Anda di halaman 1dari 19

POLE AND LINE

1. Definisi Alat Tangkap

Pole / Rod and line atau disebut biasa juga dengan “pancing gandar” karena pancing

ini menggunakan gandar, walesan, joran atau tangkal ( rod or pole ). Jadi semua pancing

yang menggunakan gandar sebenarnya adalah pole and line, walaupun terakhir salah kaprah

karena sebutan pole and line hanya untuk penagkapan cakalang. Pada pengoperasiannya ia

dilengkapi dengan umpan, baik umpan benar ( true bait ) dalam bentuk mati atau hidup

maupun umpan tipuan ( imitasi ).

2. Sejarah alat tangkap

Ikan tuna sudah dikenal manusia sejak zaman batu, hal ini dibuktikan dengan

ditemukannya alat penangkap ikan dengan menggunakan pancing dari tanduk dan perahu

jukung kuno. Pada awalnya pole atau gandar terbuat dari bahan tradisional seperti bambu

atau kayu namun seiring dengan kemajuan zaman, bahan pole atau gandar berkembang

sehingga terbuat dari metal atau fiberglaas.

Di Jepang, pancing pertama dikenalkan pada abad 8 yang terbuat dari metal, dan

kemudian ditemukan jaring untuk skipjack atau cakalang pada abad 12. Pada awalnya

penangkapan ikan menggunakan pole and line menggunakan perahu jukung kemudian

berkembang menjadi perahu dayung, perahu layar dan akhirnya berkembang menjadi kapal

layar besar pada abad 19. Dan sekarang kapal pole and line sudah menggunakan

mesin/motor yang modern.

3. Prospektif Alat Tangkap

Seperti yang telah diketahui Indonesia memiliki lautan yang sangat luas, meliputi

kurang lebih duapertiga dari seluruh luas wilayah negara. Disamping itu sebagai negara

kepulauan Indonesia memiliki  13.607 buah pulau. Dan memiliki kuranglebih 90.000 km

garis pantai. Lautan Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa, beriklim tropis ternyata
membawa konsekuensi kaya akan jenis-jenis maupun potensi sumberdaya perikanan. Untuk

ikan saja diperkirakan ada 6000 jenis dimana 3000 jenis diantaranya telah diidentifikasikan

Sehubungan dengan hal diatas, penggunaan pole and line di Indonesia masih

memiliki kesempatan yng besar karena wilayah Indonesia masih menyimpan potensi yang

besar untuk perikanan tangkap, yaitu sekitar 1,8 juta ton pertahun (Kompas; 3-04-04 )

terutama di wilayah timur Indonesia seperti laut Arafura, laut Seram, laut Banda, dan laut

Flores serta perairan lainnya seperti Laut Cina Selatan, Samudera Pasifik dan Lautan

Hindia.Namun demikian perlu adanya kewaspadaan akan terjadinya pencurian ikan oleh

pihak asing. Menurut harian Kompas ( 3-04 2004 ), pada tahun 2003 sebanyak 144 kapal

ikan asing tertangkap di perairan Indonesia dan 28 kapal diantaranya berada di Kalbar. Dan

salah satu kelemahan utama penegakan hukum dilaut, menurut Rohmin adalah terlalu

lemahnya proses hukum.

4. Konstruksi umum

Pole and line terdiri dari gandar yang bisanya terbuat dari bambu ( bamboes pole),

tali pancing dan mata pancing. Bentuk kapal pole and line memiliki beberapa kekhususan

antara lain :

• Bagian atas dek kapal bagian depan terdapat plataran ( flat form ) yang digunakan

sebagai tempat memancing.

16. Dalam kapal harus tersedia bak-bak untuk penyimpanan ikan umpan yang masih hidup.

7. Pada kapal pole and line ini harus dilengkapi sistem semprotan air ( water splinkers

system ) yang dihubungkan dengan suatu pompa.

Sedangkan tenaga pemancing jumlahnya bervariasi misalnya saja untk kapal ukuran

20 GT dengan kekuatan 40-60 HP, tenaga pemancingnya berjumlah 22-26 orang, dengan

ketentuan sebagai berikut 1 orang sebagai kapten, 1 motoris, 1-2 orang pelempar umpan, 1

orang sebagai koki dan sisanya sebagai pemancing.


Gambar diatas dek kapal pole and line yang sedang operasi

5. Detail konstruksi

Panjang galah biasanya tergantung ukuran perahu yaitu semakin besar ukuran

perahu yang digunakan, ukuran gandar / joran juga semakin panjang dan terbuat dari bambu

maupun fiberglass karena ringan dan lentur Tali utama terbuat dari bahan nylon

monofilament warna merah atau hijau dan panjangnya  2/3 dari panjang galah/ gandar.

Mata pancing untuk pole and line ini ada 2 macam yaitu yang berkait balik dan tidak

berkat balik, namun yang sering digunakan adalah yang tidak berkait balik. Mata pancing ini

diselipkan seakan akan disembunyikan pada umpan tiruan / palsu, sehingga tidak secara

langsung kelihatan menyolok. Untuk mata pancing yang berkait balik memakai umpan, yaitu

umpan hidup atau masih segar. Penggunaan mata pancing ini hanya dilakukan kalau

nantinya ikan yang akan ditamgkap tidak suka menyambar umpan tiruan.

6. Karakteristik

Pole and line atau pancing gandar ini memiliki beberapa jenis antara lain mackerel

pole and line, skipjack pole and line dan squid pole and line atau pole and line untuk cumi-

cumi. Dan berikut ini dalah penjelasannya:

a. Mackerel pole and line

Untuk di Jepang metode pemancingan ikan makarel yang efisien pada malam hari. Berat

kapal sekitar 1-50 ton.Lama pelayaran dari satu malam hingga dua minggu. Nelayan
lebih suka menggunakan galah bambu, buatan jepang, karena ringan dan lentur. Jarak

galah biasanya 1,5 sampai 2 meter panjangnya tergantung ukuran perahu. Tali utama

panjangnya hampir sama dengan panjang galah. Pengait atau ikan yng dipasang pada

mata pancing dihubungkan dengan tali utama oleh tali mata pancing sepanjang 10-15 cm

dan warnanya sama dengan tali utama. Ada dua jenis umpan ( untuk pengait dan untuk

ditabur ) umpan untuk pengait yaitu terbuat daridaging makarel bagian luar dengan lebar

10mm, panjang 50-60 mm, dan tebal 2 sampai 3 mm. Untuk pemasangannya , bagian

kulit di sisi dalam sedangkan bagian daging di sisi luar.

b. Skipjack pole and line

Pemancingan skipjack dengan pole and line di perairan jepang menggunakan tangkai

bambu dengan panjang 4,5 sampai 6 meter unuk di jepang dan 3,5 sampai 4 meter untuk

di kep pasifik dan Tahiti. Pada kapal skipjack ini biasanya memiliki banyak awak kapal

namun dengan ditemukannya mesin untuk penangkapan cakalang maka mengurangi

sejumlah awak kapal. Mesin yang digunakan untuk tiap-tiap kapal antara 4 sampai 12

unit mesin. Mesin ini dirancang untuk melakukan gerakan sebagai mana yang dilakukan

nelayan, contohnya untuk menarik ikan dengan cara gerakan vertikal dari tangkai dan

untuk membuka tangkapan ikan.

Sedangkan untuk ukuran kapal bervariasi antara 20 sampai 500 GT. Kapal yang

berukuran lebih dari 70 GT terbuat dari baja, sedangkan yang kurang dari 60 GT terbuat

dari fiberglass. Umpan hidup dari jenis ikan sardin sangatlah diperlukan, agar sardin

tersebut teap hidup untuk masa 50-60 hari sampai kapal sampai di tempat pemancingan,

maka sarden disimpan di tangki air laut dn air diganti 4 sampai 6 kali tiap jamnya oleh

sistem sirkulasi air mekanik dengan pompa air laut.

c. Squid pole and line

Pemancingan ikan cumi- cumi dilakukan malam hari dengan bantuan lampu. Sepanjang

operasi spanker digunakan untuk melawan angin. Ukuran kapal cumi-cumi ini bervariasi
yaitu 2-3 GT untuk penagkapan di pantai dan 500 GT untuk laut bebas. Untuka kapal 100

GT biasanya memiliki awak kapal sejumlah 16-20 orang dengan waktu perjalanan 2

minggu hingga 2 bulan dan kecepatan 9-10 knots.

Di Indonesia sendiri terdapat bermacam-macam pancing gandar dan beberapa

diantaranyayang penting adalah sebagai berikut :

a. Huhate ( skipjack pole and line )

Alat ini banyak digunakan di wilayah Indonesia bagian timuer. Penangkapan dengan

menggunakan pole and line tersebut dapat menggunakan kapal motor ( kapal motor

khusus cakalang, yuna clipper ), tetapi untuk nelayan-nelayan kecil biasanya

menggunakan perahu dayung ( rowing boat ) yang biasa disebut Funai dan atau Rurche.

Alat pemancingnya sendiri bentuknya umum sepeti pancing cakalang pada umumnya.

Umpan hidup yang digunakan terdiri dari sejenis ikan teri, sardin, selar, kembung, lolosi

(Caesio spp ). Ikan-ikan umpan hidup ini biasanya diperoleh dari pengusaha

penagkapan ikan umpan.

b. Pole and line dengan perahu dayung

Untuk nelayan skala kecil, penggunaan perahu motor memaang dirasa terlalu mahal

biayanya, kecuali untuk perikanan industri. Bagi nelayan kecil penangkapan dengan pole

and line dapat menggunakan perahu dayung ( rowing boat ). Di daerah kepulauan

maluku bagian utara perahu yang digunakan disebut Bloto dengan panjang 7 m, lebar 1-

1,25 m, dalam 0,5 m, menggunakan tenaga 4 orang, sedang untuk ukuran lebih besar

menggunakan tenaga 6-8 orang. Sebagian nelayan daerah Ambon, Ceram, Banda juga

ada yang menggunakan perrahu dayung yang disebut Arambai, yang berukuran panjang

10 m, lebar 1-1,25m, dalam 0,50 m. tenaga yang diperlukan sejumlah 14 orang yaitu 7

orang pemancing, 5 orang pendayung dan 2 orang pengumpan.

c. Beberapa tipe pancing gandar

①. Pancing kakap
Suatu pancing yang dikhususkan memancing ikan kakap. Gandar berukuran

panjang 4 m. pancing ini menggunakan umpan hidup, biasanya lundu ( Macrones

gulio ) yang diperoleh dari hasil menjala. Cara menggunakan umpan ini adalah

dengan memasukkan ujung mata pancing tepat dibawah kepala dibawah tulang

punggung atau di atas irip dada. Lokasi penagkapan yaitu I pantai, muara sungai,

dan dekat pelabuhan. Hasil tangkapan terutama ikan kakap. Daerah distribusi di

Merauke, Kaimana, Agat, muara sungai Mapi dan Digul.

②. Pancing bobara

Pancing bobara mempunyai panjang joran 3-3,5 m, berdiameter 2cm pada bagian

pangkalnya dan 0,75 m pada ujungnya. Tali pancing sepanjang  3,5 m dibuat dari

bahan nilon atau senar (plastik ). Pada ujung tali pancing diikat dengan kawat

tembaga ( panjang 25 cm )kemudian disambung lagi dengan kawat no 1 yang

panjangnya  10 cm dan baru pada ujung kawat ini dikaitkan mata pncing ( no 6 ).

Pada waktu penangkapan pancing ini menggunakan umpan hidupdari jenis tembang

atau japuh yang diperoleh dari hasil menjala. Lokasi penagkapan dilakukan di

pantai-pantai dimana banyak terdapat karang-karang. Hasil tangkapan kecuali

bobara (Carank spp ), juga ikan – ikan besar lainnya seperti kerapu ( Ephinephelus,

spp ), dan lain=lainnya. Penangkapan dengan menggunakan bobara banyak

ditemukan di daerah perikanan sekitar Gorontalo.

③. Pancing Tandipang

Mata pancing yang digunakan untuk mata pancing tandipang, berukuran yang paling

kecil dan idak berkait balik, dan dalam pengoperasiannya menggunakan umpan

yang terdiri dari udang halus atau udang rebon. Penangkapan dilakukan dengan

bedramai-ramai. Biasanya terdiri dari 15-20 perahu yang berukuran panjang 5m,

lebar 0,5 m, dalam 0,45 m dan dilengkapai dengan katir / sema bila telah ditemukan

kawanan ikan tembang, kemudian sebelum melakukan pemancingan ditaburi dulu


dengan udang halus. Sementara pancing yang telah diberi umpan dilemparkan ke

dalam airdan umumnya segera disambar. Umpan yang telah disambar ini dengan

cepat diangkat ke atas perahu. cara pemancingan ini sama dengan pole and line

tapi khusus untuk ikan kecil. Distibusi dari pancing ini adalah di daerah perikanan

sekitar Gorontalo.

8. Gambar tehnis

a. Pancing ini digunakan untuk menangkap blue fin tuna di Gulf of Biscay, Prancis

①. Diameter pole 30 mm

②. Panjang pole 1,35 m

③. Yaps,d : 4 , spread : 20

④. Tali mata pancing: PA MONO, d : 0,6 - 0,8

b. Pancing untuk Mackerel dari Jepang

①. Pole dari bambu 1,5 – 2 m

②. Tali pancing : PA MONO, d / 0,52 , panjang : 1.5 – 2 m

③. Umpan : sayatan daging ikan 50 – 60 mm

④. Shank : 41 – 47, spread : 14 - 18


c. Pancing untuk tuna digunakan di daerah kep Fiji, Samudera Pasifik

①. Pancing dengan 1 pole untuk ikan < 8 KG

②. Pancing dengan 2 pole untuk ikan > 8 kg

③. Pole dari bambu panjang 3,20 – 3,40 m, d : 45

④. Tali pancing, PA MONO, d : 1,65 ,panjang 2,60 m

10. Bahan dan Spesifikasinya

a. Gandar
Untuk nelayan jepang yang menggunakan pole and line sebagai alat tangkapnya

merek biasanya menggunakan gandar dari bambu,karena disamping ringan juga

lentur. Selain itu ada juga yang menggunakan fiberglass untuk dipakai joran/ gandar,

namun harga fiberglass ini lebih mahal dari bambu.

b. Tali pancing

Tali pancing bisanya menggunakan PA atau polyamide dan ada juga yang

menggunakan benang / nylon monofilament dan senar plastik seperti nelayan di

daerah Ambon dan kepulauan Maluku lainnya.

c. Tali mata pancing

Tali mata pancing yaitu tali yang menghubungkan pancing dengan tali pancing,

biasanya terbuat dari kawat ( wire ) baja.

11. Umpan

Umpan yang digunakan untuk pole and line ini terdiri dari dua jenis yaitu umpan benar

( true bait ) dan umpan imitasi. Untuk umpan benar biasanya menggunakan ikan yang masih

hidup yaitu dari jenis ikan teri, sardin, selar, kembung, dan lolosi yang biasanya didapat dari

pengusaha penagkapan ikan umpan. Sedangkan umpan imitasi dapat digunakan bulu ayam

atau umpan palsu yang memang sudah dibuat secara komersil dan telah tersedia di pasaran.

Pada perikanan cakalang (Katsuwonus pelamis), karena dalam usaha menangkap jenis

ikan tersebut diperlukan umpan, maka baik para nelayan maupun para ahli perikanan berusaha

untuk mengetahui jenis umpan yang bagaimana disukai ikan tersebut. Ikan cakalang termasuk

jenis ikan yang rakus dan tidak menunjukkan adanya makanan utama, tambahan dan

sebagainya (Gunarso, 1985).

Pada perikanan tuna dan cakalang, besarnya hasil tangkapan yang dikehendaki

bergantung pada dapat terpenuhi atau tidaknya umpan hidup ataupun umpan mati dalam

jumlah dan kualitas tertentu. Beberapa jenis umpan tertentu, terkadang hanya dapat
diperoleh di perairan tertentu saja, yang mungkin sekali bahwa tempat untuk memperoleh

umpan tersebut sangat jauh dari daerah penangkapan, disamping bahwa beberapa spesies

tertentu tidak dapat diperoleh atau ditangkap secara terus menerus sepanjang tahun, karena

mungkin sekali jenis umpan tersebut dapat diperoleh secara musiman saja (Gunarso, 1985).

Umpan hidup merupakan faktor pembatas dalam penangkapan ikan cakalang dengan

pole and line. Analisa dari hasil-hasil penelitian (Widodo dalam Anonymous, 1986), memberi

petunjuk bahwa banyak sedikitnya hasil tangkapan yang diperoleh dari hasil analisa

menunjukkan rata-rata ratio hasil penangkapan ikan cakalang dan umpan berkisar antara 4,8-

8,6 kg. Artinya dalam 1 kg ikan umpan menghasilkan 4,8-8,6 kg ikan cakalang. Besarnya

angka ratio ini dapat di pengaruhi oleh besar kecilnya gerombolan (schooling) cakalang yang

dijumpai dan keadaan cakalang waktu dijumpai (lapar atau kenyang), juga selera/ nafsu

makan cakalang terhadap jenis umpan (mutu ikan umpan) yang digunakan.

Salah satu faktor pembatas berhasilnya perikanan cakalang adalah dengan cukup

tersedianya umpan hidup, yang dimaksud dengan perikanan cakalang yang berkaitan dengan

“umpan hidup” ialah penangkapan cakalang dengan pole and line. Walaupun pada prinsipnya

penggunaan ikan umpan hidup (life bait fishes) ditujukan khusus untuk menangkap ikan

cakalang dengan pole and line, namun hasilnya tidak hanya ikan cakalang/ skipjack

(Katsuwonus pelamis), tetapi juga jenis-jenis ikan lainnya. Untuk cakalang sendiri meliputi 80-

95 %, sedang sisanya terdiri dari : Albakora/ albacore (Thunnus alalunga), Tuna mata besar/

Big eye tuna (Thunnus obesus), Madidihang/ Yellowfin tuna (Thunnus albacares), Tongkol

(Euthynnus affinis).

Umpan yang digunakan adalah umpan hidup, dimaksudkan agar setelah ikan umpan

dilempar ke perairan akan berusaha kembali naik ke permukaan air. Hal ini mengundang ikan

cakalang untuk mengikuti naik ke dekat permukaan. Selanjutnya diadakan penyemprotan air

melalui sprayer. Penyemprotan air dimaksudkan untuk mengaburkan pandangan ikan


cakalang, sehingga tidak dapat membedakan antara ikan umpan sebagai makanan atau mata

pancing yang sedang dioperasikan. Umpan hidup yang paling sering digunakan adalah jenis

teri (Stolephorus spp.)

Umpan yang baik dan sering dipakai terutama adalah jenis teri, sardin, lolosi dan

layang. Sedangkan alat yang digunakan dalam penangkapan umpan tersebut yang berada di

perairan Teluk Bone, perairan Kendari dan perairan Bau-bau adalah alat tangkap bagan

rambo, bagan apung, sero, dan jala lompo.

12. Kapal

Para nelayan tradisionl di Indonesia dalam operasinya masih menggunakan kapal kayu,

karena disamping bahan lebih mudah didapat tapi juga harganya lebih murah. Sedangkan

untuk nelayan dari jepang dapt dibedakan menjadi dua yaitu untuk kapal dengan ukuran

kurang dari 60 GT dibuat dari fiberglass, sedangkan yang lebih dari 70 GT dibuat dari baja.

Memancing dilakukan di haluan kapal, sedangkan semprotan air terletak di luar pagar kapal.

Untuk ruangan ikan dilapisi dengan kayu, namun karena terjadi kebocoran maka plat kayu

diganti dengan lapisan palt baja setebal 4,5 sampai 6 milimeter.

13. Hasil Tangkapan

Pada penagkapan ikan dengan menggunakn pole and line ini, hasilnya antara lain :

a. Skipjack / cakalang ( Katsuwo pelamis )

b. Albacore ( Thunnus alalunga )

c. Mackerel ( Auxis tazard )

d. Bullet Mackerel ( Auxis rochei )

e. Bonito timur ( Sarda orientalis )

f. Kakap (Lates calcarifer )

g. Ikan-ikan pelagis kecil seperti Euthynnus spp dan Euthynnus affinis.

h. Dll
14. Daerah Penangkapan

Di perairan Indonesia, penangkapan dengan menggunakan pole and line banyak

terdapat di wilayah Indonesia timur seperti Minahasa, Gorontalo, Air tembaga, Ambon,

Bacan, Banda, Teratai dan Sorong. Sedangkan daerah penangkapan ikan dunia dengan

menggunakan pole and line sebagai berikut

• Antara lintang 40 0 LU dan 40 0 LS yaitu daerah kep Hawiai, Chilli, North Island , dan

zona ekuator lainnya.

17. Daerah kepulauan Hokkaido dan Filipina.

15. Samudera Atlantic dan Laut Mediterania

Adapun faktor-faktor yang erat hubungannya dengan fishing ground adalah :

1. Biologis, seperti : jenis ikan, kepadatan populasi, kemungkinan ruaya, behavior,

swimming layer dan lain sebagainya.

2. Keadaan perairan itu sendiri, seperti : kedalaman, tranparansi, arus, suhu,

kandungan O2/ CO2, kesuburan perairan dan bentuk dasar perairan.

3. Jenis alat penangkapan dan cara penangkapannya.

Ikan akan selalu mencari tempat yang sesuai dengan sifat hidupnya. Biasanya suatu jenis

ikan mempunyai suhu optimum, faktor musim dan perubahan suhu serta berbagai keadaan

lainnya akan mempengaruhi penyebaran serta kelimpahan suatu daerah penangkapan ikan

(fishing ground). Sejauh ini telah diketahui bahwa salah satu daerah penangkapan (fishing

ground) yang baik terdapat di perbatasan atau pertemuan arus panas dengan arus dingin,

pada daerah terjadinya pembalikan lapisan air (up welling), terjadinya arus pengisian

(divergensi) dan lain sebagainya (Gunarso, 1985).

Penentuan daerah penangkapan (fishing ground) tuna dan cakalang secara tepat

dapat dilakukan dengan dukungan berbagai informasi. Informasi dapat diperoleh berdasarkan

pengalaman nelayan dan bantuan teknologi yang terus berkembang. Fishing ground tuna dan
cakalang dapat ditentukan secara visual langsung di perairan, atau secara tidak langsung

berdasarkan data yang diperoleh melalui teknologi penginderaan jauh dan hidroakustik

(Anonymous, 2001b).

Saat pencarian fishing ground merupakan suatu hal yang membutuhkan pengetahuan

dan keterampilan untuk membaca tanda-tanda alam. Biasanya hal ini merupakan tanggung

jawab dari fishing master, tanda-tanda alami di laut yang menunjukkan tentang adanya

kawanan ikan tersebut, antara lain :

①. Kawanan burung yang terkonsentrasi di atas permukaan laut dan sesekali menukik

②. Adanya percikan air di permukaan laut

③. Terdapat kayu, benda-benda terapung

④. Adanya mamalia laut, seperti lumba-lumba dan ikan paus

⑤. Konsentrasi warna yang lebih gelap, berbeda dibandingkan warna air disekitarnya.

Selain menggunakan tanda-tanda alami, kini para nelayan dipermudah dengan

adanya fishing ground buatan yang biasa disebut dengan rumpon. Ide pembuatan rumpon

diperoleh dengan memperhatikan tingkah laku ikan yang suka mengikuti benda-benda atau

terapung di tengah laut (Subani dan Barus, 1998).

Berdasarkan pengalaman nelayan, daerah penangkapan (fishing ground) tuna dan

cakalang yang catchable diantaranya ditandai oleh :

①. Warna perairan lebih gelap dibandingkan perairan sekitarnya

②. Ada banyak burung beterbangan dan menukik-nukik di permukaan air

③. Banyak buih di permukaan air

④. Umumnya jenis ikan ini bergerombol di sekitar batang-batang kayu yang hanyut

diperairan atau bersama ikan berukuran besar seperti ikan paus (Anonymous,

2001b).

Pada suatu daerah penangkapan ikan (fishing ground), kelompok ikan pada umumnya

tidak akan berada dekat pada lapisan permukaan dimana mereka lebih memungkinkan untuk
dapat ditangkap, bila suhu di tempat atau lapisan tersebut tidak sesuai bagi mereka, walau

mungkin saat itu mereka ada di sana (Gunarso, 1985).

Menurut Subani dan Barus (1998), ada beberapa persyaratan umum daerah

penangkapan yang potensial, untuk alat tangkap pole and line adalah :

①. Daerah tersebut ditemukan banyak gerombolan ikan cakalang sepanjang tahun

②. Daerah tersebut mempunyai kadar garam/ salinitas yang tinggi

③. Daerah tersebut merupakan tempat pertemuan arus

④. Daerah tersebut mudah didapatkan umpan hidup

Disamping itu persyaratan lain bagi ikan cakalang adalah kedalaman perairan sekitar 40 m,

warna air laut jernih dan merupakan daerah perairan terbuka.

Daerah penyebaran ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) membentang di sekitar

40ºLU-30ºLS. Daerah penangkapannya yang terbesar berada sepanjang katulistiwa yaitu

antara 10ºLU-10ºLS. Sebagian dari perairan Indonesia merupakan lintasan ikan cakalang yang

bergerak menuju kepulauan Filipina dan Jepang. Itulah sebabnya cakalang dijumpai hampir

sepanjang tahun di perairan Indonesia. Kelompok yang padat sering dijumpai pada perairan

sekitar Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku dan Irian Jaya

(Gunarso, 1985).

Menurut Gunarso (1985), pola ruaya ikan cakalang dari Utara ke Selatan sepanjang

pantai Barat Sumatera (Samudera Hindia bagian Timur) sebagai berikut: bulan Juli sampai

September di bagian Utara jauh dari pantai Barat Sumatera dan pada bulan Oktober hingga

Desember di bagian Selatan dengan gerakan ke arah Timur. Pada bulan April hingga Juni, ikan

cakalang tersebut muncul diselatan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara

Barat. Selama kurun waktu bulan April hingga Juni ikan cakalang kembali ke Selatan menuju

Samudera Hindia.
Ikan cakalang dapat mencapai panjang 1 meter dengan berat 25 kg. Ikan ini juga

terdapat di tiga samudra dunia tetapi menghendaki kondisi tertentu, faktor pembatasnya yang

penting adalah suhu dan salinitas. Cakalang lebih banyak hidup di perairan lapisan permukaan

dengan suhu 16-30 oC dan salinitas 32-36 promil dan melakukan pemijahan di daerah pantai

(Nontji, 1993).

15. Alat Bantu Penangkapan

Dalam pengoperasian pole and line, diperlukan alat bantu penengkapan yang

berguna unuk membantu mengumpulkan kawanan ikan atau untukk membantu dalam

kelancaran operasi penangkapan.

Alat bantu tersebut antara lain :

a. Jaring tangguk / seser

Jaring tangguk berguna untuk memojokkan umpan ke suatu sudut agar mudah di

tangguk dengan churchill. Sedangkan seser yang besar berguna untuk memindahkan

umpan hidup ke ember dan seser kecil digunakan untuk menyebar umpan

b. Penyemprot air

Penyemprot air yang erbuat dari pipa dan erletak di bagian tepi kapal yitu dibawah para-

para . penyemprot air ini bergna untuik menyemprotkan air ke arah kawanan ikaan agar

kawanan ikan tersebut mengira air yang jatuh adalah umpan yang disebar sehingga

mudah untuk ditangkap/ dipancing.

c. Ember

Digunakan untuk menampung umpan hidup sebelum dipindah ke seser keciluntuk

disebar

d. Mesin pemancing
Mesin pemncing ini teretak pada bagian pinggir lambung kapal. Ada sebagian pendapat

yang mengatakan bahwa penggunaan mesin ini lebih efektif dari tenaga manusia.

e. Rumpon

Rumpon ini berguna untuk mengumpulkan kawanan ikan dan harus dipasang jauh hari

sebelum operasi penangkapan, jadi tidak perlu menggunakan ikan hidup sebagai umpan

namun semprotan air masih harus terus digunakan.

16. Tehnik Operasi

a. Persiapan

Tahap persiapan ini dilakukan sebelum kapal berangkat untuk mencari gerombolan ikan /

fishing ground.

Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain :

①. Merangkai alat pancing

②. es / freon yang digunakan untuk menyimpan ikan hasil tangkapan agar lebih awet

③. umpan hidup, biasanya menggunakan ikan teri yang diperoleh dari hasil menjla

sendiri atau membeli dari pengusaha ikan umpan

④. ember, kaleng, jaring tangguk, seser yang berguna untuk membantu kelancaran

operasi penagkapan yaitu untuk menyebarkan umpan

⑤. joran / gandar yang telah dirangkai sesuai dengan sejumlah pemancing besreta

cadangannya.

⑥. Bahan bakar untuk berangkat dan kembali dari Fishing Ground

⑦. Bahan Makanan untuk anak buah kapal

⑧. Dan alat- alat lain yang dapat membantu kelancaran operasi penangkapan

b. Mencari Fishing Ground

①. Mencari gerombolan ikan


Setelah semua alat yang diperlukan dalam operasi penangkapan disiapkan, dilakukan

pencarian gerombolan ikan. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan

mencari secara langsung gerombolan ikan dengan berlayar kesana-kemari (

manouvere ) dan dengan memperhatikan kawanan burung laut atau ke tempat

rumpon yang telah disiapkan sebelumnya

②. Mengejar ruaya ikan

Untuk teknik mengejar ruaya ikan dapat digunakan 3 cara seperti diagram berikut ini :

1. angin

IKAN

arus

kapal

2.

angin

IKAN
arus

kapal

3.

Angin

IKAN
Arus

b. Pemancingan

Pemancingan dilakukan dengan melemparkaan ikan umpan hidup sebagai perangsang

agar cakalang lebih mendekat ke arah kapal sehingga lebih udah dijangkau oleh pancing.

Setelah ikan mendekat, agar umpan hidup tidak banyak terbuang, maka kran

penyemprot air laut dibuka dan setelah ikan terlihat meloncat-loncat kemudian dipancing.

Kegiatan pemncingan ini dilakukan begitu rupa yaitu dengan menjatuhkan pancing ke

atas permukaan air dan bila disambar oleh cakalang, dengan cepat diangkat melalui atas

kepala dan secara otomatis terlempar ke dalam dek kapal. Hal demikian dilakukan

hingga berulang-ulang. Pemancingan dengan cara seperti ini biasa disebut dengan cara

banting. Disamping itu ada yang disebut dengan cara gepe yaitu cara pemancingan

dengan pole and line dimana setelah ikan terkena pancing dan diangkat dari dalam air

kemudian pengambilan dari mata pancing dilakukan dengan cara menjepit ikan diantara

tangan dan badan si pemancing.

16. Hal – Hal Yang Mempengaruhi Operasi Penangkapan

Pada penangkapan ikan dengan menggunakan pole and line ini hasil tangkapan

dipengaruhi oleh

a. Kelengkapan alat bantu penangkapan : Apabila alat bantu penangkapan yang

diperlukan tidak lengkap dapat menghambat operasi penangkapan, sehingga

mempengaruhi hasil tangkapan


b. Waktu Penangkapan : Penangkapan dengan pole and Line ini juga tergantung dari

waktu penangkapan. Waktu yang optimal yaitu pukul 09.00 dan 15.00.

c. Keahlian memancing : Keahlian memancing ini mempengaruhi hasil tangkapan yang

diperoleh. Keahlian dibagi 3 yaitu :

①. Kelas 1 = 12 -15 ekor / mnt

②. Kelas 2 = 7 -12 ekor / mnt

③. Kelas 3 = 0 -7 ekor / mnt

Anda mungkin juga menyukai