikut: Oksigen terlarut (mg/l) >4; pH 6–8; Suhu
air (˚C) 22‒320C; CO2(mg/l) <4,5; Kesadahan (mg/l) <12 serta kecerahan
air dengan nilai Jackson Turbidity Unit (JTU) <30. Lokasi pemeliharaan ikan
Dewa optimal pada daerah dengan ketinggian 50–400 m di atas permukaan
laut.
Pemeliharaan
Aktivitas dimulai dari penyiapan benih, benih yang ditebar mempunyai
ukuran yang seragam, rata-rata ukuran tebar adalah 15‒17 cm. Sebelum
ditebar, benih terlebih dahulu dilakukan pengukuran untuk mengetahui
bobot dan panjang benih, dilakukan melalui sampling ukuran pada sejumlah
tertentu ikan yang akan dipelihara. Benih kemudian dimasukkan ke dalam
kolam tembok dengan kepadatan 7‒8 ekor/m2 atau sebanyak sekitar 1.500
ekor/kolam. Pakan diberikan berbentuk apung dengan diameter 2 mm dengan
kandungan protein minimal 30%. Lama pemeliharaan 12 bulan sampai ikan
sudah mencapai panjang kisaran berat 200‒250 g.
58
IV. Budidaya Ikan Dewa
Panen
Aktivitas panen dimulai dengan pemuasaan ikan terlebih dahulu, dilakukan
dengan cara ikan tidak diberi pakan selama 24 jam sebelum dilakukan panen.
Pemanenan dilakukan secara bertahap, dimulai dengan penjarangan dengan
menangkap ikan menggunakan jaring. Penjaringan dilakukan beberapa kali
sampai ikan yang ada di kolam tinggal tersisa sedikit, kemudian dilakukan
panen total dengan mengeringkan kolam. Ikan ditampung dalam bak yang
telah dipasang dengan aliran air yang deras. Ikan diukur untuk mengetahui
bobot dan panjang serta dihitung untuk mengetahui jumlah ikan yang
dipanen.
Pembesaran 2
Kegiatan pembesaran adalah proses pemeliharaan ikan dari ukuran
tertentu yang ditebar sampai ukuran konsumsi yang diharapkan, umumnya
untuk mencapai ikan ukuran 800–1000 g/ekor. Untuk pembesaran ikan
dewa, dapat dilakukan dengan dua sistem pemeliharaan, yaitu dengan sistem
semi-intensif di kolam tenang dan sistem intensif di kolam air deras.
59
Budidaya Ikan Dewa
Kondisi musim yang tidak selalu sama pada setiap pemeliharaan akan
berpengaruh pula terhadap pemanfaatan pakan dan pertumbuhan ikan.
Namun demikian, pemberian jumlah pakan dapat dilakukan dengan melihat
berat pada tiap pengambilan sampel/contoh. Secara umum, dosis pemberian
pakan untuk pembesaran di kolam adalah 3‒4% pada awal pemeliharaan.
Dosis ini berangsur menurun menjadi 2‒3% hingga air pemeliharaan.
Untuk mengetahui laju pertumbuhan mingguan dan pendugaan total
bobot biomass ikan yang dipelihara dilakukan sampling. Manfaat lain dari
sampling adalah untuk menentukan ukuran serta prosentase dan intensitas
pemberian pakan. Sampling dapat dilakukan setiap 1 bulan sekali. Teknik
pelaksanaanya adalah dengan mengambil 1‒2% dari jumlah total ikan yang
ada kemudian menimbang dan menghitung berat rataannya. Agar ikan tidak
stres sampling sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan dilakukan pembiusan.
Apabila cuaca pada musim pemeliharaan adalah normal dimana tidak
terjadi serangan penyakit atau dan kondisi kualitas dan kuantitas air tidak
benyak mengalami penurunan, maka total biomasa ikan yang dipelihara dapat
lebih akurat untuk diestimasikan. Selain untuk mengetahui laju tumbuh,
sampling juga untuk mengecek kesehatan ikan yang dipelihara khususnya
pengecekan terhadap sisik, sirip, dan insang karena jika diketahui salah satu
insang terserang penyakit dapat segera dilakukan pemisahan dari populasinya
untuk diobati.
Pemeliharaan di kolam tanah dengan aliran air sedang dapat mendukung
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan dewa sampai 2,5 kg/m2. Dengan
padat tebar awal ukuran 200 g/ekor, dapat dipelihara ikan sebanyak 3 ekor/m2.
Setelah bobot rata-rata ikan yang dipelihara sesuai dengan yang diinginkan,
dilakukan panen. Pada kondisi musim yang bagus, bobot 800‒1000 g/ekor
dicapai pada umur sekitar 12 bulan, tergantung padat tebar dan pemberian
pakan. Panen dilakukan secara total untuk satu petak. Pelaksanaanya dengan
terlebih dahulu memuasakan (memberok) ikan selama 1 hari sebelum panen,
agar ikan tidak banyak mengeluarkan kotoran saat pengangkutan. Untuk
memudahkan pengambilan ikan saat panen dilakukan penjarangan dengan
menggunakan jaring. Selanjutnya ikan dipanen total dengan cara pengeringan
kolam.
60
IV. Budidaya Ikan Dewa
Apabila pakan yang digunakan dan benih ikan dewa yang ditanam baik
kualitasnya, tonase akhir bisa diestimasi. Pada pemeliharaan pembesaran di
kolam tergenang bisa menghasilkan tonase akhir 20‒25% dari total pakan
yang digunakan selama masa pemeliharan ikan di tambah bobot tebar awal.
Pada pemeliharaan di kolam berukuran luas 200 m2 dengan jumlah ikan
yang dipelihara sebanyak 600 ekor atau seberat 120 kg. Jika total pakan yang
digunakan selama pemeliharaan adalah 1.300 kg, maka tonase akhir ikan
Dewa dalam jaring adalah sebanyak:
(1300 kg × 25%) + 120 kg = 445 Kg.
61
Budidaya Ikan Dewa
ekor ikan dan menimbang bobotnya). Bobot total ikan dalam kolam adalah
perkalian antara bobot rata-rata ikan yang di sampling dengan jumlah ikan
yang dipelihara. Penyesuaian jumlah pakan disesuaikan dengan hasil sampling
bobot total ikan yang dilakukan dua pekan sekali.
Pembesaran ikan Dewa dilakukan selama masa pemeliharaan 12 bulan
untuk mencapai ukuran 800 hingga 1000 ekor/kg mortalitasnya relatif
rendah. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan
dan mengurangi kematian ikan yaitu: 1) Pemilihan kualitas dan jenis pakan.
2) Pemberian pakan menyebar, tidak terkonsentrasi pada area tertentu dan
3) Pengaturan kuantitas dan kualitas air.
62
IV. Budidaya Ikan Dewa
63
V. Pakan
dan Pemberian Pakan
66
V. Pakan dan Pemberian Pakan
Jumlah pakan yang diberikan setiap hari disesuaikan dengan berat ikan,
sering disebut sebagai tingkat pemberian pakan atau feeding level (TPP). TPP
untuk setiap jenis ikan dan tingkatan ukuran ikan berbeda-beda. Jumlah
pakan yang diberikan dalam beberapa kali pemberian setiap harinya (frekuensi
pemberian pakan). Umumnya, ikan berukuran kecil membutuhkan TPP dan
frekuensi pemberian pakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran
yang lebih besar.
Cara pemberian pakan juga berpengaruh terhadap keberhasilan dalam
budidaya. Secara umum terdapat tiga macam cara pemberian pakan yang
umum dilakukan, yaitu:
· Pemberian pakan menggunakan automatic feeder; adalah pemberian
pakan dengan menggunakan alat yang dirancang sedemikian rupa
sehingga mampu mengeluarkan pakan dalam jumlah dan frekuensi
tertentu sesuai keinginan.
· Pemberian pakan menggunakan self feeder; adalah pemberian
pakan dengan menggunakan alat yang dirancang sedemikian rupa
sehingga pada saat ikan memerlukan makanan, ikan tersebut dengan
menyentuh bagian tertentu dari alat, alat ini akan mengeluarkan
makanan dalam jumlah tertentu
· Pemberian pakan menggunakan manual tanpa alat; adalah pemberian
pakan secara langsung yang diberikan oleh manusia.
Berdasarkan rata-rata berat individu ikan dapat ditetapkan tingkat dan
frekuensi pemberian pakan, berdasarkan berat total dapat ditetapkan jumlah
pakan yang dibutuhkan dalam satu hari maupun satu kali pemberian pakan.
Untuk mengetahui respons ikan terhadap pakan yang diberikan dilakukan
evaluasi pemberian pakan atau sering disebut sebagai efisiensi pemberian.
Efisiensi adalah perbandingan antara pertambahan bobot ikan dengan jumlah
pakan yang diberikan, dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi tingkat
efisiensi, semakin baik tingkat efiensi pakan. Untuk mengetahui efisiensi
pakan dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
67
Budidaya Ikan Dewa
BTt – BTo
EP = × 100%
P
EP ; Efisiensi pakan
BTt : Berat ikan setelah masa pemeliharaan tertentu
Bto : Berat ikan pada saat awal pemeliharaan
P : Berat pakan yang diberikan
Contoh, pada pemeliharaan ikan dewa di kolam, ditebar sebanyak 100
kg ikan, setelah dipelihara selama 12 bulan, dihasilkan ikan sebanyak 500
kg. Selama pemeliharaan dihabiskan pakan sebanyak 2.000 kg. Nilai efisiensi
pakan adalah sebesar ((500-100)/2000)) × 100 = 20%.
68
VI. Penyakit
dan Cara Pengendalian
70
VII. Panen dan
Penanganan Pasca Panen
A. Cara Panen
Panen ikan di kolam dapat dilakukan secara bertahap jika ukuran ikan
tidak seragam. Jika ukuran ikan seragam, pemanenan dapat dilakukan secara
total. Sebelum panen dilaksanakan, segala peralatan dan sarana penunjang
harus dipersiapkan terlebih dahulu untuk menghindari penurunan mutu
ikan.
Panen ikan di kolam sebaiknya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul
06.00–07.00 supaya ikan tetap segar dan tenaga kerja pun masih kuat sehingga
panen dapat selesai sebelum hari panas. Panen dilakukan dengan terlebih
dahulu membuang sebagian air kolam. Jika konstruksi kolam baik, panen
dapat dilakukan di dekat pintu air. Sebaliknya, jika konstruksi kolam sederhana
dan berlumpur, panen sebaiknya dilakukan dengan menelusuri seluruh bagian
kolam dengan menggunakan jaring terlebih dahulu baru kemudian dilakukan
pemanenan secara total. Penangkapan ikan dengan menggunakan jaring
akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka. Pada panen total, sebaiknya
penangkapan ikan dimulai di bagian hilir kemudian bergerak ke bagian hulu.
Pada bagian hulu, air tetap dialirkan. Hal ini akan membuat ikan terkumpul
pada bagian hulu. Jadi bila ikan dewa didorong maka ikan akan terpojok
pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini menguntungkan karena ikan tetap
mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari.
Budidaya Ikan Dewa
B. Penanganan Pascapanen
Seperti halnya komoditas ikan yang lain, ikan dewa termasuk komoditas
yang cepat rusak (mutunya cepat menurun) karena proses pembusukan. Proses
pembusukan terjadi sejak ikan mati dengan terjadinya proses autolysis oleh
enzim dan bakteri menyebabkan terjadinya penurunan mutu dan pembusukan
pada tubuh ikan. Agar penurunan mutu dapat dihambat, penanganan ikan
ketika panen, dan setelah dipanen (pascapanen) harus ditangani dengan baik
dan benar.
72
VII. Panen dan Penanganan Pasca Panen
Pengangkutan benih
Dalam pengangkutan benih, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pananganan adalah sebagai berikut:
1. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit
dan tidak cacat.
2. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas
hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat
digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam atau air sumber
yang berasal dari mata air.
3. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok terlebih dahulu selama
minimal 2 hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang
berisi air bersih dan dengan aerasi atau aliran air yang baik. Bak
pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 2 m × 1 m. Dengan
ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan
sejumlah 5000 ekor dengan ukuran 3–5 cm. Jumlah benih dalam
pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
4. Pada pengangkutan ikan dewa, sistem pengangkutan benih harus
menggunakan sistem tertutup:
- Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang
memerlukan waktu lebih dari 4 jam, menggunakan kantong
plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 10
liter yang diberi Buffer Na2(HPO)4.1H2O sebanyak 9 g atau
menggunakan stabilizer
- Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong
plastik:
a) masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian
benih dimasukan
b) hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke
permukaan air
c) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik
sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga plastik dengan
perbandingan air: oksigen adalah 1 : 3 bagian
73
Budidaya Ikan Dewa
74
VII. Panen dan Penanganan Pasca Panen
75
Budidaya Ikan Dewa
76
VII. Panen dan Penanganan Pasca Panen
77
Budidaya Ikan Dewa
78
VII. Panen dan Penanganan Pasca Panen
79
Budidaya Ikan Dewa
80
VIII. Analisis Ekonomi
Budidaya Ikan Dewa
HARGA
NO URAIAN VOLUME SATUAN JUMLAH
SATUAN
e. Bunga Bank (12%/tahun) 4.691.640
- Investasi 3 % 144.200.000 4.326.000
- Operasional 3 % 12.188.000 365.640
f. Biaya penyusutan
- Kolam pemijahan induk
10 tahun 40.000.000 1.000.000
ukuran 100 m2
- Rak akuarium 5 tahun 3.000.000 150.000
- Akuarium 50 x 40 x 100 cm 5 tahun 5.700.000 285.000
- Hi-blow 60 titik 4 tahun 1.750.000 109.375
f. Jumlah biaya operasional 23.115.655
3. JUMLAH TOTAL BIAYA 167.315.655
4. PENDAPATAN
- Benih ukuran 2-3 cm 36.000 ekor 1.000 36.000.000
- Penyusutan induk 3,125 kg 500.000 1.562.500
Jumlah 37.562.500
5. KEUNTUNGAN
- Siklus 14.446.845
- Tahun 57.787.380
6. ANALISA EKONOMI
BEP Unit Rp 642
BEP ekor ekor 23.116
PP Tahun 2,50
R/C ratio rasio 1,62
82
VIII. Analisis Ekonomi Budidaya Ikan Dewa
83
Budidaya Ikan Dewa
HARGA
NO URAIAN VOLUME SATUAN JUMLAH
SATUAN
4. PENDAPATAN
- Benih ukuran 6-8 cm 17.000 ekor 4.000 68.000.000
5. KEUNTUNGAN
- Siklus 3 bulan 26.849.663
- Tahun 1 tahun 107.398.650
6. ANALISA EKONOMI
BEP Unit Rp 2.421
BEP ekor ekor 10.288
PP tahun 0,43
R/C ratio rasio 1,65
84
VIII. Analisis Ekonomi Budidaya Ikan Dewa
85
Budidaya Ikan Dewa
86
VIII. Analisis Ekonomi Budidaya Ikan Dewa
87
Profil Sukses
Budidaya Ikan Dewa
Karmad Faturachman
Budidaya ikan, bukan hal baru bagi Pegawai
Negeri Sipil di Bappeda Provinsi Jawa Barat. Memulai
usaha budi daya sejak tahun 1995 dengan 2 kolam,
saat ini telah 35 buah kolam yang dimiliki yang
berlokasi di sekitar daerah Cisalak Subang dengan
bendera Balong KF, yang sebagian besar adalah kolam
Air Deras dengan produksi ratusan ton per tahun.
Kesukaannya akan ikan membuatnya mungkin bisa dijuluki sebagai
kolektor jenis ikan tanah air, tidak kurang dari 60 species ikan air tawar yang
kebanyakan adalah ikan asli Indonesia dipelihara di kolamnya, selain produksi
andalannya adalah ikan dewa, ikan mas, dan ikan nila.
Mengenal ikan Dewa sejak tahun 2000, saat ini beliau merupakan
kolektor ikan dewa di Jawa Barat dengan jumlah ikan dewa yang ada tidak
kurang dari 70.000 ekor benih berbagai ukuran dan sebanyak 3.000 ekor
ikan dewa ukuran konsumsi 500–2000 g/ekor. Beliau juga telah merasakan
manisnya budidaya ikan dewa dengan melakukan penjualan berbagai ukuran
ikan dewa baik untuk pasar nasional maupun internasional.
Budidaya Ikan Dewa
H. Endang Mumuh
Bapak H. Endang Mumuh merupakan mantan
pegawai di sebuah Bank pemerintah yang berani
banting setir untuk menjadi seorang pembudidaya
ikan. Dimulai dengan 2 buah kolam hasil ngontrak
pada tahun 1998, saat ini beliau mempunyai tidak
kurang dari 50 buah unit kolam yang kebanyakan
adalah kolam air deras yang berlokasi di Cimalaka
Sumedang dan Tanjungsiang Subang dengan produksi
ratusan ton per tahun. Beliau juga memiliki Rumah
makan yang cukup besar dan terkenal di Sumedang bernama FISH 88.
Kecintaanya pada ikan dewa membuatnya mendirikan Patung Ikan Dewa
nan megah yang bisa jadi merupakan patung ikan dewa terbesar di Indonesia
di depan rumah makannya yang bernuansa kolam yang asri, banyak menyajikan
menu ikan yang dapat langsung ditangkap di kolam, sebagai menu utama
rumah makannya dan saat ini juga menyajikan menu spesial ikan dewa.
Kecintaannya pada jenis ikan besar membawanya mengenal ikan Dewa
yang pada awalnya hanya kesenangannya melihat tampang ikan dewa yang
dipelihara bersama ribuan monster ikan mas berukuran besar rata-rata 5‒15
kg/ekor yang didistribusikan hampir ke seluruh wilayah Jawa dan luar
Jawa seperti ke Jakarta, Blitar, Surabaya, Bali, Lampung, dan wilayah lain.
Mengenal ikan dewa sejak tahun 2000, saat ini beliau merupakan salah satu
supplier ikan dewa ukuran konsumsi terbesar yang ada di Jawa Barat. Beliau
sudah mengirim ikan ini sampai ke Jakarta, Bekasi, Bali, Semarang, Surabaya,
Ambon, Pontianak dan wilayah lainnya. Saat ini, bersama dengan BRPBATPP
Bogor, beliau dan masyarakat sekitar Cimalaka, juga mengembangkan
perbenihan sistem semi buatan untuk memenuhi kebutuhan budi daya dan
permintaan pasar akan benih.
90
Profil Sukses Budidaya Ikan Dewa
91
Budidaya Ikan Dewa
92
Daftar Pustaka
94
Pustaka
95
Budidaya Ikan Dewa
96
Penulis
Jojo Subagja
Jojo Subagja dilahirkan di Kuningan tanggal 05
Juni 1962, anak tunggal dari Bapak I. Kartaatmadja
(Alm). Menyelesaikan Pendidikan SLTA di SPMA
Kuningan, S-1 di Jurusan Biologi FAMIPA Universitas
Pakuan Bogor dan pada 2007 lulus S-2 Ilmu Perairan
Insitut Pertanian Bogor. Sejak tahun 1991 menjadi
peneliti di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar
dan Penyuluhan Perikanan Bogor sampai sekarang
menjadi Peneliti Madya.
Pengalaman pekerjaan tahun 1996-2000: sebagai pendamping Proyek Uni
Eropa “Catfish Asia” IRD-Francis. Melibatkan dalam kegiatan penelitian yang
dilakukan di stasiun percobaan Sukamandi–Subang JABAR, Implementasi
percobaan pada strategi reproduksi dan manajemen larva rearing, dan
pelatihan di Montfilier France dan Domestikasi pangasiidae Indonesia
(Pangasius djambal). Pada tahun 2000 mendapat penghargaan dari Menteri
Pertanian Tim Pelepasan jenis ikan baru Patin jambal hasil domestikasi sebagai
ikan kandidat budidaya. Pada tahun 2004-2007 pernah menjadi kepala kantor
Instalasi Riset Plasma Nutfah ikan Air Tawar Cijeruk, Balai Riset Perikanan
Budidaya air tawar dan Penyuluhan Perikanan.
Pada tahun 2006-2008: sebagai peneliti dalam program kegiatan
meningkatkan penelitian dasar pada Kementerian Riset dan Teknologi.
“Domestication Biodeversity Indonesia” bekerja sama dengan Biologi LIPI
Cibinong, tahun yang sama memulai riset domestikasi ikan Dewa dan
pada tahun 2011 mendapat penghargaan dari Kementerian Kelautan dan
Perikanan tiim pengusul Rilis ikan Tor soro sebagai komoditas budidya hasil
domestikasi. Kegiatan Riset yang terus digeluti masih diseputar pemuliaan
ikan-ikan lokal potensial.
98
Penulis
Sidi Asih
Sidi Asih, lahir di Ngawi pada 01 Februari 1958.
Menyelesaikan kuliah Diploma di Akademi Farming
Semarang pada tahun 1980, dilanjutkan menyelesaikan
S-1 di Jurusan Budidaya Perairan Universitas Djuanda
pada Tahun 1992. Berbagai training pernah diikuti
untuk mengembangkan kemampuannya sebagai
Peneliti seperti mengikuti pelatihan seleksi dan
pemulian ikan di Bangkok Thailand dan Pengusulan
dan pengeloaan Hak Paten produk.
Pengalaman kerjanya sebagai PNS di Kementerian Kelautan dan
Perikanan dimulai sejak tahun 1980 sebagai teknisi perintisan budidiya KJA
di Indonesia. Dipercaya sebagai Kepala Instalasi Penelitian Cijeruk selama
17 tahun sejak 1984–2001 dengan fungsional peneliti sebagai Peneliti Muda
99
Budidaya Ikan Dewa
breeding dan genetika. Beberapa prestasi yang telah diraih selama mengabdi
antara lain adalah sebagai Tim Pelepasan Varietas Ikan Mas Lokal Sinyonya,
Tim Pelepasan ikan Tor soro sebagai Varietas Ikan Lokal Hasil Domestikasi,
Tim Pelepasan Variertas Strain Unggul Ikan Mas Rajadanu Super RD dan
Tim pada Penyedian benih ikan lokal endemik serta penebaran benih ikan
Tor di beberapa wilayah di Indonesia,
Setelah mengabdi selama 38 tahun melanjutkan karier pekerjaan sebagai
Manager Operasional di PT Xpro Agrotamana Cinaneng, Bogor (on Farm
Pembenihan monosex red tilapia, pendederan, pembesaran air deras dan purna
jual).
100
Penulis
101