Anda di halaman 1dari 23

Laporan praktikum

”PEMIJAHAN IKAN CUPANG MENGGUNAKAN PRODUK


PROBIOTIK BASMINGRO”

Di Susun Untuk Memenuhi

Tugas Mata Kuliah : fisiologi reproduksi

Oleh Dosen Pengampuh : Ir. Rully Tuiyo, M.Si

Oleh :

Budidaya perairan 2021

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat & ridho
Allah SWT, karena tanpa Rhmat & RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan
laporan ini dengan baik dan selesai tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang
membimbing kami dalam pengerjaan tugas laporan ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam laporan ini kami
menjelaskan bagaimana cara PEMIJAHAN IKAN CUPANG
MENGGUNAKAN PRODUK PROBIOTIK BASMINGRO.

Mungkin dalam pembuatan laporan ini terdapat kesalahan yang belum


kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun
dosen. Demi tercapainya laporan yang sempurna.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Gorontalo, Januari, 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan ................................................................................................1
1.2 Tujuan .........................................................................................................2
1.3 Manfaat .......................................................................................................3
1.4 rumusan masalah .........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Cupang.............................................................................4
2.2 Morfologi Ikan Cupang .............................................................................4
2.3 Habitat ........................................................................................................5
2.4 Perbedaan Jantan Dan Betina Secara Umum..............................................6
2.5 Perlakuan Ikan Cupang ..............................................................................7
2.6 Reproduksi Ikan Cupang............................................................................8
2.7 Pakan Ikan Cupang Dan Larva ..................................................................9

BAB III METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu Dan Tempat ....................................................................................11
3.2 Alat Dan Bahan ..........................................................................................11
3.3 Prosedur Praktikum ...................................................................................11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Pemilihan Dan Perawatan Ikan Cupang.....................................................12
4.2proses Pemijahan.........................................................................................14
4.3 Penetasan Telur...........................................................................................15
4.4 Proses Penetasasan Dan Pembesaran ........................................................16

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................17
5.2 Saran ..........................................................................................................17

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 perbedaan jantan dan betina .................................................................6


Tabel 3.1 Alat yang di gunakan ............................................................................11
Tabel 3.2 bahan yang di gunakan ........................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan cupang merupakan ikan hias yang paling digemari baik dari kalangan
anak-anak hingga dewasa. Nama latin dari ikan cupang adalah Ctenops vittatus
yang termasuk dalam famili Anabantidae yang merupakan ikan berlabirin. Ikan
cupang merupakan ikan air tawar asli Asia Tenggara yang memiliki warna yang
menarik, sisik yang cemerlang dan indah, bentuk tubuh yang proporsional dan
menawan, serta tergolong ikan yang agresif, dan kini menjadi salah satu andalan
ekspor Indonesia (Atmadjaja dan Sitanggang, 2008). Tubuh ikan cupang
umumnya langsing dan pipih ke samping dan warna dasarnya bervariasi, serta
warna matanya sangat menarik (Susanto dan Lingga, 1999). Ikan cupang jantan
memiliki warna mencolok, sirip panjang dan ukuran tubuh lebih panjang dan
ramping, sedangkan warna ikan cupang betina cenderung pucat dan tidak atraktif,
sirip tidak lebar, bentuk tubuh pendek dan gemuk (Atmadjaja, 2009). Secara garis
besar, ikan cupang terbagi dalam tiga jenis antara lain, cupang halfmoon, cupang
serit, dan cupang plakat.
Harga ikan cupang di pasaran bervariasi, dari Rp. 5000,- per ekor hingga
jutaan rupiah, tergantung pada kualitas warna, jenis, dan ukurannya. Dari
sepasang induk ikan cupang bisa dihasilkan 100 hingga 200 anakan sehingga jika
dihitung, keuntungan yang dapat diperoleh dari hal tersebut lumayan besar.
Pembudidayaan ikan cupang mempunyai prospek yang cukup menjanjikan. Selain
pembudidayaannya sederhana, biaya yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar.
Akan tetapi, meskipun budidaya ikan cupang dapat dikatakan mudah dan
menguntungkan, namun masih banyak pembudidaya yang kurang memperhatikan
kualitas pakan yang diberikan untuk pemeliharaan ikan cupang, padahal
pemberian jenis pakan yang diberikan sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan
cupang. Selain itu, dosis pakan yang diberikan pada ikan cupang juga harus
diperhatikan karena dapat mempengaruhi laju pertumbuhannya. Dosis pakan yang
diberikan tergantung pada berat keseluruhan dan umur ikan dalam suatu wadah.
Manajemen pakan ikan merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan usaha budidaya ikan.

1
Pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan. Pakan yang dapat diberikan bisa berupa pakan alami
dan pakan buatan. Pakan berperan penting sebagai makanan yang sangat
dibutuhkan oleh ikan. Pakan yang baik memiliki komposisi zat gizi yang lengkap
seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Ketersediaan pakan
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan, dan
jumlah pakan yang dibutuhkan oleh ikan setiap harinya berhubungan erat dengan
ukuran berat dan umurnya (Djarijah, 1995). Pemberian pakan yang nilai
nutrisinya kurang baik dapat menurunkan kelangsungan hidup ikan dan
pertumbuhannya akan lambat (tumbuh kerdil), bahkan dapat menimbulkan
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi. Setiap makhluk hidup, termasuk
ikan membutuhkan energi untuk mempertahankan kelangsungan dan kelestarian
keturunannya karena energi dalam pakan dimanfaatkan setelah pakan tersebut
dirombak menjadi komponen yang lebih sederhana (Afrianto dan Liviawaty,
2005).
Ikan cupang sebagai ikan karnivora sangat menyukai pakan alami, karena
pakan alami umumnya selalu bergerak di dalam air sehingga dapat menarik
perhatian ikan untuk memangsanya (Atmadjaja dan Sitanggang, 2008). Pakan
alami yang biasa diberikan untuk ikan cupang adalah cacing Tubifex sp.
Ketersediaan cacing Tubifex sp. di alam cukup banyak, selain itu harganya juga
relatif murah. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencari alternatif pakan yang
setara selain cacing Tubifex sp. yaitu dengan memberikan jentik nyamuk dan kutu
air karena keduanya mudah dikultur atau dibudidayakan tanpa memerlukan biaya
yang banyak. Ketiga jenis pakan alami tersebut diduga mempunyai kandungan
nutrisi yang berbeda. Terkait dengan hal tersebut, maka perlu adanya penelitian
tentang pemberian jenis pakan alami yang berbeda sehingga dapat diketahui jenis
pakan alami yang mana, yang sesuai untuk pertumbuhan ikan cupang.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini kita bisa tmengetahui cara pemijahan ikan cupang
yang baik dan benar dalam penggunaan produk basmingro.

2
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikm ini kita bisa membandingkan atau mengetahui
bgaimana kandungan dan manfaat pada basmingro yang di gunakan
padapemijahan ikan cupang.

1.4 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari laporan prkatikum ini yaitu bagaiamana cara
pemijahan ikan cupang menggunakan basmingro.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi ikan cupang
Taksonomi atau klasifikasi ikan cupang menurut Rainboth (1996), yaitu :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Familia : Osphronemidae
Genus : Betta
Species : Betta

Splendens R Ikan cupang (Betta splendens R) terkenal karena sifatnya


yang agresif dan kebiasaan hidupnya berkelahi dengan sesama jenis, sehingga
dinamakan fighting fish. Warna tubuh ikan ini berwarna-warni, sehingga menjadi
daya tarik para penggemar dan penghobi untuk mengoleksinya.

2.2 Morfologi Ikan Cupang


Ikan cupang (Betta splendens R) merupakan ikan yang memiliki banyak
variasi bentuk, yaitu ekor bertipe serit (terkesan berduri) atau crown tail yang
sering disebut banyak orang dengan ikan cupang mahkota, ekor setengah bulan
atau half moon, ekor pendek yang seringkali di sebut banyak orang dengan
panggilan si plakat dan ekor tipe lilin atau dikenal cupang slayer dengan sirip
panjang dan berwarna-warni. Dari berbagai macam bentuk juga warna itulah yang
menjadi nilai estetika sehingga menjadi nilai jual ikan cupang. Menurut (Yustina,
2003) “Ikan cupang (Betta splendens R) merupakan ikan yang memiliki banyak
bentuk (Polymorphisme), seperti ekor bertipe mahkota/serit (crown tail), ekor

4
setengah bulan/lingkaran (half moon), ekor pendek (plakat) dan ekor tipe
lilin/selendang (slayer) dengan sirip panjang dan berwarna-warni. Keindahan
bentuk sirip dan warna sangat menentukan nilai estetika dan nilai komersial ikan
cupang”. Menurut Pinus Lingga dan Heru Susanto (1997), “ada beberapa faktor
yang mempengaruhi warna pada ikan diantaranya yaitu jenis kelamin, pada
umumnya warna cupang jantan lebih cerah dan memiliki sirip yang mekar
sehingga ikan cupang betina kurang cerah atau menarik warnanya dan memiliki
sirip anal pendek, kematangan gonad, modifikasi genetik yang dilakukan manusia
dan faktor geografi”. Secara fisik, cupang jantan memiliki sirip lebih lebar dan
panjang dibandingkan dengan cupang betina. Cupang jantan bewarna lebih cerah
dan cemerlang daripada lawan jenisnya, sejalan dengan pernyataan dari
Sitanggang (2008) “Akibatnya, ikan cupang jantan memiliki nilai komersial tinggi
karena sangat disukai dan diburu oleh pecinta ikan hias, Sehingga akan lebih
efektif dan menguntungkan bila hanya diproduksi dan dipelihara jantannya saja”.
Menurut (Perkasa, 2001) banyak warna-warna klasik yang bisa dijumpai seperti
hijau, merah, biru, abu-abu, begitu juga warna kombinasinya banyak dijumpai.
Bahkan warna-warna baru juga bermunculan hingga warna-warna metalik seperti
emas, platinum tembaga dan kombinasinya.

2.3 Habitat
Menurut Sitanggang (2008) “Ikan cupang (Betta splendens R) hidup di
daerah tropis, terutama di benua Asia sampai Afrika. Habitat asalnya berupa
perairan dangkal berair jernih, seperti daerah persawahan atau anak sungai yang
memiliki temperatur 24-27o C dengan kisaran pH 6,2 – 7,5 serta tingkat
kandungan mineral terlarut dalam air atau kesadahan (hardness) berkisar 5 – 12
dH”. Bahkan jika beruntung ikan cupang ini terkadang dapat dijumpai di selokan
dangkal perumahan yang terhubung dengan perairan sawah, perairan dangkal
sangat mendukung asupan oksigen bagi ikan ini dan pada umumnya ikan ini
meletakkan telurnya dipermukaan air. akan tetapi di masa canggihnya teknologi
ini ikan cupang sudah banyak dipelihara dalam aquascpae atau akuarium bahkan
dibudidayakan pada tempat yang terkontrol seperti kolam, akuarium, bak dan
wadah budidaya lainnya. Menurut (Linke, 1994; Sanford,1995)

5
“Perkembangbiakan Betta splendens R bersifat bubblenester, yaitu membuat
sarang busa sebelum memijah dan telur-telur dimasukkan ke dalamnya”. Banyak
orang yang menyangka bahwa merawat cupang adalah sesuatu yang tidak rumit
dan sering mengabaikan terkait kualitas air, karena ikan cupang dianggap bisa
hidup di air jenis apa saja. Padahal menjaga kualitas air merupakan hal yang
penting demi kelangsungan hidup ikan cupang.

Menurut Sitanggang (2008) ada 2 macam sumber air, diantaranya :

 air sumur, air sumur terkandung jasad-jasad renik didalamnya dapat


mengganggu kesehatan ikan. Karena itu, air sumur harus diendapkan
selama 48 jam.
 air PAM, air pam terkenal jernih dan sangat baik, tetapi sering
mengandung klorin yang dapat mengganggu pertumbuhan ikan. Klorin
dapat merusak organ luar tubuh ikan. Air yang kadar klorimmya tinggi
ditandai dengan bau seperti kaporit atau pemutih pakaian. Biasanya air
seperti ini memiliki pH tinggi.

Setelah mengenal macam- macam sumber air, kita wajib mengetahui pengetahuan
tentang parameter air. Tujuannya agar ikan cupang tetap bertahan hidup dengan
sehat serta bekembangbiak dengan baik. Peniliti juga menggunakan parameter air
dengan melakukan penggantian air setiap dua kali seminggu dengan air yang
sudah di endapkan.

2.4 Perbedaan Ikan Jantan Dan Betina Dewasa Secara Umum

Berikut adalah tabel perbedaan ikan jantan dan betina dewasa secara umum

Tabel 2.1 perbedaan jantan dan betina

Jantan Betina
warna tubuh atraktif dan beragam warna tubuh cenderung pucat dantidak
atraktif
Sirip terlihat mengembangdengan indah Sirip tidak melebar dan tidak
seindhcupang jantan
Gerakanya agresif dan lincah Gerakannya lambat

6
Bentuk tubuh lebih panjang danlebih Bentuk tubuh pendek dan lebihgemuk 
ramping

Menurut effendie (1976) ikan cupang yang telah dewasa dan sudah
siapkawin dapat dikenali dengan pengamatan secara visual dari ciri
kelaminsekundernya. berikut ini ciri-ciri ikan cupang yang baik dan siap kawin :

 jantan
jantan yang telah dewasa dapat di tandai dengan :
1. usia mencapai minimal empat bulan
2. ukuran yang sudah melebihi enam senti meter
3. pangkal ekor yang kekar
4. memiliki bentuk fisik yang bagus
5. memiliki warnah yang cerah cemerlang
6. sering membuat gelembung busa di permukaan air
7. gerak-gerik yang genit ketika melihat cupang betina
8. memiliki dasi, yaitu modifikasi darisirip ventral yang lebih panjang
betina
 Betina
Betina yang telah dewasa dapat di tandai dengan :
1. Berusia minimal empat bulan
2. Memiliki bentuk fisik yang bagus
3. Memiliki warana cemerlangserta sirip yang tegas.
4. Tubuh ikan berubah warna menjadi garis-garis transparan seperti
zebra
5. Bintik putih pada abdomen yang membesar tanda telur siap di
buahi.
6. Dasi lebih pendek.

2.4 Perlakuan Ikan Cupang

Salah satu sifat yang dikenal dari ikan cupang adalah berkelahi satu sama
lainnya, karena itulah banyak penggemar memanfaatkan sifat ikan cupang dengan
menyelenggarakan adu cupang. Pada saat melakukan sesi perkawinan, ikan

7
cupang melakukan aktifitas yang unik yaitu saling menempel seperti sedang
berdansa, awal mula ikan cupang jantan yang bersifat agresif akan berubah lemah
lembut, hal serupa dalam pernyataan Sitanggang (2008), bahwa perkawinan ini
diawali dengan pendekatan si jantan yang lemah lembut setelah sebelumnya
agresif. Setelah bersikap lemah lembut, badan ikan cupang jantan
membengkokkan badannya untuk memijat badan ikan cupang betina sehingga
telur yang ada di dalam perut ikan cupang betina keluar secara berangsur-angsur
yang kemudian disemprotkan sperma oleh ikan cupang jantan, hal serupa yang
dinyatakan oleh Perkasa dan Hendry (2002) bahwa ketika bertelur, betina akan
mendekati sarang dan memiringkan badannya untuk dijepit oleh jantan dengan
meliukkan tubuhnya agar jantan bisa menyemprotkan spermanya ke telur-telur
tersebut. Menurut Perkasa (2001), ikan cupang memiliki alat pernafasan tambahan
(labyrinth) sehingga mampu hidup dalam kondisi kekurangan oksigen terlarut di
dalam air dan tanpa aerator.

Ikan cupang sesekali membuka mulutnya di atas permukaan air untuk


mengambil dan menyimpan udara (oksigen), maka dari itu di dalam keadaan air
yang keruh dan kurang oksigen, ikan cupang mampu bertahan hidup lebih lama
daripada ikan hias tawar pada umumnya.

2.5 Reproduksi Ikan Cupang

Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan


sebagai upaya melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Kegiatan reproduksi pada
setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang
berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun (Fujaya, 2008).

Pada saat terjadinya proses pemijahan ikan cupang, ikan jantan mendekati
betina kemudian melekukkan badannya sampai menyelimuti bagian abdomen ikan
betina seolah memijat tubuh si betina sehingga ikan betina mengeluarkan telur- 8
telurnya. Ikan jantan akan melakukan pembuahan secara eksternal terhadap semua
telur yang dikeluarkan ikan betina tadi dan mengambilnya secara berangsurangsur
yang nantinya diletakkan secara rapi pada sarang gelembung atau busa (bubble
nest breeder) yang sebelumnya dibuatnya di permukaan air. Menurut Sitanggang
(2008) “betina meletakkan 3 – 7 telur pada waktu yang sama, begitu juga si

8
jantanOmenangkap telur-telur dengan mulutnya, lalu meletakkannya di dalam
sarang busa jantanOmelapisi telur itu dengan lendirnya agar tidakOberjatuhan.
Telur menetas dalam tempo 48 jam, setiap ikan cupang (Betta splendens R) dapat
menghasilkan rata-rata telur sekitar 400-500 butir dalam satu kali proses
pemijahan”. Dengan begitu Ikan cupang jantan akan menjadi penjaga sarang,
perawat telur juga burayak ikan nantinya selama 3 sampai 7 hari kemudian. Pada
habitat aslinya, beberapa jenis ikan cupang yang kita temui mengerami telurnya di
dalam mulut (Mouth breeder) . “Dalam satu periode pemijahan umumnya burayak
ikan cupang hias yang terdiferensiasi kelamin menjadi betina mencapai 60%
sedangkan 40% terdiferensiasi kelaminOmenjadiOjantan. Padahal ikan cupang
hias yang laku dipasaran hanya yang berjenis kelamin jantan, kecuali untuk tujuan
sebagai induk betina” (Perkasa, 2001).

Menurut Fujaya (2008) sebagian besar spesies ikan adalah gonokoristik,


dimana sepanjang hidupnya memilki jenis kelamin yang sama dan terdiri dari
beberapa kelompok, yaitu :

1. kelompok yang tidak berdiferensiasi, artinya pada waktu juvenil, jaringan


gonad dalam keadaan belum dapat diidentifikasi (jantan atau betina).
2. kelompok yang berdiferensiasi, artinya sejak juvenil sudah tampak jenis
kelamin jantan atau betina.

2..7 Pakan Ikan Cupang Dan Larva

Pakan alami adalah organisme hidup yang dapat dikonsumsi oleh ikan
cupang. Pakan alami biasanya merupakan organisme yang menghuni perairan sep
erti rawa, kolam, sungai, situ, danau dan lain-lain. pakan alami semakin banyak
jenisnya mulai dari plankton, hewan kecil, serangga, larva serangga, larva ikan
dan lain-lain. Pakan alami bisa didapat dengan cara budidaya maupun
mengangkap di alam. Hasil tangkapan pakan alami dari alam sangat bergantung
dengan musim dan kualitasnya sangat beragam. Karena itulah pakan alami perlu
dibudidayakan. Pakan alami sangat dibutuhkan dunia pembenihan karena jenis
pakan alami akan mempengaruhi pertumbuhan dan warna ikan-ikan cupang.
Untuk hasil yang maksimal, ikan cupang biasanya diberikan pakan berupa

9
organisme hidup seperti cacing sutra, cacing darah, jentik-jentik nyamuk dan kutu
air yang sangat disukai oleh ikan-ikan cupang (Iskandar, 2004).

Pada saat cadangan makanan (yolksack) larva habis maka perlu diberikan
tambahan pakan agar larva tetap mendapat asupan nutrisi. Masalah yang dihadapi
pada saat ini larva tersebut belum terbiasa mendapatkan makanan yang sesuai
dengan bukaan mulut larva yang masih sangat kecil. Menurut Perkasa (2001),
bahan pakan alami bagi cupang hias diperoleh dari alam. Bahan pakan tersebut
diberikan dalam keadaan hidup tanpa melalui proses terlebih dahulu. Memperoleh
pakan alami tidak sulit dan relatif murah. Selain itu, untuk mendapatkan pakan
alami dapat dilakukan dengan alat sederhana.

Cuk/Jentik NyamukCuk atau jentik nyamuk berkembangbiak sangat pesat


di Negara yang beriklim tropis terutama Indonesia. Jentik nyamuk dapat membuat
ikan cupang menjadi lebih bertenaga dan warna ikan cupang hias menjadi lebih
cemerlang. Pemberian pakan jentik nyamuk yang teratur dan sesuai kebutuhan
cupang hias dapat memaksimalkan pertumbuhan serta membuat gerak ikan
cupang hias menjadi lincah dan seimbang (Sumandinata, l98l).

10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Jumat 09 Desember 2022 – Minggu 18
Desember 2022, bertempat di kontrakan aloe saboe bersaudara.
3.2 Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pemijahan ikan
cupang ini sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alat yang di gunakan
No Nama Alat Kegunaan
1 Baskom Sebagai wadah pada saat memijah
2 Botol bekas Sebagai tempat sebelum di pijahkan
3 Seser Sebagai alat untuk memindahkan ikan
4 Plastik Sebagai media untuk ikan menaru telur
Tabel 3.2 Bahan yang di gunakan
No Nama Bahan kegunaan
1 Air Sebagai media hidup ikan
2 Basmingro Untuk mempercepat pematangan gonad
dan memperbanyak jumlah telur
3 Jentik nyamuk Sebagai pakan ikan cupang
4 Ikan cupang Sebagai hewan uji
5 Kuning telur Sebagai pakan larva
3.4 Prosedur Praktikum

11
Pelaksanaan pemijahan secara alami dan menggunakan probiotik
(basmingro) perlu mengikuti rangkaian kegiatan berikut, antara lain:
a. Siapkan indukan ikan cupang yang telah matang gonad sebanyak 1 pasang
dan diletakkan terpisah pada botol bekas yang disiapkan dan telah di cuci
bersih yang kemudian diberi air sebanyak 1 liter pada masing-masing botol.
b. Kemudian kita tambahkan basmingro pada air tempat ikan janta dan betina
dengan perbandingan 1 liter air kita campur dengan 1 tutup botol basmongro
, kemudian kita rendam samapai kurang lebih 2 minggu.
c. Selama proses perendaman, ikan diberikan pakan berupa jentik nyamuk.
d. Setelah 2 minggu, ikan siap dipijahkan pada media terpisah (baskom)
e. Baskom di sterilisasi dan kemudian diberi air dan plastik untuk tempat
cupang bertelur.
f. Ikan kemudian dilakukan penjodohan, yang mana indukan betina diberi
sekat menggunakan botol bekas namun pada satu wadah yang sama bersama
indukan jantan.
g. Cupang yang telah siap pijah akan membuat gelembung untuk tempat induk
betina menaru telur.
h. Setelah 2-3 hari akan nampak telur pada gelembung, kemudian angkat ikan
cupang betina agar telur tidak di makan
i. Kemudian untuk proses penetasan telur, dibutuhkan 3-4 hari maka akan
nampak telur yang telah menetas menjadi larva..
j. Setelah 3 hari, larva diberikan pakan berupa kuning telur.
k. Selanjutnya untuk mengetahui jumlah larva yang di hasilkan pada tiap
indukan yaitu dengan menghitung menggunakan rumus :
F =(Wg/Ws) x N

F : Fekunditas (jumlah telur dalam satuan gonad/ikan)


Wg : Bobot gonad (g)
Ws : Bobot Sampel (g)
N : Jumlah telur dalam sampel

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemilihan Dan Perawatan Ikan Cupang

Sebelum dilakukan pembenihan, terlebih dahulu dilakukan proses pemilihan


ikan cupang jantan dan betina yang sudah dewasa atau berumur minimal empat
bulan sebanyak empat pasang di mana perlakuan pertama di tambahkan
basmingro pada wadah hidup ikan cupang dang yang kedua tidak menggunakan
basmingro. Keempat dipisahkan dengan menggunakan botol mineral. Kemudian
ikan cupang tersebut dipelihara hingga siap dipijahkan. Sebagai ciri ketika sudah
siap dipijahkan, ikan cupang jantan akan mengeluarkan buih untuk menapung
telur-telurnya. Sementara ikan cupang betina yang siap dipijahkan dapat dilihat
dari perutnya yang membesar, menunjukan bahwa ikan cupang betina sudah
memiliki sel telur yang siap untuk dibuahi.Perawatan ikan cupang cupang
dilakukan sebelum dilakukan proses pemijahan. Hal tersebut dilakukan untuk
memastikan ikan cupang yang akan dipijahkan dalam keadaan sehat.

Perawatan ikan cupang dilakukan dengan pemberian pakan alami jentik


nyamuk sebanyak dua kali dalam sehari. Pemberian pakan ini bertujuan agar ikan
cupang mendapatkan asupan energi dan tetap sehat. Pemberian jentik nyamuk
diyakini dapat lebih merangsang pematangan sel telur pada ikan karena
kandungan protein dari jentik nyamuk yang cukup tinggi dan baik untuk ikan
cupang yang mengalami proses pemijahan. Dalam perawatan ikan cupang hal
yang perlu diperhatikan adalah kualitas air di dalam akuarium yang digunakan.
Untuk menjaga kualitas air dalam akuarium ikan cupang, air diganti sebanyak dua

13
kali dalam seminggu. Pergantian air ini dilakukan agar kebersihan wadah
akuarium tetap terjaga. Setiap pergantian air diberikan daun ketapang sebanyak
satu helai di setiap akuarium. Daun ketapang yang dimasukan ke dalam akuarium
berfungsi sebagai pencegah timbulnya bibit penyakit. Kandungan pada daun
ketapang diyakini dapat mencegah timbulnya penyakit seperti jamur dan mikroba
lainnya yang dapat mengganggu kesehatan dari ikan cupang tersebut.

4.2 Proses Pemijahan

Sebelum dilakukan proses pemijahan dilakukan persiapan alat dan bahan.


Alat yang akan digunakan yaitu wadah baskom, botol mineral, plastik, serta
wadah pemisah untuk ikan cupang betina. Pada perlakuan tersebut plastik
digunakan sebagai tempat substrat buih dan telur ikan cupang nanti. Penggunaan
plastik juga dapat digantikan dengan daun-daunan. Yang terpenting adalah
terdapat substrat untuk ikan cupang jantan meletakan buih-buih pada saat proses
pemijahan nanti. Kemudian, alat-alat yang telah disiapkan harus dicuci hingga
bersih agar wadah tempat pemijahan terjaga kebersihannya dari kotoran-kotoran
yang dapat menimbulkan bibit penyakit pada ikan cupang. Air yang di gunakan
padah ikan yang menggunakan basmingro kita pakai takaran satu liter air kita
tambahkan satu tutup botol basmingro, ini bertujuan untuk merangsang ikan
cupang. Setelah terlihat buih pada wadah, ikan cupang jantan akan disatukan
dengan ikan cupang betina selama 1-2 hari. Proses ini dikenal sebagai proses
perkenalan antara ikan cupang jantan dan betina. Proses pemijahan bertujuan
untuk mengembangbiakan dan menjaga kelestarian ikan cupang.

Pemijahan menggunakan basmingro merupakan tehnik pemijahan untuk


memberikan ransang pada ikan sehingga bisa memberikan daya tetas telur yang
baik pda ikan semtara itu Pemijahan alamiah merupakan teknik pemijahan yang
dilakukan tanpa memberikan rangsangan ataupun hormon khusus untuk
merangsang ikan cupang. Menurut Sumandinata (1981), proses pemijahan dapat
menunjukkan kemampuan ikan cupang untuk menghasilkan anak. Proses
pemijahan dilakukan dengan menggunakan induk ikan cupang yang sudah dewasa
atau minimal berusia empat bulan. Ikan cupang yang berusia empat bulan dinilai

14
sudah lebih matang dari gonadnya. Ikan cupang yang belum dewasa belum dapat
menghasilkan sel telur dan sperma yang digunakan untuk proses pemijahan.

Sebelum dilakukan pemijahan maka perlu dilakukan proses pemisahan atau


disebut sebagai tahap perkenalan. Pada tahapan tersebut, ikan cupang jantan yang
sudah mulai membuat busa akan mengalami proses perkenalan dengan ikan
cupang betina. Hal ini dikarenakan prilaku ikan cupang yang agresif apabila
sebelumnya telah dipisahkan di wadah berbeda kemudian disatukan kembali pada
wadah yang sama. Selain itu, tahap perkenalan juga dilakukan agar kedua ikan
cupang tersebut memiliki energi yang cukup untuk melakukan perkawinan. Maka
pada proses ini perlu diberikan asupan energi berupa protein yang sedikit lebih
banyak dibandingkan biasanya bagi kedua ikan cupang. Maka untuk memberikan
energi kepada para ikan cupang diberikan pakan jentik nyamuk sebanyak dua kali
sehari pada pagi dan sore hari. Proses pemijahan berlangsung selama satu sampai
dua hari. Hal tersebut bertujuan agar telur yang di buahi lebih maksimal.
Umumnya proses pemijahan atau perkawinan berlangsung selama 4 - 5 jam. Hal
tersebut juga dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan penyesuaian dari
kedua ikan cupang yang baru dicampurkan ke dalam satu wadah. Pada saat ikan
cupang jantan dan betina disatukan, maka sang jantan akan mendekati sang betina.
Dan ketika birahi dari kedua ikan cupang sudah tiba, maka sang jantan akan
melipatkan tubuhnya pada tubuh ikan cupang betina. Mereka akan melakukan
proses perkawinan dan badan mereka akan melayang turun. Sebelum mereka
mencapai dasar akuarium, ikan cupang betina akan mengeluarkan telur-telur yang
sudah dibuahi oleh ikan cupang jantan. Kemudian telur-telur tersebut akan
disambar oleh ikan cupang jantan menggunakan mulutnya dan dinaikkan ke
sarang busa yang telah disiapkan (Hardjamulia. A, 2011).

4.3 Penetasan Telur

Setelah memastikan telah terjadi proses pemijahan, dilakukan perhitungan


jumlah telur . Setelah dilakukan perhitungan, maka diketahui bahwa jumlah telur
yang dihasilkan dari pemijahan menggunakan basmingro sebanyak 320 kemudian
akan ditetaskan di dalam wadah yang berbeda. Hal tersebut menandakan bahwa
ikan cupang yang dipijahkan sudah cukup baik. Pada proses ini, ikan cupang

15
betina akan dipindahkan sementara yang jantan dibiarkan untuk menjaga telur
tersebut (Susanto, 2003). Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko ikan cupang
betina memakan telur yang telah dipindahkan oleh ikan cupang jantan ke dalam
buih yang telah dibuat. Setelah proses pemijahan, ikan cupang betina akan
membutuhkan asupan makanan yang lebih banyak dari ikan cupang jantan.

4.4 Proses Penetasan Telur Dan Pembesaran

Pada proses penetasan telur diketahui bahwa telur yang menetas pada
pemijahan yang menggunakan basmingro sebanyak 320 ekor. Larva yang menetas
didiamkan telebih dahulu selama lima hari. Hal ini dilakukan agar larva tetap
dijaga oleh ikan cupang jantan. Selama lima hari tersebut larva akan makan dari
sisa yolksack yang masih ada di tubuhnya. Pada usia tersebut larva ikan belum
memiliki bukaan mulut yang besar untuk menerima makanan yang akan
diberikan. MenurutHuda(2011), pada hari kelima menetas larva sudah bisa dilihat
perkembangannya. Untuk itu harus di bantu dengan cara memberikan pakan
kuning telur. Ikan cupang jantan baru akan dipindahkan setelah hari kelima dan
selanjutnya akan dilakukan proses ploting serta pengukuran fisik awal terhadap
larva ikan. Hal tersebut dilakukan karena keadaan fisik dari larva yang sudah siap
untuk dipindahkan dan sudah dapat diukur panjang dan bobotnya.Pada minggu
pertama, larva diberi pakan sebanyak dua kali sehari. Hal ini dikarenakan
pemberian pakan disesuaikan dengan bukaan mulut dari larva tersebut. Pada
minggu kedua, larva diberikan pakan sebanyak dua kali sehari namun dengan
jumlah yang sedikit lebih banyak. Hal tersebut bertujuan agar tingkat
pertumbuhan larva menjadi lebih cepat. Pada minggu ketiga, larva diberikan
pakan sebanyak tiga kali sehari. Hal tersebut dilakukan karerna larva diyakini
sudah memiliki bukaan mulut yang cukup besar dan membutuhkan asupan protein
yang lebih banyak. 

16
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dalam praktikum pemijahan ikan cupang dengan menggunakan basmingro


dimana kita memperoleh larva yang lebih banyak menggunakan produk
basmingro, jumlah larva pada pemijahan menggunakan basmingro sebnayak 320
ekor.

Jadi pada produk basmingro ini membantu pembudidaya agar ikan yang di
pijahkan daya tetas telurnya banyak dan mempercepat proses pemijahan.

5.2 Saran

Dalam melakukan praktikum pemijahan ikan cupang sebaiknya kita simpan


pada tempat yang gelap dan sunyi agar proses perkawinan atau pemijahan ikan
cupang ini bisa terlaksanadengan baik tidak terganggu karena ini juga bisa
berpenaruh pada tingkat keberhasilan pemijahan ikan cupang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Daelami , D. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Dewantoro,G.W. 2001. Fekunditas dan Produksi Larva Ikan Cupang (Betta


spelndens Regan) yang Berbeda Umur dan Pkan Alaminya. Jurnal
Iktiologi Indonesia,vol 1 no 2

Effendie, M.l. 1975. Metode Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan Institut


Pertanian Bogor.

Hardjamulia, A. 1978. Budidaya lkan. Departemen Pertanian. Badan Pendidikan


Latihan dan Penyuluhan Pertanian, Sekolah Usaha Perikanan Menengah
Budidaya, Bogor.

Huda, S., 2011. Meraup Untung dari Cupang. Dinas Kelautan dan Perikanan,
Banten.

Iskandar, 2004. Panduan Berbisnis Ikan Hias dan Akuarium. PT AgroMedia


Pustaka, Jakarta.

Linke, H . 1994. Eksplorasi Ikan Cupang di Kalimantan. Trubus. No.297.Lingga,


P. & H.

Susanto, 2003. Ikan Hias Air Tawar. Penebar swadaya, Jakarta.

18
Mashudi, 2006. Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias.

LAMPIRAN

Menyiapkan Produk Basmingro Persiapan Hewan Uji

Mempersiapkan Alat Dan Bahan Membersihkan Wadah Pemijahan

19

Anda mungkin juga menyukai