Anda di halaman 1dari 21

Mata Kuliah Dasar-dasar Akuakultur

MAKALAH

BUDIDAYA IKAN NILA

Disusun oleh:

Nurwahyuni.B
5022220041

PROGAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


INSTITUT TEKNOLOGI PERTANIAN
TAKALAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, oleh karena berkat
izin-Nya, karunia-Nya, dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dengan judul
“ Budidaya Ikan Nila” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, tetapi karena adanya niat dan usaha serta tujuan untuk membangun diri
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekeliruan. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan saran
dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan dalam
penulisan makalah selanjutnya.
Akhirnya, penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, khususnya kepada dosen mata
kuliah ini yang telah memberikan petunjuk untuk mengerjakan laporan ini.

Takalar, Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi dan morfologi ..................................................................... 3
2.2.Lokasi Dan Habitat ............................................................................... 3
2.3 Pemilihan Induk .................................................................................... 6
2.4 Teknik Pembenihan .............................................................................. 8
2.5 Pakan ...................................................................................................... 12
2.6 Hama Dan Penyakit .............................................................................. 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 15
3.2 Saran ...................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Perbedaan ikan nila jantan dan betina ............................................................ 7
2. Ciri-ciri induk nila jantan dan betina ......................................................................... 8
3. Kriteria kuantitatif sifat reproduksi nila .................................................................... 8

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Gambar ikan nila .......................................................................................... 3

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia mempunyai sumberdaya alam yang merupakan salah satu modal
dasar dalam pembangunan. Sebagai modal dasar, sumberdaya alam harus
dimanfaatkan sepenuhnya. Kita harus mengetahui cara -cara yang tepat dalam
mengelolanya agar kita dapat memanfaatkan dengan maksimal dan
mengembangkan modal dasar tersebut makin besar manfaatnya, untuk
pembangunan lebih di masa yang akan datang. Sebagai salah satu contoh
dalam memanfaatkan sumberdaya alam adalah membudidayakan ikan, salah satu
contohnya adalah ikan nila.
Nila merupakan salah satu kelompok spesies budidaya terpenting di dunia.
Menurut FAO (2005), total produksi global budidaya nila mencapai 1,7 juta metrik
ton (mt) dengan total nilai sebesar 178 juta dollar Amerika. Produksi nila pada tahun
2009 di Indonesia mencapai 323.389 ton atau meningkat 11,12% dibandingkan
tahun 2008 (Dirjen Budidaya, 2010). Nila sebagai komiditas ikan mempunyai nilai
ekonomi yang sangat penting sebagai penopang ekonomi masyarakat karena nila
mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya; mudah di budidayakan,
pertumbuhan relatif cepat, mudah berkembang biak, dan relatif tahan terhadap
penyakit. Intensifikasi budidaya membawa dampak yang kurang baik terhadap
kelestarian dan kesehatan lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan ini
disebabkan karena limbah organik yang dihasilkan dari sisa pakan dan kotoran.
Limbah organik tersebut umumnya didominasi oleh senyawa nitrogen anorganik
yang beracun. Menurut Asaduzzaman et al. (2008) dan De Schryver et al.(2008),
tingginya penggunaan pakan buatan pada budidaya intensif menyebabkan
pencemaran lingkungan dan peningkatan kasus penyakit. De Schryveret al. (2008)
dan Crab et al. (2007) menyatakan bahwa ikan hanya menyerap sekitar 25% pakan
yang diberikan, sedangkan 75% sisanya menetap sebagai limbah didalam air.
Limbah dari pakan tersebut akan dimineralisasi oleh bakteri menjadi ammonia.
Akumulasi ammonia dapat mencemari media budidaya bahkan dapat menyebabkan
kematian (Avnimelech, 1999; Avnimelech, 2009).
Meskipun tergolong relatif mudah, budi daya ikan nila tetap memerlukan
penanganan yang baik dan terencana. Hal yang pertama kali perlu dipersiapkan
adalah pemilihan lokasi usaha karena dengan memilih/menyiapkan lokasi usaha
yang tepat diharapkan usaha tersebut akan berjalan seperti yang diharapkan.
Pemilihan lokasi usaha harus mempertimbangkan beberapa aspek, seperti aspek
teknis ( berkaitan dengan teknis lahan sebagai wadah budidaya ikan baik tanah
maupun airnya), aspek ekonomi (ekonomis terkait dengan pendukung pemasaran
dan biaya produksi), dan faktor social (berkaitan dengan daya terima masyarakat
sekitar lokasi budidaya ikan). sehingga selama proses budidaya tidak akan ditemui
kendala yang akan menghambat usaha tersebut.

1
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yakni :
1. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang menentukan dalam pemilihan
lokasi baik faktor teknis maupun non teknis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja persyaratan lokasi budidaya ikan nila.

1.3 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini yakni :
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami tentang manajemen aquakultur tawar pada
budidaya ikan nila.
2. Mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan manajemen
aquakultur tawar pada masyarakat petani ikan yang membutuhkan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Nila

Secara umum klasifikasi ikan nila menurut Suyanto (2003), adalah


sebagai berikut;
Filum : Chordata,
Sub Filum : Vertebrata,
Kelas : Osteichtyes,
Sub Kelas : Acanthopterigii,
Ordo : Percomophy,
Sub Ordo : Percoidea,
Famili : Cichilidae,
Genus : Oreochromis,
Spesies : Oreochromisniloticus.

Gambar 1. Ikan Nila

Menurut Saanin (1986), ikan nila mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai


berikut : bentuk tubuh panjang dan ramping, sisiknya besar berjumlah 24 buah,
terdapat gurat sisi (linea lateralis) terputus-putus di bagian tengah badan kemudian
berlanjut tetapi letaknya lebih kebawah dari pada letak garis yang memanjang di
atas sirip dada, matanya menonjol dan bagian tepinya berwarna putih. Tubuh
berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang)
yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak berjumlah 7-12
buah.

3
2.2 Lokasi Dan Habitat
2.2.1 Pemilihan Lokasi Budidaya Ikan
Banyak factor yang mennentukan dalam pemlihan lokasi untuk usaha budidaya
ikan, namun pada dasarnya dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu factor teknis
dan non teknis.

1. Faktor teknis
Factor teknis adalah faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan terhadap kegiatan teknis budidaya ikan seperti sumber
air, jenis tanah, limbah, dan kualitas air.
a. Sumber air
Lokasi budidaya ikan sebaiknya dekat dengan sumber air yang
kontinuitasnya terjamin sepanjang tahun seta debitnya cukup dan kualitas airnya
sesuai degan persyaratan ikan yang akan dibudidayakan, namun bebas dari
pengaruh banjir. Sumberair ini biasa berasal dari sunggai, mata air, saluran irigasi,
sumur atau waduk.
b. Jenis Tanah
Tanah dipilih yang tidak porus yaitu tanah liat atau lempung, sehingga
kehilangan air karena filtrasi, rembesan dapat dihindari seminimal mungkin.
c. Jauh dari pembuangan limbah
Karena ikan sangat peka sekali terhadap lingkungan dan hidupnya
tergantung sekali dengan kualitas air, maka hindarilah pemilihan lokasi yang
sumber airnya tercemar, baik itu oleh limbah pabrik atau limbah rumah tangga,
karena bisamegakibatkan kematian pada ikan.
d. Kualitas air
Sumber air untuk budidaya ikan harus memenuhi persyaratan kualitas ar
yang sesuai, baik secara biologis, fisika maupun kimia. Yaitu air harus jernih tapi
kaya akan pakan alami, tidak mengandung bahan-bahan yang beracun serta suhu,
pH sesuai dengan jenis ikan yang dibudidayakan.

2. Faktor non teknis


Faktor non teknis adalah factor-factor yang tidak berpengaruh secara
lagsung terhadap untung ruginya usaha dalam budidaya ikan, factor-factor tersebut
di antaranya jauh dekatnya dengan lokasi pemasaran, sarana trasportasi, mudah
tidaknya mendapatkan tenaga kerja, keamanan dan kemudahan memperoleh sarana
produk serta kesesuaian dengan lingkungan social budidaya setempat.
a. Dekat dengan lokasi pemasaran
Jauh dekatnya lokasi budidaya dengan tempat pemasaran ini penting di
perhatikan karena erat kaitannya dengan biaya yang dikeluwarkan untuk
pengangkutan, yang akan berakibat pula pada harga jual ikan yang di produksi dan
pada akhirnya berakibat pula pada kemampuan bersaingan di pasaran.
b. Dekat dengan sarana transportasi

4
Agar hasil ikan yang dibudidayakan mudah cepat dipasarkan, harus di
perhatikan juga sarana trasportasi baik jalan maupun alat angkutnya, Hal ini pula
berkaitan dengan prinsip ekonomi seperti halnya jauh dekatnya lokasi pemasaran
dengan lokasi budidaya ikan ditambah dengan system pengepakan dan system
pengangkutan yang harus digunakan.
c. Mudah mendapatkan tenaga kerja
Kemudahan dalam mendapatkan tenaga kerja pun harus di perhatikan,
terutama dalam mendapatkan tenaga kerja yang professional dalam menangani ikan
serta upah tenaga kerja yang murah,agar biaya produksi yang dikeluwarkan dapat
di tekan seminimal mungkin.
d. Keamanan terjamin
Keamanan terjamin yang dimaksud di sini adalah keamanan yang dapat
menggaggu kelancaran teknis budidaya seperi gangguan hama, gangguan dari
orang atau kemungkinan terjadi bencana alam.
e. Mudah memperoleh sarana produksi
Agar kegiatan produksi dapat di tekan seminimal mungkin, maka memilih
lokasi usaha harus mempertimbangkan dalam kemudahan memperoleh sarana
produksi baik bibit atau benih, pakan, obat-obatan,peralatan dan lain-lain.
f. Lingkungan social budaya
Ligkungan social budaya pun mungkin untuk hal-hal tertentu perlu
dipertimbangkan, misalnya sesuainya komoditas yang akan di budidayakan dengan
lingkungan social budaya dan agama. Apakah tidak bertentangan dengan social
budaya dan agama di daerah yang dipilih.

2.2.2 Persyaratan Lokasi Budidaya Ikan Nila


1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,
tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan
tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%
untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan
tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat
pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya
plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau
kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan
plankton/algabiru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air
karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut
piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang
baik antara 20-35 cm.

5
5) Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang
dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air
arus deras.
6) Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5.
Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
7) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30oC.
8) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.

2.2.3 Habitat ikan nila


Lingkungan tumbuh (habitat) yang paling ideal adalah perairan air tawar
yang memiliki suhu antara 14oC – 38oC, atau suhu optimal 25oC – 30oC. Keadaan
suhu yang rendah yaitu suhu kurang dari 140C ataupun suhu yang terlalu tinggi di
atas 300C akan menghambat pertumbuhan nila. Ikan nila memiliki toleransi tinggi
terhadap perubahan lingkungan hidup. Keadaan pH air antara 5 – 11 dapat
ditoleransi oleh ikan nila, tetapi pH yang optimal untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakkan ikan ini adalah 7- 8. Ikan nila masih dapat tumbuh da
lam keadaan air asin pada salinitas 0-35 ppt.
Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan di perairan payau,
tambak dan perairan laut, terutama untuk tujuan usaha pembesaran. Ikan nila dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan denganalkalinitas
rendah atau netral. Pada lingkungan dengan pH rendah pertumbuhannya mengalami
penurunan namun demikian ikan nila masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran
pH 5-10.
Nila hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air asin.Kadar garam air
yang disukai antara 0-35 ppt. Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air
yang kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian
ikan. Ikan nila adalah ikan air tawar yang dapat dipelihara di air asin namun
pertumbuhan optimal ikan dapat terjadi pada kisaran salinitas tetap untuk menekan
mortalitas ikan, maka dilakukan adaptasi secara bertahap hingga dapat beradapstasi
dengan air pada lingkungan barunya. Adaptasi ikan nila pada air asin dilakukan
dengan penambahan air laut setiap hari selama 5 ppt hingga mencapai 10 ppt.
pada awal pemeliharaan ditambak ikan nila hasil adaptasi dari air tawar ke air asin
mengalami pertumbuhan yang lambat hal ini disebabkan pada minggu awal atau
bulan pertama ikan nila masih dalam penyesuaian terhadap kondisi lingkungan.
Kekeruhan air terlalu keruh tidak baik untuk kehidupan ikan. Bila kekeruhan
disebabkan oleh plankton hal ini memang diharapkan namun bila kekeruhan akibat
endapan lumpur yang terlalu tebal dan pekat hal itulah yang tidak diinginkan.
Kandungan lumpur yang terlalu pekat didalam air akan mengganggu penglihatan
ikan dalam air sehingga menjadi salah satu sebab kurangnya nafsu makan ikan.
Selain itu benih yang masih berukuran sangat kecil akan terganggu pernafasannya
karna lumpur akan ikut terpisah air dan trsangkut dalam insang .

2.3 Pemilihan Induk Ikan Nila

6
Pengelolaan induk dalam kegiatan usaha pembenihan mempunyai peran
yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan, karena induk merupakan salah
satu faktor utama yang akan menentukan kualitas dan kuantitas benih yang
dihasilkan. Jumlah induk ikan nila pada suatu areal/kolam pemijahan ditentukan
oleh induk jantan dan ukuran induk. Hal ini disebabkan sifat ikan nila memijah
adalah dimana induk jantan akan membuat suatu daerah teritorial yang tidak boleh
digangggu ikan lain. Jumlah ikan betina umumnya lebih banyak dari pada ikan
jantan agar mudah memberi kesempatan pada jantan untuk dapat menemukan
betina yang matang gonad. Ikan nila yang ukurannya masih kecil belum
menampakkan perbedaan alat kelamin. Setelah mencapai bobot 50 - 60 g perbedaan
kelamin sudah mulai dapat terlihat. Perbedaan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan
nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan nila betina. Alat
kelamin ikan nila jantan berupa tonjolan yang agak runcing yang berfungsi sebagai
muara saluran urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut,
perut ikan nila jantan akan mengeluarakan cairan bening. Sedangakan ikan nila
betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak
di depan anus. Perbedaan kelamin antara ikan nila jantan dan betina dapat dilihat
pada.
Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila jantan melebar dan berwarna
biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip dan
berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis
putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garis berlanjut (tidak putus) dan
melingkar (Khairuman dan Amri, 2007). Perbedaan antara ikan nila jantan dan
betina dapat dilihat pada Tabel 1 (Mubinun, et al., 2007).

Tabel 1 . Perbedaan Ikan Nila Jantan dan Betina


No Jantan Betina
1 Alat kelamin berupa tonjolan Alat kelamin berupa tonjolan
(papilla) dibelakang lubang anus. dibelakang anus. Pada tonjolan
Pada tonjolam ini terdapat satu tersebut terdapat 2 lubang.
lubang untuk mengeluarkan sperma Lubang yang pertama terletak di
dan urine. dekat anus, berbentuk seperti
bulan sabit dan berfungsi sebagai
tempat keluarnya telur. Lubang
yang kedua terletak di
belakangnya, berbentuk bulat
dan berfungsi sebagai tempat
keluarnya urine
2 Warna badan lebih cerah Warna badan agak pucat
3 Warna sirip memerah terutama pada Pada saat matang gonad bagian
saat matang gonad dan menjadi lebih tepi sirip tidak berubah warna
galak terhadap ikan jantan yang lain. dan gerakannya lambat.

7
4 Kematangan gonad ikan nila Kematangan gonad ikan
diketahui dengan cara melakukan diketahui dengan cara meraba
pengurutan perut kearah anus dan perut dan pengamatan bagian
akan mengeluarkan cairans kental anus, yaitu ditunjukkan dengan
berwarna bening dan di sekitar perut telur yang berwarna kuning
sampai kepala bagian bawah kehijauan, bagian perut melebar,
berwarna merah. lunak jika diraba, bagian anus
menonjol
dan kemerahan.
Keberhasilan Usaha pembenihan ikan nila sangat ditentukan oleh kualitas
induk, secara umum ciri-ciri induk yang baik adalah sebagai berikut:
1) Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang
tinggi.
2) Pertumbuhannya sangat cepat.
3) Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
4) Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
5) Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
6) Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih perekor
dan berumur sekitar 4-5 bulan.

Induk yang akan digunakan adalah induk yang siap memijah atau bakalan
induk yang belum siap memijah. Induk yang berkualitas baik kondisi sehat, bentuk
badan normal, sisik besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil dibandingkan
dengan badan, badan tebal dan berwarna mengilap (tidak kusam), gerakan lincah
dan memiliki respon yang baik terhadap pakan tambahan.

Tabel 2. Ciri-ciri Induk Jantan dan Induk Betina


Cirri-ciri Induk jantan Induk betina

Bentuk tubuh Lebih tinggi dan membulat Lebih rendah dan memanjang
Warna tubuh Lebih cerah Lebih gelap
Jumlah lubang Satu lubang (untuk Dua lubang :
kelamin mengeluarkan sperma1. Untuk mengeluarkan telur
sekaligus air seni) 2. Untuk mengeluarkan air seni
Bentuk kelamin Tonjolan agak meruncing Tidak menonjol dan berbentuk
bulat
Warna sirip Didominasi warna merah Hitam
ekor
Sumber : Judantari, 2008

Sedangkan menurut SNI 01- 6138 - 1999 Kriteria kuantitatif sifat


reproduksi
dapat dilihat pada Tabel 3.
SIFAT SATUAN JENIS KELAMIN

8
JANTAN BETINA
Umur Bulan 6-14 6-14
Panjang total Cm 16 – 25 14-20
Bobot tubuh G 400 – 600 300 – 450
Fekunditas Butir/ekor - 1.000 - 2.000
Diameter Telur mm - 2,5 - 3,1
Sumber: SNI 01-6138-1999
Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Induk Pokok.

2.4 Teknik Pembenihan

2.4.1 Persiapan Wadah Pemijahan


Pada lokasi calon pembenihan terdapat sumber air yamg memadai secara
teknis, tersedia sepanjang tahun. Setidaknya, pada pemeliharaan benih, debit air
yang dibutuhkan berkisar 0.5 liter/detik. Nila dapat hidup pada suhu 25-30 0 C; pH
air 6.5 – 8.5; oksigen terlarut > 4 mg/I dan kadar ammoniak (NH3) < 0.01 mg/I;
kecerahan kolam hingga 50 cm. selain itu ikan Nila juga hidup dalam perairan agak
tenang dan kedalaman yang cukup Kolam pemijahan dapat dibuat berdinding beton.
Kolam pemijahan nila yang berdasar tanah disukai nila karena banyak
dihuni plankton dan tumbuhan air kecilyang menjadi pakan tambahan. Dasar kolam
tanah juga memudahkan nila jantan membuat cekungan untuk memijah.
Untuk kolam pemijahan, padat tebar disarankan 1 – 3 ekor / m². Satu paket
induk berjumlah 300 ekor. Sistem paket diberlakukan untuk menekan laju
penurunan mutu benih yang dihasilkan bila keturunannya dijadikan induk kembali
setelah melalui seleksi ketat.
Bila induk yang dipijahkan sebanyak 1 paket, luasan kolam yang
dibutuhkan sekitar 100 – 300 m². Ketinggian air sekitar 75 cm dengan tinggi kolam
sekitar 1 m. Debit air nila cukup 1 liter / detik. Jika terlalu deras nila tidak nyaman
memijah. Air yang mengalir diperlukan untuk mengganti penguapan yang terjadi.

2.4.2 Proses Pemijahan


Ikan Nila dapat berkembang biak secara optimal pada suhu 20 – 30 0 C.
Ikan nila bersifat mengerami telurnya di dalam mulut sampai menetas kurang lebih
4 hari dan mengasuh larvanya ± 14 hari sampai larva dapat berenang bebas
diperairan, mengerami telur dan mengasuh larva dilakukan oleh induk betina. Nila
dapat dipijahkan setelah mencapai berat 100 gr/ekor. Secara alami nila memijah
pada sarang yang dibuat oleh ikan jantan di dasar kolam, sehingga diperlukan dasar
kolam yang berlumpur. Pemijahan ikan nila berdasarkan pengelolaannya dibedakan
beberapa sistim antara lain:

a. Pemijahan Secara Tradisional/Alami


Pemijahan secara alami dapat dilakukan di kolam. Ikan nila membutuhkan

9
sarang dalam proses pemijahan. Sarang di buat di dasar kolam oleh induk jantan
untuk memikat induk betina tempat bercumbu dan memijah, sekaligus merupakan
wilayah teritorialnya yang tidak boleh diganggu oleh pasangan lain. Kegiatan
pemijahan alami meliputi antara lain;
1. Persiapan Kolam
Kolam pemijahan luasnya harus disesuaikan dengan jumlah induk yang
akan dipijahkan. Perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 3 ukuran 250 - 500 gr
perekor. Dengan padat penebaran 1 ekor/m2. Hal ini berdasarkan sifat ikan jantan
yang membuat sarang berbentuk kobakan didasar kolam dengan diameter kira-kira
50 cm dan akan mempertahankan kobakan tersebut dari ikan jantan lainnya.
Kobakan tersebut akan digunakan ikan jantan untuk memikat ikan betina dalam
pemijahan. Oleh karena itu jumlah ikan jantan setiap luasan kolam tergantung pada
berapa banyak kemungkinan kobakan yang dapat dibuat oleh ikan jantan pada dasar
kolam tersebut. Dinding kolam diupayakan kokoh dan tidak ada yang bocor agar
mampu menahan air kolam. Kedalam air kolam 70 cm. Dasar kolam dilakukan
pengolahan, pembuatan kemalir, pemupukan dan pengapuran.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana dasar kolam
berlumpur untuk pembuatan sarang dan meningkatkan kesuburannya agar cukup
tersedia pakan
alami untuk konsumsi induk dan larva hasil pemijahan. Pemupukan dapat
diberikan pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk buatan atau kombinasi dari ketiga
macam pupuk tersebut. Pengapuran dilakukan untuk mengendalikan hama,
penyakit dan parasit larva ikan serta meningkatkan.
2. Kualitas air
Kualitas air yang sesuai yaitu oksigen terlarut > 5 ppm, pH > 5, suhu 20 -
30 0C
dan NH3 < 1 ppm. Untuk menciptakan kondisi seperti tersebut, pengairan kolam
harus dilakukan dengan pengaturan yang baik. Air pemasukan terus menerus
dialirkan dengan debit 2 - 5 liter/ menit untuk luasan kolam 200 m2.
3. Pemberian pakan
Meskipun kolam telah di pupuk dan tumbuh subur pakan alami, pemberian
pakan tambahan mutlak di perlukan. Pemberian pakan tambahan dimaksudkan
untuk menjaga stabilitas produktifitas induk karena selama masa inkubasi telur 3-4
hari induk berpuasa sehingga pada proses pemijahan harus cukup cadangan energy
dari pakan ikan. Pakan tambahan dapat berbentuk dedak, bungkil kedelai, bungkil
kacang atau pellet. Pellet dapat diberikan 3 - 6 % per hari dari bobot induk. Selama
proses pemijahan ± 7 hari dan pasca inkubasi telur yaitu setelah hari ke 8 - 12.

b. Pemijahan Secara Intensif


Metoda ini dilakukan pada kolam yang didesain sedemikian rupa sehingga
setelah pemijahan selesai dapat dipisahkan antara induk jantan, induk betina dan
larva ikan dalam kolam yang berbeda, dengan demikian pemanenan larva relative

10
mudah dilakukan dan induk akan lebih produktif karena tidak sering terganggu
yang dapat menimbulkan stres dan kematian pada induk.
1) Persiapan kolam
Kolam pemijahan dibuat dari pagar bambu yang bersekat-sekat antara
kolam jantan, kolam betina dan kolam larva. Kolam induk jantan (lingkaran I)
hanya dapat dimasuki ikan betina yang berukuran lebih kecil dari ikan jantan, kolam
induk betina (lingkaran II) hanya dapat dilalui larva sedang induk betina tidak dapat
keluar dari sekat, dan kolam larva (III) untuk menangkap larva yang dihasilkan.
Pengolahan dasar kolam dilakukan seperti pada persiapan kolam pemijahan alami.
2) Proses pemijahan
Apabila konstruksi kolam berbentuk lingkaran dengan diameter kolam I
adalah 4 meter dan kolam II adalah 10 meter, serta luas kolam III adalah 44 meter
persegi, maka padat penebaran induk adalah antara 250 - 300 ekor induk betina
bobot ± 250 gr/ekor dan 40 ekor jantan bobot > 500 gr/ekor.
Induk ikan pada saat pemijahan menempati kolam I. Setelah proses
pemijahan berlangsung dan telur telah menetas, induk betina akan keluar dari kolam
I ke kolam II untuk mengasuh anaknya. Di kolam II ini larva tumbuh sampai ukuran
± 1 cm, selanjutnya larva akan masuk ke kolam III, sedangkan induk betina tetap
pada kolam II karena ada sekat. Kolam III hanya dapat di masuki oleh larva dari
kolam II ke kolam III, larva akan terusir dari kolam II, karena terganggu oleh induk
betina yang ada.
3) Pemeliharaan
Pemeliharaan induk dilakukan dengan pemberian pakan tambahan 3 - 6 %
perhari dari bobot ikan. Pemberian pakan dilakukan sesuai yang dibutuhkan oleh
induk dan larva.

2.5 Pakan
Pakan sangat berperan dalam pertumbuhan ikan, agar pakan yang diberikan
optimal maka jumlah harus tersedia cukup, kualitasnya memadai serta sesuai
dengan jenis atau pun bentuknya. Juga waktu, frekuensi, dan cara pemberiannya
yang tepat.

1. Kandungan pakan ikan


Pakan yang dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara
tubuh dan menganti alat-alat tubuh yang rusak, kelebihannya baru digunakaan
untuk pertumbuhan. Pakan ikan yang diberikan harus menggunakan protein,
karbohidrat dan lemak, zat makanan ini akan di ubah mejadi energi. Protein
merupakan sumber energi utama, kandungan protein pada pakan harus berkisar
antara 28-30% (Hapher, 1975)
2. Jumlah pakan yang diberikan
Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan. Bila pakan
yang diberikan kurang dari yang di butuhkan kemungkinan yang terjadi adalah
pakan tersebut hanya digunakan hanya untuk memprtahankan kondisi tubuh saja

11
sedangkan bila berlebihan ikan tidak akan menghabiskannya, sehingga terjadi
pembusukan sisa pakan. Menurut Admadja dkk (1985) pemberian pakan perhari
adalah 2-5% dari bobot ikan yang dipelihara.
3. Jenis pakan ikan
Jenis pakan ikan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pakan alami dan
buatan. Pakan alami adalah pakan yang diberikan pada ikan yang wujudnya masih
asli. Keadannya bias hidup, mati, segar ataupun awetan, contohnya: infusoria,
daphnia, jenis yamuk, cacing, jangkrik, bekicot, dan lain-lain. Pakan buata adalah
pakan yang diberikan pada ikan yang wujud asalnya tidak nampak lagi. Pakan
buatan ini umumnya sudah diramu sehingga bahan lebih dari satu jenis dan
kandungan nutrisinya bias diatur oleh pembuatnya.
4. Bentuk pakan ikan
Bentuk pakan yang dimaksud adalah bentuk pakan buatan, karena pakan
buatan bias dibentuk sesuai keinginana pembuat dan peruntuknya. Macam-macam
bentuk pakan ikan ini diantaranya adalah bentuk emulsi, pasta, tepung, flek, butiran,
remah, pellet.
5. Waktu dan frekuensi pemberian pakan
Waktu frekuensi pemberian pakan untuk ikan yang dipelihara secara
intensif seperti di jaring apung dan kolam air deras pemberiannya rata-rata 5 kali
sehari. Sedangkan ika yang di pelihara secara semi intesif pemberian pakan 3 kali
sehari. Untuk ikan yang di pelihara secara tradisional umumnya hanya
mengandalkan paka alami yang ada dikolam, bila diberipakan pun hanya sekali-
sekali saja dan waktunya pun tidak tentu.
6. Cara pemberian pakan
Cara pemberian pakan ikan ada bermacam-macam di antaranya dengan
automatic deman feeder, ditebar, dihamparan. Macam-macam cara pemberian
pakan itu tegantung dari jenis dan ukuran ikan yang dipelihara.

2.6 Hama dan Penyakit


Ikan nila termasuk jenis ikan yang tahan terhadap serangan hama dan
penyakit. Menurut Khairuman dan Amri ( 2007), hama dan peyakit ikan nila adalah
sebagai berikut:

1. Hama
a. Bebeasan (Notonecta)
Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkanminyak
tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
b. Ucrit (Larva cybister)
Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. pengendalian: sulit
diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
c. Kodok
Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung;
menagkap dan membuang hidup-hidup.

12
d. Ular
Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran
kolam
e. Lingsang
Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
f. Burung
Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning. Pengendalian:
diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau
tali penghalang.

2. Penyakit
Ada 2 (dua) faktor yang dapat menyebabkan Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus) terserang penyakit.
• Penyakit yang disebabkan oleh gangguan jasad hidup (parasiter).
• Penyakit yang disebabkan oleh faktor fisik dan kimia perairan
(nonparasiter)
Berikut ini adalah jenis-jenis penyakit pada Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus) dan penanganannya.
• Bintik putih (white spot)
Penyakit ini disebabkan oleh organisme (ichthyopthirius sp) yang dapat
mengakibatkan tubuh pucat, mengeluarkan lendir yang banyak dan menghambat
pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam
dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan
methylene blue atau larutan NaCl sebanyak 1-3 g / 100 ml air bersih dan lamanya
perendaman adalah 5-10 menit.
• Lernea
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis cacing (Lernea) yang dapat
mengakibatkan tubuh kurus dan menghambat pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) kedalam larutan formalin 2,5 ml yang dicampur 100 liter
air bersih dan lamanya perendaman adalah 10 menit.
• Cacing insang dan Cacing kulit.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Dactylogyrus dan parasit Gyrodactylus
yang dapat mengakibatkan tubuh pucat, mengeluarkan lendir yang banyak dan
membuat Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) sering meloncat kepermukaan air.
• Bercak merah
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Aeromonas Sp. yang dapat
mengakibatkan kehilangan lendir, lemah dan nafas megap-megap waktu berenang
serta membuat Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) sering meloncat kepermukaan
air. Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) kedalam larutan antibiotik tetracycline atau kemicitine
yang berbentuk kapsul yang cicampur 500 liter air bersih dan lamanya perendaman
adalah 2 jam.

13
▪ Trichodina sp.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Trichodina sp. yang dapat
mengakibatkan luka-luka, kerusakan organ dan biasanya disertai infesi sekunder
pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan
dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan NaCl
sebanyak 500-1000 mg / liter air bersih selama 24 jam.
▪ Saprolegniasis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. yang dapat menyerang
organ luar, seperti kepala, tutup insang dan bagian tubuh luar lainnya pada Ikan
Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan
merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan malachite green
oxalate sebanyak 1 mg / liter air bersih selama 1 jam.
▪ Epistylis
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Epistylis sp. yang dapat mengakibatkan
insang berwarna merah kecokelatan, sukar bernafas, sukar bergerak, kerusakan
pada kulit dan menghambat pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus) kedalam larutan Chloroquin Diphospat sebanyak 1,1 mg / liter air bersih
selama 48 jam.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam melakukan budidaya ikan nila factor-faktor yang perlu diperhatikan
pada dasarnya dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu factor teknis dan non
teknis. Selain itu agar budidaya ikan nila dapat berhasil maka yang perlu
diperhatikan juga adalah pemlihan lokasi yakni sebagai berikut :
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah
liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air
yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%
untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh
dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat
pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya
plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan
hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan
plankton/algabiru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan
air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang
disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka
kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
5) Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan
tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan
baik di air arus deras.
6) Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5.
Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
7) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30o C.
8) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.

3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Atas perhatiannya penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

Avnimelech, Y. 1999. C/N Ratio As a Control Element in Aquaculture


Systems.Aquaculture, 176: 227-235.
Crab, R., Y. Avnimelech, T. Defoirdt, P. Bossier, and W. Verstraete. 2007.
Nitrogen
Removal Techniques in Aquaculture for Sustainable Production. Aquaculture,270:
1-14.
De Schryver, P., R. Crab, T. Defoirdt, N. Boon, and W. Verstraete. 2008. The
Basics of
Bio-Flocs Technology: The Added Value for Aquaculture. Aquaculture, 277:125–
137.
http://hallonirma.blogspot.com/2013/06/evaluasi-kelayakan-lahan-untuk-
budidaya.html
http://pusatnilacrb.blogspot.com/2011/04/penyakit-ikan-nila.html
http://sobijpk.blogspot.com/2010/12/pemilihan-lokasi-budidaya-ikan.html
http://budidayapertan.blogspot.co.id/2016/05/peluang-pasar-usaha-pengolahan-ikan-
nila.html

16

Anda mungkin juga menyukai