Anda di halaman 1dari 14

IV.

PERAWAI DAN TUNA LONG LINE

41. Pengertian Umum dan Klasifikasi Perawai dan Tuna Long Line 4.1.1. Pengertian umum dan klasifikasi perawai

4.1.1.1. pengertian umum perawai Menurut Sadhori (1985), perawai merupakan salah satu alat penangkap ikan yang terdiri dari rangkaian tali-temali yang bercabang-cabang dan pada tiap-tiap ujung cabangnya dikaitkan sebuah pancing. Secara teknis operasional perawai termasuk dalam jenis perangkap, karena dalam operasionalnya tiap-tiap pancing diberi umpan yang tujuanya untuk menarik ikan sehingga ikan memakan umpan tersebut dan terkait oleh pancing. Secara material ada yang mengklasifikasikan perawai termasuk dalam golongan penangkap ikan dengan tali line fishing karena bahan utama untuk perawai ini terdiri dari tali-temali. 4.1.1.2. klasifikasi perawai Menurut Sadhori (1985), ada berbagai macam bentuk perawai yang secara keseluruhan dapat dikelompokkan dalam kelompok sebagai berikut: 1. Berdasarkan letak pemasangan di perairan, dibagi menjadi: a. Rawai permukaan (surface long line); b. Rawai pertengahan (midwater long line); c. Rawai dasar (bottom long line). 2. Berdasarkan susunan mata pancing pada tali utama, dibagi menjadi: a. Rawai tegak (vertical long line); b. Pancing ladung; c. Rawai mendatar (horizontal long line).

3. Berdasarkan jenis-jenis ikan yang ditangkap, dibagi menjadi: a. Rawai tuna (tuna long line); b. Rawai albacore (albacore long line); c. Rawai cucut (shark long line). Perawai terdiri dari sejumlah mata kail yang dipasangkan pada panjangnya tali yang mendatar. Tali yang mendatar ini merupakan tali pokok atau utama (main line) dari suatu rangkaian pancing-pancing perawai. Pada tali utama terdapat tali-tali pendek yang disebut tali cabang (branch line). Menurut bentuk, sasaran dan cara penangkapannya perawai termasuk dalam jenis bottom set long line. Cara penangkapannya yaitu pancing ini dilepas atau dilabuhkan sampai posisinya dapat mendasar (Mulyono, 1986). Menurut Sadhori (1985) persyaratan daerah operasi perawai yaitu: 1. Pantai yang keadaannya landai; 2. Kedalamanya merata; 3. Bersih dari tonggak atau kerangka kapal yang rusak; 4. Terhindar dari kesibukan lalulintas perahu. Penangkapan dengan perawai dapat dilaksanakan pada waktu siang atau malam hari. Kegiatan operasi yang dilaksanakan pada waktu malam hari, setelah perawai dilepas kedalam air, perahu biasanya berhenti dan membuang jangkar, dengan demikian perahu dan pancingnya tidak terpengaruh oleh arus atau angin. Penangkapan yang dilakukan menggunakan perawai dilakukan pada waktu siang hari, karena daerah penangkapan dan lalu lintas perahu dapat terlihat jelas maka penangkapan ditempuh dengan cara menghanyut atau drift (Mulyono, 1986).

4.1.2.

Pengertian umum dan klasifikasi tuna long line

4.1.2.1. pengertian umum tuna long line Menurut Sudirman (2004), tuna long line adalah salah satu bagian dari rawai yang didasarkan atas jenis ikan yang ditangkap, dalam hal ini ialah ikan Tuna. Tuna long line atau yang disebut dengan rawai tuna merupakan jenis rawai yang paling terkenal. Meskipun dalam kenyataanya bahwa hasil tangkapannya bukan hanya ikan Tuna, tetapi juga berbagai jenis ikan lain seperti ikan Layaran, ikan Hiu dan lain-lain. Rawai tuna tergolong rawai hanyut (drift long line) tetapi umumnya hanya disebut tuna long line saja. Industri pancing ini dalam perikanan termasuk penting dan produktivitasnya tinggi. Satu perangkat rawai tuna bisa terdiri dari ribuan mata pancing dengan panjang tali mencapai puluhan km (15 - 75 km). Rawai tuna termasuk alat tangkap yang besar, oleh karena itu, untuk memudahkan penyusunan atau pengaturannya rawai jenis ini dibagi dalam satuan-satuan. Tiap satuan tersebut biasanya disimpan dalam sebuah keranjang dari bambu dan lebih dikenal sebagai satu basket. Istilah ini dipakai karena dalam sejarah perkembangannya pada mulanya satu kelompok alat yang berhubungan menjadi satu ditempatkan secara terpisah di dalam keranjang bambu. Bagian-bagian kelompok alat tersebut dihubungkan dengan kelompok lainnya sehingga merupakan satu rangkaian yang panjang sekali tergantung dari jumlah basket. Tiap satuan mulai dari pangkal sampai akhir mempunyai susunan yng sama. Tiap kapal rawai tuna umumnya membawa seperangkat rawai yang terdiri dari beberapa satuan (basket) tergantung dari besar-kecilnya kapal yang dipergunakan (Subani, 1989).

4.1.2.2. klasifikasi tuna long line Dilihat dari segi kedalaman operasi (fishing depth) tuna long line dibagi dua yaitu: 1. Tuna long line pada perairan yang bersifat dangkal (subsurface). Pada tuna long line jenis ini dalam satu basket rawai diberi sekitar 5 pancing; 2. Tuna long line pada perairan yang bersifat dalam (deep). Pada tuna long line jenis ini dalam satu basket rawai diberi sekitar 11 - 13 pancing sehingga lengkungan tali utama menjadi lebih dalam. Seperti halnya pada alat penangkap ikan lainya, satu unit alat tangkap tuna long line terdiri dari kapal yang dirancang khusus, alat tangkap dan crew. Bagian belakang kapal-kapal tuna long line modern telah dirancang dengan baik untuk memudahkan operasi dan pengaturan alat tangkap. Alat tangkap ini sendiri pada umumnya terdiri dari pelampung, bendera, tali pelampung, main line, branch line, Pancing, wire leader (Sudirman, 2004).

42. Teknik Pengoperasian Perawai dan Tuna Long Line 4.2.1. Teknik pengoperasian perawai Menurut Sudirman (2004), cara pengoperasian perawai adalah sebagai berikut: 1. Mula-mula pengapung pertama diikatkan dengan talinya, begitu pula batu pemberatnya; 2. Setelah itu perahu dijalankan, sementara itu pancing demi pancing ditanggalkan dari tempat penyimpanan, kemudian mata pancing diberi umpan yaitu ikan yang sudah terpotong-potong, setelah itu dilemparkan ke dalam air;

3. Tali cabang diikatkan pada tali utama; 4. Sementara perahu masih tetap berjalan, tali cabang diulur sampai panjang yang dibutuhkan terpenuhi. Setelah itu kapal/perahu dapat dihentikan; 5. Rangkaian pancing oleh nelayan dibiarkan hanyut oleh arus dan angin bersama perahu dalam waktu yang tidak ditentukan. Penarikan rangkaian pancing atau hauling dilakukan 2 - 3 kali, dengan cara: a. Tali cabang dengan perlahan-lahan ditarik ke dalam perahu, setelah penarikannya sampai pada pelampung, untuk penarikan selanjutnya dilakukan dengan cara menarik tali utamanya; b. Ikan-ikan yang tertangkap dilepaskan dari kaitannya. Pada saat praktikum yang dilakukan oleh kelompok kami, cara penggunaan perawai yang dilakukan hampir sama dengan langkah-langkah yang di atas yang membedakan hanyalah waktu penggunaannya yang lebih singkat. Saat melakukan persiapan (setting) waktu yang dibutuhkan 12 menit, perendaman rawai (immersing) selama 20 menit dan penarikan rawai (hauling) selama 10 menit. 4.2.2. Teknik pengoperasian tuna long line Cara pengoperasian alat tangkap tuna long line : 1. Mula-mula kita siapkan semua peralatan yang telah disiapkan dan tiba pada suatu fishing ground yang telah ditentukan; 2. Setting diawali dengan penurunan pelampung bendera dan penebaran tali utama, selanjutnya dengan penebaran pancing yang telah dipasang umpan. Rata-rata waktu yang dipergunakan untuk melepas pancing 0,6 menit per pancing. Pelepasan dilakukan menurut garis yang menyerong atau tegak

lurus. Waktu melepas pancing biasanya waktu tengah malam, sehingga pancing telah terpasang waktu pagi saat ikan sedang giat mencari mangsa; 3. Penarikan alat tangkap dilakukan jika telah berada dalam air selama 3 - 6 jam. Penarikan dilakukan dengan menggunakan line hauler yang diatur kecepatannya. Lama penarikan alat tangkap sangat ditentukan oleh banyaknya hasil tangkapan dan cuaca. Penarikan biasanya memakan waktu 3 menit per pancing. Saat praktikum langkah yang digunakan hampir sama dengan langkah diatas, yang berbeda hanyalah perendaman alat tangkap yaitu hanya sekitar 20 menit. Hal tersebut dikarenakan oleh terbatasnya waktu praktikum.

43. Analisa Hook Rate Analisa hook rate ini digunakan untuk mengetahui presentase hasil tangkapan yang diperoleh dengan membagi jumlah tangkapan yang didapat dengan jumlah mata pancing yang digunakan. Perhitungan hook rate berdasarkan hasil praktikum kelompok kami adalah sebagai berikut: Diketahui : Jumlah ikan yang tertangkap =1

Jumlah mata pancing yang digunakan = 77 Ditanya :

Hook rate? Jawaban :

Jumlah ikan yang tertangkap Jumlah mata pancing Hook rate = x 100 % 1 = 77 x 100 %

1,3 %

44. Analisa Hasil Tangkapan Pada kegiatan ini kelompok kami hanya mendapatkan satu ekor ikan, yaitu ikan Ekor Kuning (Chysiptera parasema), jadi nilai hook rate yang didapat adalah 1,3 %. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan dalam usaha penangkapan adalah masalah umpan termasuk jenis umpan dan waktu yang relatif singkat yang dilakukan pada siang hari. Jenis-jenis umpan harus disesuaikan dengan kesukaan ikan yang akan ditangkap agar ikan tersebut mau menyambar umpan yang dipasang seperti umpan ikan Juwi (Sardinella gibbosa). Ikan yang digunakan adalah ikan mati tetapi dalam keadaan segar dan utuh, untuk mempertahankan kondisi umpan yang demikian, maka ikan tersebut disimpan dalam palka pendingin atau di es. Pada umumnya, nelayan beranggapan daripada cumi digunakan untuk umpan lebih baik dikonsumsi sehingga nelayan banyak menjualnya. Daerah penangkapan ikan dengan rawai sangat luas karena umumnya ikan-ikan yang tertangkap rawai adalah ikan-ikan besar sehingga daerah penyebarannya (migrasi) sangat jauh dan penurunan rawai harus diusahakan memotong arus karena ikan-ikan mempunyai kebiasaan berenang menentang arus dan hasil yang diperoleh juga akan banyak, tetapi pada saat praktikum ikan yang tertangkap termasuk ikan demersal.

4.5. Gambar Konstruksi dan Desain Perawai dan Tuna Long line 4.5.1. Gambar konstruksi perawai

2 3 4 5 6

Keterangan gambar: 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pelampung penanda Tali utama (main line) Pelampung Tali cabang (branch line) Mata pancing (hook) Pemberat

4.5.2. Gambar desain perawai

Plastik ? 15,7cm ?=2

PE 35,5m ? 0,38cm ~ Z ?=2 PE, 316,8m, ? 0,128cm, ~ Z,

198cm
PA 74cm ? 0,09cm ?=160

No 8 ? = 160 Batu
? 8,64cm

?=3

0,1cm

0,1cm

1,8cm
0,3cm

0,3cm

0,4cm

Keterangan gambar: 1. Mata (eye) 2. Tangkai/batang (shank) 3. Ujung kail (point) 4. Celah (gab) 5. Kait balik (barb) 6. Lengkung (bond)

Gambar konstruksi tuna long line

4.5.4. Gambar desain tuna long line

Anda mungkin juga menyukai