Bubu dasar adalah perangkap yang mempunyai satu atau dua pintu masuk
dan dapat diangkat ke beberapa daerah penangkapan dengan mudah, dengan atau
tanpa perahu. Bubu dasar adalah alat tangkap yang sangat efektif untuk
menangkap organisme yang bergerak lambat di dasar perairan, baik laut maupun
perairan. Untuk bubu dasar, ukuran bubu dasar bervariasi, menurut besar kecilnya
yang dibuat menurut kebutuhan. Untuk bubu kecil, umumnya berukuran panjang
1 m, lebar 50-75 cm, tinggi 25-30 cm. Untuk bubu besar dapat mencapai ukuran
panjang 3,5 m , lebar 2 m, tinggi 75-100 cm. Hasil tangkapan dengan bubu dasar
umumnya terdiri dari jenis – jenis ikan, udang kualitas baik seperti Kwe,
perangkap berbeda dari bubu dalam hal dilengkapi dengan satu atau lebih jaring
penuntun yang berakhir pada sebuah kamar, biasanya dengan dua atau lebih pintu
masuk dengan ukuran yang menuntun yang memuncak satu dengan yang lainnya.
Juga perangkap umumnya tidak diberi umpan. Bubu dikerjakan sekali waktu saja,
menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, akan tetapi juga mengijinkan hasil
hidup yang sangat baik. Perikanan bubu dapat dibagi menjadi dua klasifikasi
umum : 1. Perikanan bubu pantai, yang mana digunakan di estuari, raguna, in let,
teluk dan dekat pantai dengan kedalaman hingga sekitar 75 m ; 2. Perikanan bubu
lepas pantai ( laut dalam), yang mana melibatkan kapal yang jauh lebih besar dan
berat dengan kedalaman hingga 730 m atau lebih. ( Baskoro et al., 2011).
Bubu lipat merupakan bubu (perangkap) yang terbuat dari rangkaian besi
yang dihubungkan dengan sebuah pengait utama yang juga berfungsi sebagai
pintu pembuka untuk mengambil hasil tangkapan. Biasanya bubu semacam ini
dioperasikan pada laut dengan kedalaman 2-3 meter. Bubu lipat berukuran lebih
kecil dari pada bubu dasar. Bubu lipat ini ditujukan untuk mempermudah
Bubu lipat merupakan alat tangkap yang bersifat pasif, dipasang menetap
tersebut mau masuk maka di dalamnya diberi umpan yang diikat supaya tidak
terbawa arus atau terjatuh dari bubu. Jenis penangkapan dengan menggunakan
bubu lipat dapat dilakukan sebagai mata pencaharian sambilan atau sebagai mata
Pengoperasian bubu dasar terletak pada dasar perairan yang biasanya perairan
berkarang dan fungsinya untuk menjebak ikan yang masuk agar tidak bisa keluar
dari bubu. Bubu lipat termasuk dalam klasifikasi alat tangkap perangkap (DKP,
2008).
merupakan perangkap kecil yang dapat dipasang dan diambil kembali oleh kapal
yang beroperasi. bubu secara luas digunakan di atas paparan benua diseluruh
dunia untuk menangkap bermacam- macam jenis crustacea dan ikan, dan juga
gurita dan kerang seperti whelks. Prinsip dasar dari semua bubu dan perangkap
adalah menarik spesies yang diinginkan ke dalam bubu tersebut, dan menyediakan
pintu masuk yang mudah akan tetapi dengan jalan keluar yang sulit.
Konstruksi bubu dasar memiliki rangka yang terbuat dari besi dan
biasanya dilapisi chrome agar tidak mudah karatan. Bahan jaring terbuat dari
1. Badan atau tubuh bubu : umumnya terbuat dari anyaman bambu yang
dari batu bata (bisa juga pemberat lain) yang berfungsi untuk
bubu.
2. Lubang tempat mengeluarkan hasil tangkapan : terletak pada sisi bagian
bagian depan badan bubu. Posisi mulut bubu menjorok ke dalam badan
semakin mengecil.
Hasil pengamatan alat tangkap bubu dasar dan bubu lipat pada praktikum
Bahan - - - PE - - -
jaring
Pemberat - - - - - - -
Funnel - - 12 Besi 2 - -
Sumber: Praktikum Metode Penangkapan Ikan 2013
panjang dari bubu 67,5 cm, lebar yang di miliki berkisar 40 cm, tinggi bubu dasar
49 cm. Memiliki dua mulut yang ukuran diameter sama yaitu 12 cm, jenis bahan
dari bubu dasar terdiri dari PE (polyethylen), dan besi. Jumlah mata yang ada di
bubu dasar pada bagian panjang berkisar 26 buah, lebar berkisar 11 buah dan
tinggi berkisar 9 buah. Mesh size pada bubu dasar berukuran 4,41 cm.
Bubu dasar adalah bubu yang daerah operasionalnya berada di dasar perairan.
Untuk bubu dasar, ukuran bubu dasar bervariasi, menurut besar kecilnya yang
lebar 50-75 cm, tinggi 25-30 cm. Untuk bubu besar dapat mencapai ukuran
panjang 3,5 m , lebar 2 m, tinggi 75-100 cm. Hasil tangkapan dengan bubu dasar
umumnya terdiri dari jenis – jenis ikan, udang kualitas baik seperti Kwe,
Bubu dibuat dari kerangka besi (kawat seng) tahan karat, kerangka
tersebut ditutup / disulam dengan jaring PE, benang D6 disulam sehingga jarak
antar jaring maupun dengan kerangka besi rapat dan kuat, mulut jaring bubu ada 2
terletak disisi kiri dan kanan. Bentuknya mengkerucut ke dalam dan berfungsi
sebagai jalan masuk rajungan, kepiting totol ataupun kerang (keong) dan lobster.
Rangka bubu dibuat tidak permanen dan dapat mudah untuk dibuka dan ditutup,
(Suseno, 2008).
b. hasil dan pembahasan
Bahan - - - PE - - -
jarring
Pemberat - - - - - - -
Bubu lipat pada praktikum yang kami amati pada praktikum Metode
Penangkapan Ikan ini memiliki panjang bubu 45 cm, lebar 30 cm, dan tingginya
sebesar 18 cm. Bubu lipat memiliki bahan jaring PE (polyethylen) dan material
dasar yand terbuat dari besi galfanis. Jumlah mata bubu berdasarkan panjang bubu
sebanyak 26, lebar bubu 18 dan tinggi bubu 10. Mesh size atau lebar tiap jaring
Konstruksi bubu lipat terdiri atas pintu masuk, badan, dan rangka. Pintu
masuknya hanya berupa celah. Bubu yang terbuat dari polyethyelene (PE) dengan
ukuran mata jaring 1 inchi dan sudut kemiringan lintasan 400 lebih mudah
dilewati kepiting. Pintu masuk bubu yang mudah dilewati kepiting berbentuk
empat persegi panjang dengan ukuran 30,5 x 5 cm. (FPIK IPB, 2012)
7.4. Gambar Konstruksi dan Desain Bubu Dasar dan Bubu Lipat
Keterangan :
1. Tempat umpan
2. Mulut tempat mengeluarkan ikan
3. Mulut tempat masuk ikan
7.4.2. Gambar desain bubu dasar
Sumber: http://m.olx.co.id/item/show/453523446
Keterangan:
tersebut didasarkan pada tempat yang diperkirakan banyak terdapat ikan demersal,
yang biasanya ditandai dengan banyaknya terumbu karang atau pengalaman dari
hidup ikan (ikan dasar, kepiting, udang, keong, belut, cumi-cumi, gurita atau
habitat perairan lainnya yang bias ditangkap dengan bubu) yang akan dijadikan
target tangkapan. Pemasangan bubu ada yang dipasang satu demi satu, ada juga
(hauling) ada yang dilakukan waktu pagi hari, siang hari, sore hari, sebelum
dahulu diberi umpan lalu dimasukkan ke dalam perairan. Kemudian (1-3 hari)
Dari tabel di atas terdapat hasil dari praktikum pengoperasian bubu dasar
yang kemudian kami melakukan setting pada pukul (-) WIB selama 14 detik,
hasil tangkapannya pada pukul 07.30 WIB selama 29 detik. Suhu udara pada saat
kedua sisi bagian atas, kemudian bubu dasar diberi pemberat berupa batu di satu
sisi bagian bawah. Bagian dalam bubu dasar diberi umpan berupa ikan segar.
dilakukan setelah bubu dasar direndam didalam air selama satu malam.
mencapai 30oC dan tercatat suhu udara mencapai 26oC terjadi perbedaan suhu
karena air merupakan salah satu media penyimpan suhu yang baik. Bubu dasar
kami letakan pada tempat yang sesuai dan sebelumnya telah dilakukan
pengangkatan alat tangkap (hauling). Tercatat posisi pada kompas untuk Teluk
mempermudah pencarian bubu di air saat hauling dilakukan. Batu yang digunakan
sebagai pemberat berguna untuk mempertahankan posisi bubu dasar agar tidak
atau diantara pemasangan bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau
dilakukan sore hari secara penangkapan dilakukan satu kali operasi penangkapan.
bubu (hauling) dilakukan pada pagi keesokan harinya. Dengan demikin lama
perendaman (soaking time) bubu adalah ±15 jam. Pengoperasian bubu dilakukan
dengan sistem tunggal pada kedalaman 1-5 meter. Metode pengoperasian untuk
semua jenis bubu biasannya sama, yaitu dipasang di daerah penangkapan yang
sudah diperkirakan adanya stok ikan seperti ikan dasar, udang, kepiting, keong,
cumi-cumi dan biota lainnya yang bisa ditangkap oleh bubu. Pemasangan bubu
ada yang dipasang secara tunggal dan juga ada yang beruntai (seperti
pemasangan, rawai).
dapat dimulai antara lain pemberian umpan, selanjutnya perahu berangkat menuju
daerah operasi (fishing ground) sambil mengamati kondisi perairan. selanjutnya
Bubu lipat dipasang di perairan karang (imersing) dan merupakan habitat ikan
karang. Ada dua cara dalam pengoperasian bubu lipat, Cara pertama, bubu lipat
dipasang secara terpisah (umumnya bubu berukuran besar), satu bubu lipat
bubu lipat ukuran kecil sampai sedang) dengan menggunakan tail utama, sehingga
cara ini dinamakan longline trap. Untuk cara kedua ini dapat dioperasikan
beberapa bubu lipat sampai puluhan bahkan ratusan bubu lipat. Biasanya
katrol. Tempat pemasangan bubu lipat biasanya dilakukan di perairan karang atau
bubu lipat yang kemudian kami melakukan setting pada pukul (-) WIB selama 14
pada saat setting dan immersing mencapai 26oC dan suhu perairan 30oC.
kedua sisi bagian atas, kemudian bubu lipat diberi pemberat berupa batu di satu
sisi bagian bawah. Bagian dalam bubu lipat diberi umpan berupa ikan segar. Bubu
mencapai 30oC dan tercatat suhu udara mencapai 26oC terjadi perbedaan suhu
karena air merupakan salah satu media penyimpan suhu yang baik. Bubu lipat
kami letakan pada tempat yang sesuai dan sebelumnya telah dilakukan
pelabuhan dan teluk awur yang dianggap dapat memudahkan dalam proses
pengangkatan alat tangkap (hauling). Tercatat posisi pada kompas untuk Teluk
mempermudah pencarian bubu di air saat hauling dilakukan. Batu yang digunakan
sebagai pemberat berguna untuk mempertahankan posisi bubu dasar agar tidak
berubah posisi karena adanya arus air laut. Sebab arus air dapat menghanyutkan
bubu.
Hasil tangkapan yang diperoleh pada alat tangkap bubu lipat adalah udang
ronggeng atau yang biasa juga disebut dengan udang lipan atau mentadak. Pada
alat tangkap bubu lipat ini juga terdapat jenis gastropoda. Sedangkan pada alat
tangkap bubu dasar tidak mendapatkan hasil tangkapan apapun. Hal ini
dijadikan target tangkapan bubu adalah ikan dasar, udang, kepiting, keong,
lindung, belut laut, cumi-cumi atau gurita baik yang masih hidup di perairan
Hasil penangkapan yang diperoleh pada bubu dasar tidak ada, hal ini
sesuai kriteria.
3. Kurangnya waktu perendaman (immersing), sebaiknya bubu didalam
Hal ini turut diperkuat oleh pendapat Martasuganda (2002), penyebab ikan
Hasil tangkapan pada alat tangkap bubu lipat terdapat udang ronggeng
serta beberapa gastropoda tetapi hasil ini tergolong jumlah yang sangat sedikit.
Hal ini terjadi dapat dikarenakan beberapa hal yang kurang mendukung dalam
Hal ini turut diperkuat oleh pendapat Mulyono (1986), yaitu berbagai
faktor penyebab kurang atau tidak adanya hasil tangkapan ikan pada bubu lipat di
antaranya:
1. Umpan. Umpan merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya
tersebut kurang cocok sebagai fishing ground karena pantai adalah area
kecil.
laksanakan, perendaman bubu kurang dari 1 hari dan hal ini merupakan salah
Membaring adalah salah satu cara untuk menentukan posisi suatu tempat
berdasarkan koordinat garis lintang dan garis bujur bumi. Kegiatan ini dilakukan
dengan cara menentukan arah atau sudut suatu benda dari kapal dengan
diperoleh sudut baringan dari dua target baringan yang dikenal dan terdapat di
peta laut serta dapat dilihat secara visual dengan atau alat bantu. Dengan mencari
titik potong dari perpanjangan kedua sudut tersebut diperoleh posisi kapal pada
: 0°0’30” + 9°0’0”
: 9°30’0”
a. Bubu dasar
Bs Pelabuhan : 310° + 9°
319°
199°
: 139°
: 19°
b. Bubu lipat
Bs Pelabuhan : 310° + 9°
319°
: 139°
: 19°
satelit yang berfungsi dengan baik. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang
mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat
penangkapan ikan alat tangkap bubu dasar dan bubu lipat, didapatkan hasil
sebagai berikut :
Sudirman, dan Achmar Mallawa. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta.
Jakarta.