Anda di halaman 1dari 12

BUDIDAYA KEPITING BAKAU

RINI ANGRAENI 5022020010

HERLIYANTI 5022020011

DOSEN PENGAMPU: MUHAMMAD SAHIR, S.Pi.,M.Si.

PROGRAM STUDI: MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

INSTITUT TEKNOLOGI PERTANIAN

TAHUN AJARAN 2023/2024

TAKALAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpah Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah dalam bentuk yang sangat sederhana.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata Kuliah Manajemen
Marikultur, Kami mohon maaf apabila ketika dibaca pekerjaan kami ini
banyak kesalahan baik pemakaian kata, penyusunan kalimat, menjelaskan,
menguraikan isi atau data yang kurang lengkap karena kami baru belajar,
kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan pekerjaan kami
dimasa yang akan datang.

Semoga tugas sederhana ini bisa bermanfaat khususnya bagi kami,


umumnya bagi pembaca semoga Allah memberkahi pekerjaan kami.

Takalar, 9 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................

Daftar isi...................................................................................

BAB 1 : PENDAHULUAN.........................................................

1.1 Latar Belakang.............................................


1.2 Rumusan Masalah.......................................
1.3 Tujuan ........................................................

BAB 2 : PEMBAHASAN...........................................................

2.1 Kepiting Bakau............................................


2.2 Morfologi.....................................................
2.3 Pertumbuhan dan perkembangan..............
2.4 Kontruksi tambak.........................................
2.5 Teknik Budidaya..........................................
2.6 Pemeliharaan..............................................
2.7 Panen dan Pasca Panen...........................

BAB 3 : PENUTUP...................................................................

3.1 Kesimpulan..................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud kepiting Bakau?

2. Apa yang dimaksud Morfologi Kepiting Bakau ?

3. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan?

4. Bagaimana kontruksi tambak ?

5. Bagaimana teknik budidaya ?

6. Bagaimana pemeliharaan Kepiting bakau?

7. Bagaimana cara panen dan pasca panen Kepiting bakau?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Kepiting Bakau

2. Untuk mengetahui Morfologi kepiting bakau

3. Untuk Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kepiting bakau

4. Untuk mengetahui kontruksi Tambak

5. Untuk Mengetahui Teknik budidaya

6. Untuk Mengetahui Pemeliharaan Kepiting Bakau

7. Untuk Mengetahui Panen dan pasca Panen


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan Indonesia memiliki karakteristik fauna tropis yang banyak.


Di perairan Indonesia terdapat sekitar 2500 spesies ikan, dan sebanyak 75%
produksi ikan Indonesia yaitu berasal dari hasil penangkapan, serta sisanya
merupakan hasil dari kegiatan budidaya. Lebih dari 90% penangkapan ikan
di perairan darat (sungai,danau, dan lain-lain) berada di daerah Kalimantan,
Sumatera, dan Sulawesi. Kemajuan pertumbuhan ekonomi dinegara-
negara maju dan beberapa negara berkembang menimbulkan pola
konsumsibaru disertai dengan perubahan struktur komposisi makanan.
Perlu juga diketahui,perkembangan baru menunjukkan konsumsi ikan lebih
cenderung dilakukan pada jenisikan laut ekonomis tinggi, meskipun harus
membayar dengan harga mahal sekalipun.Jenis-jenis ikan ekonomis tinggi
termasuk di dalamnya kelompok krustasean yaitu kepiting.

Kepiting merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang


potensial untuk dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis tinggi,
terutama yang matang gonad atau sudah bertelur, dewasa, dan gemuk.
Keberadaan spesies ini sudah banyak dibudidayakan di tambak, dan benih
kepiting diambil dari alam, seperti yang sudah dilakukan pembudidaya di
Karawang, Jawa Barat. Budidaya kepiting bakau yang telah dikenal oleh
masyarakat adalah kegiatan pembesaran benih menjadi ukuran
konsumsi,penggemukan, produksi kepiting cangkang lunak, dan produksi
kepiting bertelur. Kepiting bakau ditangkap dari perairan estuaria dan
saluran petak tambak. Kepiting bakau lebih suka hidup di perairan yang
relatif dangkal dengan dasar berlumpur. Daerah yang cocok untuk lokasi
budidaya kepiting ialah tambak yang dasarnya berlumpur.Bukan hanya
dagingnya yang mempunyai nilai komersil, kulitnya pun dapat ditukardengan
dollar. Kulit kepiting diekspor dalam bentuk kering sebagai sumber
chitin,chitosan, dan karotenoid yang dimanfaatkan oleh berbagai industri
sebagai bahan baku obat, kosmetik, pangan, dan lain-lain. Bahan-bahan
tersebut memegang peranan penting sebagai antivirus dan anti bakteri dan
juga digunakan sebagai obat untuk meringankandan mengobati luka bakar.
Selain itu, dapat juga digunakan sebagai bahan pengawet makanan.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Kepiting Bakau

Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu jenis


komoditas perikanan yang potensial untuk dibudidayakan. Kepiting bakau
banyak dijumpai di perairan payau yang banyak ditumbuhi tanaman
mangrove. Kepiting bakau sangat disenangi oleh masyarakat mengingat
rasanya yang lezat dengan kandungan nutrisi sejajar dengan crustacea yang
lain seperti udang yang banyak diminati baik di pasaran dalam negeri
maupun luar negeri. Menurut Gunarto (2015), kepiting bakau hidup di
kawasan mangrove,estuari dan laut. Kepiting bakau juga menyukai dasar
perairan berlumpur dan secara umum tersebar di seluruh perairan
Indonesia. Kepiting bakau tergolong hewan omnivoradan kanibal, serta
bersifat nokturnal.

Begitu banyak hasil laut dan air tawar yang merupakan komoditas
andalan suatu daerah bahkan suatu negara seperti, ikan, kerang, udang,
lobster dan kepiting. Khusus untuk kepiting sangat jarang masyarakat kita
yang membudidayakan kepiting secara khusus, padahal jika dikelola dan
dikembangkan secara terpadu, maka kepiting ini sangat menjanjikan.
Potensi pasar yang cukup besar memberi peluang bagi pengembangan
budidaya kepiting bakau secara lebih serius dan komersial. Di sisi lain
produksi kepiting selama ini secara keseluruhan masih mengandalkan
tangkapan dari alam, sehingga kesinambungan produksinya tidak dapat
dipertahankan.Saat ini budidaya kepiting bakau ini tidak harus di laut dan di
daerah bakau, namun dapat juga dan telah berhasil dibenihkan pada bak-
bak terkontrol dan dapat diproduksi di hatchery ikan laut maupun udang
windu. Kepiting bakau atau yang lebih dikenal dengan kepiting lumpur
merupakan salah satu sumber daya perikanan pantai yang mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi bila dikembangkan dan dibudidayakan.
Pembudidayaan atau pemanfaatan secara komersil dari komoditas ini
semakin meningkatkan baik untuk dikonsumsi dalam negeri maupun
untukdiekspor.

2.2. Morfologi

Kepiting bakau (Scylla sp) memiliki ukuran lebar karapan lebih besar
dari pada ukuran panjang tubuhnya dan permukaannya agak licin. Pada dahi
antara sepasang matanya terdapat enam buah duri dan di samping kanan
dan kirinya masing-masing terdapat sembilan buah duri. Kepiting bakau
jantan mempunyai sepasang capit yang dapat mencapai panjang hampir
dua kali lebih pendek. Selain itu, kepiting bakau juga mempunyai 3 pasang
kaki jalan dan sepasang kaki renang. Kepiting bakau berjenis kelamin jantan
ditandai dengan abdomen bagian bawah berbentuk segitiga meruncing,
sedangkan pada kepiting bakau betina melebar. Menurut Moosaet al .
(1985) dalam Kana(2002), Genus Scylla termasuk dalam sub-famili
Portunidae dengan ciri-ciri sebagai berikut: “Panjang pasangan kaki jalan
lebih pendek dari pada capit, pasang kaki terahkir berbentuk dayung. Krapas
berbentuk lebar, dilengkapi dengan 3-9 buah gigi anterolateral.Ruas dasar
dari sungut (antena) biasanya lebar, sudut anteroexternal kerap kali
berlobi,flagel kadang-kadang berada diorbit mata”.

2.3. Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan terbaik kepiting bakau dapat


mencapai ukuranlebih dari 200 mm yang dipengaruhi oleh wilayah dan
musim yang sedang berlangsungpada saat itu. Pada dasarnya kepiting
bakau merupakan jenis hewan yang habitatnyaberada di air sehingga alat
pernapasannya berupa insang. Menurut Sudradjat (2015),kepiting bakau
muda bermetamorfosa menjadi kepiting bakau dewasa dengan
mengalamiproses ganti kulit sebanyak 17-20 kali tergantung kondisi
lingkungan dan pakanya. Padasaat pergantian kulit tersebut tubuh kepiting
bakau akan mengalami pembesaransebanyak 1/3 kali ukuran sebelumnya.
Tiap fase hidup kepiting bakau memiliki rentangwaktu yang berbeda dalam
proses penggantian kulit. Fase zoo membutuhkan waktu 3-4hari untuk
proses penggantian kulit, sedangkan fase mezalaa membutuhkan waktu
lebihlama yaitu 15 hari. Laju pertumbuhan terbaik kepiting bakau ada pada
salinitas 10-15ppt.Kepiting mulai memijah pada umur 12 bulan. Pada saat
akan melakukan pemijahan,kepiting bakau akan mengalami migrasi
(beruaya) ke laut lepas, lalu bersama anak-anaknya akan kembali ke
perairan bakau untuk berlindung, membesarkan diri, danmencari makan.
Dalam sekali perkawinan kepiting bakau dapat tiga kali memijah.Pelepasan
telyr terjadi selama ½ jam, proses penetasan berlangsung selama tiga hari

Proses perkembangan telur berlangsung selama 30 hari. Jenis


kelamin kepiting sangatmudah ditentukan, yaitu dengan mangamati alat
kelaminnya yang ada dibawah perut(dadanya). Organ kelamin kepiting
betina berbentuk segitiga yang relatif lebar dan dibagian depannya agak
tumpul (lonjong). Sedangkan alat kelamin jantan terdiri darisebuah testis
berwarna putih dan terletak dibawah sinusparicardii

2.4 Kontruksi Tambak


Tambak kepiting harus mempunyai konstruksi yang berorientasi pada
faktor lingkungan yang mendukung kehidupan dan pertumbuhan secara
normal, sehingga efisiensi pemanfaatan lahan dan waktu saat
pemeliharaan. Secara prinsip, bangunan tambak harus kuat & kedap air.

Untuk mencegah agar kepiting tidak melarikan diri dari petak pemeliharaan
dan mencegah masuknya hama dari luar dibuat karamba bambu atau
kurungan. Setiap unit kurungan dibangun dengan ukuran 2 m x 1 m x 0,2 m
hingga membentuk kare yang ditancapkan. Karamba dipasang pada 30
cm±saluran tambak dengan kedalaman air

2.5 Teknik Budidaya


Persiapan Tambak
Pengolahan tanah dasar ditujukan memperbaiki mutu/kualitas tanah untuk
meningkatkan daya dukung lahan. Kegiatan yang dilakukan meliputi
pembalikan, penjemuran, pencucian dan pengapuran. Pembalikan tanah
bertujuan untuk mempercepat proses penguraian bahan organik dan gas-
gas beracun, yang dilakukan dengan mencangkul/membajak dengan
kedalaman ± 20 – 30 cm. Penjemuran bertujuan untuk mereduksi bahan
organik dan gas-gas beracun yang dilakukan dengan sinar matahari hingga
warna tanah coklat alami. Lama penjemuran selama 5 – 7 hari.
Pengapuran bertujuan memperbaiki dan menstabilkan pH tanah hingga
kisaran normal (pH 7 – 8). Jenis kapur yang digunakan harus sesuai
dengan jenis tanah dasar setempat.

2.6 Pemeliharaan
a. Pemilihan dan Penebaran Benih
Benih yang digunakan berukuran berat 30 – 50 gr/ekor atau lebar
cangkang (karapas) 3 -4 cm. Ciri-ciri benih yang baik adalah :
Ø Anggota tubuh yang lengkap
Ø Menunjukkan tingkah laku untuk menghindar atau melawan bila akan
dipegang
Ø Warna cerah hijau kecoklatan atau coklat kemerahan.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dengan
padat tebar rasio perbandingan jantan dan betina 1 : 1 berkisar antara 1 -2
ek/m2. Untuk menjamin benih bebas dari parasit sebaiknya direndam
dengan desinfektan (formalin 200 ppm selama 30 menit). Kemudian benih
disebar merata dengan cara melepas ikatan satu per satu.

b. Pemberian Pakan
Kegiatan pemberian pakan meliputi : (1) memilih jenis pakan yang sesuai
dengan kebutuhan, (2) cara pemberian pakan, (3) dosis pakan, (4) teknik
sampling. Jenis pakan untuk budidaya kepiting adalah pakan alami seperti
bentos dan cacing, untuk pakan buatan dapat diberikan ikan rucah atau
pellet.
Khususnya untuk pakan ikan rucah, daging kerang dan hancuran daging
siput dilakukan dengan cara memberikan ikan setengah kering dengan
kadar air berkisar 30 – 40 %. Jumlah pakan diberikan disesuaikan dengan
kebutuhan, dapat dilihat dari sisa pakan yang tidak termakan. Jika pakan
dimakan seluruhnya, maka pemberian pakan selanjutnya sebaiknya
ditambah.

c. Pengendalian hama dan penyakit


Tindakan pengendalian dapat dilakukan dengan cara pergantian air yang
cukup, pengapuran secara rutin dan penyaringan air pasok dan pemberian
feed aditive (vit. C 2-4 gr/kg pakan, bawang putih 15 – 20 gr/kg pakan
secara periodik. Penggunaan obat-obatan kimia (pabrik) merupakan
alternatif paling akhir jika dengan cara pencegahan tidak berhasil.

2.7 Panen dan Pasca Panen


Panen kepiting biasanya dilakukan setelah masa pemeliharaan mencapai
4-5 bulan, dengan ukuran 3-4 ekor/kg. Cara panen kepiting dari kurungan
bambu dengan menggunakan seser atau rakkang. Pasca panen dengan
mengikat kaki dan capit kepiting dengan tali secara individu. Produk hasil
panen ditempatkan di wadah yang berlobang-lobang dengan dialasi
pelepah pisang yang dibasahi air laut guna mempertahankan tingkat
kelembaban, selanjutnya kepiting dapat dipasarkan langsung ke
pengumpul dalam keadaan hidup.

Sebagai komoditas ekspor kepiting memiliki harga jual cukup tinggi baik di
pasaran dalam maupun luar negeri, namun tergantung pada kualitas kepiting
(ukuran tingkat kegemukan). Penggemukan kepiting dapat dilakukan
terhadap kepiting bakau jantan dan betina dewasa tetapi dalam keadaan
kosong/kurus. Untuk dapat menghasilkan kepiting yang gemuk diperlukan
waktu yang cukup pendek yaitu 10 - 20 hari. Harga jual kepiting gemuk
menjadi lebih tinggi dengan demikian dapat meningkatkan nilai tambah bagi
petani.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut Gunarto (2015), kepiting bakau hidup di kawasan


mangrove,estuari dan laut. Kepiting bakau juga menyukai dasar perairan
berlumpur dan secara umum tersebar di seluruh perairan Indonesia. Kepiting
bakau tergolong hewan omnivoradan kanibal, serta bersifat nokturnal.

Kepiting merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang potensial


untuk dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis tinggi, terutama yang
matang gonad atau sudah bertelur, dewasa, dan gemuk. Keberadaan
spesies ini sudah banyak dibudidayakan di tambak, dan benih kepiting
diambil dari alam, seperti yang sudah dilakukan pembudidaya di Karawang,
Jawa Barat. Budidaya kepiting bakau yang telah dikenal oleh masyarakat
adalah kegiatan pembesaran benih menjadi ukuran
konsumsi,penggemukan, produksi kepiting cangkang lunak, dan produksi
kepiting bertelur.
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, R. 2013. Cara Budidaya Kepiting Tanjungpinang.Ghufran, M dan


Kordi K. 2010. ( diakses pada tanggal 9 mei 2023, Pukul 13: 25 WITA)

57.Kanna,I. 2002.Budi Daya Kepiting Bakau Pembenihan dan Pembesaran


( diakses pada tanggal 9 mei 2023, Pukul 15: 40 WITA)

Anda mungkin juga menyukai