A.

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

SUMBER DAYA PERIKANAN ADALAH SEGALA SESUATU YANG

BERADA DIWILAYAH PERAIRAN YANG DAPAT DIMANFAATKAN

OLEH MANUSIA GUNA MENCAPAI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

SEKITAR. SUMBER DAYA PERIKANAN INI BERSIFAT DAPAT

DIPERBAHARUI, ARTINYA JIKA SUMBERDAYA INI DIMANFAATKAN

SEBAGIAN, SISA IKAN YANG TERTINGGAL MEMPUNYAI

KEMAMPUAN UNTUK MEMPERBAHARUI DIRINYA DENGAN

BERKEMBANG BAIK. SUMBER DAYA PERIKANAN INI TERBAGI

DALAM BEBERAPA KELOMPOK BESAR, YAITU KRUSTASEA IKAN

PELAGIS KECIL, IKAN PELAGIS BESAR, DAN IKAN DEMERSAL.

IKAN DEMERSAL MERUPAKAN JENIS IKAN YANG HIDUPNYA

BERADA DIDASAR LAUT. BERBEDA IKAN PELAGIS, IKAN DEMERSAL

UMUMNYA TIDAK MENGELOMPOK. BENTUK MOROFOLOGINYAPUN

BERBEDA DENGAN IKAN PELAGIS, IKAN DEMERSAL CENDERUNG

MEMILIKI SISIK DAN MEMILIKI WARNA YANG BERAGAM.

IKAN DEMERSAL TERBAGI ATAS BEBERAPA JENIS IKAN,

SEPERTI IKAN EKOR KUNING, IKAN PARI, IKAN KAKAP MERAH DAN

IKAN KURISI. KELIMA JENIS IKAN INI MEMILIKI NILAI EKONOMIS

YANG CUKUP PENTING DENGAN PERMINTAAN PASAR YANG CUKUP

TINGGI BAIK DILUAR MAUPUN DIDALAM NEGERI.

OLEH KARENA ITU, DIANGGAP PENTING UNTUK MELAKUKAN

PRAKTEK LAPANG SUMBER DAYA PERIKANAN, AGAR KITA DAPAT

MENGETAHUI PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN DEMERSAL

KHUSUSNYA IKAN EKOR KUNING, IKAN PARI, IKAN KAKAP MERAH

DAN IKAN KURISI DI INDONESIA TERKHUSUS DI SULAWESI

TENGGARA.

2. TUJUAN DAN MANFAAT

TUJUAN DARI PRAKTEK INI YAITU AGAR KITA DAPAT

MENGETAHUI BAGAIMANA PEMANFAATAN SUMBER DAYA

PERIKANAN KHUSUSNYA IKAN DEMERSAL.

MANFAAT DARI PRAKTEK INI YAITU INFORMASI DAN

WAWASAN PRAKTIKAN MENGENAI PEMANFAATAN SUMBER DAYA

PERIKANAN KHUSUSNYA IKAN DEMERSAL MENJADI BERTAMBAH.

 B. DISTRIBUSI SUMBER DAYA PERIKANAN

1. DISTRIBUSI SUMBER DAYA PERIKANAN

INFORMASI MENGENAI DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN

DEMERSAL SANGAT PENTING DIKETAHUI SEBAGAI BAHAN

MASUKAN GUNA KEBERHASILAN PENGELOLAAN POTENSI

SUMBERDAYA PERIKANAN TERSEBUT. EKSPLORASI IKAN

DEMERSAL ITU SENDIRI UMUMNYA MENGGUNAKAN ALAT

TANGKAP IKAN, ANTARA LAIN TRAWL, CANTRANG DAN GILL NET

DASAR. KENDALA YANG DIMILIKI OLEH PENGOPERASIAN ALAT

TANGKAP INI ADALAH BILA HARUS DIOPERASIKAN DI PERAIRAN

YANG LUAS DAN DALAM AKAN MEMBUTUHKAN KAPAL YANG

BESAR MAUPUN WAKTU OPERASIONAL YANG LAMA

(SULISTIAWATI, 2013).

PERMINTAAN TERHADAP DAGING IKAN OLEH MASYARAKAT DI

INDONESIA TERMASUK JENIS IKAN DEMERSAL CENDERUNG

MENGALAMI PENINGKATAN SELAIN KARENA PERMINTAAN

PENGUSAHA UNTUK TUJUAN EKSPOR, JUGA PERMINTAAN PASAR

MAUPUN SEJUMLAH RESTORAN SEAFOOD DI INDONESIA. KONDISI

INI MENGAKIBATKAN UPAYA PENANGKAPAN MULAI MENGARAH

KE UPAYA PEMANFAATAN UNTUK TUJUAN KOMERSIL (NOIJA, 2014).

2. POTENSI SUMBER DAYA PERIKANAN

IKAN DEMERSAL MERUPAKAN SALAH SATA SUMBERDAYA

PERIKANAN POTENSIAL DAN MENJADI TARGET TANGKAPAN

NELAYAN. IKAN TERSEBUT UMUNMYA HIDUP DI DAERAH DEKAT

DASAR PERAIRAN, RUANG GERAK RUAYA YANG TIDAK JAUH DAN

MEMBENTUK KELOMPOK YANG TIDAK BEGITU BESAR SEHINGGA

PENYEBARANNYA RELATIF LEBIH MERATA DIBANDINGKAN

DENGAN IKAN PELAGIS YANG MEMBENTUK KELOMPOK BESAR

(ARDINA, 2016)

LUSI (2011) MENGATAKAN BAHWA JENIS SUMBERDAYA IKAN

YANG JUGA BANYAK TERDAPAT DI WILAYAH INDONESIA ADALAH

JENIS IKAN DEMERSAL DAN IKAN PELAGIS BESAR YANG MASING-

MASING SEKITAR 28,54 % DAN 16,83 % DARI TOTAL POTENSI

SUMBERDAYA PERIKANAN LAUT INDONESIA ATAU MASING-

MASING SEKITAR 1.786.400 TON PER TAHUN DAN 1.053.500 TON PER

TAHUN.

PRODUKSI IKAN DEMERSAL DI INDONESIA SEBAGIAN BESAR

BERASAL DARI USAHA PERIKANAN SKALA KECIL. HAL INI TERJADI

KARENA DAERAH PENANGKAPAN IKAN TERSEBUT UMUMNYA

MASIH TERBATAS DI PERAIRAN PANTAI ATAU PERAIRAN DANGKAL

YANG MERUPAKAN DAERAH PAPARAN BENUA DENGAN

KEDALAMAN YANG KURANG DARI 100 METER. MENURUT NAAMIN

(1987), PERAIRAN YANG MEMPUNYAI KEDALAMAN KURANG DARI

100 M TERSEBUT HANYA SEKITAR 1,7 JUTA KM2 ATAU SEKITAR 50%

DARI DAERAH TERITORIAL INDONESIA (SUMAN, 2011).

PRODUKSI PERIKANAN KOTA KENDARI PADA TAHUN 2011

ADALAH TERCATAT 28.566,866 TON DENGAN NILAI RP. 282.918.636,-

ATAU MENGALAMI PENINGKATAN VOLUME DARI TAHUN 2010

SEBESAR 1,05% DAN NILAI SEBESAR 1,03%. PRODUKSI PERIKANAN

TERSEBUT, DIDOMINASI OLEH HASIL KEGIATAN PENANGKAPAN

IKAN DILAUT SEBESAR 97,53% (DENGAN KOMODITI CAKALANG,

TONGKOL, LAYANG, GURITA DLL) YANG SELANJUTNYA DISUSUL

HASIL BUDIDAYA LAUT SEBESAR 2,02%, BUDIDAYA TAMBAK

SEBESAR 0,39% DAN BUDIDAYA KOLAM SEBESAR 0,06% (SETA, 2015).

 C. EKOBIOLOGI SUMBER DAYA PERAIRAN

1. KLASIFIKASI

KLASIFIKASI IKAN EKOR KUNING (CAESIO CUNING) MENURUT

PRAJOKO (2010) ADALAH SEBAGAI BERIKUT.

KINGDOM : ANIMALIA
PHYLUM : CHORDATA
CLASS : OSTEICHTYES
ORDER : PERCIFORMES
FAMILY : CAESIONIDAE
GENUS : CAESIO
SPECIES : CAESIO CUNING

GAMBAR 1. MORFOLOGI IKAN EKOR KUNING (C. CUNING)

(SUMBER : GOOGLE.IMAGE.COM, 2018)
 KLASIFIKASI IKAN PARI (NEOTRYGON KUHLII) MENURUT DWI

(2013) ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

KINDOM : ANIMALIA
PHYLUM : CHORDATA
CLASS : ELASMOBRANCHII
ORDER : RAJIFORMES
FAMILY : DASYATIDAE
GENUS : NEOTRYGON
SPECIES : NEOTRYGON KUHLII

GAMBAR 2. MORFOLOGI IKAN PARI (N. KUHLII)

(SUMBER : GOOGLE.IMAGE.COM, 2018)
 KLASIFIKASI IKAN KAKAP MERAH (LUTJANUS SP.) MENURUT

ROSTINI (2011) ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

KINGDOM : ANIMALIA

PHYLUM : CHORDATA
CLASS : PISCES
ORDER : PERCOMORPHI
FAMILY : LUTJANIDAE
GENUS : LUTJANUS
SPECIES : LUTJANUS SP.

GAMBAR 3. MORFOLOGI IKAN KAKAP MERAH (LUTJANUS SP.)

(SUMBER : GOOGLE.IMAGE.COM, 2018)
 KLASIFIKASI IKAN KUSIRI MENURUT RAMADHANI (2017)

ADALAH SEBAGAI BERIKUT.

KINGDOM : ANIMALIA
PHYLUM : CHORDATA
CLASS : ACTINOPTERYGII
ORDER : PERCIFORMES
FAMILY : NEMIPTERIDAE
GENUS : NEMIPTERUS
SPECIES : NEMIPTERUS

JAPONICUS
GAMBAR 3. MORFOLOGI IKAN KUSIRI (N. JAPONICUS)
(SUMBER : GOOGLE.IMAGE.COM, 2018)
2. HABITAT

IKAN EKOR KUNING MERUPAKAN PENGHUNI WILAYAH PESISIR,

BIASANYA DAERAH BERBATU DAN TERUMBU KARANG SAMPAI KE

KEDALAMAN SEKITAR 60M. DI ANTARA ANGGOTA CAESIONIDAE, C.

CUNING PALING TOLERAN TERHADAP AIR KERUH; BIASANYA

DITEMUKAN PALING MELIMPAH DI DAERAH TERUMBU DENGAN

VISIBILITAS BAWAH AIR YANG RENDAH. SPESIES INI TERSEBAR

LUAS PADA DAERAH TERUMBU KARANG. IKAN EKOR KUNING

SERING MEMBENTUK GEROMBOLAN KECIL HINGGA BESAR

(NIRMALASARI, 2016).

HABITAT YANG DISENANGI IKAN PARI ADALAH DASAR

PERAIRAN PANTAI YANG DANGKAL DENGAN SUBSTRAT PASIR DAN

LUMPUR, DEKAT RATAAN TERUMBU KARANG, TELUK, MUARA

SUNGAI DAN AIR TAWAR. IKAN PARI INI UMUMNYA DIJUMPAI DI

PERAIRAN INDO-PASIFIK BARAT SAMPAI MELANESIA, TERMASUK

SELATAN JEPANG DAN AUSTRALIA. NEOTRYGON KUHLII

MERUPAKAN IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN DANGKAL DAN

PAPARAN BENUA PADA KEDALAMAN HINGGA 90 M (DWI, 2013).

IKAN KAKAP MERAH TERDAPAT DI PERAIRAN PANTAI,

MUARA-MUARA SUNGAI, TELUK-TELUK DAN AIR PAYAU. DAERAH

PENYEBARAN IKAN KAKAP YAITU PANTAI UTARA JAWA,

SEPANJANG PANTAI SUMATERA, BAGIAN TIMUR KALIMANTAN,

SULAWESI SELATAN, ARAFURU UTARA, TELUK BENGGALA, PANTAI

INDIA DAN TELUK SIAM (ROSTINI, 2011).

 HABITAT IKAN KURISI MELIPUTI PERAIRAN ESTUARI DAN

PERAIRAN LAUT. TIPE SUBSTRAT SANGAT MEMPENGARUHI KONDISI

KEHIDUPAN IKAN KURISI UNTUK DAPAT BERKEMBANG DENGAN

BAIK, KARENA SEDIMEN DASAR LAUT MEMPENGARUHI KEHIDUPAN

ORGANISME YANG HIDUP DI DASAR PERAIRAN. KEBANYAKAN IKAN

INI HIDUP DI DASAR LAUT DENGAN JENIS SUBSTRAT BERLUMPUR

ATAU LUMPUR BERCAMPUR. IKAN INI HIDUP DI DASAR, KARANG-

KARANG, DASAR LUMPUR ATAU LUMPUR BERPASIR PADA

KEDALAMAN 10-50 M. SELAIN ITU, IKAN KURISI BIASANYA HIDUP

BERASOSIASI DENGAN KARANG (HANDAYANI, 2012).

3. MAKANAN

IKAN EKOR KUNING (C. CUNING) MUDA MAKANANNYA

ADALAH COPEPODA, SEDANGKAN UNTUK IKAN DEWASA MEMAKAN

UBUR-UBUR, LARVA DAN JENIS IKAN KECIL. HASIL YANG BERBEDA

DENGAN PENELITIAN DIMAKSUD MENUNJUKKAN BAHWA ADA

PERUBAHAN POLA MAKAN IKAN CAESIO CUNING. HAL INI DIDUGA

DISEBABKAN OLEH RENDAHNYA KELIMPAHAN ZOOPLANKTON

YANG TERSEDIA DI ALAM DAN TINGGINYA TINGKAT PERSAINGAN

DALAM MEMPEROLEH JENIS MAKANAN TERSEBUT. KEBIASAAN

MAKAN IKAN INI BERUBAH DALAM DAUR HIDUPNYA, PALING

TIDAK UNTUK KEBANYAKAN IKAN, BIASANYA DENGAN

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG NYATA DALAM TINGKAH LAKU

DAN MORFOLOGINYA (ZAMANI, 2011).

 IKAN PARI TERMASUK PEMAKAN DI DASAR PERAIRAN

(BOTTOM FEEDER). IKAN INI UMUMNYA BERSIFAT SEBAGAI

PREDATOR, MEMILIKI GIGI KECIL-KECIL YANG BERFUNGSI SEBAGAI

PENGHANCUR. TUBUH YANG BERBENTUK PIPIH DORSOVENTRAL

DENGAN MULUT PADA POSISI VENTRAL MEMBUAT IKAN INI

SANGAT COCOK UNTUK MENGKONSUMSI HEWAN DASAR, BAIK

INFAUNA MAUPUN EPIFAUNA (NURUL, 2014).

IKAN KAKAP MERAH PADA MALAM HARI UMUMNYA

MENYEBAR GUNA MENCARI MAKANANNYA BAIK BERUPA JENIS

IKAN MAUPUN CRUSTACEA. IKAN-IKAN BERUKURAN KECIL UNTUK

BEBERAPA JENIS IKAN KAKAP BIASANYA MENEMPATI DAERAH

BAKAU YANG DANGKAL ATAU DAERAH-DAERAH YANG DITUMBUHI

RUMPUT LAUT (PURWANTO, 2015).

IKAN KURISI BIASANYA MEMAKAN ORGANISME DASAR,

SEPERTI CACING-CACING KECIL, UDANG DAN MOLUSKA. MAKANAN

IKAN KURISI YANG DOMINAN ADALAH CRUSTACEA DAN IKAN.

KOMPONEN MAKANAN YANG LEBIH DOMINAN PADA PERAIRAN

DANGKAL (10-30 M) ADALAH JENIS UDANG (CRUSTACEA),

MISALNYA METAPENAEUS, PARAPENAEUS DAN PARAPENAEOSIS.

PADA PERAIARAN YANG LEBIH DALAM (30-50 M) KOMPONEN

MAKANAN IKAN KURISI YANG PALING PENTING ADALAH IKAN

(TRI, 2011).
4. PERTUMBUHAN

AKBAR (2011), DALAM PENELITIANNYA MENDAPATKAN

BAHWA UKURAN PANJANG IKAN EKOR KUNING YANG TERKECIL

ADALAH 15,0-15,9 CM DAN UKURAN YANG TERBESAR 28,0-28,9 CM

DENGAN RATA-RATA PANJANG 19,64 CM. PADA BULAN JULI 2007,

DIDAPATKAN DATA HASIL PENGUKURAN BERAT BERKISAR ANTARA

7,1-470 GRAM DENGAN RATA-RATA 95,94 GRAM. POLA HUBUNGAN

PANJANG DAN BERAT YANG MENUNJUKKAN POLA PERTUMBUHAN

BERSIFAT ISOMETRIK (B=3,021) DENGAN KOEFISIEN DETERMINASI

(R²=0,987) YANG BERARTI PENAMBAHAN PANJANG IKAN SAMA

DENGAN PERTAMBAHAN BERAT TUBUH IKAN.

LAJU PERTUMBUHAN IKAN KURISI BETINA DI LAUT

ANDAMAN LEBIH RENDAH DARIPADA IKAN JANTAN SETELAH

TAHUN KEDUA. HAL INI TERJADI KARENA UNTUK MENCAPAI

MATANG GONAD, ENERGY YANG DIGUNAKAN UNTUK

PERTUMBUHAN GONAD LEBIH BESAR DARIPADA UNTUK

PERTUMBUHAN TUBUHNYA. BEBERAPA PENELITI MENEMUKAN

UKURAN MAKSIMUM IKAN KURISI BETINA LEBIH KECIL DARIPADA

IKAN JANTAN (HANDAYANI, 2012).

5. REPRODUKSI

BERDASARKAN POLA PEMIJAHANNYA, IKAN EKOR KUNING

TERMASUK TOTAL SPAWNER, ARTINYA PEMIJAHAN IKAN

DILAKUKAN DENGAN MENGELUARKAN TELUR MASAK SECARA

KESELURUHAN PADA SATU WAKTU MUSIM PEMIJAHAN, DAN AKAN

MELAKUKAN PEMIJAHAN KEMBALI PADA MUSIM PEMIJAHAN

BERIKUTNYA. IKAN EKOR KUNING MEMILIKI FEKUNDITAS YANG

TINGGI YANG MENUNJUKKAN POTENSI REPRODUKSI YANG CUKUP

TINGGI SEHINGGA DIDUGA TINGKAT REKRUITMEN IKAN JUGA

TINGGI SELAMA JUMLAH INDUK DEWASA YANG MATANG GONAD

TERSEDIA DENGAN MEMADAI (AKBAR, 2011).

IKAN PARI BERDASARKAN CARA REPRODUKSINYA BERSIFAT

VIVIPAR DENGAN KECENDERUNGAN HISTOTROFI, YAITU

MELAHIRKAN 1-2 EKOR ANAK DENGAN MASA KANDUNGAN YANG

BELUM DIKETAHUI SERTA WAKTU MUSIM KAWIN YANG TIDAK

TETAP (DWI, 2013).

IKAN KAKAP MERAH TERGOLONG DIECIOUS YAITU IKAN INI

TERPISAH ANTARA JANTAN DAN BETINANYA. HAMPIR TIDAK

DIJUMPAI SEKSUAL DIMORFISME ATAU BEDA NYATA ANTARA JENIS

JANTAN DAN BETINA BAIK DALAM HAL STRUKTUR TUBUH MAUPUN

DALAM HAL WARNA. POLA REPRODUKSINYA GONOKORISME, YAITU

SETELAH TERJADI DIFERENSIASI JENIS KELAMIN, MAKA JENIS

SEKSNYA AKAN BERLANGSUNG SELAMA HIDUPNYA, JANTAN

SEBAGAI JANTAN DAN BETINA SEBAGAI BETINA. JENIS IKAN INI

RATA-RATA MENCAPAI TINGKAT PENDEWASAAN PERTAMA SAAT

PANJANG TUBUHNYA TELAH MENCAPAI 41–51% DARI PANJANG

TUBUH TOTAL ATAU PANJANG TUBUH MAKSIMUM. JANTAN

MENGALAMI MATANG KELAMIN PADA UKURAN YANG LEBIH KECIL

DARI BETINANYA (PURWANTO, 2015).

IKAN KURISI BERSIFAT DIOECIOUS YAITU ORGAN REPRODUKSI

JANTAN DAN BETINA TERBENTUK PADA INDIVIDU BERLAINAN.

FERTILISASI TERJADI SECARA EKSTERNAL YAITU PEMBUAHAN

TELUR OLEH SPERMA YANG BERLANGSUNG DI LUAR TUBUH INDUK

BETINA. IKAN INI BERSIFAT KARNIVORA, MAKANAN UTAMANYA

ADALAH NEKTON SEPERTI KRUSTACEA (DAPHNIA SPP.) DAN

SOTONG (LOLIGO SPP.). BERDASARKAN POLA RASIO KELAMIN

DENGAN UKURAN PANJANG IKAN, IKAN KURISI DIGOLONGKAN KE

DALAM KELOMPOK YANG TERDIRI DARI IKAN BETINA MATANG

GONAD LEBIH AWAL DAN BIASANYA MATI LEBIH DAHULU

DARIPADA IKAN JANTAN, SEHINGGA IKAN-IKAN DEWASA YANG

LEBIH MUDA TERUTAMA TERDIRI DARI IKAN BETINA, SEMENTARA

IKAN YANG LEBIH BESAR UKURANNYA ADALAH IKAN JANTAN

(HANDAYANI, 2012).
 D. EKSPLOITASI DAN PRODUKSI

1. DAERAH PENAGKAPAN

BERDASARKAN WAWANCARA YANG TELAH DILAKUKAN,

DAPAT DIKETAHUI BAHWA LOKASI YANG SERING DI JADIKAN

DAERAH PENANGKAPAN OLEH NARASUMBER KITA ADALAH DI

PULAU HARI DAN SEKITARNYA. PULAU HARI BERADA DI

KECAMATAN SOROPIA BAGIAN TIMUR, KOTA KENDARI. PULAU

INDAH INI MERUPAKAN SALAH SATU DARI GUGUSAN BEBERAPA

PULAU, YAITU PULAU BOKORI, PULAU HARI, PULAU SAPONDA

DARAT, DAN PULAU SAPONDA LAUT.

GAMBAR 1. PULAU HARI

(SUMBER : GOOGLE.MAP.COM, 2018)
 GAMBAR 6. PULAU MENUI
(SUMBER : GOOGLE.MAP.COM, 2018)

PULAU MENUI TERLETAK DI KECAMATAN KEPULAUAN YANG

BERBATASAN DENGAN WILAYAH KECAMATAN BUNGKU SELATAN

DAN TELUK BANDA DISEBELAH UTARA, DISEBELAH SELATAN

PULAU INI BERBEBATASAN DENGAN WILAYAH PROVINSI SULAWESI

TENGGARA, SEBELAH TIMUR BERBATASAN DENGAN PERAIRAN

LAUT BANDA, DAN DI SEBELAH BARAT BERBATASAN DENGAN

WILAYAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA.

PULAU MENUI BISA DIKATAKAN KAWASAN MARITIME,

KARENA KAWASAN INI TERLETAK ANTAR DESA DAN KELURAHAN

YANG DAPAT DITEMPUH MELALU JALUR DARAT MAUPUN LAUT.

IBU KOTA INI TERLETAK DI DESA ULUNAMBO YANG MERUPAKAN

WILAYAH STRATEGIS UNTUK SELURUH AKTIFITAS DI KECAMATAN.

2. MUSIM PENANGKAPAN

MENURUT HARIYANTO (2014) MUSIM IKAN DIBEDAKAN

KEDALAM TIGA KELOMPOK YAITU MUSIM BIASA, MUSIM PUNCAK DAN

MUSIM PACEKLIK. BERDASARKAN NILAI IMP MAKA DAPAT DIKETAHUI

KECENDRUNGAN MUSIM PENANGKAPAN SEHINGGA DAPAT

DITENTUKAN WAKTU PENANGKAPAN YANG TEPAT. POLA MUSIM

YANG BERLANGSUNG DI SUATU PERAIRAN SANGAT DIPENGARUHI

OLEH POLA ARUS YANG TERJADI KARENA INTERAKSI ANTARA UDARA

DAN LAUT. SISTEM ANGIN MUSIM SANGAT MEMPENGARUHI KONDISI

MUSIM DI PERAIRAN INDONESIA. DI INDONESIA TERDAPAT EMPAT

MUSIM YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN, YAITU

MUSIM BARAT (DESEMBER, JANUARI, FEBRUARI), MUSIM PERALIHAN I

(MARET, APRIL, MEI), MUSIM TIMUR (JUNI, JULI, AGUSTUS), DAN MUSIM

PERALIHAN II (SEPTEMBER, OKTOBER, NOVEMBER).

BERDASARKAN HASIL WAWANCARA, DIKETAHUI BAHWA

PADA MUSIM PUNCAK HARGA IKAN CUKUP MURAH, INI TERJADI

KARENA PADA MUSIM INI KETERSEDIAAN IKAN CUKUP BANYAK.

PADA MUSIM SEDANG, HARGA IKAN MULAI MENINGKAT, INI

DISEBABKAN OLEH BEBERAPA LOKASI DI DAERAH BERIKLIM

SEDANG (SUB-TROPIS) AKAN MENJADI LOKASI RUAYA TETAP DARI

IKAN-IKAN YANG BIASANYA HIDUP DI WILAYAH TROPIS. AKIBAT

DARI KEJADIAN INI, MAKA STOK PERIKANAN AKAN MENURUN,

NAMUN DILAIN PIHAK POLA MIGRASI TETAP INI SEKALIGUS JUGA

AKAN MEMINDAHKAN TINGKAT KEANEKARAGAMAN BIOTA LAUT

DARI TROPIS KE SUB-TROPIS (SYAHAILATUA, 2008). SEDANGKAN

PADA MUSIM PANCEKLIK, HARGA IKAN MENJADI MAHAL KARENA

PADA MUSIM INI NELAYAN SULIT MELAUT KARENA KONDISI

PERAIRAN YANG TIDAK MENENTU SEPERTI OMBAK YANG KENCANG

DAN SEBAGAINYA. SEHINGGA HASIL TANGKAPAN PUN TIDAK

MAKSIMAL.

LOKASI YANG DIJADIKAN DAERAH PENANGKAPAN OLEH

NARASUMBER ADALAH DI WILAYAH PULAU HARI DAN

SEKITARNYA, DIMANA JARAK DARI PUSAT PELELANGAN IKAN

KOTA KENDARI DENGAN LOKASI PENANGKAPAN BERJARAK 23,86

KM (14,83 MIL). PENANGKAPAN DILAKUKAN SETIAP HARI, SELAMA

CUACA MENDUKUNG UNTUK DILAKUKAN PENANGKAPAN.

3. ALAT TANGKAP

MENURUT YUSRIZAL (2011), NELAYAN MEMANFAATKAN

SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL MENGGUNAKAN BERAGAM JENIS

ALAT TANGKAP, ANTARA LAIN CANTRANG, DOGOL, GILL NET,

TRAMMEL NET, BUBU DAN PANCING. SEDANGKAN YULIANTO (2016)

MENGATAKAN BAHWA JENIS ALAT TANGKAP YANG DIGUNAKAN

UNTUK MENANGKAP IKAN DEMERSAL ADALAH DOGOL, JOGOL,

CANTRANG, JARING INSANG DASAR/LABUH (JARING KLITIK), RAWAI

DASAR, BUBU DASAR, PUKAT TEPI/PANTAI (BEACH NET), JARING

ARAD (OTTER TRAWL), PANCING TANGAN DAN SERO.

BERDASARKAN PERNYATAAN NARASUMBER, UNTUK

MENANGKAP IKAN DEMERSAL MEREKA BIASANYA MENGGUNAKAN

ALAT TANGKAP JARING DENGAN ALAT BANTU BERUPA LAMPU.

ALAT TANGKAP INI TERGOLONG MODERN. ADAPUN CARA

PENGOPERASIANNYA, YAITU DENGAN MEMASANG JARING PADA

DAERAH PENANGKAPAN DALAM KURUN WAKTU KURANG LEBIH 25

JAM.

KAPAL YANG DIGUNAKAN MASIH BERJENIS KAYU

BERUKURAN 2 x 5 M DENGAN MUATAN KAPAL YANG MENCAPAI 70

GABUS (3,5 TON). JENIS MESIN KAPAL YANG DIGUNAKAN YAITU

MESIN YAMAR DENGAN KEKUATAN 2.30 PK. MESIN KAPAL INI

TERKADANG MENGALAMI KERUSAKAN DAN INI MENGHAMBAT

NARASUMBER DALAM MENANGKAP IKAN. SELAIN KERUSAKAN

MESIN KAPAL, FAKTOR CUACA SEPERTI OMBAK KENCANG JUGA

SERING KALI MENJADI PENGHAMBAT NELAYAN UNTUK

MENANGKAP IKAN .

4. TINGKAT PENGUSAHAAN

BERDASARKAN KETERANGAN NARASUMBER, HASIL

TANGKAPAN YANG DIDAPAT LANGSUNG DIJUAL KE PENAMPUNG

YANG ADA DI PELELANGAN KOTA KENDARI DAN TIDAK

DILAKUKAN PENGOLAHAN. ADAPUN HARGA JUAL HASIL

TANGKAPAN DAPAT BERUBAH TERGANTUNG MUSIM. PADA MUSIM

PUNCAK, HARGA IKAN BERKISAR RP. 300.000,00 PER BOX (45 KG),

PADA MUSIM SEDANG HARGA IKAN BERKISAR ANTARA RP.

500.000,00 – 550.000,00 PER BOX, DAN PADA MUSIM PACEKLIK HARGA

IKAN BERKISAR RP. 700.000,00 PER BOX.

 DAFTAR PUSTAKA

ARDINA, W. O., ABDULLAH, ET AL. 2016. STUDI KEANEKARAGAMAN

JENIS IKAN DEMERSAL YANG BERASOSIASI PADA
APARTEMEN IKAN DI PERAIRAN LAUT KABUPATEN
KONAWE. JURNAL MANAJEMEN SUMBER DAYA
PERAIRAN. VOL. 1(4): 405-414.
DWI, A. P. 2013. EKSTRAKSI GLIKOSAMINOGLIKAN DARI
TULANG RAWAN IKAN PARI AIR LAUT
(NEOTRYGO KUHLII) DAN PARI AIR TAWAR
(HIMANTURA SIGNIFER) [SKRIPSI]. IPB PRESS : BOGOR.
HANDAYANI, Y. 2012. POLA MUSIMAN IKAN KURISI
(NEMIPTERUS JAPONICUS, BLOACH 1791) DI PERAIRAN
SELAT SUNDA, KECAMATAN LABUAN, KABUPATEN
PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN [SKRIPSI]. IPB
PRESS : BOGOR.
HARIYANTO. 2014. POLA MUSIM TANGKAP IKAN KAKAP
MERAH (LUTJANUS SP.) YANG DIDARATKAN DI PPP
LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN
[SKRIPSI]. IPB PRESS : BOGOR.
LUSI, N. A. AYUNINDA, D. NND. 2011. POTENSI DAN TINGKAT
PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN
KABUPATEN PEKALONGAN. UNDIP ; SEMARANG.
NIRMALASARI. 2016. STUDI MORFOMETRIK DAN MERISTIK
IKAN EKOR KUNING, CAESIO (ODONTONECTES)
CUNING (BLOCH, 1791) YANG DIDARATKAN DI
TEMPAT PELELANGAN IKAN BEBA, KABUPATEN
TAKALAR, DAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN LAPPA,
KABUPATEN SINJAI [SKRIPSI]. UNHAS : MAKASSAR.
NOIJA, D., MARTASUGANDA, S., ET AL. 2014. POTENSI DAN
TINGKAT PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL
DI PERAIRAN PULAU AMBON – PROVINSI MALUKU.
JURNAL TEKNOLOGI PERIKANAN DAN KELAUTAN.
VOL. 5(1) : 55-64.
PRAJOKO, B. 2010. KAJIAN KETERKAITAN KELIMPAHAN IKAN
EKOR KUNING (CAESIO CUNING) DENGAN HABITAT
EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PESISIR
SELATAN TELUK KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR
[TESIS]. IPB PRESS : BOGOR.
PURWANTO, E. 2015. ANALISIS KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA
IKAN KAKAP MERAH (LUTJANUS SP.) BERDASARKAN
PARAMETER FISIKA-KIMIA DI TELUK CIKUNYINYI,
KABUPATEN PESAWARAN [SKRIPSI]. UNIVERSITAS
LAMPUNG : BANDAR LAMPUNG.
RAMADHANI, D. 2017. BIOLOGI REPRODUKSI IKAN KURISI
(NEMIPTERUS JAPONICUS BLOCH, 1791) DI PERAIRAN SELAT
SUNDA [SKRIPSI]. IPB PRESS : BOGOR.
ROSTINI, I. 2011. PENGEMBANGAN EDIBLE COATING PADA
UDANG REBUS BERBAHAN DASAR SURIMI LIMBAH
FILET IKAN KAKAP MERAH (LUTJANUS SP.) [TESIS]. IPB
PRESS : BOGOR.
SETA, D. A., ISMAIL, ET AL. 2015. STRATEGI PENGEMBANGAN
PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) KENDARI,
KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA. JOURNAL OF
FISHERIES RESOURCES UTILIZATION MANAGEMENT
AND TECHNOLOGY. VOL. 4(4) : 67-77
SUMAN, A. 2011. STOK SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL LAUT
DALAM DI PERAIRAN ZEEI SAMUDERA HINDIA SEBELAH
SELATAN JAWA, BALAI RISET PERIKANAN LAUT : JAKARTA.
TRI, E. S. 2011. PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN KURISI
(NEMIPTERUS FURCOSUS) BERDASARKAN MODEL
PRODUKSI SURPLUS DI TELUK BANTEN, KABUPATEN
SERANG, PROVINSI BANTEN [SKRIPSI]. IPB PRESS : BOGOR.
YULIANTO, G., SUWARDI, K., ET AL. 2016. STATUS PENGELOLAAN
SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL SEKITAR PANTAI DI
KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT. OMNI-AKUATIKA,
12(3) : 1-10.
YUSRIZAL. 2011. PERBANDINGAN PENGGUNAAN UKURAN MATA
JARING BAGIAN KANTONG PADA TRAWL DASAR DI PERAIRAN
TANJUNG KERAWANG [TESIS]. IPB PRESS : BOGOR.
ZAMANI, N.P., WARDIATNO, Y., ET AL. 2011. STRATEGI
PENGEMBANGAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN
EKOR KUNING (CAESIO CUNING) PADA EKOSISTEM TERUMBU
KARANG DI KEPULAUAN SERIBU. JURNAL SAINTEK
PERIKANAN. Vol. 6(2) : 38 – 51.