Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGHANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat,taufik, hidayah,serta inayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “PETIR GABUS + WAH”
dengan baik tanpa suatu halangan apapun.

Sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAWyang mana telah membawa umatnya dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang dengan iman Islam serta ilmu.

Dengan mencurahkan segala usaha, kemampuan penulis, makalah ini


dapat terselesaikan dengan adanya masukan dan bantuan dari berbagai pihak.
Maka dengan setulus hati penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya, penulis
menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis berharap kepada seluruh pembaca untuk memberikan saran dan kritik,
demi menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat.

Indralaya utara, 29 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN.............................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................iii
ABSTRAK...........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan ....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
2.1 Ikan Gabus...............................................................................................................3
2.2 Jamur Tiram.............................................................................................................4
2.3 Tepung Tapioka.......................................................................................................6
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................7
3.1 Tempat dan Waktu .................................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................................7
3.3 Langkah Kerja........................................................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................9
4.1 Hasil dan Pembahasan ...........................................................................................9
BAB V PENUTUP..............................................................................................................11
5.1 Kesimpulan .............................................................................................................11
5.2 Saran........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12
LAMPIRAN........................................................................................................................13
BIODATA PENULIS..........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ikan Gabus…………………………………………………………….4
Gambar 2. Jamur Tiram…………………………………………………………...5
PETIR GABUS + WAH SECARA ORGANOLEPTIK
MENYEHATKAN
Muhammad Salman Al fariz, Kezia Ardian Anjali, Rahma Puji Lestari

Guru pembimbing : Triewarnie,S.Pd

SMAN 1 Indralaya Utara, Jl.Persirah Mat Nang Ogan Ilir Sumatera Selatan 30662

Email : muhammadsalmanalfariz699@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia adalah Negara yang mempunyai banyak keanekaragaman. Salah


satunya keanekaragaman flora dan fauna. Dengan berbagai keanekaragaman
tersebut dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup, salah
satunya dibidang kesehatan seperti ikan gabus dan jamur tiram. Dalam bidang
kesehatan keanekaragaman flora dan fauna ini memberikan dampak positif
terhadap kesehatan karena banyak mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
tubuh. Seperti ikan gabus yang mengandung zat besi, fospor, kalsium yang
berguna untuk kesehatan. Sedangkan jamur tiram banyak meangandung protein,
vitamin, kalium, posfor, dan kalsium. Oleh karena itu kami sebagai penulis
berinisiatif menciptakan kreasi pangan untuk meningkatkan nilai kegunaan dan
membantu masyarakat dalam bidang ekonomi dengan pengembangan pempek
jamur tiram dan ikan gabus.

Kata kunci : ikan gabus, jamur tiram, pempek


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pempek merupakan makanan tradisional khas Sumatera Selatan yang terbuat
dari daging ikan giling, tepung tapioka, air, garam, dan bumbu-bumbu sebagai
penambah cita rasa dengan proses pengolahan yang terdiri dari penggilingan
daging ikan, pencampuran bahan, pembentukan dan pemasakan pempek (Karneta
et al., 2013). Kandungan gizi utama pempek adalah protein, lemak dan
karbohidrat yang berasal dari ikan dan tepung tapioka. Kadar protein, lemak dan
karbohidrat dapat berubah sesuai dengan proporsi daging ikan dan tapioka yang
digunakan (Putra, 2011). Ikan Tenggiri merupakan ikan pelagis dan merupakan
ekonomis penting di Indonesia bahkan dunia karena kandungan protein yang
tinggi dan bagus untuk pertumbuhan. Daging ikan yang biasa digunakan dalam
pembuatan pempek adalah ikan tenggiri karena memiliki rasa yang gurih, tekstur
rapat, dan sedikit kenyal, serta mampu menimbulkan aroma yang tajam. Hasil
analisa proksimat daging ikan tenggiri menunjukkan bahwa kadar lemak ikan
tenggiri cukup rendah dan proteinnya cukup tinggi. Suzuki (1981) dalam
Nessianti (2015), menyatakan ikan yang tidak berlemak dapat membentuk gel
yang baik dengan kekuatan gel yang tinggi dan ikan yang berlemak kemampuan
gelnya rendah (Nessianti, 2015). Ikan tenggiri adalah ikan jenis musiman yang
tidak sewaktu-waktu dapat dengan mudah untuk didapatkan. Maka dari itu,
pencarian bahan alternatif pengganti ikan tenggiri dapat dilakukan untuk
menghindari tingginya harga bahan baku.
Bahan baku pembuatan pempek ikan tenggiri diganti dengan bahan alternatif
lain yaitu ikan gabus (Channa striata) , karena kandungan albumin jauh lebih
tinggi daripada ikan yang lainnya selain itu bahan baku ikan patin di pasaran
setiap hari selalu tersedia. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) mempunyai
kandungan gizi protein dan serat sebanyak 5,94% dan 1,56%. Tekstur dan rasa
jamur tiram putih yang berasal dari serat dan protein sangat mendukung
keberadaan jamur tiram sebagai pengganti daging (termasuk daging ikan). Selain
itu lemak dalam jamur tiram merupakan asam lemak tidak jenuh, sehingga aman
dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun
gangguan metabolisme lipid lainnya. Jamur tiram putih juga mengandung protein
yang tinggi dan memiliki asam amino essensial yang cukup lengkap dan baik
untuk tubuh (Andoko dan Parjimo, 2007). Jamur tiram digunakan sebagai protein
alternatif, karena memiliki kadar lemak rendah, kadar protein yang tinggi dan
harganya lebih terjangkau. Dilihat dari perkembangan zaman dengan
meningkatkan kesadaran konsumen tentang makanan yang sehat, maka dilakukan
usaha diversifikasi pada produk pempek yaitu pempek berbahan dasar jamur
tiram putih (Pleurotus ostreatus).

1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan kreasi baru dari pangan khas
sumatera selatan dengan cita rasa dan bergizi tinggi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Gabus

Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan karnivora air tawar yang menghuni
kawasan Asia Tenggara, namun belum banyak diketahui tentang sejarah dan sifat
biologisnya. Ikan jenis ini dikenal sebagai ikan konsumsi dan banyak ditemui di
pasaran. Dalam ukuran kecil (anakan) ikan gabus terlihat eksotis sehingga banyak
dimanfaatkan sebagai ikan hias dalam akuarium. Di Indonesia, ikan ini dikenal
dengan banyak nama daerah yaitu aruan, haruan (Malaysia, Banjarmasin,
Banjarnegara), kocolan (Betawi), bogo (Sidoarjo), bayong, licingan (Banyumas),
kutuk (Jawa). Dalam bahasa Inggris antara lain common snakehead, snakehead
murrel, chevron snakehead, dan stripped snakehead. Weber & Beaufort (1922)
menyebutkan beberapa nama daerah Channa striata antara lain gabus (Malaysia,
Jawa), rajong (Sunda), deluk, kuto (Jawa, Madura), bado (Gaju), bace (Aceh),
sepunkat (Palembang), dan haruan (Banjarmasin).

Klasifikasi Ikan gabus dalam taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Familia : Channidae
Genus : Channa
Species : Channa striata

Gambar 1. Ikan Gabus (Channa striata)


Tubuh ikan gabus umumnya berwarna coklat sampai hitam pada bagian atas dan
coklat muda sampai keputih putihan pada bagian perut. Kepala agak pipih dan
bentuknya seperti ular dengan sisik-sisik besar di atas kepala, oleh sebab itu,
dijuluki sebagai “snake head”. Sisi atas tubuh ikan gabus dari kepala hingga ke
ekor berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh berwarna
putih mulai dagu ke belakang. Sisi samping bercoret tebal (striata, bercoret-coret)
dan agak kabur, warna tersebut seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya.
Mulut ikan gabus besar, dengan gigi-gigi yang tajam. Sirip punggung memanjang
dengan sirip ekor membulat di bagian ujungnya. Ikan gabus sendiri mempunyai
senyawa yang penting bagi tubuh, seperti protein dan beberapa
mineral(Sediaoetama, 1985). Kadar protein ikan gabus mencapai 25,5%
dibandingkan protein ikan lainnya, albumin ikan gabus cukup tinggi mencapai
6,22% dan daging ikan gabus mengandung mineral seng dengan kadar 1,74
mg/100 gram (Carvallo, 1998). Menurut penelitianSuprayitno E. (2003),
menyatakanbahwa ikan gabus jenis canna striatasangat kaya akan sumber
albumin, salah satu jenis protein pentingyang diperlukan tubuh manusia
setiap hari.Sumber albumin ikan gabussangat baik digunakan bagi penderita
hipoalbumin (rendah albumin) dan penyembuhan luka pasca operasi maupun
luka bakar.

2.2 Jamur Tiram


Jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu yang banyak tumbuh pada
media kayu, baik kayu gelondongan ataupun serbuk kayu. Pada limbah hasil
hutan dan hampir semua kayu keras, produk samping kayu, tongkol jangung dan
lainnya, jamur dapat tumbuh secara luas pada media tersebut. Di Indonesia jamur
tiram putih merupakan salah satu jenis jamur yang banyak dibudiumurkan.
Karena bentuk yang membulat, lonjong, dan agak melengkung serupa cakra tiram
maka jamur kayu ini disebut jamur tiram.
Menurut klasifikasi lengkap tanaman jamur tiram adalah sebagai berikut :
Kingdom : Mycetea
Division : Amastigomycotae
Phylum : Basidiomycotae
Class : Hymenomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Pleurotaceae
Genus : Pleurotus
Species : Pleurotus ostreatus

Gambar 2. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus)

Jamur tiram atau yang dikenal juga dengan jamur mutiara memiliki
bagian tubuh yang terdiri dari akar semu (rhizoid), tangkai (stipe), insang
(lamella), dan tudung (pileus/cap) . Jamur tiram memiliki ciri-ciri fisik seperti
permukaannya yang licin dan agak berminyak ketika lembab, bagian tepinya
agak bergelombang, letak tangkai lateral agak disamping tudung dan daging buah
berwarna putih (pleurotus spp). Jamur tiram memiliki diameter tudung yang
menyerupai cangkang tiram berkisar antara 5– 15 cm, jamur ini dapat tumbuh
pada kayu-kayu lunak dan pada ketinggian 600 meter dari permukaan laut,
spesies ini tidak memerlukan intensitas cahaya tinggi karena dapat merusak
miselia jamur dan tumbuhnya buah jamur. Jamur tiram dapat tumbuh dan
o o
berkembang dengan suhu 15 - 30 C pada pH 5,5- 7 dan kelembaban 80%-90%
(Achmad et al., 2011).

2.3 Tepung Tapioka


Tepung tapioka sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan makanan,
seperti pempek, atau sering juga digunakan sebagai bahan pengganti atau
substitusi tepung terigu untuk mengolah bahan makanan. Menurut Sutardi et al.,
(2009), kadar amilosa tepung tapioka sekitar 18,6-23,6% dengan bentuk granula
bulat dan suhu glatinisasi pati mencapai 620C. Karakteristik seperti ini sangat
cocok digunakan sebagai bahan baku pempek. Selanjutnya menurut Gardjito et
al., (2013), tepung tapioka sangat cocok digunakan sebagai bahan baku pembuat
pempek karena tepung tapioka memiliki karakteristik yang istimewa, antara lain:
tidak berbau sehingga mudah dicampur dengan bahan perisa makanan, pasta yang
dihasilkan mempunyai penampakan yang bersih dan jernih sehingga
menghasilkan pempek yang sesuai dengan warna daging ikan yang digunakan
dan tepung tapioka dengan viskositas yang tinggi serta tidak mengalami
retrogradasi akan menghasilkan pempek dengan tekstur yang stabil pada saat
pempek didinginkan. Menurut Nugroho et al., (2002), tepung tapioka dalam
pembuatan makanan berfungsi sebagai bahan pengikat yaitu untuk mengikat air
sehingga mengurangi penyusutan pada saat pengolahan. Fungsi lain dari tepung
tapioka adalah sebagai bahan pengembang dan perekat. Tepung tapioka
digunakan dalam industri pangan karena kandungan dan sifat patinya yang
mudah mengembang dalam air panas dan dapat membentuk kekentalan yang
dikehendaki. Tepung tapioka mengandung amilopektin tinggi cenderung
menghasilkan produk yang rapuh dengan kerapatan yang rendah. Sedangkan
amilosa dibutuhkan untuk menghasilkan tekstur dan daya tahan yang baik.
Umumnya untuk menghasilkan produk yang bermutu baik diperlukan
amilopektin sebesar 50% atau lebih (Ariyani, 2010). Pada penelitian pendahuluan
yang dilakukan peneliti.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian Ini dilakukan di Laboratorium Biologi SMAN 1 Indralaya Utara pada


tanggal 28 Oktober 2019 pukul 08.00 s/d Selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah baskom plastik, kompor, talenan,
panci, blender, alat perebusan, alat peniris, spatula, pisau, cobek. Bahan-bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus) yang diperoleh dari hasil budidaya jamur tiram di desa Tanjung
Pering ,ikan gabus giling (Channa striata), tepung tapioka, garam, air, bawang
putih, daun bawang , yang diperoleh dari pasar induk Indralaya.

3.3 Langkah Kerja

Adapun cara kerja pembuatan pempek jamur tiram dan ikan gabus :

1. Siapkan semua alat dan bahan

2. Jamur tiram putih dibersihkan dari sekam padi, disortasi dari jamur yang rusak
dan dibuang bagian bawah jamur yang keras.

3. Kemudian jamur tiram putih dicuci dengan air mengalir dan ditiriskan selama
20 menit.

4. Potong daun bawang.

5. Haluskan Bawang putih.

6. Jamur tiram putih yang sudah dibersihkan kemudian direbus sampai teksturnya
berubah .

7. Jamur tiram yang sudah direbus kemudian diblender hingga halus.


8. Jamur tiram putih halus selanjutnya dicampur dengan air sebanyak 50 ml dan
ditambahkan garam sebanyak 4,0% (dari berat tepung tapioka), telur 1 butir,
bubuk lada,serta bawang putih halus 2,0% (dari berat tepung tapioka).

9. Setelah tercampur merata, ditambahkan tepung tapioka sedikit demi sedikit dan
diuleni sampai kalis.

10. Selanjutnya adonan pempek dibentuk sesuai selera.

11. Dilakukan perebusan selama 15 menit dan diperoleh pempek jamur tiram.

12. Ditiriskan pada suhu kamar selama 20 menit.

13 . Pempek jamur tiram siap.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan pembahasan

Perbandingan bahan yang dipakai dalam pembuatan petir gabus ini adalah
250 gram jamur tiram : 250 gram ikan gabus : 350 gram tepung tapioka.
Perbandingan yang berbeda antara jamur tiram putih dan tepung tapioka
mempengaruhi kadar air pada pempek jamur tiram yang dihasilkan. Hal ini
disebabkan jamur tiram putih mempunyai serat yang bersifat dapat menyerap air
atau hidrofobik (suka air) dan merupakan senyawa hidrokoloid. Setiap 100 gram
jamur tiram putih berbasis segar mengandung serat pangan sebanyak 1,56g
(Depkes RI, 1996). Sifat fisik dari serat pangan adalah dapat mengikat bahan
organik lain, kapasitas pertukaran ion dan kapasitas pengikat air. Menurut
Cahyana et al (1999), protein yang terdapat dalam jamur tiram kaya akan asam
glutamat yang dapat meningkatkan cita rasa masakan.
Ikan gabus kaya akan kandungan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh,
terutama protein. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan
oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel jaringan tubuh
(Almatsier, 2004). Selain protein yang cukup tinggi, Mustafa et al. (2013), dalam
penelitiannya menemukan ikan gabus mengandung Cu, Fe, Ca dan Zn.
Selanjutnya dijelaskan oleh Suprayitno (2003), bahwa ikan gabus jenis C. striata
sangat kaya akan sumber albumin, salah satu jenis protein penting yang
diperlukan tubuh manusia setiap hari. Sumber albumin ikan gabus sangat baik
digunakan bagi penderita hipoalbumin (rendah albumin) dan penyembuhan luka
pasca operasi maupun luka bakar. Bahkan masyarakat setempat sejak dahulu
telah mengetahui manfaat ikan gabus untuk mempercepat proses penyembuhan
sehingga biasanya wanita dianjurkan mengkonsumsi ikan gabus pasca melahirkan
atau pasca khitanan anak laki-laki. Menurut Ulandari et al. (2011), ikan gabus
memiliki manfaat antara lain meningkatkan kadar albumin dan daya tahan tubuh,
mempercepat proses penyembuhan luka dalam atau luka luar.
Berbagai macam keanekaragaman di Indonesia salah satunya
keanekaragaman budaya khas dari berbagai daerah menjadikan corak khas dan
keunian tersendiri. Seperti pempek yang merupakan corak khas dari daerah
Palembang. Pempek merupakan makanan tradisional khas Sumatera Selatan yang
terbuat dari daging ikan giling, tepung tapioka, air, garam, dan bumbu-bumbu
sebagai penambah cita rasa dengan proses pengolahan yang terdiri dari
penggilingan daging ikan, pencampuran bahan, pembentukan dan pemasakan
pempek (Karneta et al., 2013. Kandungan gizi utama pempek adalah protein,
lemak dan karbohidrat yang berasal dari ikan dan tepung tapioka. Kadar protein,
lemak dan karbohidrat dapat berubah sesuai dengan proporsi daging ikan dan
tapioka yang digunakan (Putra, 2011). Pempek biasanya menggunakan ikan laut
namun disini kami menggunakan ikan khas dari ogan ilir yaitu ikan gabus karena
mudah didapat didaerah ogan ilir. Selain itu juga, Ikan gabus dan jamur memiliki
kandungan yang sangat bermanfaat dan dapat saling berkaitan sehinnga dapat
membantu untuk menciptakan energi untuk tubuh dan mengatasi berbagai
penyakit terutama disebabkan oleh protein (Lisyanto,Andriyanto, 2009 ).

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pempek biasanya menggunakan ikan laut namun disini kami menggunakan ikan
khas dari ogan ilir yaitu ikan gabus karena mudah didapat didaerah ogan ilir.
Selain itu juga, Ikan gabus dan jamur memiliki kandungan yang sangat
bermanfaat dan dapat saling berkaitan sehinnga dapat membantu untuk
menciptakan energi untuk tubuh dan mengatasi berbagai penyakit terutama
disebabkan oleh protein. Dari berbagai macam kandungan yang terdapat dalam
ikan gabus, jamur tiram, dan tepung tapioka tidak menimbulkan pengaruh yang
signifikat apabila dijadikan olahan pempek. Bahkan dapat menambah kesehatan
bagi tubuh kita

5.2 Saran

Dengan ini kami menyarankan kepada pihak terkait untuk dapat mengembangkan
lebih lanjut pola pengembangan yang kami tulis dengan memanfaatkan sumber
serat dan hasil perikanan yang berbeda spesies.

DAFTAR PUSTAKA
Andriyanto, N. L. (2009). IKAN GABUS (Channa striata) MANFAAT
PENGEMBANGAN DAN ALTERNATIF TEKNIK BUDIDAYANYA. Jakarta
Selatan : Media Akuakultur Volume 4 Nomor 1 .

Deny Hidayat1, Ade Dwi Sasanti2, Yulisman3. (2013). KELANGSUNGAN


HIDUP, PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN GABUS (Channa
striata) YANG DIBERI PAKAN BERBAHAN BAKU TEPUNG KEONG MAS
(Pomacea sp). Indralaya, Ogan ilir: Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia.

Kusumaningrum, A. N. (2017). EDIBLE PORTION DAN KANDUNGAN KIMIA


IKAN GABUS (Channa Striata) HASIL BUDIDAYA KOLAM DI KABUPATEN
KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR . KALIMANTAN TIMUR :
ZIRAA’AH, Volume 42 Nomor 3.

Achmad, dkk. 2011. Panduan Lengkap Jamur. Jakarta : penebar swadaya.

LAMPIRAN
1. Dokumentasi alat dan bahan pembuatan petir gabus :

2. Dokumentasi proses pembuatan petir gabus :


3. Dokumentasi hasil pembuatan

Anda mungkin juga menyukai