Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Menangkap ikan membutuhkan peralatan dan teknik yang tepat untuk
menangkap ikan. Teknik penangkapan ikan ialah teknik atau cara-cara
mempergunakan alat penangkapan ikan (Ayodhyoa, 1981), baik yang masih
traditional maupun yang menggunakan teknologi modern. Sedangkan yang dimaksud
dengan alat penangkapan ikan adalah segala macam alat yang di pergunakan dalam
proses penangkapan ikan  termasuk kapal, alat tangkap dan alat bantu penangkapan
(Pranoto, 1997). Dengan peralatan dan teknik penangkapan yang tepat akan dapat
menangkap ikan dengan hasil yang baik. Untuk mempermudah pengenalan dan
mempelajari beberapa jenis alat penangkap  ikan ini, para ahli perikanan membagi
atas beberapa golongan ditinjau dari segi bahan pembuat alat penangkapan ikan, cara
penangkapan, hasil tangkapan dan daerah penangkapan
Dalam rangka mewujudkan perikanan tangkap yang berkelanjutan
(sustainable fisheries cupture) sesuai dengan ketentuan pelaksanaan perikanan yang
bertanggung jawab (FAO Code of conduct for Responsible Fisheries/CCRF) maka
eksploitasi sumberdaya hayati laut harus dapat dilakukan secara bertanggung jawab
(Responsible fisheries). Data dari SOFIA (The State of World Fisheries and
Aquaculture) menyatakan bahwa 5 % dari perikanan dunia dalam status deplesi atau
penurunan produksi secara terus menerus, 16 % telah dieksploitasi secara berlebihan
dan melampaui batas optimim produksi, 52 % telah penuh eksploitasi, 23 % pada
tahap moderat yang artinya produksinya masih dapat ditingkatkan meskipun dalam
jumlah yang kecil, 3 % sumberdaya ikan masih dibawah tingkat eksploitasi
optimumnya dan hanya 1 % yang dalam proses pemulihan melalui program-program
konservasi.
Berdasarkan tersebut di atas, untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan
perlu dikaji penggunaan alat-alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan dari segi
pengoperasian alat penangkapan ikan, daerah penangkapan dan lain sebagainya

1
sesuai dengan tata laksana untuk perikanan yang bertanggung jawab atau Code of
Conduct for Responsible Fisheries (CCRF). Pemanfaatan sumberdaya hayati laut
tidak lepas dari kegiatan operasi penangkapan ikan yang melibatkan berbagai unit
penangkapan ikan, unit penangkapan ikan yang berkembang saat ini cukup bervariasi
mulai dari yang berukuran kecil seperti tombak, serok dan pancing sampai alat
tangkap yang berukuran besar seperti trawl, purse seine, rawai tuna serta payang.
Payang merupakan salah satu unit penangkapan ikan yang umum dikenal dan
dioperasikan hampir di seluruh perairan indonesia (Subani, 1978).
Kedepan, trend pengembangan teknologi penangkapan ikan ditekankan pada
teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan (environmental friendly fishing
tecnology) dengan harapan dapat memanfaatkan sumberdaya perikanan secara
berkelanjutan. Teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan adalah suatu alat
tangkap yang tidak memberikan dampat negatif terhadap lingkungan, yaitu sejauh
mana alat tangkap tersebut tidak merusak dasar perairan, tidak berdampak negatif
terhadap biodiversity, target resources dan non target resources. Di Indonesia saat ini
dikenal 3 (tiga) klasifikasi alat penangkapan ikan. yang pertama :menurut klasifikasi
A. Von Brandt, (1964), Kedua: klasifikasi statistik internasional alat tangkap standar
FAO, yang ketiga: klasifikasi standar alat tangkap berdasarkan statistik perikanan
Indonesia (Anonim, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan
yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana klasifikasi alat tangkap hand line ?
2.  Jenis ikan apa saja yang Ditangkap dengan menggunakan alat tangkap
pancing hand line ?
3. Kapal apa yang digunakan untuk melakukan penangkapan dengan
  

menggunakan alat tangkap hand line ?

2
4. Dengan menggunakan alat tangkap hand line daerah apa saja yang menjadi
lokasi penangkapan ?
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik atau cara
penangkapan ikan dan cumi-cumi (Suntung) dengan menggunakan alat tangkap
pancing ulur (Hand line).
1.4 Manfaat Praktikum
Adapun manfaatnya adalah khususnya bagi mahasiswa mendapat pengetahuan
serta informasi baru yang dapat diaplikasikan di masyarakat.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Alat Tangkap

1.      Hand line
Alat tangkap pancing Hand Lines merupakan alat pancing yang sangat
sederhana, terdiri dari pancing, tali pancing dan umpan. Jumlah mata pancingnya
satu buah bahkan lebih, bisa menggunakan umpan asli maupun buatan. Namun
ukuran pancing dan besarnya tali pancing disesuaikan dengan besarnya ikan yang
akan ditangkap, seperti untuk menangkap Ikan Tuna menggunakan tali monofiloment
dengan diameter 1,5 - 2,5 mm dengan pancing nomor 5 - 1 dan ditambahkan timah
sebagai pemberat
Hand line (pancing ulur) adalah salah satu alat tangkap yang dikenal oleh
masyarakat luas, utamanya di kalangan nelayan.  Pancing pada prinsipnya terdiri dari
dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Tali pancing
biasanya terbuat dari bahan nylon monofilament.  Keuntungan dari jenis tali pancing
jenis nylon monofilament yaitu kuat, tahan lama dan tidak busuk dalam air. 
Sedangkan untuk mata pancing umumnya terbuat dari baja atau bahan yang anti karat
dan mempunyai berkait balik.  Panjang tali pancing bervariasi antara 100 m sampai
200 m, dan ukuran tali pancing bernomor 100 atau 500.  Pemberat berbentuk kerucut
dengan diameter 4 cm, tinggi 6 cm dan berat 500 gram.  (Arimoto, 2000).
Dari semua alat tangkap yang digunakan menangkap tuna, alat tangkap long
line, dan hand line merupakan alat tangkap yang paling banyak jumlah
penggunaannya (Christian., dkk, 2012).
Pancing Ulur merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang sering
digunakan oleh nelayan tradisional untuk menangkap ikan di laut. Pancing Ulur
termasuk alat penangkap ikan yang aktif, dan juga ramah lingkungan. Pengoperasian
alat relatif sederhana, tidak banyak menggunakan peralatan bantu seperti halnya alat
tangkap pukat ikan dan pukat cincin. Pancing ulur (hand line) adalah alat penangkap

4
ikan jenis pancing yang paling sederhana. Berdasarkan klasifikasi DKP tahun 2008,
pancing ulur termasuk dalam klasifikasi alat tangkap hook and line.

2.      Pole and Line


Huhate (Skipjack pole and line) atau umumnya lebih dikenal dengan “pole
and line” adalah cara pemancingan dengan menggunakan pancing yang dikhususkan
untuk menangkap ikan cakalang yang banyak digunakan di perairan Indonesia.
Selanjutnya dikatakan juga menurut Ayodhoya, (1981), pole and lineumum
digunakan untuk menangkap ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) sehingga dengan
kata perikanan pole and line sering pengertian kita ke arah perikanan cakalang,
sungguhpun dengan cara pole and line juga dilakukan penangkapan albacore,
mackerel dan lain sebagainya.
Alat tangkap yang umum digunakan oleh para nelayan di kawasan Timur
Indonesia salah satunya adalah Pole and line. Studi yang dilakukan Bustaman S dan
Hurasan (1997) menunjukkan bahwa ada tujuh jenis alat tangkap yang digunakan
untuk menangkap ikan tuna/cakalang. Diantara ketujuh jenis alat tangkap
tersebut,Pole and line, Long line dan Trawl line merupakan tiga jenis alat tangkap
yang paling produktif untuk menangkap ikan tersebut (Winarso, 2004). Untuk
Cakalang, alat yang berperan besar dalam penangkapan adalah Pole and line, tonda
dan pancing ulur (Ditjen Perikanan, 1989).
Di antara sekian banyak alat tangkap ikan untuk tujuan komersial yang paling
sederhana dan murah harganya adalah pole and line ini. Peralatan yang hanya terdiri
dari tiga komponen pokok yang ukurannya juga tidak terlalu besar dan khusus ini
adalah joran, tali dan pancing saja. Joran bisa dibuat dari bambu yang ruasnya tidak
terlalu panjang, tebal dan lurus, panjangnya sekitar 4-6 meter. Memang ada jenis
bambu yang untuk joran pole and line ini sangat baik, karena mempunyai daya lentur
yang tinggi (Surur, 2007).

5
3.      Purse Seine
Menurut Nedelec dalam Agung Wahyono (2000) ISSCFG (International
Standart Statistical Classification On Fishing Gear), pukat cincin digolongkan
kepada alat penangkap jaring lingkar pada kelompok jaring lingkar dengan tali kerut
(purse seine), merupakan salah satu alternatif alat penangkap ikan pelagis yang hidup
bergerombol dalam bentuk renang (seperti ikan cakalang, tongkol, layang, kembung)
dengan cara melingkari kelompok renang ikan hingga terkurung oleh
lingkaran dinding jaring. Agar ikan yang telah terkurung tersebut tidak dapat
lolos dari perangkap jaring, maka talii ris bawah (yang dilengkapi dengan sejumlah
cincin) dikuncupkan oleh tali kerut (purse line) sehingga pukat cincin membentuk
seperti tangguk.
Menurut Andreev dalam Friedman (1986) jaring pukat cincin (Purse seine)
merupakan alat tangkap yang efektif untuk menangkap ikanikan pelagis yang berada
dalam kawasan yang besar, baik di perairan pantai maupun lepas pantai .Purse
seine (Pukat Cincin) adalah jenis alat tangkap yang tergolong seine yaitu merupakan
alat tangkap yang aktif untuk menangkap ikan-ikan pelagik yang umumnya hidup
membentuk kawanan dalam kelompok besar (Puslitbang Perikanan,1991). Kegiatan
perikanan utama di perairan Laut Jawa adalah usahapenangkapan purse seine. Purse
seine merupakan alat tangkap yang efisien dalam menangkap ikan pelagis “pelagic
schoaling species”, selanjutnya dalam operasi penangkapan ikan denga purse seine
digunakan juga alat bantu penangkapan berupa lampu.
Karakteristik usaha perikanan purse seine didasarkan pada sumberdaya ikan
pelagis kecil yang bersifat milik bersama (common property) dan akses terbuka
(open access). Komponen utama hasil tangkapan perikanan purse seine di Laut Jawa
dan sekitarnya, yaitu ikan layang (Decapterus ruselli dan D.macrosoma.), Banyar
(Rastrellinger kanagurta),Bentong/Selar(Selarcrumenopthalmus),siro(Amblygaster si
rm), lemuru (Sardinella sp). Pada kondisi perikanan bebas kompetitif tanpa kendali
tersebut berresiko setiap individu atau pengusaha cenderung berusaha memanfaatkan

6
sebanyak-banyaknya untuk memaksimumkan keuntungan. Sehingga eksploitasi
mendorong memanfaatkan sumberdaya ikan yang berlebihan (Atmaja dan Haluan,
2003).

4.      Bubu
Bubu merupakan alat tangkap yang umum dikenal di kalangan nelayan variasi
bentuknya banyak sekali, hampir setiap daerah perikanan mempunyai model bentuk
sendiri. Bentuk bubu ada yang seperti: sangkar (cages), silinder (cylindrical),
gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi banyak, bulat setengah lingkaran, dan
lain-lainnya. Bahan bubu umumnya dari anyaman bambu (bamboo’s splitting or-
screen). Secara garis besar bubu terdiri dari bagian-bagian badan (body), mulut
(funnel) atau ijeb, dan pintu (Partosuwiryo, 2002).
Bubu dapat digunakan untuk menangkap ikan hias maupun ikan yang hidup di
karang lainnya. Kelemahan bubu konvensional adalah pemasangan biasanya
menggunakan karang sebagai jangkar penahan sehingga merusak karang. Ikan baru
dapat dipanen setelah bubu diletakkan selama satu malam atau lebih. Untuk
mengetahui berapa ikan yang telah terperangkap, nelayan harus mengangkat bubu ke
permukaan atau nelayan menyelam. Keuntungan bubu adalah ikan tertangkap hidup-
hidup dan hanya ikanikan jenis tertentu saja yang tertangkap (tergantung besar pintu
dan ukuran mata jaring) (IMAI, 2001).

Subani dan Barus (1989) membedakan bubu menjadi tiga golongan


berdasarkan cara pengoperasiannya, yaitu bubu dasar (ground fishpot), bubu apung
(floating fishpot) dan bubu hanyut (drifting fishpot). Bubu dasar dapat dioperasikan
dengan dua cara, yaitu dipasang secara terpisah, setiap satu bubu dengan satu tali
pelampung atau single traps; dan beberapa bubu dirangkaikan menjadi satu dengan
menggunakan tali utama, disebut main line traps.

2.2   Jenis ikan yang Ditangkap


Jenis ikan yang tertangkap sangat bervariasi meliputi ikan-ikan pelagis untuk
pancing ulur yang dioperasikan disekitar permukaan dan lapisan-lapisan kedalaman

7
tertentu suatu perairan serta ikan demersal (dasar) untuk pancing ulur
yang dioperasikan didasar perairan. Hand line atau pancing ulur dioperasikan pada
siang hari. Konstruksi pancing ulur sangat sederhana. Pada satu tali pancing utama
dirangkaikan 2-10 mata pancing secara vertikal. Pengoperasian alat ini dibantu
menggunakan rumpon sebagai alat pengumpul ikan. Pada saat pemancingan, satu
rumpon dikelilingi oleh lima unit kapal, masing-masing kapal berisi 3-5 orang
pemancing. Umpan yang digunakan adalah ikan segar yang dipotong-potong. Hasil
tangkapan utama pancing ulur adalah tuna (Thunnus spp.) (MPPP, 2014).

2.3 Kapal yang Digunakan

           Kapal yang digunakan nelayan dengan mengguanakan alat tangkap hand line


adalah kapal yang terbuat dari kayu dengan panjang 10 m, lebar 3 m tinggi 1.10 m. 
Kapal ini telah dilengkapi oleh palka untuk menyimpan ikan tuna dengan panjang 2
m, lebar 1.20 m tinggi 1.10 yang berkapasitas kurang lebih 1 ton.
1.      Armada
Jenis armada pancing ulur tuna nelayan di menggunakan beberapa tipe
kapal/perahu. Jumlah anak buah kapal bervariasi mulai 2 orang hingga belasan
orang tergantung tipe perahu yang digunakan. Jumlah hari operasi penangkapan
bervariasi mulai dari 1 hari (one day fishing) sampai dengan 2 minggu.
Armadapancing ulur nelayan terdiri dari armada pamo dan pamboat Pamo terbuat
dari bahan kayu adapun pamboat umumnya terbuat dari bahan kayu lapis.

2.      Pamo
Pamo merupakan jenis kapal pancing ulur tuna dengan bentuk seperti kapal
pada umumnya tetapi dioperasikan untuk penangkapan ikan tuna dengan pancing
ulur. terdapat dua jenis ukuran pamo di yaitu pamo kecil dan pamo besar. Pamo kecil
umumnya berukuran panjang x lebar x dalam 8,0 x 2,0 x 0,6 meter atau 3-4
GT menggunakan mesin dompeng 24 PK (1 cylinder) sebagai mesin utama. Pamo
dilengkapi dengan 1 buah palkah untuk menampung hasil tangkapan
dengankapasitas 500 kg Anak buah kapal (ABK) berjumlah 2-3 orang. Jumlah hari
penangkapan pamo umumnya adalah 3 hari per trip. Pamo besar umumnya

8
berukuran e” 10 GT dengan ukuran panjang x lebar x dalam 16,0 x 3,6 x 1,2 meter,
palka tersedia 4 lobang dengan kapasitas 10-15 ton. Jumlah ABK pamo ukuran
besar adalah 8 orang. Jumlah hari penangkapan bisa mencapai 2 minggu per trip.

3.      Pamboat
Pamboat merupakan perahu yang dilengkapi dengan katir (semah) sebagai
penstabil saat berlayar. Terdapat tiga jenis pamboat yang dioperasikan nelayan,
yaitu ukuran kecil, besar dan fuso. Pamboat ukuran kecil mempunyai dimensi
panjang x lebar x dalam adalah 7,0 x 0,7 x 0,6 meter dengan jumlah ABK 1-2
orang. Mesin penggerak merek Ryu atau Honda 13-16 PK. Jumlah hari penangkapan
hanya 1 hari (one day fishing) dengan waktu pemancingan mulai pagi hingga sore
hari.
Pamboat ukuran besar berukuran panjang x lebar x dalam 12 x 1,6 x 1,0
meter, mesin penggerak 16-22 PK dan jumlah ABK 4-5 orang per pamboat. Trip
penangkapan 4–7 hari atau sampai persediaan es habis terpakai. Fuso merupakan
istilah lokal untuk memyebut pamboat besar bermesin fuso. Kapal ini berfungsi
sebagai kapal penampung hasil tangkapan dengan kapasitas muat sampai 10 ton (100-
150 ekor per trip) ikan tuna. Fuso berukuran 22,0 x 5,0 x 2,0 meter dan membawa 10-
11 pakura. Pakura adalah perahu kecil seperti kano bermesin 5-10 HP
yang merupakan kelengkapan dari pamboat (fuso) untuk dioperasikan didaerah
penangkapan. Ukuran pakura 2,5 x 0,7 x 0,2 dan diawaki oleh 1-2 orang
pemancing, jadi jumlah ABK pamboat fuso biasanya sama dengan jumlah pamo yang
dibawa oleh pamboat fuso. meter. Pakura bisa diawki oleh 1-2 orang nelayan
pemancing ikan tuna. Jumlah hari operasi bisa mencapai 30 hari pertrip (Rahmat, E &
A. Salim, 2013).
2.4   Daerah Penangkapan (Fishing Ground)
            Alat tangkap pancing ulur (hand line) menangkap ikan tuna berukuran lebih
besar jika dibanding ikan tuna yang tertangkap purse seine (Babaran, 2006). Pancing
ulur dioperasikan di perairan yang lebih dalam dimana lapisan renang ikan tuna besar
terdapat di lapisan tersebut. Daerah penangkapan ikan (fishing ground) untuk

9
mengoperasikan pancing ulur cukup terbuka dan bervariasi karena pancing ulur dapat
dioperasikan disekitar permukaan sampai dengan di dasar perairan, disekitar perairan
pantai maupun di laut dalam. Limitasi daerah penangkapan untuk pancing ulur
adalah daerah perairan yang dilarang sebagai areal penangkapan ikan (perairan
tempat meliter melakukan latihan). Pada alur pelayaran umum karena akan
mengganggu     kapal    bernavigasi,terutama untuk pancing ulur yang dioperasikan
pada sekitar permukaan. Pancing Ulur dioperasikan diberbagai jenis perairan, seperti
disekitar pantai, di samudera, di perairan dangkal, diperairan dalam bahkan di
perairan sekitar karang (MPPP, 2014).

10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Dasar-Dasar Penangkapan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal
01 Desember 2018 sampai selesai di Desa Langgula Kecamatan Batudaa Pantai
Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat yang digunakan dalam praktikum

NO Alat Fungsi Alat


1 Nilon Untuk tali pancing
2 Lampu Suntun Untuk menarik perhatian cumi-cumi
3 Mata Pancing Untuk menangkap ikan
4 Pemberat Untuk membawa umpan tenggelam
5 Kili-Kili Untuk mengatur tali pancing agar tidak kusut
6 Roll Pancing Untuk tempat menggulung Nilon/ Tali pancing

3.2.2 Bahan yang digunakan dalam praktikum

NO Bahan Fungsi Bahan

1 Air Laut Tempat hidupnya ikan atau biota laut


2 Umpan Buatan Untuk menarik perhatian ikan dan menjadi umpan

Gambar 1. Senar Gambar 2. Roll Pancing


(Sumber: Olahan data primer, 2018) (Sumber: Olahan data primer, 2018)

11
Gambar 3. Mata Pancing Gambar 4. Ladung
(Sumber: Olahan data primer, 2018) (Sumber: Olahan data primer, 2018)

Gambar 5. Lampu Cumi Gambar 6. Mata pancing cumi


(Sumber: Olahan data primer, 2018) (Sumber: Olahan data primer, 2018)

Gambar 7. Umpan buatan (Pentil)


(Sumber: Olahan data primer, 2018)

3.3 Metode yang digunakan


Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode survey, yaitu
dengan meninjau atau mengikuti praktikum langsung di lapangan dimana dengan
memperoleh data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan
secara langsung dari objek praktikum yaitu dengan observasi atau pengamatan secara
langsung. Sedangkan data sekunder yang di dapatkan pada praktek lapang ini
adalah dengan mencatat atau mengutip informasi dari nelayan di desa Langgula.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun data yang di hasilkan dari praktikum ini antara lain sebagai berikut :

Hasil Tangkapan
Jenis Hasil
Tangkap Panjang Tali Cabang (m)

10 18 24 29 36 43

Oci 0 1 3 4 6 7

4.2 Pembahasan
4.1.1 Metode penangkapan
Prinsip penangkapan yang dilakukan di Desa Langgula Kecamatan Batudaa
Pantai Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo yaitu metode jebakan dengan
memasang umpan pada mata kail untuk menarik perhatian ikan (misalnya yang
berada disekitar rumpon) yang sudah dipasang sebelumnya, kemudian pancing ulur
ditarik keatas perahu. Adapun Metode pengopeasian yang kami lakukan adalah
dengan melakukan persiapan terlebih dahulu (Persiapan bahan dan alat), pemasangan
pancing, penarikan dan pengangkatan.
Cara pengoperasiam pancing ulur ada dua cara yaitu untuk pancing ulur
perairan dalam dioperasikan di perairan sampai dengan mencapai kedalaman tertentu
dan menggunakan umpan hidup. Sedangkan pancing ulur permukaan dioperasikan di
bagian permukaan air dengan cara menggerak-gerakkan umpan buatan sehingga
menarik perhatian ikan target penangkapan untuk memangsa. Pengoperasian alat
relatif sederhana, tidak banyak menggunakan peralatan bantu seperti halnya alat
tangkap pukat ikan dan pukat cincin. Pancing ulur (hand line) adalah alat penangkap
ikan jenis pancing yang paling sederhana. Berdasarkan klasifikasi DKP tahun (2008),
pancing ulur termasuk dalam klasifikasi alat tangkap hook and line.

13
4.2.2 Alat Bantu Penangkapan
Karena praktikum kami lakukan di malam hari maka kamipun menggunakan
alat bantu berupa lampu yang ada di kapal yang berfungsi untuk menerangi dan
menarik perhatian ikan. Ikan-ikan yang penasaran dengan cahaya lampu di kapalpun
akhirnya datang mendekati kapal dan memakan umpan-umpan bergerak yang kami
pasang di sekitaran kapal menggunakan pancing ulur atau hand line. Pancing Ulur
dioperasikan diberbagai jenis perairan, seperti disekitar pantai, di samudera, di
perairan dangkal, diperairan dalam bahkan di perairan sekitar karang (MPPP, 2014).
4.2.3 Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan yang kami dapatkan dengan alat tangkap pancing ulur adalah
ikan-ikan pelagis yang berenang didekat permukaan air seperti ikan Oci atau ikan
Kembung yang dimana kebanyakan didapatkan dengan menggunakan umpan buatan
yang kami buat dari pentil. Keuntungan pancing ulur adalah ikan tertangkap hidup-
hidup dan hanya ikan ikan jenis tertentu saja yang tertangkap (tergantung besar pintu
dan ukuran mata jaring) (IMAI, 2001).

14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Di Indonesia saat ini dikenal 3 (tiga) klasifikasi alat penangkapan ikan. yang
pertama : menurut klasifikasi A. Von Brandt, Kedua: klasifikasi statistik internasional
alat tangkap standar FAO, yang ketiga: klasifikasi standar alat tangkap berdasarkan
statistik perikanan Indonesia
Berdasarkan tersebut di atas, untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan
perlu dikaji penggunaan alat-alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan dari segi
pengoperasian alat penangkapan ikan, daerah penangkapan dan lain sebagainya
sesuai dengan tata laksana untuk perikanan yang bertanggung jawab atau Code of
Conduct for Responsible Fisheries (CCRF).
5.2 Saran
Saran yang dapat saya ajukan dalam praktikum kali ini adalah jangan merusak
laut kita beserta biota-biota yang ada didalamnya dengan melakukan penangkapan
secara berlebihan (over fishing) serta dengan menggunakan alat-alat penangkapan
yang illegal yang dapat menyebabkan kerusakan laut beserta isinya.

15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar
Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Arimoto, T. 2000. Research and Educatin System of Fishing Technology in Japan.
TUF-JSPS International Projek. Vol. 8. March 2000. Proceeding the 3
rd JSPS International Seminar on Fisheries Sciences in Tropical Area
Sustanable Fishing Technology in Asia Toward the 21 st Century.
Tokyo University of Fisheries. P 32- 37.

Atmaja.,S.B dan Haluan,J.2003. Perubahan Hasil tangkapan Lestari Ikan


Pelagiskecil Di Laut Jawa dan Sekitarnya. Buletin PSP Volume XII
No.2 /10/2002.
Ayodhoya. 1981. Dosen Fakultas Perikanan. Cetakan Pertama. Penerbit : Yayasan
Dewi Sri. IPB. Bogor.
Babaran, R. P. 2006. Payao fishing and its impact to tuna stocks: a
preliminaryanalysis. Second Regular Scientific Meeting WCPFC.
Manila 7-8 August2006. FT WP-7. 12 p.
Christian J. Lintang, Ivor L. Labaro Dan Aglius T.R. Telleng. 2012.  Kajian musim
penangkapan ikan tuna dengan alat tangkap hand line di Laut
Maluku.Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
IMAI. 2001. Country Status Overview 2001 tentang Eksploitasi dan
Pedagangan dalam Perikanan Karang di Indonesia. International
Marinelife Alliance Indonesia. Bogor.
Media Penyuluhan Perikanan Pati. 2014.
Partosuwiryo, S. 2002. Dasar-dasar Penangkapan Ikan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Puslitbang Perikanan, 1991. Perikanan Pukat Cincin Dalam Himpunan Paket
Teknologi Perikanan. Puslitbang Perikanan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Jakarta.
Rahmat, E & A. Salim. 2013. Teknologi Alat Penangkapan Ikan Pancing
Ulur(Handline) Tuna Di Perairan Laut Sulawesi Berbasis Di
Kabupaten Kepulauan Sangihe
Subani,W. 1978. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia,jilid I. LPPL. Jakarta.

16
Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut
Indonesia. Balai penelitian Perikanan laut. Departemen Pertanian.
Jakarta. 248 hal.

Sudirman dan A. Mallawa. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.


Surur, A.S. 2007. Cara Penoprasian Poel And Line. Jurnal Teknologi Perikanan. 2(4)
: 20 – 27.

Winarso, S. 2004. Alat Tangkap Ikan Tuna. Jurnal Teknologi Perikanan. 2 (4) :


14 – 18.

17
LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai