Anda di halaman 1dari 15

1.

PENDAHULUAN

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PASIR

1.1 Latar Belakang


Bubu tambun adalah bubu berbentuk kurungan yang terbuat dari anyaman bambu, dengan mulut
berbentuk corong. Penamaan bubu tambun oleh nelayan karena pada saat pengoperasiannya bubu
tersebut ditimbun oleh batu karang, dengan maksud agar ikan tertarik untuk masuk ke dalam bubu.
pada bagian pintu pada bubu tambun bahan pembuatnya adalah tali PE yang dililitkan di sekitar pintu
bubu.
Keberadaan bambu sebagai bahan dasar bubu tambun belum dapat digantikan oleh bahan lain
sampai sekarang. Pertimbangan lain penggunaan bahan bambu adalah karena harga bambu yang
murah di bandingkan besi (kawat).
Bubu tambun yang digunakan nelayan biasanya berukuran besar dan kecil. Perbedaan terlihat dari
perbandingan panjang dan lebar bubu serta ukuran mulut bubu. Perbedaan ukuran bubu yang
digunakan nelayan bubu ini disebabkan karena adanya perbedaan daerah penangkapan. Perbedaan
ukuran bubu tersebut menyebabkan semua ikan yang berukuran kecil maupun besar masuk ke dalam
bubu. Salah satu upaya untuk mencegah ikan kecil tertangkap maka perlu di buat celah pelolosan
(escape gap).
Celah pelolosan (escape gap) merupakan celah yang dibuat pada bubu dengan letak, ukuran dan
bentuk tertentu. Escape gap ini berfungsi sebagai tempat ikan untuk meloloskan diri yang tidak menjadi
target penangkapan. Escape gape berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang layak tangkap di tinjau
dari segi biologis maupun segi ekonomis

1.2 Tujuan
Mengetahui selektivitas bubu dengan escape gap dan tanpa escape gap

1.3 Manfaat

Agar kita mengetahui perbandingan ukuran hasil tangkapan dengan escape gap dan tanpa escape
SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PASIR

gap
Agar kita mengetahui keunggulan dan kelemahan bubu yang menggunakan escape gap dan tanpa
escape gap berdasarkan ukuran hasil tangkapan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Pasir (Pentapodus trivittatus)


Ikan pasir mempunyai duri punggung berjari-jari keras 10, duri punggung lunak 9, duri anal 3, duri
anal berjari-jari lunak 7. Terdapat sisik kepala di depan atau hanya di depan pinggiran anterior mata.
Pada preoperkulum bagian bawah terdapat 2 atau 3 baris sisik. Sirip perut agak panjang, hampir
mencapai anus. Warna tubuh abu-abu gelap atau coklat zaitun, putih keperakan di bagian bawah.
Terdapat garis mata sedikit keperakan bercampur putih di moncong tepat di belakang hidung. Dasar
sirip dada berupa garis-garis hitam (Fish Base, 2010). Makanannya terdiri dari ikan-ikan kecil. Ikan ini
umumnya ditemukan di daerah dangkal berpasir dan daerah terumbu karang. Biasanya membentuk
schooling.

2.2 Deskripsi Alat Tangkap


Bubu adalah alat tangkap yang digolongkan dalam klasifikasi perangkap yang memudahkan ikan
memasukinya dan menyulitkan ikan untuk keluar (Von brandt, 1984). Bubu mempunyai satu atau dua
buah pintu masuk dan dapat dioperasikan dengan perahu atau tanpa perahu (Rumanjar , 2001).
Rounsefell dan Everhart di acu dalam Rumanjar (2001) menyatakan bubu sebagai alat tangkap yang

3
SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PASIR

efektif untuk menangkap organisme yang bergerak lambat di dasar perairan baik di laut maupun di
danau.

Bubu tambun merupakan salah satu alat tangkap bubu yang digunakan untuk menangkap ikan
karang. Alat tangkap ini termasuk ke dalam klasifikasi bubu dasar karena dioperasikan di dasar
perairan karang. Bahan pembuat bubu tambun hampir seluruhnya terbuat dari anyaman serutan
bambu yaitu bagian mulut dan badan bubu. Secara umum alat tangkap ini terdiri dari beberapa bagian
yaitu badan, mulut dan pintu. Badan bubu yang berongga merupakan tempat terkurungnya ikan. Mulut
bubu atau sering disebut ijeb berbentuk seperti corong yang merupakan pintu agar ikan masuk ke
dalam bubu dan tidak keluar. Pintu bubu merupakan bagian untuk mengambil hasil tangkapan (Subani
dan Barus, 1989).
Bubu dapat di buat dari berbagai macam bahan . Menurut Subani dan Barus (1989) bubu dapat
dibuat dari anyaman bambu, anyaman rotan atau anyaman kawat. Dalam martasuganda (2003)
terdapat bubu yang terbuat dari batang bambu, paralon, waring, anyaman bambu, keramik.

2.3 Klasifikasi
Subani dan Barus (1988), membagi bubu ke dalam tiga golongan, yaitu bubu dasar (ground
fishpot), bubu apung (floating fishpot), dan bubu hanyut (drifting fishpot).
a) Bubu Dasar (ground fishpot)
Bubu dasar merupakan bubu yang diopersikan di dasar perairan. Ukuran bubu dasar
bervariasi dan dibuat berdasarkan kebutuhan. Menurut ukurannya, bubu dasar digolongkan kedalam

dua kelompok, yaitu bubu kecil dan bubu besar. Bubu kecil umumnya berukuran panjang 1 m, lebar
SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PASIR

0.50-0.75 m, dan tinggi antara 0.25-0.30 m. Adapun bubu besar dapat mencapai ukuran panjang 3.5 m,
lebar 2 m, dan tinggi 0.751 m. Bubu dasar dioperasikan di perairan karang, berpasir atau berlumpur.
Nelayan biasanya melengkapi bubu dengan pelampung tanda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
menemukan bubu ketika akan dilakukan hauling, yang termasuk ke dalam bubu dasar misalnya, bubu
tambun.

b) Bubu Apung (Floating Fishpot)


Bentuk bubu apung ada yang silindris dan ada pula yang berbentuk seperti kurung-kurung. Bubu
apung dilengkapi dengan pelampung dari bambu. Dalam pengoperasiannya ada pula bubu yang
diikatkan pada rakit bambu, kemudian rakit bambu tersebut dirangkai dan diikatkan pada jangkar.
Panjang tali jangkar tergantung dari kedalaman perairan, namun panjang tali pada umumnya 1.5 kali
dalam perairan.

c) Bubu Hanyut (Drifting Fishpot)


Dalam operasional penangkapannya bubu ini dihanyutkan, sehingga dinamakan bubu hanyut.
Bubu hanyut yang umumnya dikenal dengan sebutan pakaja, luka, atau patorani. Pakaja atau
luka artinya sama yaitu bubu, sedangkan patorani karena ia dipergunakan untuk menangkap ikan
torani, tuingtuing, atau ikan terbang (flying fish). Pakaja merupakan bubu ukuran kecil, berbentuk
silindris dengan panjang 0.75 m. Pada saat operasi penangkapan dilakukan, bubu ini disatukan
menjadi beberapa kelompok.

2.4 Konstruksi bubu


Konstruksi bubu yang digunakan oleh nelayan merupakan warisan turun
temurun. Selain itu, ada juga kontruksi yang merupakan hasil introduksi dari nelayan

asing. Konstruksi ini disesuaikan dengan karakteristik daerah penangkapan dan

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PASIR

tingkah laku ikan yang menjadi target tangkapan.


Schlack dan Smith (2001) menyatakan bahwa bubu terdiri dari:
a) Rangka
Rangka dibuat dari material yang kuat dan dapat mempertahankan bentuk bubu ketika
dioperasikan dan disimpan. Pada umumnya rangka bubu dibuat dari besi atau baja. Namun demikian
dibeberapa tempat rangka bubu dibuat dari papan atau kayu. Rangka beberapa jenis bubu dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat dilipat ketika bubu tersebut tidak dioperasikan. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah ketika bubu tersebut disimpan di atas kapal. Beberapa jenis bahan seperti bamboo
digunakan sebagai rangka pada bubu loster (Brandt, 1984). Di Indonesia bubu untuk menangkap ikan
karang sebagian besar terbuat dari besi, karena biasanya untuk menangkap ikan karang diperlukan
bubu dengan ukuran besar. Bahkan untuk bubu tambun, hampir seluruhnya terbuat dari bamboo
(Susanti, 2005).

b) Bahan
Bahan yang digunakan oleh nelayan untuk membuat badan bubu sangat tergantung pada
ketersediaan bahan pembuat di lokasi pemukiman nelayan. Di Indonesia bubu masih banyak yang
terbuat dari bahan alami seperti bambu, kayu, maupun rotan. Hal ini terlihat pada bubu tambun yang
bahan utamanya adalah bambu (Nugraha, 2008). Selain bahan alami, bahan sisntetis juga digunakan
dalam membuat bubu.
Badan bubu banyak yang terbuat dari jaring, kawat yang dianyam, bahkan ada yang terbuat dari
plastik. Adapun rangka bubu umumnya terbuat dari baja atau besi (Sainsbury, 1996). Bubu yang
terbuat dari kawat pada umumnya berukuran relatif lebih besar jika dibandingkan dengan bubu yang
terbuat dari jaring. Hal ini dikarenakan target tangkapan bubu ini merupakan ikan-ikan dasar yang
berukuran besar yang ada di daerah karang.

Baskoro (2006) menambahkan bahwa banyak jenis bahan atau material yang digunakan untuk
SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PASIR

membuat bubu, hal ini tergantung dari tujuan penangkapan dan juga dimana perangkap tersebut akan
dioperasikan. Bahan atau material yang umum digunakan untuk membuat bubu adalah bambu, rotan,
kawat, jaring, tanah liat, plastik dan lain sebagainya.
Untuk bubu laut dalam biasanya digunakan rangka berupa besi massif (kokoh). Hal ini bertujuan agar
bubu dapat bertahan dengan baik selama dioperasikan di dalam air. Karena sebagaimana kita ketahui
keadaan arus di dasar perairan relatif lebih kuat dari pada di perrmukaan. Dewasa ini, penggunaan
material bubu yang ramah lingkungan sangat dianjurkan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko
ghost fishing akibat hilangnya alat tangkap ketika dioperasikan.

c) Badan
Badan pada bubu yang modern biasanya terbuat dari kawat, nylon, baja, bahkan plastik.
Pemilihan material badan bubu tergantung dari kebudayaan atau kebiasaaan masyarakat setempat,
kemampuan pembuat dan ketersediaan material, serta biaya dalam pembuatan. Selain itu, pemilihan
material tergantung pula pada target hasil tangkapan dan kondisi daerah penangkapan. Dibeberapa
tempat masih dijumpai badan bubu yang terbuat dari anyaman rotan dan bambu.

d) Mulut
Salah satu bentuk mulut pada bubu adalah corong. Lubang corong bagian dalam biasanya
mengarah ke bawah dan dipersempit untuk menyulitkan ikan keluar dari bubu. Jumlah mulut bubu
bervariasi ada yang hanya satu buah dan ada pula yang lebih dari satu.

2.5 Selektivitas
Selektivitas alat tangkap di definisikan sebagai kemampuan alat tangkap untuk menangkap ikan
dengan spesies tertentu dan ukuran tertentu (Kitahara, 1970). Namun, sulit menentukan alat tangkap

yang dapat menyeleksi spesies berdasarkan ukuran karena variasi berbagai jenis ikan yang sangat
SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PASIR

tergantung kepada kelimpahan, habitat, distribusi ikan dan jenis alat (Lokkerberg and Bjordal,1992).
Oleh karena itu, selektivitas alat tangkap harus ditekankan kepada ukuran ikan yang tertangkap (size
selectivity) (Millar and Fryer, 1999 ; Millar and Walsh, 1992 ; Millar and Holst, 1997). Willeman et al
(1996) dan Hamley (1975) mendeskripsikan bahwa selektivitas adalah proporsi ikan pada spesies dan
populasi tertentu yang tertangkap pada ukuran tertentu. Untuk meningkatkan selektivitas tersebut
dapat di gunakan escape gap pada alat tangkap tersebut, dimana escape gap tersebut harus memiliki
kriteria, yaitu :
Mengurangi hasil tangkapan yang berukuran kecil
Hasil tangkapan ekonomis tidak menurun secara signifikan
Tidak memerlukan biaya besar
Kegunaan dari escape gap tersebut dalam selektivitas adalah :

Mengurangi hasil tangkapan sampingan


Memperbaiki stok sumberdaya
Mengurangi waktu penyortiran
Mencegah timbulnya embargo pada produk perikanan

2.6 Faktor-faktor selektivitas


Perbedaan selektivitas alat tangkap di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor external dan
faktor internal. Faktor external adalah faktor di luar alat tangkap yang berperan dalam menentukan
selektivitas alat tangkap diantaranya adalah bentuk tubuh ikan dan tingkah laku ikan sedangkan faktor
internal adalah faktor-faktor pada alat tangkap yang menentukan selektivitas alat tangkap tersebut.
Faktor- faktor internal tersebut terdiri dari :

a) Ukuran Mata Jaring (Mesh Size)

Ukuran mata jaring sering digunakan sebagai instrumen untuk menyeleksi ikan berdasarkan ukuran.
SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PASIR

Dalam penelitian mengenai selektivitas alat tangkap L 50 merupakan parameter penting yang
menunjukkan ukuran spesies yang tertangkap. Makna L 50 adalah bahwa peluang tertangkapnya
spesies yang mempunyai panjang L pada alat tangkap dengan mata jaring tertentu adalah 50%.
Parameter ini di gunakan untuk menilai kelayakan sebuah alat tangkap dengan ukuran mata jaring
tertentu untuk menangkap ikan.

b) Bentuk Mata Jaring (Mesh Shape)


Bentuk mata sebuah jaring di tentukan oleh hanging ratio (Prado,1990). Hanging ratio sebuah mata
jaring berkisar 0 sampai 1. Pada umumnya bentuk mata jaring adalah seperti permata ( diamond
shaped) dengan hanging ratio 0,3-0,6. Saat ini bentuk mata jaring beraneka ragam seperti bentuk
kotak (square mesh), empat persegi panjang (rectangular shape) maupun hexagonal (Bohnsack et al,
1989 ; Miller, 1995). Bentuk mata jaring di gunakan sebagai salah satu instrumen untuk mengurangi
hasil tangkapan spesies yang berukuran kecil.

c) Celah Pelolosan (Escape gap)


Pada penangkapan berbagai jenis ikan karang untuk tujuan komersil mempunyai ukuran panjang
dan lebar minimum yang legal sesuai dengan peraturan. Meskipun begitu masih banyak menghasilkan
hasil tangkapan di bawah ukuran yang boleh di tangkap sehingga harus di kembalikan ke perairan.
Hasil tangkapan yang masih di bawah ukuran dapat kehilangan anggota tubuhnya, kedapatan
menderita, dapat mengurangi perkembangan pertumbuhannya dan dapat meningkatkan angka
kematian. Permasalahan ini dapat di kurangi dengan bantuan escape gap (Treble et al, 1997).
Escape gap merupakan celah yang diguanakan oleh spesies untuk meloloskan diri. Celah ini juga
berfungsi mengurangi hasil tangkapan yang kecil tertangkap, meningkatkan jumlah tangkapan spesies
yang berukuran komersil dan mengurangi kerusakan anggota tubuh (Brown, 1982).

9
SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PASIR

3. METODOLOGI

3.1 Pengambilan Data


Pada percobaan alat tangkap bubu, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan bubu yang
mempunyai dimensi yang sama (ukuran mulut dan konstruksi) sedangkan perbedaannya terletak pada
ukuran mata jaring yang digunakan atau keberadaan celah pelolosan. Bubu dengan ukuran mesh size
lebih kecil maupun tanpa celah (apabila penelitian dilakukan untuk menganalisa selektivitas bubu
dngan celah pelolosan) berfungsi sebagai alat tangkap kontrol sedangkan bubu dengan mesh size
lebih besar maupun bubu dengan celah pelolosan berfungsi sebagai alat uji coba (tested gear)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

1
0

Berdasarakan total ikan pasir yang tertangkap maka dapat dilihat bahwa persentase ikan pasir yang
SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PASIR

banyak tertangkap adalah ikan pasir yang berukuran 19 cm yaitu sekitar 23,1 %.
Tabel 1
Panjang
12,63
13,76
14,89
16,02
17,15
18,28
19,41
20,54
21,67
22,8
23,93
Total
Persentase
Tidak layak tangkap

cover net
9
4
26
55
64
55
39
17
1
0
0
270
100
7

jumlah hasil
cod end
0
0
0
3
23
64
123
110
75
34
0
432
97,41
0

total
9
4
26
58
87
119
162
127
76
34
0
702
98,85
7

Berdasarkan data diatas kita dapat melihat bahwa peluang tertangkapnya ikan yang beukuran 19
adalah adalah 50 %, ikan yang mempunyai ukuran 18 cm mempunyai peluang tertangkap 25% dan
ikan yang mempunyai ukuran 20 cm mempunyai peluang tertangkap 75% dan jika dibandingkan
dengan total ikan yang banyak tertangkap yaitu pada ikan yang berukuran 19 cm maka dapat
dibuktikan bahwa proporsi hasil tangkapan sesuai dengan selektivitas.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel 1 kita dapat melihat persentase ikan terbanyak tertangkap berbagai ukuran
adalah ikan yang di tangkap menggunakan bubu tanpa escape gap. Dimana jumlah tangkapan pada
bubu dengan escape gap adalah 432, tanpa escape gap 270 dan total hasil tangkapan adalah 702 dan
total ikan tidak layak tangkap pada bubu tanpa escape gap adalah 7 ekor.

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PASIR

1
1

DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, M.D. 2010. Penuntun Praktikum Teknologi Alat Penangkapan Ikan.
Pemanfaatan sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Martasuganda, Sulaeman.2003. Bubu (Traps). Bogor

Departemen

: Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Miller, R.J. 1990. Effectivness af Crab and Lobster Traps. Can. J. Fish. Aquat. Sci., 47:1228-1251.
Monintja, D.R, M.F.A, Sondita, C. Nasution, H.R. Barus, W. Mawardi, dan Zulkarnain. 1999. Studi Alat
Tangkap Berwawasan Lingkungan. Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasikan),
Bogor. 61 hal.
Sparre, Per and E. Ursin. 1989. Introduction to Tropical Fish Stock Assessment Part I-Manual. FAO of
The United Nation. Rome

1
2

Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian
SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PASIR

Perikanan Laut Vol II No.2. Jakarta : Balai Riset Perikanan Laut, Departemen Pertanian.
Von Brandt, A. 1984. Fish Catching Methods of The World. Fishing News Books. Ltd, London. 190 hal.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya
sehingga penyasaduran makalah perikanan tentang Selektivitas Alat
Tangkap Bubu Tambun Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Pasir
dapat di selesaikan pada waktunya
Penulis juga mengucapkan bayak terima kasih kepada Koordinator
Penyuluh Perikanan Kota Ternate atas masukan dan sarannya serta
teman-teman Penyuluh yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam
penyaduran

makalah ini.dan tidak lupa pula penyadur menghaturkan

terimakasih

kepada

semua

pihak

yang

turut

membantu

1
dalam
3

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PASIR

penyaduran makalah ini


penyadur menyadari bahwa makalah ini masih di temui beberapa
kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat di harapkan guna perbaikan saduran ini di kemudian
hari, semoga apa yang tersaji dalam saduran ini dapat bermanfaat bagi
kita semua amin.
TERNATE, JANUARI 2015
PENYULUH PERIKANAN

Saiful Sanifu,S.pi

ii

NIP:197607232008011007

iii
1
1
2
2

DAFTAR ISI

2
2
3
4

KATA PENGANTAR ..
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
I.I.

III.

................................................................................................

6
7

Latar Belakang.....................................................................................................

10

1.2.

Tujuan ......................................................................................................

10

1.2.

Manfaat ........................................................................................................ 11

TUAJUAN PUSTAKA ............................................................................................. 11


12

2.1.

Ikan Pasir ...................................................................................................

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PASIR

IV.

2.2.

Deskripsi Alat Tangkap ............. ..................................................................

2.3.

Klasifikasi ....................................................................................................

2.4.

Kontruksi Bubu ...........................................................................................

2.5.

Selektifitas ...................................................................................................

2.6.

Faktot-Faktor Selektifitas .............................................................................

METODOLOGI.......... .............................................................................................
3.1.

V.

1
4

Pengambilan Data .......................................................................................

HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................


5.1.

Hasil ............................................................................................................

5.2.

Pembahasan ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN


IKAN PASIR
(Pentapodus trivittatus)

DI SADUR

OLEH

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PASIR

SAIFUL SANIFU SPI


NIP :19760723200801 1 007

PENYULUH PERIKANAN
TAHUN 2015

1
5

Anda mungkin juga menyukai