HERLIYANTI 5022020011
TAKALAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpah Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah dalam bentuk yang sangat sederhana.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata Kuliah Manajemen
Marikultur, Kami mohon maaf apabila ketika dibaca pekerjaan kami ini
banyak kesalahan baik pemakaian kata, penyusunan kalimat, menjelaskan,
menguraikan isi atau data yang kurang lengkap karena kami baru belajar,
kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan pekerjaan kami
dimasa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................
Daftar isi...................................................................................
BAB 1 : PENDAHULUAN.........................................................
BAB 2 : PEMBAHASAN...........................................................
BAB 3 : PENUTUP...................................................................
3.1 Kesimpulan..................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
Begitu banyak hasil laut dan air tawar yang merupakan komoditas
andalan suatu daerah bahkan suatu negara seperti, ikan, kerang, udang,
lobster dan kepiting. Khusus untuk kepiting sangat jarang masyarakat kita
yang membudidayakan kepiting secara khusus, padahal jika dikelola dan
dikembangkan secara terpadu, maka kepiting ini sangat menjanjikan.
Potensi pasar yang cukup besar memberi peluang bagi pengembangan
budidaya kepiting bakau secara lebih serius dan komersial. Di sisi lain
produksi kepiting selama ini secara keseluruhan masih mengandalkan
tangkapan dari alam, sehingga kesinambungan produksinya tidak dapat
dipertahankan.Saat ini budidaya kepiting bakau ini tidak harus di laut dan di
daerah bakau, namun dapat juga dan telah berhasil dibenihkan pada bak-
bak terkontrol dan dapat diproduksi di hatchery ikan laut maupun udang
windu. Kepiting bakau atau yang lebih dikenal dengan kepiting lumpur
merupakan salah satu sumber daya perikanan pantai yang mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi bila dikembangkan dan dibudidayakan.
Pembudidayaan atau pemanfaatan secara komersil dari komoditas ini
semakin meningkatkan baik untuk dikonsumsi dalam negeri maupun
untukdiekspor.
2.2. Morfologi
Kepiting bakau (Scylla sp) memiliki ukuran lebar karapan lebih besar
dari pada ukuran panjang tubuhnya dan permukaannya agak licin. Pada dahi
antara sepasang matanya terdapat enam buah duri dan di samping kanan
dan kirinya masing-masing terdapat sembilan buah duri. Kepiting bakau
jantan mempunyai sepasang capit yang dapat mencapai panjang hampir
dua kali lebih pendek. Selain itu, kepiting bakau juga mempunyai 3 pasang
kaki jalan dan sepasang kaki renang. Kepiting bakau berjenis kelamin jantan
ditandai dengan abdomen bagian bawah berbentuk segitiga meruncing,
sedangkan pada kepiting bakau betina melebar. Menurut Moosaet al .
(1985) dalam Kana(2002), Genus Scylla termasuk dalam sub-famili
Portunidae dengan ciri-ciri sebagai berikut: “Panjang pasangan kaki jalan
lebih pendek dari pada capit, pasang kaki terahkir berbentuk dayung. Krapas
berbentuk lebar, dilengkapi dengan 3-9 buah gigi anterolateral.Ruas dasar
dari sungut (antena) biasanya lebar, sudut anteroexternal kerap kali
berlobi,flagel kadang-kadang berada diorbit mata”.
Untuk mencegah agar kepiting tidak melarikan diri dari petak pemeliharaan
dan mencegah masuknya hama dari luar dibuat karamba bambu atau
kurungan. Setiap unit kurungan dibangun dengan ukuran 2 m x 1 m x 0,2 m
hingga membentuk kare yang ditancapkan. Karamba dipasang pada 30
cm±saluran tambak dengan kedalaman air
2.6 Pemeliharaan
a. Pemilihan dan Penebaran Benih
Benih yang digunakan berukuran berat 30 – 50 gr/ekor atau lebar
cangkang (karapas) 3 -4 cm. Ciri-ciri benih yang baik adalah :
Ø Anggota tubuh yang lengkap
Ø Menunjukkan tingkah laku untuk menghindar atau melawan bila akan
dipegang
Ø Warna cerah hijau kecoklatan atau coklat kemerahan.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dengan
padat tebar rasio perbandingan jantan dan betina 1 : 1 berkisar antara 1 -2
ek/m2. Untuk menjamin benih bebas dari parasit sebaiknya direndam
dengan desinfektan (formalin 200 ppm selama 30 menit). Kemudian benih
disebar merata dengan cara melepas ikatan satu per satu.
b. Pemberian Pakan
Kegiatan pemberian pakan meliputi : (1) memilih jenis pakan yang sesuai
dengan kebutuhan, (2) cara pemberian pakan, (3) dosis pakan, (4) teknik
sampling. Jenis pakan untuk budidaya kepiting adalah pakan alami seperti
bentos dan cacing, untuk pakan buatan dapat diberikan ikan rucah atau
pellet.
Khususnya untuk pakan ikan rucah, daging kerang dan hancuran daging
siput dilakukan dengan cara memberikan ikan setengah kering dengan
kadar air berkisar 30 – 40 %. Jumlah pakan diberikan disesuaikan dengan
kebutuhan, dapat dilihat dari sisa pakan yang tidak termakan. Jika pakan
dimakan seluruhnya, maka pemberian pakan selanjutnya sebaiknya
ditambah.
Sebagai komoditas ekspor kepiting memiliki harga jual cukup tinggi baik di
pasaran dalam maupun luar negeri, namun tergantung pada kualitas kepiting
(ukuran tingkat kegemukan). Penggemukan kepiting dapat dilakukan
terhadap kepiting bakau jantan dan betina dewasa tetapi dalam keadaan
kosong/kurus. Untuk dapat menghasilkan kepiting yang gemuk diperlukan
waktu yang cukup pendek yaitu 10 - 20 hari. Harga jual kepiting gemuk
menjadi lebih tinggi dengan demikian dapat meningkatkan nilai tambah bagi
petani.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan