Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM IKTIOLOGI

PRAKTIKUM I
MORFOLOGI

OLEH :

NAMA : ERSANI
STAMBUK : I1A1 16 051
JURUSAN : MSP
KELOMPOK : V (A)
ASISTEN : FARILANDA

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laut adalah kumpulan air asin yang menutupi permukaan tanah yang

luas dan berhubungan dengan samudera. Laut merupakan ekosistem yang

kaya dengan sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran

dan kesejahteraan manusia. Khususnya indonesia, yang memiliki potensi

sumberdaya ikan dan keanekaragaman dapat membangun kesejahteraan

masyarakat khususnya masyarakat. Oleh karena itu, banyak orang yang

berlomba-lomba untuk mencari tahu lebih dalam lagi tentang kekayaan alam

laut yang salah satunya yaitu dengan mempelajari iktiologi.

Iktiologi berasal dari kata Yunani yaitu, ichthyon yang berarti ikan

dan logos yang berarti pengetahuan. Jadi iktiologi adalah ilmu yang

mempelajari tentang ikan dan segala aspek kehidupannya. Iktiologi

merupakan ilmu pengetahuan yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia

perikanan. Iktiologi mampu memberikan gambaran ikan secara lengkap

kepada dunia perikanan baik dari dalam maupun dari luarnya, tidak hanya

sekedar anatomi saja. Oleh karena itu banyak kepentingan dunia perikanan

yang dipelajari dan dipecahkan dengan bersumber dari iktiologi. Dalam

mempelajari iktiologi tidak lepas dari ilmu-ilmu yang lain karena saling

berkaitan. Beberapa cabang ilmu pengetahuan yang sangat terkait dengan

iktiologi ini antara lain taksonomi, fisiologi, dan tingkah laku ikan (kebiasaan

makan, dan sebagainya), serta morfologi dan anatominya.


Morfologi adalah penampakan luar bagian-bagian tubuh ikan. Adapun

morfologi ikan secara umum yaitu terdiri dari kepala (caput), badan (truncus),

dan ekor (caudal).

Ikan yang menjadi objek pengamatan kali ini yaitu ikan Layang (D.

Russelli) dan ikan Pisang-Pisang Merah (C. Chrysosonus). Ikan Layang (D.

Russelli) merupakan salah satu ikan perenang cepat yang hidup berkelompok

dilaut yang jernih dan besalinitas tinggi. Ikan ini juga merupakan salah satu

jenis ikan laut yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat kita. Sedangkan ikan

Pisang-Pisang Merah (C. Chrysosonus) adalah ikan yang tergolong ikan

pelagis karang dimana penyebarannya diperairan dangkal karang diseluruh

indonesia, dan juga banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas maka dianggap perlu dilakukan praktikum

sehingga kita dapat mengetahui lebih dalam lagi mengenai ikan, khususnya

mengenai sistem morfologi dan mengukur tubuh ikan.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum Morfologi Ikan ini yaitu agar mahasiswa dapat

mengetahui dan mengenal morfologi ikan serta funginya.

Adapun manfaat dari praktikum Morfologi Ikan ini yaitu mahasiswa

dapat memahami, menghayati, serta melengkapi, serta melengkapi meteri-

materi yang telah digunakan guna menunjang dalam mempelajari ilmu-ilmu

pada bidang studi lainnya.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi

Klasifikasi ikan Layang (Decapterus Russeli) menurut Prihatini (2010)

adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Order : Malacopterigii
Family : Nemipterydae
Genus : Nemipto rus
Spesies : Decapterus Russeli

Gambar 1. Morfologi Ikan Layang (Decapterus Russeli)


(Sumber : Dok. Pribadi, 2017)
Menurut Mujianto (2013), klasifikasi ikan Pisang-Pisang Merah

(Caesio chrysosonus) adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Order : Perciformes
Family : Lutjunidae
Genus : Caesio
Spesies : Caesio chrysosonus

Gambar 2. Morfologi Ikan Pisang-Pisang Merah (Caesio Chrysosonus)


(Sumber : Dok. Pribadi, 2017)

B. Morfologi dan Anatomi

Morfologi diturunkan dari bahasa Inggris morphology, artinya cabang

ilmu linguistik yang mempelajari tentang susunan atau bagian-bagian kata

secara gramatikal. Dulu, ilmu ini lebih dikenal dengan sebutan morphemics,

yaitu studi tentang morfem. Namun, seiring dengan perkembangan dan

dinamika bahasa, istilah yang kemudian lebih populer adalah morfologi

(Affandi, 2011).

Roziaty (2010) menyatakan bahwa mendefinisikan morfologi sebagai

cabang linguistik yang mempelajari struktur dan bentuk-bentuk kata.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa morfologi

merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari bentuk dan proses


pembentukan kata. Proses pembentukan kata tersebut dapat berpengaruh

terhadap perubahan bentuk kata dan juga terhadap golongan dan arti kata.

Anatomi merupakan salah satu cabang dari Ilmu Hayat (Biologi) yang

mempelajari organ-organ dalam suatu organisme. Anatomi suatu spesies ikan

sangat penting untuk diketahui karena merupakan dasar dalam mempelajari

jaringan tubuh, penyakit dan parasit, sistematika, dan sebagainya. Bentuk dan

letak setiap organ dalam antara satu spesies ikan dapat saja berbeda dengan

spesies ikan lainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan bentuk tubuh, pola

adaptasi spesies ikan tersebut terhadap lingkungan tempat mereka hidup, atau

stadia dalam hidup spesies tersebut (Affandi, 2011)

C. Habitat dan Penyebaran

Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang

biak. Pada dasarnya, habitat adalah lingkungan-lingkungan fisik di sekeliling

populasi suatu spesies yang memengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies

tersebut (Prihatini, 2010).

Distribusi ikan dapat diartikan sebagai keberadaan ikan pada tempat

dan waktu yang tertentu. Kajian distribusi ikan dapat ditinjau dari sudut

geografis dan ekologis. Terdapat dua aspek yang harus diperhatikan dalam

kajian distribusi ikan yaitu: aspek deskriptif, bertujuan untuk menemukan

spesies apa saja yang mendiami suatu tempat tertentu, dan aspek yang lebih

rumit yaitu mempelajari kenapa spesies mendiami suatu tempat dan

bagaimana mereka bisa ada disana (Wibowo, 2013).

Daerah sebaran ikan Layang (Decapterus Russeli) sangat luas, yaitu di

perairan tropis dan subtropis. Sebagian besar populasi ikan ini terdapat di
Samudera Atlantik bagian utara sampai ke Cape Cod dan sebelah selatan

sampai ke Brasilia. Di wilayah Indo-Pasifik ikan ini tersebar antara Jepang di

bagian utara dan pantai Natal di bagian selatan. Dilaut Jawa ikan-ikan tersebar

mengikuti pergerakan salinitas dan persediaan makanan yang sesuai dengan

hidupnya (Samad, 1998).

Di perairan Indonesia terdapat lima jenis Layang yang umum yakni

Decapterus kurroides, Decapterus russelli, Decapterus macrosoma

Decapterus Layang, dan Decapterus maruadsi. Dari kelima jenis ini hanya

Decapterus russelli yang mempunyai daerah sebaran yang luas di Indonesia ,

sedangkan di Perairan Laut Jawa terdapat dua spesies yaitu Decapterus

macrosoma dan Decapterus ruselli. Di Laut Jawa sangat dominan dalam hasil

tangkapan nelayan mulai dari Pulau Seribu, hingga P. Bawean dan P.

Masalembo, Selat Makassar Selat Karimata, Selat Malaka, Laut Flores,

Arafuru, Selat Bali.

Decapterus ruselli dan Decapterus macrosoma tersebar di perairan

tertentu. Tampaknya Decapterus ruselli senang hidup di perairan dangkal

seperti Laut Jawa, sedangkan Decapterus macrosoma tersebar di perairan laut

18 seperti di Selat Bali, Perairan Indonesia Timur Laut Banda, Selat Makassar

dan Sangihe, Laut Cina Selatan. Decapterus kurroides tergolong ikan yang

agak langka antara lain terdapat di Selat Bali, Labuhan dan Pelabuhan Ratu

(Jawa Barat). Decapterus maruadsi termasuk ikan Layang yang berukuran

besar, hidup di laut dalam seperti di Laut Banda tertangkap pada kedalaman

100 meter lebih (Prihatini, 2010).


Suhendro (2014) menyatakan bahwa mengemukakan bahwa habitat

ikan Pisang-Pisang Merah (C. chrysosonus) umumnya di daerah perairan

karang hinga ke daerah pasang surut di muara, bahkan beberapa spesies

cenderung menembus sampai ke perairan tawar. Selain itu ikan Pisang-Pisang

Merah (C. chrysosonus) tertangkap pula pada kedalaman dasar antara 4050

meter dengan substrat sedikit karang dan salinitas 3033 ppt serta suhu antara

5-32C. Terumbu karang merupakan ekosistim khas yang terdapat di daerah

tropis, meskipun terumbu karang banyak ditemukan di perairan seluruh dunia,

tapi hanya di daerah tropis terumbu karang dapat berkembang dengan baik dan

salah satunya di perairan Indonesia.

Ikan Pisang-Pisang Merah bergerombol di daerah pantai berkarang,

sedangkan penyebaran perairan dangkal dan karang di seluruh Indonesia,

Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai laut Cina Selatan, bagian selat

Ryukyu (Jepang) serta perairan tropis Australia (Sugianto, 2013).

Menurut Samad (1998), ikan Pisang-Pisang Merah (Caesio

Chrysosonus) hidup bergerombol di daerah pantai, ikan buas, makanannya in-

vertebrata, dapat mencapai dengan muroami, soma malalugis, jaring klotok,

kadang-kadang masuk bubu, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kering,

harga sedang. Daerah penyebaran; perairan dangkal perairan karang, seluruh

lndonesia.
D. Fisiologi dan Reproduksi

Purbayanto (2010) mengatakan bahwa fisiologi adalah suatu ilmu yang

mempelajari segala proses yang berlangsung dalam tubuh mahluk hidup, baik

organisme bersel tunggal maupun bersel banyak, termasuk interaksi antar

sel,jaringan, organ serta semua komunikasi intercellular, baik energetik

maupun metabolik.pada ilmu ini juga dibahas faktor-faktor fisik dan kimia

yang mempengaruhi mahluk hidup, yang terkait dengan awal mula kehidupan,

perkembangan serta kelangsungan hidup.

Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda, tergantung

tingkah laku habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun

ukurannya kecil. Sebaliknya ikan memiliki telur sedikit ukurannya besar.

Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung

kondisi lingkungannya (Syahrir, 2012). Ikan memiliki variasi yang luas dalam

strategi reproduksi yang menonjol yaitu memijah hanya bilamana energi

cukup tersedia, memijah dalam proporsi ketersediaan energi dan memijah

dengan mengorbankan semua fungsi yang lain, jika sesudah itu individu

tersebut mati.

Aspek-aspek reproduksi berupa faktor kondisi, nisbah kelamin, ukuran

ikan pertama kali matang gonad, indeks kematangan gonad, fekunditasm dan

diameter telur penting diketahui untuk kepentingan pengelolaan perikanan dan

kelestarian spesies. Proses reproduksi ikan pada umumnya dapat dibagi

menjadi tiga periode yaitu pre-spawning merupakan periode dimana proses

penyiapan gonad dan penyiapan telur dan sperma yang akan dikeluarkan

berlangsung. Spawning yaitu periode berlangsungnya pengeluaran telur dan


sperma serta pembuahan telur oleh sperma. Periode ketiga yaitu post

spawning yang merupakan periode berlangsungnya perkembangan telur yang

dibuahi, penetasan telur dan pembesaran dari telur menjadi embrio, larva

hingga menjadi anak ikan (Silfia, 2009).

Adapun pada ikan Layang (D. ruselli) sistem pernafasan organnya

terutama insang, dan ada organ-organ tambahan lain lainnya, sistem

pencernaannya dari mulut ke anus, dan sistem reproduksinya secara seksual

(Purbayanto, ect., 2010).

Menurut Abdullah (2016), ikan Layang (Decapterus russelli) jantan

lebih cepat mencapai matang gonad dibandingkan dengan ikan layang betina

dengan ukuran pertama kali matang gonad berturut-turut berkisar antara 194

mm dan 196 mm. Potensi reproduksi ikan Layang (Decapterus russelli) tinggi

yaitu sebesar 2 330117 660 butir telur dengan pola pemijahan lebih dari satu

kali (partial spawner).

Adapun pada ikan Pisang - Pisang Merah (C. crhysozona) sistem

pernafasannya melalui insang, pada proses pencernaan organnya terdiri dari

mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus.

Sedangkan sistem reproduksi ikan Pisang-Pisang Merah (C.

chrysosonus) berkembang biak seperti umumnya ikan lain, yaitu bertelur

dengan pembuahan di luar atau di perairan bebas. Telur dihasilkan dalam

jumlah yang banyak dan bersifat pelagis, permulaan perkembangan larva ini

terjadi di laut lepas pantai, selanjutnya larva tersebut kembali perairan pantai

yang dangkal setelah berumur enam minggu (Suhendro, 2014).


E. Makanan dan Kebiasaan makan

Suatu faktor yang paling penting untuk perulaan hidup bagi hewan

maupun ikan adalah makanan. Makanan memegang peranan penting

dalam pertumbuhan, migrasi dan beberapa aspek biologi lainnya

tergantung pada jumlah dan mutu dari makanan yang dimakan oleh ikan

tersebut. Pengetahuan tentang keadaan makanan sesuatu di perairan

merupakan keterangan yang berharga dalam menentukan dan

memanfaatkan stok ikan. Decapterus macrocoma ikan-ikan pemakan

plankton hewani, sedangkan Decapterus ruselli pemakan ikan kecil

(Samad, 1998).

Umumnya makanan yang pertama kali datang dari luar untuk

semua ikan dalam mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal

yang berukuran kecil. Jika untuk pertama kali ikan itu menemukan

makanan berukuran tepat dengan mulutnya diperlirakan akan dapat

meneruskan hidupnya. Tetapi apabila dalam waktu relatif singkat ikan

tidak dapat menemukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya

akan menjadi kelaparan dan kehabisan tenaga yang mengakibatkan

kematian. Hal inilah yang antara lain menyebabkan ikan pada waktu masa

larva mempunyai mortalitas besar. Ikan yang berhasil mendapatkan

makanan sesuai dengan ukuran mulut, setelah bertambah besar ikan itu

akan merubah makanan baik dalam ukuran dan kualitasnya (Abdullah,

2016 ).
F. Nilai Ekonomis

Menurut Samad (1998), Ikan Layang merupakan salah satu sumber

protein hewani yang sangat penting bagi kebutuhan hidup manusia. Bagi

penduduk Indonesia kebutuhan akan protein ini masih jauh dari

mencukupi, oleh karena itu salah satu jalan untuk mengatasinya dengan

mempertinggi hasil produksi perikanan. Menurut Samad (1999), ikan ini

dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, asin rebus (pindang), harga

sedang.

Ikan Layang (Decapterus ruselli) merupakan komoditas ekonomis

penting sehingga jika terjadi upaya penangkapan ikan yang tidak

terkontrol maka dapat mengancam kelestariannya, dan lebih lanjut dapat

menghancurkan potensi ekonomis yang terkandung di dalamnya (Arifin,

2015).

Ikan Pisang-Pisang Merah (C. Chrysosonus) merupakan jenis ikan

yang sering dimanfaatkan secara intensif karena nilai komersilnya yang

cukup tinggi, mudah ditangkap dan kepadatannya tinggi.ikan ini termasuk

kedalam family Caesionide, yang merupakan jenis ikan karang dan

termasuk kedalam ikan utama yaitu kelompok ikan penting yang berperan

dalam rantai makanan dan merupakan kelompok ikan yang dapat

dieksploitasin secara telatif besar-besaran karena sebagai pemakan

plankton dan juga membentuk kelompok yang relatif besar (Adi, ect.,

2014).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktek Morfometrik ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Oktober 2017

pukul 07.00-11.30 WITA dan bertempat di Laboratorium Oseonografi, GIS,

Remote Sesing, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan GIS, Universitas Halu

Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

Adapun Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini dapat

dilihat pada berikut.

Tabel 1. Alat dan Bahan Yang Digunakan Beserta Kegunaannya


No. Alat dan bahan Satuan Kegunaan
1. Alat
- Mistar Cm Mengukur tubuh ikan
- Gunting - Menggunting objek amatan
- Pinset - Menjepit objek amatan
- Pisau - Membedah objek amatan
- Kaca loop - Memperjelas objek amatan
- Lap halus dan lap kasar - Membersihkan tempat
praktek
- Tisu - Membersihkan alat praktek
- Alat tulis - Mencatat hasil pengamatan
- Kertas laminating - Alas ikan saat diamati
- Kamera - Sebagai alat dokumentasi
- Baki - Tempat menyimpan ikan

2. Bahan

- Alkohol - Sebagai bahan pembersih


alat
- Ikan Layang (D. - Objek pengamatan
russelli)
- Ikan pisang-pisang - Objek pengamatan
merah (C. chrysosonus)
C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum morfologi ikan

adalah sebagai berikut.

1. Menghadiri laboratorium tepat waktu.

2. Mendengarkan pengarahan dari asisten.

3. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum.

4. Meletakkan ikan pada kertas laminating, bersihkan darah ikan

menggunakan tisu kemudian diambil gambarnya sebagai dokumentasi.

5. Mengamati ukuran morfologi : bentuk tubuh, bentuk mulut, sungut, bentuk

sirip, ekor, sirip pelvik, sirip anal, warna tubuh, bloct, penjang premaxilla,

jumlah jari-jari sirip dorsal, sampai linea literalis.

6. Mencatat hasil pengamatan.

7. Membersihkan dan merapikan alat-alat praktikum.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambar Hasil pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang telah kami lakukan adalah sebagai

berikut.

- Bentuk morfologi ikan Layang (Decapterus russelli)

Keterangan :
1. Kepala
2. Badan
3. Ekor
4. Tulang Ekor
5. Sirip
8. Mata
9. Mulut

Gambar 3. Morfologi ikan Layang (D. russelli)

- Bentuk morfologi ikan Pisang-Pisang Merah (C. Chrysosonus)

Keterangan :
1. Kepala
2. Badan
3. Ekor
4. Tulang Ekor
5. Sirip
8. Mata
9. Mulut

Gambar 4. Morfologi ikan Pisang-Pisang Merah (C. Chrysosonus)


B. Tabel Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada praktikum Morfologi Ikan dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 2. Hasil pengamatan Morofologi Ikan


KETERANGAN INDIVIDU
NO. PARAMETER
1 2
1. Bentuk tubuh Torpedo Torpedo
2. Bentuk mulut :
a. Berdasarkakn bentuk Paru Paru
b. Berdasarkan dapat tidaknya Tidak ada
disembulkan
c. Berdasarkan letaknya Inferior Terminal
3. Sungut (ada/tidak) Tidak ada
4. Bentuk sirip ekor Tunggal
5. Sirip pelvic (berpasangan/tidak) Berpasangan Berpasangan
6. Sirip anal (berpasangan/tidak) Tidak berpasangan Berpasangan
7. Warna tubuh merah Silver
8. Bar (ada/tidak ada) Tidak ada Tidak Ada
9. Band (ada/tidak ada) Ada Ada
10. Blotch (ada/tidak ada) Tidak ada Tidak Ada
11. Panjang premaxila (Ppa) 2,5 cm 2,5 cm
12. Jumlah jari-jari sirip dorsal 24 D1 : 8
D2 : 12
13. Speckless (ada/tidak ada) Tidak Ada
14. Stripe (ada/tidak ada) Tidak ada Ada
15. Lines (ada/tidak ada) Ada Ada
16.
17. Ocellatod spot (ada/tidak ada) Tidak ada
18.
19. Spot (ada/tidak ada) Tidak ada Tidak ada
20. Linea lateralis (ada/tidak ada) Ada Tidak ada
Keterangan :
1. Ikan Layang (Dacapterus Russelli)
2. Ikan Pisang-Pisang Merah (Caesio Chrysosonus)
C. Pembahasan

Pada pengamatan Ikan Layang (D. russellis), dapat diketahui bahwa

ikan ini memiliki bentuk tubuh fusiform dengan mulut berdasarkan letaknya

berbentuk terminal sedangkan berdasarkakn bentuknya berbentuk paru. Ikan

ini tidak memiliki sungut, bar, stripe, bloctch, spot, maupun ocellatod spot.

Terdapat sirip pelvic yang berpasangan sedangkan sirip anal tidak

berpasangan. Juga terdapat linea lateralis dan lines di bagian tubuhnya. Ikan

ini memiliki warna yang hampir mirip dengan ikan pelagis pada umumnya,

yaitu pada bagian atas berwarna hijau gelap dan bagian bawah berwarna putih

perak. Adapun jumlah jari-jari sirip dorsal sebanyak 24 dan panjang premaxila

mencapai 2,5 cm.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Ambar Prihatini (2010) yang

menyatakan bahwa ciri khas yang sering dijumpai pada ikan Layang (D.

russellis) ialah terdapatnya sirip kecil (finlet) di belakang sirip punggung dan

sirip dubur dan terdapat sisik berlingin 15 yang tebal (lateral scute) pada

bagian garis sisi (lateral line). Bentuk badan sepintas seperti tongkol, sirip

punggung pertama berjari keras 8. sirip punggung kedua berjari-jari keras 1

dan 32 35 lemah. Sirip dubur teridiri 2 jari-jari keras (lepas), 1 jari-jari keras

bergandeng dengan 26 30 jari lemah.Dibelakang sirip punggung kedua dan

dubur terdapat 1 jari-jari sirip tambahan. Terdapat 25 30 sisik duri pada garis

sisinya. Dapat mencapai panjang 40 cm, umumnya 25 cm. Warna : biru

kehijauan bagian atas, putih perak bagian bawah. Sirip siripnya kuning pucat

atau kuning kotor. Suatu totol hitam terdapat pada bagian atas penutup insang

dan pangkal sirip dada.


Sedangkan pada pengamatan ikan Pisang-Pisang Merah (C.

Crhysozona) dapat dilihat bahwa, tubuhnya berbentuk torpedo, bentuk mulut

berdasarkan letaknya inferior, sirip pelvic nya berpasangan sedangkan sirip

analnya tidak berpasangan. Ikan ini warna tubuh bagian atas berwarna gelap

sedangkan tubuh bagian bawah berwarna putih agak kemerah-merahan, bagian

sirip berwarna merah dan bagian ekor berwarna merah dan hitam diujung

ekor. Juga memiliki band, stripe, dan lines, namun tidak memiliki sungut.

Adapun pada premaxila, panjangnya berkisar 2,5 cm sedangkan jumlah jari-

jari sirip dorsal sebanyak 20.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Abdul (2013), yang menyatakan

bahwa pada ikan Pisang-Pisang Merah (C. Crhysozona) memiliki badan yang

berbentuk panjang, lansing, gepeng, sisik-sisik kecil dan ctenoid. Dahi dan

penutup insang bersisik. Mulut kecil dapat disembulkan, sirip punggung

berjari-jari keras 10 dan 14-15 lemah. Sirip dubur berjari-jari keras 3, dan 11-

12 lemah. Tapisan insang 10-15, sisik-sisik pada garis rusuk 67-77, sisik-sisik

diatas dan dibawah urat sisi tersusun horizontal. Pangkal sirip punggung dan

dubur hampir setengahnya tertutup sisik. Termasuk ikan buas, makanannya

invertebrata dapat mencapai panjang 20 cm dan umumnya 15 cm.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa morfologi

Ikan Layang (D. Russelli) yaitu bentuk tubuhnya fusiform, bentuk mulut

berdasarkan letaknya terminal, bentuk sirip ekor tunggal, sirip pelvic

jumlahnya berpasangan, sirip anal juga berpasangan, tubuh bagian atas

berwarna hijau gelap sedangkan bagian bawah berwarna putih perak.

Sedangkan Ikan Pisang-Pisang Merah (C. Crhysozona) memiliki

bentuk tubuh torpedo, bentuk mulut berdasarkan letaknya inferior, sirip pelvic

berpasangan, sirip analnya tidak berpasangan, tubuh bagian atas berwarna

merah gelap sedangkan bagian bawahnya berwarna putih agak kemerah-

merahan, sirip berwarna merah dan bagian ekor berwarna merah dan hitam

diujung ekor., dan memiliki linea latelaris.

B. Saran

Adapun saran dari saya pada praktikum morfologi ikan ini agar

laboratoriumnya lebih diperbaiki lagi dalam hal sarana dan prasarananya agar

praktikan dapat menjalankan praktikum dengan nyaman.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mashjur, Annisa. Biologi Reproduksi Ikan Layang (Decapterus


Russelli Ruppell, 1830) di Perairan Selat Sunda. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.
Adi, Nyoman suratma, I Putu Gede H. P, ect. 2014. Prevalensi Infeksi Cacing
pada Ikan Pisang-Pisang (Pterocaesio diagranima) dan Ikan Selir Kuning
(Caesio cuning) yang Dipasarkan di Pasar Ikan Kedonganan, Bandung.
Vol. 6, No. 1. ISSN : 2085-2495.
Affandi, ridwan, et al. 2011. Iktiology. Lubuk Agung : Bandung.
Arifin, Muhammad Dahlan. 2014. Beberapa Aspek Reproduksi Ikan Layang
Deles (Decapterus Macrosoma Bleeker, 1841) yang Tertangkap dengan
Bagan Perahu di Perairan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Vol. 2 (3).
218-227.
Prihatini, Ambar. 2010. Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus
Spp) Hasil Tangkapan Purse Seine yang Didaratkan di PPN Pekalongan.
[Tesis]. Universitas Diponegoro. Semarang.
Purbayanto, Ari, Muhammad riyanto, ect. 2010. Fisiologi dan Tingkah Laku Ikan
pada Perikanan Tangkap. IPB Press : Bogor.
Roziaty, Efri. 2016. Kajian Lichen : Morfologi, Habitat dan Bioindikator kualitas
Udara Ambien Akibat Polusi Kendaraan Bermotor. Volume 2 No. 1. ISSN
2460-1365.
Samad, Abdul Ganesa. 1998. Beberapa Catatan Tentang Blologi Ikan Layang
Marga Decapterus. Nomor 2. Vol. XXIII. ISSN 0216- 1877.
Samad, Abdul Ganesa. 1999. Pengenalan Jenis - Jenis Ikan Laut Ekonomi Penting
di Indonesia. Volume XXIV, Nomor 1. 17 38.
Silfia S. 2009. Studi Dinamika Stok Ikan Tembang di Teluk Pelabuhan Ratu,
Sukabumi Provinsi Jawa Barat. [Skrikpi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Sugianti, Yayuk Mujiyanto. 2013. Biodiversitas Ikan Karang di Perairan Taman
Nasional Karimunjawa, Jepara. No. 1. Vol. 5. Hal : 23-31.
Suhendro, Dede Rahman. 2014. Pengaruh Penambahan Garam Terhadap Mutu Ikan
Pisang-Pisang Merah (Caesio chrysosonus) Segar Selama Pemasaran Rantai
Dingin. Universitas Negeri Gorontalo : Gorontalo.
Syahrir, Muhammad R. 2012. Kajian Aspek Pertumbuhan Ikan di Perairan
Pedalaman Kabupaten Kutai Timur. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wibowo, Kunto dan Mohammad Adrim. 2013. Komuntas Ikan-Ikan Karang di
Teluk Prigi Trenggalek, Jawa Timur. 22(2): 29-38.

Anda mungkin juga menyukai