Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KETIK

METODE PENANGKAPAN IKAN

Oleh :

NAMA : MUHAMMAD ARIQ KAUTSAR

NIM : 185080601111013

KELOMPOK : 10

KELAS : I02

ASISTEN : WARZUKNI FAHMA

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................ii
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................1
1. Pancing Ulur..............................................................................................1
1.1. Pengertian..........................................................................................1
1.2. Bagian dan Fungsi..............................................................................2
1.3. Metode pengoperasian.......................................................................3
1.4. Alat bantu............................................................................................5
1.5. Hasil tangkapan..................................................................................7
2. Purse Seine...............................................................................................9
2.1. Pengertian..........................................................................................9
2.2. Bagian dan fungsi.............................................................................10
2.3. Metode pengoperasian.....................................................................11
2.4. Alat bantu..........................................................................................13
2.5. Hasil tangkapan................................................................................14
3. Rumpon...................................................................................................16
3.1. Pengertian.........................................................................................16
3.2. Bagian dan fungsi.............................................................................18
3.3. Target sasaran..................................................................................20
4. Lampu celup bawah air............................................................................22
4.1. Pengertian.........................................................................................22
4.2. Bagian dan fungsi.............................................................................23
4.3. Target sasaran..................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................29
ASSISTANT ZONE.............................................................................................30

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Konstruksi Pancing Ulur......................................................................3


Gambar 2. Alat Bantu Pancing Ulur......................................................................6
Gambar 3. Hasil Tangkapan Pancing Ulur............................................................8
Gambar 4. Konstruksi Purse Seine.....................................................................11
Gambar 5. Alat Bantu Purse Seine.....................................................................14
Gambar 6. Hasil Tangkapan Purse Seine...........................................................16
Gambar 7. Konstruksi Rumpon...........................................................................19
Gambar 8. Target Sasaran Rumpon...................................................................21
Gambar 9. Konstruksi Lampu Celup Bawah Air..................................................24
Gambar 10. Target Sasaran Lacuba...................................................................26

ii
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pancing Ulur

Nama Internasional : Hand Line

Nama Daerah : Pancing usep; Pancing jegog

1.1. Pengertian

Pancing ulur merupakan alat tangkap tradisional untuk menangkap ikan

pelagis. Selain konstruksinya sederhana, pengoperasiannya juga tidak

memerlukan modal yang besar. Pancing ulur memiliki konstruksi, ukran dan

bentuk mata pancing serta berbagai jenis umpan buatan sebagai faktor utama

keberhasilan pengoperasian alat tangkap. Mata pancing (hook) merupakan

bagian yang sangat vital dalam proses penangkapan ikan pada alat tangkap

pancing. Mata pancing mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda - beda dan

sangat berpengaruh terhadap ukuran ikan sasaran (Kurnia, et al., 2015).

Pancing ulur (hand line) merupakan salah satu jenis alat penangkapan

ikan yang sering digunakan oleh nelayan Palabuhanratu untuk menangkap ikan

di laut. Pancing ulur termasuk alat tangkap ikan aktif dan juga ramah lingkungan.

Berdasarkan klasifikasi DKP tahun 2008, pancing ulur termasuk dalam klasifikasi

alat tangkap hook and line. Struktur utama dari alat tangkap pancing ulur terdiri

dari mata pancing, swivel, tali pancing, pemberat serta umpan. Jenis pancing ulur

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 3 tali cabang dan mata

pancing dipasang pada masing-masing tali cabangnya. Mata pancing yang

digunakan yakni mata pancing tunggal dengan nomor 7 (Yusfiandani et al.,

2014).

Pancing ulur adalah alat penangkap ikan jenis pancing yang sangat

sederhana. Alat tangkap ini bersifat tradisional dan ditujukan untuk menangkap

ikan pelagis. Selain konstruksinya sederhana, pengoperasiannya juga tidak

1
memerlukan modal yang besar. Berdasarkan klasifikasi DKP tahun 2008,

pancing ulur termasuk dalam klasifikasi alat tangkap hook and line. Struktur

utama dari alat tangkap pancing ulur terdiri dari mata pancing, swivel, tali

pancing, pemberat serta umpan. Jenis pancing ulur yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan 3 tali cabang dan mata pancing dipasang pada

masing-masing tali cabangnya.

1.2. Bagian dan Fungsi

Pancing ulur merupakan alat tangkap yang sederhana baik secara fisik

maupun cara pengoperasiannya. Pancing ulur terdiri atas tali pancing,

penggulung tali, pemberat, swivel, mata pancing (hook), dan menggunakan

umpan dalam pengoperasiannya. Prinsip pengoperasian pancing adalah dengan

mengaitkan umpan pada mata pancing dan menenggelamkannya ke dalam air.

Penggunaan umpan dimaksudkan untuk memikat dan menarik perhatian ikan

target. Selain itu juga berguna untuk merangsang penglihatan ikan terutama dari

gerakan, bentuk dan warna umpan (Kurnia et al., 2015).

Struktur utama dari alat tangkap pancing ulur terdiri dari mata pancing,

swivel, tali pancing, pemberat serta umpan. Jenis pancing ulur yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan 3 tali cabang dan mata pancing dipasang

pada masing-masing tali cabangnya. Mata pancing yang digunakan yakni mata

pancing tunggal dengan nomor 7. Secara keseluruhan, pancing ulur terdiri dari

tali utama/main line menggunakan bahan nilon polyamide (PA) monofilament No.

1200, sebuah kili-kili, tali cabang/branch line menggunakan bahan nilon

polyamide (PA) monofilament No. 400, dan pemberat timah 1 kg. Jenis umpan

menggunakan umpan buatan dari serat sutra berwarna merah keperak-perakan.

Penelitian ini menggunakan 3 unit alat tangkap pancing ulur yang dibedakan

panjang dan jarak tali cabang/branch line antar alat tangkap. Panjang dan jarak

2
branch line yang digunakan berukuran 0.90 m; 1.20 m; dan 1.50 m (Yusfiandani,

et al., 2014).

Gambar 1. Konstruksi Pancing Ulur

(Google Images, 2019).

Pancing ulur merupakan alat tangkap yang sederhana baik secara fisik

maupun cara pengoperasiannya. Prinsip pengoperasian pancing adalah dengan

mengaitkan umpan pada mata pancing dan menenggelamkannya ke dalam air.

Secara keseluruhan, pancing ulur terdiri dari tali utama/main line menggunakan

bahan nilon polyamide (PA) monofilament No. 1200, sebuah kili-kili, tali

cabang/branch line menggunakan bahan nilon polyamide (PA) monofilament No.

400, dan pemberat timah 1 kg. Jenis umpan menggunakan umpan buatan dari

serat sutra berwarna merah keperak-perakan. Penelitian ini menggunakan 3 unit

alat tangkap pancing ulur yang dibedakan panjang dan jarak tali cabang/branch

line antar alat tangkap. Panjang dan jarak branch line yang digunakan berukuran

0.90 m; 1.20 m; dan 1.50 m

1.3. Metode pengoperasian

Operasi penangkapan ikan dimulai dengan tahap persiapan, meliputi

BBM, kapal dan mesin, alat tangkap pancing ulur sebanyak 3 unit serta umpan

buatan yang digunakan. Selanjutnya yaitu tahap penangkapan atau setting,

3
meliputi operasi penangkapan sebanyak 30 trip. Setiap trip dilakukan sehari

selama 6-7 jam tergantung situasi dan kondisi alam. Pancing ulur dioperasikan

oleh 3 orang pemancing yang masing - masing mengoperasikan 1 unit pancing

ulur dan dilakukan dari kedua sisi kapal. Setelah itu, dilakukan tahap

pengambilan hasil tangkapan (hauling). Hasil tangkapan yang diperoleh

dikelompokkan berdasarkan nomor mata pancing dan dihitung berdasarkan rata -

rata jumlah dan berat dari setiap mata pancing (Kurnia et al., 2015).

Operasional penangkapan ikan dengan pancing ulur dimulai sekitar pukul

6 pagi sampai sore hari. Untuk setiap trip ada sekitar 7 lokasi perairan karang

sebagai daerah pemancingan. Pengoperasian alat tangkap pancing ulur dimulai

dengan menentukan daerah penangkapan di sekitar rumpon atau di luar rumpon.

Koordinat posisi daerah penangkapan para nelayan sudah tersimpan dalam

GPS. Setelah itu, mata pancing dipasangi dengan ikan umpan. Mata pancing

kemudian diturunkan ke perairan dan diulur sampai kedalaman antara 65-85

meter untuk memancing ikan tenggiri atau tongkol. Sedangkan jenis-jenis ikan

karang dipancing pada kedalaman 100 meter. Setelah mata pancing berada

pada kedalaman memancing, kemudian unit mata pancing dibiarkan dan ditarik

sesekali untuk menarik ikan target dan sambil menunggu sampai mata pancing

dimangsa oleh ikan target. Bila mata pancing dimangsa ikan target maka nelayan

akan merasakannya melalui tali pancing yang dipegang diatas kapal, kemudian

tali pancing ditarik ke permukaan dan diulur kembali bila ikan target

membawanya berenang dan ditarik kembali pada saat ikan tidak

bergerak/berenang sampai ikan terget berhasil diangkat keatas kapal (Rahmat

dan Salim, 2014).

Operasi penangkapan ikan dimulai dengan tahap persiapan, meliputi

BBM, kapal dan mesin, alat tangkap pancing ulur. Lalu dilakukan tahap

penangkapan atau setting. Mata pancing diturunkan ke perairan dan diulur

4
sampai kedalaman antara 65-85 meter untuk memancing ikan tenggiri atau

tongkol dan kedalaman 100 meter bagi jenis ikan karang. Kemudian unit mata

pancing dibiarkan dan ditarik sesekali untuk menarik ikan target. Setelah itu,

dilakukan tahap pengambilan hasil tangkapan (hauling). Hasil tangkapan yang

diperoleh dikelompokkan berdasarkan nomor mata pancing dan dihitung

berdasarkan rata - rata jumlah dan berat dari setiap mata pancing.

1.4. Alat bantu

Dalam operasi penangkapan menggunakan pancing ulur, terdapat 2 jenis

alat bantu yang biasa digunakan nelayan. Pertama dengan menggunakan ring

tuna. Alat ini terbuat dari bahan aluminium atau besi behel. Dengan ring ikan,

kondisi ikan tuna hasil tangkapan menjadi lebih segar dan mutu lebih baik. Alat

bantu lainnya adalah menggunakan gelang ikan. Gelang ikan adalah suatu alat

yang terbuat dari bahan batu kali, berfungsi untuk memukul kepala ikan tuna

yang tertangkap. Keduanya merupakan alat bantu yang digunakan untuk

mempercepat proses penarikan ikan tuna yang ditangkap (Rahmat dan Thamrin,

2016),

Pancing ulur di Kabupaten Majene terkonsentrasi di Kelurahan Totoli,

Kecamatan Banggae, dengan target utama penangkapan adalah jenis ikan

pelagis besar, khususnya jenis tuna. Pancing ulur dalam pengoperasiannya

setiap trip berlangsung selama 3-5 hari dan menggunakan rumpon sebagai alat

bantu penangkapan ikan. Keseluruhan unit penangkapan pancing ulur

menggunakan rumpon sebagai teknologi alat bantu penangkapan. Kegiatan

penangkapan ikan terkonsentrasi pada suatu wilayah perairan tertentu. Daerah

penangkapan pancing ulur adalah juga lokasi rumpon. Produksi pancing ulur

pada setiap rumpon menunjukan adanya variasi produksi ikan, baik berdasarkan

rumpon maupun jenis ikan pelagis besar yang tertangkap. Rumpon sebagai alat

5
bantu penangkapan ikan juga memberikan indikasi potensial sebagai daerah

penangkapan ikan alat tangkap pancing ulur (Nelwan,et al., 2015).

Gambar 2. Alat Bantu Pancing Ulur

(Google Images, 2019).

Dalam operasi penangkapan menggunakan pancing ulur, terdapat

berbagai macam alat bantu yang digunakan oleh nelayan. Pertama dengan

menggunakan ring tuna. Alat ini terbuat dari bahan aluminium atau besi behel.

Dengan ring tuna, kondisi ikan tuna hasil tangkapan menjadi lebih segar dan

mutu lebih baik. Selain itu, nelayan juga biasa menggunakan rumpon sebagai

alat bantu penangkapan ikan. Dengan rumpon, kegiatan penangkapan ikan

terkonsentrasi pada suatu wilayah perairan tertentu. Rumpon sebagai alat bantu

6
penangkapan ikan juga memberikan indikasi potensial sebagai daerah

penangkapan ikan alat tangkap pancing ulur

1.5. Hasil tangkapan

Komposisi jenis hasil tangkapan Pancing ulur terdiri atas 5 spesies ikan

yaitu Kembung sebanyak 364 ekor (41,2%); Selar Bentong 279 ekor (31,6%);

Layang 171 ekor (19,4%); Ekor Kuning 52 ekor (5,9%); dan Buntal 17 ekor

(1,9%). Penggunaan ukuran mata pancing yang berbeda (Nomor 8, 10, dan 12)

berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan. Hasil tangkapan pada ukuran

mata pancing nomor 10 memperoleh hasil tangkapan paling banyak dibanding

yang lainnya. Hasil tangkapan mata pancing ukuran 10 yaitu sebanyak 533 ekor

dan berat 44,3 Kg dibandingkan penggunaan ukuran mata pancing nomor 8

berjumlah 283 ekor seberat 27,1 Kg dan nomor 12 berjumlah 67 ekor dengan

berat 4,03 Kg. Secara statistik ukuran mata pancing Nomor 10 lebih produktif

dibandingkan dengan ukuran mata pancing No.8 dan 12 (Kurnia et al., 2015).

Hasil tangkapan ikan keseluruhan yang tertangkap menggunakan

pancing ulur dalam penelitian ini berjumlah 176 ekor. Terdiri atas ikan tuna sirip

kuning (Thunus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis), dan lamadang

(Coryphaena hippurus). Tiga jenis hasil tangkapan ini merupakan kelompok ikan

yang sudah umum tertangkap pancing nelayan Palabuhanratu. Jenis hasil

tangkapan ikan tersebut merupakan jenis pelagis. Thunus albacares termasuk

dalam kategori ikan pelagis besar, sedangkan cakalang dan lemadang termasuk

dalam kategori ikan pelagis kecil (Yusfiandani et al., 2014).

7
Gambar 3. Hasil Tangkapan Pancing Ulur
(Google Images, 2019).

Hasil tangkapan menggunakan pancing ulur terdiri atas ikan tuna sirip

kuning (Thunus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis), dan lamadang

(Coryphaena hippurus). Tiga jenis hasil tangkapan ini merupakan kelompok ikan

yang sudah umum tertangkap pancing nelayan Palabuhanratu. Jenis hasil

tangkapan ikan tersebut merupakan jenis pelagis. Thunus albacares termasuk

dalam kategori ikan pelagis besar, sedangkan cakalang dan lemadang termasuk

dalam kategori ikan pelagis kecil. Selain itu, komposisi jenis hasil tangkapan

Pancing ulur terdiri atas 5 spesies ikan yaitu Kembung sebanyak 364 ekor

(41,2%); Selar Bentong 279 ekor (31,6%); Layang 171 ekor (19,4%); Ekor

Kuning 52 ekor (5,9%); dan Buntal 17 ekor (1,9%).

8
2. Purse Seine

Nama internasional : Purse Seine

Nama daerah : Kayu Suren

2.1. Pengertian

Purse seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini

dilengkappi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” dilalukan

didalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut ini penting terutama pada waktu

pengoperasian jarring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang

tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan.

Prinsipnya adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jarring lalu

jaring bawah dikerucutkan. Purse seine akan lebih efisien bila mana output nya

lebih besar dari pada inputnya (Muhammad, 2017).

Purse seine telah menjadi salah satu alat tangkap yang berkembang

pada penangkapan ikan pelagis dalam skala besar dan dapat digunakan pada

perairan yang jauh dari garis pantai. Berdasarkan standar klasifikasi alat

penangkap perikanan laut, purse seine atau lebih dikenal dengan nama pukat

cincin termasuk kedalam klasifikasi surrounding net. Alat tangkap ini lebih efektif

untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil disekitar permukaan air.

Pengoperasiannya dilakukan dengan melingkari gerombolan ikan sehingga

membentuk sebuah dinding besar yang selanjutnya jaring akan ditarik dari

bagian bawah dan membentuk seperti sebuah kolam. Untuk mempermudah

penarikan jaring hingga membentuk kantong, alat tangkap ini dilengkapi dengan

cincin sebagai tempat lewatnya tali kerut (Silitonga et al., 2016).

Purse seine dilengkapi dengan cincin untuk tali kerut yang dilalukan

didalamnya. Berdasarkan standar klasifikasi alat penangkap perikanan laut,

purse seine termasuk kedalam klasifikasi surrounding net. Alat tangkap ini lebih

9
efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil disekitar permukaan air. Prinsip

menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari suatu

gerombolan ikan dengan jaring. Setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan,

dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong dengan kata lain

memperkecil ruang lingkup ikan.

2.2. Bagian dan fungsi

Purse seine biasa dioperasikan untuk menangkap jenis ikan pelagis.

Konstruksi alat tangkap purse seine terdiri dari komponen utama (webbing) dan

komponen penunjang. Komponen utama terdiri dari bagian sayap dan badan

jaring. Sedangkan komponen penunjang terdiri dari samparan (selvedge), tali ris

atas (upper ris line), tali ris bawah (under ris line), tali pelampung (float line),

pelampung (float), tali pemberat (sinker line), pemberat (sinker), tali cincin (ring

line), cincin (ring), dan tali kerut (purse line) (Safitri dan Magdalena, 2018).

Pukat cincin (Purse seine) merupakan alat penangkap ikan yang efektif

untuk menangkap ikan pelagis berkelompok. Alat tangkap pukat cincin ini dapat

menangkap ikan hingga kedalaman 150 meter tergantung ukuran dan konstruksi

jaring. Secara garis besar alat ini terdiri dari beberapa bagian yaitu jaring,

pelampung, pemberat, cincin dan tali temali. Konstruksi jaringnya berbeda yaitu

terdiri dari bagian kantong, bahu dan sayap. Ukuran mata jaring berbeda yaitu

berupa tali pelampung dan pemberat yang digunakan untuk memasang

pelampung, tali ris atas dan tali ris bawah yang terletak di atas dan dibawah

jaring serta tali cincin yang biasa dikenal dengan tali kolor yang terdapat di dalam

cincin. Apabila ditarik maka cincin akan terkumpul sehingga jaring mengkerut

membentuk kantong dan mengurung gerombolan ikan (Masrun et al., 2017).

10
Gambar 4. Konstruksi Purse Seine
(Google Images, 2019).

Bagian-bagian purse seine memiliki fungsi tersendiri. Pelampung tanda

berguna untuk memberitahu pada kapal yang melintas jika di sekitar wilayah

tersebut terdapat alat tangkap yang sedang beroperasi. Tali ris atas terdiri dari

tali pelampung dan pelampung tanda, sedangkan tali ris bawah terdiri dari

pemberat dan tali pemberat. Tali pelampung berguna untuk menghubungkan

antar pelampung. Pelampung utama berfungsi untuk memberi daya apung

sedangkan pemberat untuk memberi daya berat. Tali pemberat berfungsi untuk

menghubungkan antar pemberat. Sedangkan badan jaring berguna untuk

menangkap ikan yang terperangkap.

2.3. Metode pengoperasian

Alat tangkap purse seine dioperasikan dengan cara melingkari

gerombolan ikan, dari penebaran (setting), pelingkaran, dan penarikan (hauling).

Setelah jaring dilingkarkan dan tali kerut ditarik, maka alat tangkap akan

membentuk kantong besar dan ikan-ikan yang terkurung tidak akan dapat

meloloskan diri. Setelah sampai di daerah penangkapan ikan, nelayan langsung

melakukan tebar alat tangkap dimana jarak antara fishing base dengan fishing

ground bervariasi 100-135 mil. Setting dilakukan di perairan dengan kedalaman

11
50-70 m pada tengah malam dan pelingkaran selama 3 jam. Pengoperasian

dilakukan dengan alat bantu cahaya (lampu). Setelah selesai melakukan

pelingkaran alat tangkap, nelayan melakukan penarikan (hauling) (Safitri dan

Magdalena, 2018).

Metode pengoperasian Purse Seine diawali persiapan operasi

penangkapan ikan meliputi pemeriksaan alat tangkap, mesin motor sebagai

penggerak kapal dan mesin diesel sebagai tenaga untuk penerangan lampu,

perahu sekoci (pela) dan kondisi kapal. Kedua, penentuan fishing ground.

Selanjutnya, penurunan jaring (setting) dimulai dengan menurunkan pelampung

tanda terlebih dahulu dan diikuti secara bersamaan pada bagian bawah, kantong

dan atas alat tangkap hingga kembali pelampung tanda awal ketika pertama kali

diturunkan. Kemudian, penarikan jaring (hauling) dilakukan jika kedua ujung

jaring telah bertemu dan kemudian ditarik sampai semua bagian bawah

mengerucuti gerombolan ikan (Pratama et al., 2016).

Purse Seine disebut juga pukat cincin karena alat tangkap ini dilengkapi

dengan cincin di mana ‘tali cincin’ atau ‘tali kerut’ di lalukan di dalamnya. Fungsi

cincin dan tali kerut ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring.

Metode pengoperasian alat tangkap ini terdiri dari tiga tahap. Pertama adalah

persiapan yang meliputi perbekalan, perahu, BBM, alat tangkap itu sendiri,

mesin, dan lainnya. Kedua adalah setting yaitu penurunan alat tangkap dimulai

dengan menurunkan pelampung tanda lebih dulu dan diikuti secara bersamaan

pada bagian bawah, kantong, dan atas hingga kembali pelampung tanda awal.

Terakhir yaitu hauling atau penarikan alat tangkap yang dilakukan dengan cara

mempersatukan kedua ujung jaring kemudian ditarik sampai semua bagian

bawah mengerucuti gerombolan ikan.

12
2.4. Alat bantu

Alat tangkap purse seine dioperasikan dengan menggunakan armada

kapal motor yang terbuat dari kayu dengan kekuatan bervariasi antara 11-200

GT. Namun, kapal dengan kekuatan 51-100 GT memiliki jumlah yang paling

banyak dan dioperasikan oleh mayoritas nelayan. Kapal penangkapan dilengkapi

dengan berbagai macam alat bantu. Diantaranya alat bantu navigasi berupa

GPS (Global Positioning System), alat pendeteksi keberadaan ikan (fish finder),

alat komunikasi berupa radio panggil dan telepon, serta lampu (light fishing)

samyung (1500 watt) dan galaksi atau halogen (400 watt). Jumlah lampu yang

digunakan berbeda-beda tergantung ukuran kapal (Safitri dan Magdalena, 2018).

Faktor ukuran kapal, kekuatan mesin, jumlah bahan bakar minyak,

panjang jaring, tinggi jaring, jumlah tenaga kerja dan jumlah lampu yang

dipergunakan dalam pengoperasian mini purse seine di Kabupaten Jeneponto

berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95%. Pukat

cincin (purse seine) menggunakan alat bantu rumpon atau memburu gerombolan

ikan. Alat bantu rumpon dan lampu permukaan adalah jenis alat bantu yang

digunakan dalam pengoperasian purse seine. Rumpon dan lampu permukaan

memiliki fungsi untuk menggerombolkan ikan. Hal tersebut dapat menambah

jumlah pendapatan dari ikan hasil tangkapan (Asruddin, 2017).

13
Gambar 5. Alat Bantu Purse Seine
(Google Images, 2019).

Pukat cincin (purse seine) menggunakan alat bantu rumpon atau

memburu gerombolan ikan. Alat bantu rumpon dan lampu permukaan adalah

jenis alat bantu yang digunakan dalam pengoperasian purse seine. Keduanya

memiliki fungsi untuk menggerombolkan ikan target. Hal tersebut dapat

menambah jumlah pendapatan dari ikan hasil tangkapan. Kapal penangkapan

purse seine biasanya dilengkapi dengan berbagai macam alat bantu.

Diantaranya alat bantu navigasi berupa GPS (Global Positioning System), alat

pendeteksi keberadaan ikan (fish finder), alat komunikasi berupa radio panggil

dan telepon, serta lampu (light fishing) samyung (1500 watt). Jumlah lampu yang

digunakan berbeda-beda tergantung ukuran kapal

2.5. Hasil tangkapan

Hasil identifikasi ikan menunjukkan bahwa purse seine dapat menangkap

jenis ikan yang beragam. Hal ini disebabkan perairan di daerah tropis bersifat

multispesies. Berdasarkan jumlah tangkapan, purse seine menangkap ikan hasil

tangkapan utama dan sampingan. Ikan Layang (Decapterus sp.), Selar (Atule

mate), dan Tembang (Sardinella gibbosa) merupakan ikan hasil tangkapan

14
utama. Selain itu, purse seine juga menangkap ikan hasil tangkapan sampingan

(by-catch) seperti ikan Tongkol (Euthynnus sp.) (Safitri dan Magdalena, 2018).

Hasil identifikasi ikan hasil tangkapan purse seine menunjukan alat

tangkap purse seine memperoleh 14 spesies. Hasil tangkapan dibagi kedalam

dua kategori, yaitu hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Total

hasil tangkapan sebanyak 75.945 ekor dengan bobot total 9.092 kg. Ikan

bentong adalah salah satu ikan pelagis kecil dengan nilai ekonomis yang tinggi.

Hasil tangkapan ikan bentong memiliki bobot 1.939 kg atau 21,3% dari bobot

seluruh hasil tangkapan. Ikan bentong yang tertangkap rata-rata berukuran 21

cm dengan rata-rata bobot tiap individu yaitu 200 gr. Hasil tangkapan sampingan

terbesar adalah ikan tongkol. Ikan tongkol yang tertangkap terdiri dari 2 spesies

yang berbeda yaitu Euthynnus affinis dan Auxis sp. Ikan tongkol merupakan

salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Rambun et al., 2016).

15
Gambar 6. Hasil Tangkapan Purse Seine
(Google Images, 2019).
Berdasarkan jumlah tangkapan, purse seine menangkap ikan hasil

tangkapan utama dan sampingan. Ikan Layang (Decapterus sp.), Selar (Atule

mate), dan Tembang (Sardinella gibbosa) merupakan jenis ikan hasil tangkapan

utama. Selain itu, Ikan bentong adalah salah satu hasil tangkapan utama purse

seine. Ikan ini merupakan ikan pelagis kecil dengan nilai ekonomis yang tinggi.

Ikan bentong yang tertangkap rata-rata berukuran 21 cm dengan rata-rata bobot

tiap individu yaitu 200 gr. Hasil tangkapan sampingan terbesar adalah ikan

tongkol. Ikan tongkol merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis

yang tinggi Ikan tongkol yang tertangkap terdiri dari 2 spesies yang berbeda yaitu

Euthynnus affinis dan Auxis sp..

3. Rumpon

Nama Internasional : Fish Aggregating Device

Nama Daerah : Rumpon

3.1. Pengertian

Rumpon merupakan salah satu alat bantu dalam penangkapan ikan

dengan menggunakan berbagai jenis atraktor dari benda padat yang berfungsi

untuk memikat ikan agar berkumpul. Teknologi rumpon sudah semakin banyak

dikembangkan, salah satunya ialah rumpon portable. Rumpon portable

16
merupakan rumpon yang tidak diletakkan secara tetap di perairan, dan

diletakkan pada saat akan melakukan kegiatan penangkapan ikan di daerah

penangkapan ikan tersebut. Ketika tidak digunakan, rumpon tersebut dapat

dibawa atau dipindahkan ke daerah lain atau disimpan hingga dilakukan operasi

penangkapan ikan selanjutnya. Rumpon portable dimaksudkan untuk

mengumpulkan ikan yang berasosiasi pada rumpon, lalu ikan tersebut ditangkap

oleh nelayan Palabuhanratu menggunakan pancing ulur (Yusfiandani, et al.,

2014).

Rumpon adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang di perairan

laut. Alat ini dijadikan sebagai tempat berkumpulnya ikan-ikan dan organisme

laut lainnya. Rumpon diyakini dapat meningkatkan produktivitas perikanan

tangkap dan menurunkan biaya operasi penangkapan ikan yang lebih rendah,

karena nelayan dapat memperhitungkan jarak antara pelabuhan dengan daerah

penangkapan ikan (tempat peletakan rumpon) yang akan dituju. Penggunaan

rumpon dapat menghemat biaya operasional, menghemat waktu menuju daerah

pengkapan dan menghemat bahan bakar. Keberadaan rumpon di suatu perairan

mampu memicu terbentuknya daerah penangkapan ikan yang potensial di

perairan tersebut, karena rumpon mampu memikat ikan di sekitarnya untuk

berkumpul sehingga meningkatkan kepadatan ikan disekitar rumpon sehingga

produksi hasil tangkapan ikan meningkat (Chaliluddin, et al., 2014).

Rumpon merupakan salah satu alat bantu dalam penangkapan ikan

dengan menggunakan berbagai jenis atraktor dari benda padat yang berfungsi

untuk memikat ikan agar berkumpul. Alat ini dijadikan sebagai tempat

berkumpulnya ikan-ikan dan organisme laut lainnya. Rumpon diyakini dapat

meningkatkan produktivitas perikanan tangkap dan menurunkan biaya operasi

penangkapan ikan yang lebih rendah. Nelayan dapat memperhitungkan jarak

antara pelabuhan dengan daerah penangkapan ikan (tempat peletakan rumpon)

17
yang akan dituju. Penggunaan rumpon dapat menghemat biaya operasional,

menghemat waktu menuju daerah pengkapan dan bahan bakar. Keberadaan

rumpon di suatu perairan mampu memicu terbentuknya daerah penangkapan

ikan yang potensial di perairan tersebut.

3.2. Bagian dan fungsi

Secara garis besar rumpon, baik rumpon laut dalam maupun rumpon laut

dangkal pada prinsipnya terdiri dari empat komponen utama. Komponen-

komponen tersebut yaitu: (1) pelampung atau float; (2) tali panjang atau rope; (3)

pemikat ikan atau attractor dan (4) pemberat atau sinker. Rumpon portable

merupakan rumpon yang tidak diletakkan secara tetap di perairan. Rumpon ini

diletakkan hanya pada saat akan melakukan kegiatan penangkapan di daerah

penangkapan ikan. Ketika tidak digunakan, rumpon dapat dibawa, dipindahkan

ke daerah lain atau di simpan sampai dilakukan operasi penangkapan ikan

selanjutnya (Yusfiandani, et al., 2014).

Secara garis besar, susunan kontruksi rumpon meliputi pelampung, tali

utama, atraktor, dan pemberat. Bahan pelampung terbuat dari gabus dan botol

bekas dengan tebal 3 mm. Ukuran dari pelampung tersebut adalah panjang 50-

100cm dengan diameter 80 cm. Tali utama yang digunakan adalah jenis

Polyethilene merek DN dengan diameter 22 mm dan panjang 3000 m. Fungsi

dari tali utama adalah penghubung pelampung, pemberat, dan Atraktor.

Pemberat pada tali utama ini masing-masing mempunyai berat 15 kg. Atraktor

berfungsi untuk menarik ikan agar berkumpul (aggregator) di sekitar rumpon dan

sebagai tempat berlindung serta mencari makan karena substrat yang

menempel pada daun kelapa menyebabkan banyak fitoplakton di area sekitar

rumpon. Peranan pemberat pada konstruksi rumpon laut dalam adalah agar

18
menjadikan posisi rumpon tidak berubah atau bergeser apabila terkena dorongan

arus atau gelombang laut (Kurniawan dan Syari, 2016).

Gambar 7. Konstruksi Rumpon


(Google Images, 2019)

Secara garis besar rumpon, baik rumpon laut dalam maupun rumpon laut

dangkal pada prinsipnya terdiri dari empat komponen utama. Komponen-

komponen tersebut yaitu pelampung atau float, tali panjang atau rope, pemikat

ikan atau attractor dan pemberat atau sinker. Bahan pelampung terbuat dari

gabus dan botol bekas dengan tebal 3 mm. Ukuran dari pelampung tersebut

adalah panjang 50-100cm dengan diameter 80cm. Tali utama yang digunakan

adalah jenis Polyethilene merek DN dengan diameter 22 mm dan panjang 3000

m. Fungsi dari tali utama adalah penghubung pelampung, pemberat,

dan Atraktor. Pemberat pada tali utama ini masing-masing mempunyai berat 15

kg. Atraktor berfungsi untuk menarik ikan agar berkumpul (aggregator) di sekitar

rumpon dan sebagai tempat berlindung serta mencari makan. Peranan pemberat

pada konstruksi rumpon laut dalam adalah agar menjadikan posisi rumpon tidak

berubah atau bergeser apabila terkena dorongan arus atau gelombang laut

19
3.3. Target sasaran

Ikan hasil tangkapan di sekitar rumpon portable terdiri dari 5 jenis spesies

ikan yang berjumlah 185 ekor. Hasil tangkapan terdiri atas 111 ekor yellowfin

tuna (Thunnus albacares), 68 ekor cakalang (Katsuwonus pelamis), 4 ekor

lemadang (mahi-mahi), 1 ekor salem (rainbow runner) dan 1 ekor jelidin. Dari

keseluruhan hasil tangkapan ikan disekitar rumpon, terdapat dua jenis ikan yang

termasuk ke dalam ikan ekonomis penting, yaitu ikan tuna dan ikan cakalang.

Data hasil tangkapan perhari selama penelitian memiliki sebaran yang fluktuatif.

Hasil tangkapan hari pertama memperoleh berjumlah 17 ekor, hari kedua

sebanyak 27 ekor, hari ketiga sebanyak 59 ekor; 4) hari keempat sebanyak 35

ekor; 5) hari kelima sebanyak 31 ekor; dan 6) pada hari keenam sebanyak 16

ekor (Yusfiandani, et al., 2014).

Ikan-ikan yang berkumpul disekitar rumpon menggunakan rumpon

sebagai tempat berlindung juga untuk mencari makan dalam arti luas tetapi

tidak memakan daun-daun rumpon tersebut. Adanya ikan di sekitar rumpon

berkaitan dengan pola jaringan makanan dimana rumpon menciptakan suatu

arena makan dan dimulai dengan tumbuhnya bakteridan mikroalga ketika

rumpon dipasang. Kemudian mahluk renik ini bersama dengan hewan-hewan

kecil lainnya menarik perhatian ikan-ikan pelagis ukuran kecil. Ikan-ikan

pelagis ini akan memikat ikan yangberukuran lebih besar untuk memakannya.

Adapun ikan hasil tangkapan yang di dapat di wilayah terdapat rumpon adalah

ikan Kurisi Bali, Kepetek, Tando-tando, Seruit, Kakap Merah, Berujung, Kirong-

Kirong, Tabu Gendang (Kurniawan dan Syari, 2016).

20
Gambar 8. Target Sasaran Rumpon
(Google Images, 2019).

Ikan hasil tangkapan di sekitar rumpon portable terdiri dari 5 jenis

spesies ikan yang berjumlah 185 ekor. Hasil tangkapan terdiri atas 111 ekor

yellowfin tuna (Thunnus albacares), 68 ekor cakalang (Katsuwonus pelamis), 4

ekor lemadang (mahi-mahi), 1 ekor salem (rainbow runner) dan 1 ekor jelidin.

Dari keseluruhan hasil tangkapan ikan disekitar rumpon, terdapat dua jenis ikan

yang termasuk ke dalam ikan ekonomis penting, yaitu ikan tuna dan ikan

cakalang. Selain itu, didapat juga ikan Kurisi Bali, Kepetek, Tando-tando, Seruit,

Kakap Merah, Berujung, Kirong-Kirong dan Tabu Gendang di sekitar rumpon.

Mayoritas hasil tangkapan merupakan ikan-ikan pelagis kecil dan besar.

21
4. Lampu celup bawah air

Nama internasional : Underwater Light Fishing

Nama Daerah : Lacuba

4.1. Pengertian

Lampu celup bawah air (Lacuba) yang berfungsi untuk penerangan dalam

proses penangkapan ikan dan sebagai penarik perhatian ikan sehingga ikan

berkumpul mendekati cahaya lampu, sehingga memudahkan menjaringnya dan

nelayan dapat meningkatkan hasil tangkapannya dua kali lipat. Teknologi lacuba

ini menggunakan intensitas cahaya untuk menarik perhatian ikan. Teknologi

penangkapan ikan menggunakan alat bantu cahaya sering disebut sebagai light

fishing. Cahaya digunakan untuk menarik dan mengkonsentrasikan kawanan

ikan pada catchable area yang selanjutnya dengan menggunakan alat tangkap

tertentu untuk menangkapnya. Setiap intensitas cahaya yang digunakan oleh

nelayan berbeda-beda tergantung pada jenis alat tangkap, spesies target, fishing

ground, dan kemampuan finansial dari nelayan (Setiawan, et al., 2015).

Lacuba adalah alat pemanggil ikan yang berupa lampu tahan air yang

diperuntukan bagi para nelayan penghobi mancing di laut, danau maupun

sungai, untuk menangkap ikan. Lacuba dioperasikan dengan cara dicelupkan ke

dalam air. Hasil tangkapan kelong yang menggunakan Lacuba lebih tinggi

dibandingkan dari kelong yang menggunakan lampu petromaks. Jenis-jenis ikan

yang terpikat langsung dengan kehadiran cahaya lacuba yaitu ikan Rinyau,

Sotong, teri. Jenis-jenis ikan yang terpikat tidak secara langsung oleh cahaya

lampu dari lacuba yaitu ikan tamban, ikan kekek, beliak mata (Brown, et al.,

2013).

Lampu celup bawah air (Lacuba) yang berfungsi untuk penerangan dalam

proses penangkapan ikan dan sebagai penarik perhatian ikan sehingga ikan

22
berkumpul mendekati cahaya lampu, sehingga memudahkan menjaringnya dan

nelayan dapat meningkatkan hasil tangkapannya dua kali lipat. Teknologi lacuba

ini menggunakan intensitas cahaya untuk menarik perhatian ikan. Jenis-jenis

ikan yang terpikat langsung dengan kehadiran cahaya lacuba yaitu ikan Rinyau,

Sotong, teri. Jenis-jenis ikan yang terpikat tidak secara langsung oleh cahaya

lampu dari lacuba yaitu ikan tamban, ikan kekek, beliak mata.

4.2. Bagian dan fungsi

Lacuba memiliki rangkaian yang menghubungkan antara LED agar dapat

menyala dengan efektif dan efsien terhadap daya yang digunakan. Lacuba

dibuat dengan menggunakan lampu LED yang akan menghemat listrik. Serta

juga dapat mengurangi harga jual lacuba ini. Teknologi lacuba ini menggunakan

intensitas cahaya untuk menarik perhatian ikan. Sumber cahaya yang digunakan

lampu LED yang disusun sehemat dan seefektif mungkin. Cahaya digunakan

untuk menarik dan mengkonsentrasikan kawanan ikan pada catchable area yang

selanjutnya dengan menggunakan alat tangkap tertentu untuk menangkapnya.

Setiap intensitas cahaya yang digunakan oleh nelayan berbeda-beda tergantung

pada jenis alat tangkap, spesies target, fishing ground, dan kemampuan finansial

dari nelayan (Setiawan, et al., 2015).

Jenis lampu celup LED yang digunakan berbentuk silinder dengan ukuran

15 x 20 cm. Lampu berbentuk silinder memiliki keunggulan sebaran cahaya lebih

merata saat dioperasikan pada perairan. Lampu celup LED ini tidak panas saat

dioperasikan di dalam perairan. Lampu celup LED model v.815 telah

menggunakan kontrol LED dilengkapi fitur tombol warna biru, merah dan kuning.

Tombol atur ritme serta tombol atur kecerahan. Pengoperasian lampu celup ini

menggunakan sumberdaya arus listrik dari baterai, dengan dihubungkan pada

23
kontrol LED menggunakan kabel DC. Serta memiliki daya tahan terhadap air,

tidak panas saat di operasikan dalam air (Hamidi, et al., 2017)

Gambar 9. Konstruksi Lampu Celup Bawah Air


(Google Images, 2019).

Lacuba (lampu celup bawah air) terdiri dari lampu neon, lampu LED

dengan cahaya merah biru dan kuning, kabel DC, baterai dan rangka. Lampu

neon merupakan faktor terpenting dalam lacuba. Lampu neon berfungsi sebagai

sumber cahaya yang digunakan sebagai atraktor untuk menarik perhatian ikan.

Lampu LED juga bias digunakan sebagai sumber cahaya. LED ini lebih efektif

karena cahaya yang dikeluarkan berbagai macam warna. Dimana ikan akan lebih

tertarik untuk mendekat. Kabel digunakan sebagai aliran dari sumber listrik.

Baterai digunakan sebagai sumber energi. Rangka digunakan sebagai pemberi

bentuk dan untuk melindungi lampu.

4.3. Target sasaran

Hasil tangkapan pada perlakuan lampu celup LED biru selama 12 kali

operasi penangkapan mendapatkan total hasil tangkapan sebesar 1579 kg.

Terdiri dari tiga spesies yaitu teri (Stolephorus devisi) sebanyak 445 kg,

Kembung (Rastrelliger kanagurta) 590 kg dan tamban (Dussumieria elopsoides)

534 kg. Hasil tangkapan lampu celup LED merah mendapatkan dua spesies

24
yang sama yaitu teri (Stolephorus devisi) dan kembung (Rastrelliger kanagurta)

selama 12 kali operasi penangkapan. Hasil tangkapan lampu celup LED kuning

dan bagan kontrol mendapatkan satu jenis yaitu ikan teri (Stolephorus devisi ).

Jumlah hasil tangkapan yang tertangkap berbeda pada setiap tripnya. kontrol.

Penggunaan warna lampu yang berbeda dapat meningkatkan jenis hasil

tangkapan. Hal ini di karenakan jenis ikan memiliki ketertarikan yang berbeda

terhadap warna (Hamidi, et al., 2017).

Ikan yang tertangkap selama penelitian umumnya ikan pelagis. Hasil

tangkapan yang diperoleh dengan menggunakan lampu biru sebanyak 352,25

kg. Lampu kuning didapat sebanyak 282,6 kg, dan lampu petromax sebanyak

164,9 kg. Jumlah hasil tangkapan (ekor) selama sepuluh hari yang

menggunakan LACUBA biru dan LACUBA kuning dan petromax dari yang

terbanyak hingga ke yang terendah, masing masing adalah 104,189 dengan

rentang 1791-15720 ekor per malam, 74689 ekor dengan rentang 1769-13989

ekor per malam (Brown, et al., 2013).

25
Gambar 10. Target Sasaran Lacuba
(Google Images, 2019).

Target sasaran atau penangkapan lacuba ini merupakan ikan-ikan pelagis

kecil. Ikan yang tertangkap yaitu ikan teri, ikan kembung dan ikan selar. Hasil

tangkapan sampingan lacuba yaitu berupa cumi_cumi, dan ikan pepetek.

Penangkapan menggunakan lampu celup LED biru dapat meningkatkan hasil

tangkapan. Karena cahaya warna biru memiliki gelombang cahaya pendek dan

spektrum cahayanya lebih panjang sehingga jangkauan sebaran cahaya lebih

luas dan intensitasnya lebih tinggi serta warna biru lebih banyak disukai oleh

banyak jenis ikan. Pengggunaan lampu celup LED biru lebih efektif dan efisien

serta berpeluang menggantikan lampu neon berdasarkan jumlah hasil

tangkapan, daya tahan, konsumsi bahan bakar, dan biaya operasional yang

dikeluarkan selama aktivitas penangkapan.

DAFTAR PUSTAKA

Asruddin. 2017. Faktor Teknis Penangkapan Terhadap Dampak Tekanan


Populasi Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) di Perairan Laut Flores.
Jurnal Aquabis. 6 (1): 1-6.

Brown, A. Isnaniah, dan S. Domitta. 2013. Perbandingan Hasil Tangkapan


Kelong (Liftnet) Menggunakan Lampu Celup Bawah Air (Lacuba) dan
Petromaks di Perairan Desa Kote Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga
Propinsi Kepulauan Riau. Jurnal Akuatika. 4 (2): 149-158.

26
Chaliluddin, M. A. R. M. Aprilla, J.M. Affan, A. A. Muhammadar, H. Rahmadani,
E. Miswar, dan F. Firdus. 2018. Efektivitas Penggunaan Rumpon sebagai
Daerah Penangkapan Ikan di Perairan Pusong Kota Lhokseumawe.
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan. 7 (2): 119-126.

Google Images. 2019. www.googleimages.com. Diakses pada 19 April 2019


pukul 10.00 WIB.

Hamidi, M. S. Baskoro, dan M. Riyanto. 2017. PENGGUNAAN LIGHT EMITTING


DIODE (LED) CELUP BAWAH AIR DENGAN WARNA BERBEDA:
PENGARUHNYA TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN PERAHU.
ALBACORE. 1 (3): 285-296.

Kurnia, M., Sudirman, dan M.Yusuf. 2015. PENGARUH PERBEDAAN UKURAN


MATA PANCING TERHADAP HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR DI
PERAIRAN PULAU SABUTUNG PANGKEP. Marine Fisheries. 6 (1): 87-
95.

Kurniawan, dan I. A. Syari. 2016. PEMANFAATAN PELEPAH SAWIT SEBAGAI


RUMPON DI PERAIRAN TUING KABUPATEN BANGKA. AKUATIK. 10
(1). 57-62.

Masrun, M., N. Jusuf, dan O. Pontoh. 2017. KONTRIBUSI USAHA PUKAT


CINCIN (Purse Seine) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI
KELURAHAN TUMUMPA DUA KECAMATAN TUMINTING KOTA
MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA. AKULTURASI. 5 (9): 561-
572.

Muhammad, M. 2017. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Operasi Kapal Purse


Seine di Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate Provinsi Maluku
Utara. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-
Ternate).10 (1): 9-21.

Nelwan, A. F. P., Sudirman, M. Zainuddin, dan M. Kurnia. 2015. Produktivitas


Penangkapan Ikan Pelagis Besar Menggunakan Pancing Ulur yang
Berpangkalan di Kabupaten Majene. Marine Fisheries. 6 (2): 129-142.

Pratama, M. A. D., T. D. Hapsari dan I. Triarso. 2016. Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Hasil Produktif Unit Penangkapan Purse Seine (Garden)
di Fishing Base PPP Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal Saintek
Perikanan. 11 (2): 120-128.
Rahmat, E., dan A. Salim. 2014. Aspek Operasional Penangkapan dan
Komposisi Jenis Ikan Hasil Tangkapan Pancing Ulur Nelayan Tanjung
Pinang di Laut Cina Selatan. BULETIN TEKNIK LITKAYASA. 12 (2): 91-
96.

Rahmat, E., dan I. Thamrin. 2016. TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN TUNA


DENGAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR DI LAUT BANDA OLEH
NELAYAN AMBON PROVINSI MALUKU. BULETIN TEKNIK LITKAYASA.
14 (1): 57-62.

27
Rambun, A. P., Sunarto, dan I. Nurruhwati. 2016. SELEKTIVITAS ALAT
TANGKAP PURSE SEINE DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI)
MUARA ANGKE JAKARTA. Jurnal Perikanan Kelautan. 7 (2): 97-102.

Safitri, I., dan W. Magdalena. 2018. Perikanan Tangkap Purse Seine di


Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pemangkat Kalimantan Barat.
Jurnal Laut Khatulistiwa. 1 (3): 89-96.

Setiawan, F., Sulistiyanti, S.R., dan A. Sadnowo. 2015. Analisis Pengaruh


Medium Perambatan terhadap Intensitas Cahaya Lacuba (Lampu Celup
Bawah Air). Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro. 9 (1).

Silitonga, C. Isnaniah, dan I. Syofyan. 2016. STUDI KONSTRUKSI ALAT


TANGKAP PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) DI PELABUHAN
PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA KELURAHAN PONDOK
BATU KOTA SIBOLGA PROVINSI SUMATERA UTARA. Jurnal
Universitas Riau.

Yusfiandayani, R., I. Jaya, dan M.S. Baskoro. 2014. KONSTRUKSI DAN


PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN
PALABUHANRATU, JAWA BARAT. Jurnal Teknologi Perikanan dan
Kelautan. 5 (1): 117-129.

28
DAFTAR LAMPIRAN

Badan jaring Tali cincin Tali pelampung

Tali Utama Pengangkat jaring Tempat nelayan melihat


arah

Melakukan wawancara
dengan nelayan

29
ASSISTANT ZONE

No
Nama Asisten Kritik dan Saran
.
Lebih tegas lagi dan perbanyak senyuman
agar lebih dekat dengan praktikan. Terima
kasih Kak.

1.

Muhammad Ilham R.
Tetap jaga senyum dan keramahannya Kak.
Terima kasih Kak.

2.

Bella Nur Aini

Tetap semangat dan jadilah orang yang


bermanfaat Kak. Semangat kak

3.

Arif Rifaldi
Lebih banyak senyum lagi Kak. Semangat
Kak.

4.

Nurhusna Rahmania

30
No
Nama Asisten Kritik dan Saran
.
Lebih mengakrabkan diri kepada praktikan
kedepannya Kak. Semangat Kak.

5.

Ridho Novianto Putro


Ekspresinya jangan terlalu serius Kak.
Terima kasih kak.

6.

Moh. Mansur
Dijaga terus murah senyum, dan baik hati-
nya Kak. Semangat Kak.

7.

Heru Hermanto
Lebihsering mengakrabkan diri kepada
praktikaan Kak. Terima kasih Kak.

8.

Depri Mochamad R.
Dijaga terus senyuman dan semangatnya
Kak. Semangat ka.

9.

Ulfi Fadzilla

31
No
Nama Asisten Kritik dan Saran
.
Baik, santai dan asik. Sering-sering ngajarin
praktikannya Mas. Semangat Mas!

10.

Muchammad Choirul M.
Tegas, dan teliti. Jangan terlalu serius Kak,
bikin deg-degan hehe. Semangat Kak.

11.

Warzukni Fahma
Sering-sering akrab sama praktikan Kak.
Semangat Kak.

12.

Hanif Aqmal Nazmi


Keliatannya baik tapi jarang keliatan. Terima
kasih Kak.

13.

Mutya Rachmatul Laila


Keliatannya baik tapi jarang keliatan. Terima
kasih Kak.

14.

Atika Mahartini

32
No
Nama Asisten Kritik dan Saran
.
Baik dan bisa mendampingi praktikan dengan
baik. Dijaga terus semangatnya Semangat
ka.

15.

Syafril Mayu Dinata


Baik tetapi jarang keliatan. Semangat ka.

16.

Annisa Setya Reandita


Harus lebih banyk berkomunikasi dengan
praktikan. Semangat kak.

17.

Cahya Ajinugraha
Lebih sering senyum ya Kak. Terima kasih
Kak..

18.

Aji Sudayana
Harus bisa lebih tegas lagi kepada praktikan.
Semangat ka.

19.

Arifan Diaz Pradina

33
No
Nama Asisten Kritik dan Saran
.
Harus lebih tegas pada praktikan, baik
banget dan friendly terhadap praktikan.
Semangat ka.

20.

M. Ilham Nadzir
Cantik, baik, keliatannya jutek. Harus lebih
banyak senyum dan berkomunikasi dengan
praktikan, semangat ka

21.

Putri Utami Rahmawati


Lebih sering ngobrol sama praktikan Kak.
Semangat ka.

22.

Fivian Miftha Fauzi


Lebih tegas lagi dan lebih banyak
berkomunikasi. Semangat ka.

23.

M. Iqbal Sulaiman

34

Anda mungkin juga menyukai