PELATIHAN AKANGTAPE 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat subur
serta menyimpan kekayaan alam yang melimpah baik di
darat maupun di laut. Wilayah Indonesia yang berupa
kepulauan dengan panjang pantai yang mengelilingi
masing-masing pulaunya merupakan nilai lebih
lingkungan perairan yang berpotensi untuk dimanfaatkan
dan dikembangkan, khususnya di bidang perikanan
(Larasati, 2008).
PELATIHAN AKANGTAPE 2
tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan
oleh arah angin (Wahyuningsih dan Ternala, 2006).
PELATIHAN AKANGTAPE 3
Budi daya bandeng di Indonesia telah dikenal
sejak 500 tahun yang lalu. Usaha ini berkembang pesat
hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan
memanfaatkan perairan payau atau pasang surut.
Teknologi yang diterapkanjuga berkembang dari
tradisional yang mengandalkan masukan benih (nener)
dan pengolahan makanan alami hingga pemberian pakan
buatan secara terencana. Dengan rasa daging yang enak
dan harga yang terjangkau, bandeng sangat digemari
oleh masyarakat terutama di Jawa dan Sulawesi Selatan
(Mansyur dan Tonnek, 2003).
PELATIHAN AKANGTAPE 4
sejak lama. Ikan ini dikenal masyarakat umum yang
hidup di air payau dan asin. Ikan bandeng termasuk jenis
ikan pemakan plankton, yang bersifat euryhaline
sehingga, dapat hidup di air tawar maupun asin. Ikan
bandeng dikenal oleh masyarakat sebagai ikan yang
hidup di air payau atau ikan yang berasal dari tambak.
Tetapi kenyataanya ikan bandeng dapat hidup di air
tawar, bahkan ikan ini pernah dibudidayakan di Waduk
Ir. H. Djuanda pada tahun 2003. Ikan ini hidup
bergerombol dan mempunyai kebiasaan hidup di air
yang sedikit agak keruh (Sukamto dan Dedi, 2010).
B. Tujuan penulisan
Adapun Tujuan Penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
PELATIHAN AKANGTAPE 5
3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang
perlu diperhatikan pada saat melakukan usaha
budidaya ikan bandeng.
4. Mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang perlu
dipersiapkan dalam melakukan usaha
pembudidayaan ikan bandeng.
5. Mahasiswa dapat mengetahui tekhnik panen dan
pasca panen dalam usaha budidaya ikan bandeng.
PELATIHAN AKANGTAPE 6
C. Taksonomi dan Morfologi Ikan Bandeng
Taxonomi berasal dari perkataan Yunani yaitu
Taxis yang berarti susunan atau pengaturan, dan Nomos
berarti hukum. Istilah ini diusulkan oleh Candolle pada
tahun 1813 untuk teori mengklasifikasikan tumbuh-
tumbuhan. Dalam penggunaannya dewasa ini, kedua
istilah ini dipakai berganti-ganti dalam bidang
pengklasifikasian tumbuh-tumbuhan dan hewan. Jadi
Sistematika atau Taxonomi adalah suatu yang digunakan
untuk mengklasifikasikan jasad (Burhanuddin, 2008).
PELATIHAN AKANGTAPE 7
Adapun Klasifikasi ikan bandeng (Chanos
chanos Forsk) menurut Asriani (2011) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Malacopterygii
Family : Chanidae
Genus : Chanos
PELATIHAN AKANGTAPE 8
pada bagian perut (ventral), sedangkan pada bagian
punggung (dorsal) warnanya biru kehitaman. Garis linea
lateralis jelas terlihat memanjang dari bagian belakang
tutup insang sampai ke pangkal ekor. Ikan bandeng
dewasa dapat mencapai bobot 4-14 kg dengan panjang
50 -150 cm (Ibnu, 2010).
PELATIHAN AKANGTAPE 9
sedangkan gelondongan berukuran 5-8 cm (Asriani,
2011).
PELATIHAN AKANGTAPE 10
Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat
penting serta menentukan keberhasilan budi daya
bandeng. Lokasi yang dipilih harus memberikan
kelaikan habitat bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan.
Di samping itu, aspek kesehatan, sosial, ekonomi, dan
legal perlu dipertimbangkan untuk memperlancar
kegiatan usaha budi daya. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam budi daya bandeng menggunakan
Bak Fiber di lahan adalah: 1) penempatan kolam atau
Bak Fiber harus di lokasi perairan bebas dari
pencemaran, 2) perairan jernih dengan salinitas,
temperatur air, serta peubah kualitas air lainnya sesuai
dengan ambang batas toleransi ikan, 3) terhindar dari
angin kencang yang dapat mengganggu temperature air,
4) tidak menimbulkan konflik dengan kegiatan lain yang
berkaitan dengan pemanfaatan perairan laut dan muara
sungai seperti perindustrian. 5) mudah dijangkau dan
dekat dengan pasar (Mansyur dan Tonnek, 2003).
PELATIHAN AKANGTAPE 11
Bab 2 Manajemen dan Konsep dasar
Akuakultur air tawar
PELATIHAN AKANGTAPE 12
A. Metode Pemeliharaan Ikan
Bak Fiber
Akuaponik
PELATIHAN AKANGTAPE 13
lingkungan yang bersifat simbiotik. Dalam akuakultur
yang normal, ekskresi dari hewan yang dipelihara akan
terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika
tidak dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan
diberikan kepada tanaman agar dipecah
menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan
dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Air
kemudian bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur.
Karena sistem hidroponik dan akuakultur sangat
beragam bentuknya maka sistem akuaponik pun menjadi
sangat beragam dalam hal ukuran, kerumitan, tipe
makhluk hidup yang ditumbuhkan, dan sebagainya.[5]
Kandang
PELATIHAN AKANGTAPE 14
spesies ikan yang dipelihara bukan spesies endemik,
dapat menjadi spesies invasif.[6] Pencemaran perairan
setempat dapat menjadi risiko bagi ikan yang dipelihara
dan begitu juga sebaliknya, pemeliharaan ikan dapat
menyebabkan pencemaran lokal, terutama dari sisa
pakan dan obat-obatan. Penyakit dan hama dapat
berpindah lebih mudah dari lingkungan ke kandang dan
sebaliknya.
Logam paduan tembaga banyak digunakan sebagai
bahan untuk membuat kandang karena memiliki
sifat antimikroba dan algasida sehingga dapat mencegah
menempelnya organisme di rangka kandang (biofouling)
PELATIHAN AKANGTAPE 15
Permasalahan pada budi daya ikan pada dasarnya sama
dengan permasalahan pada budi daya perairan. Yang
paling menonjol adalah efisiensi pada budi daya ikan
karnivora, seperti budi daya salmon, yang membutuhkan
nutrisi lebih banyak dari yang dihasilkannya. Namun
kebutuhan pasar terhadap ikan salmon masih tinggi
sehingga pembudidayaan masih berkembang. Para
pembudi daya sudah mampu mensubstitusi protein
menggunakan sumber dari tumbuhan, namun kebutuhan
lemak, terutama Omega 3, masih sulit untuk dipenuhi
dari sumber tumbuhan sehingga masih membutuhkan
suplai dari hewani.
Permasalahan berikutnya adalah kepadatan ikan
yang dipelihara jauh melebihi kepadatan di habitat
alaminya, hingga mencapai 6 ekor per meter
persegi.[10] Kepadatan yang tinggi dapat menyebabkan
luka pada ikan karena tingginya kontak dan gesekan
antar ikan dan dengan komponen kandang. Konsentrasi
amonia dari urin dan feses ikan yang tinggi juga dapat
berdampak pada kesehatan ikan.
Meski demikian, beberapa jenis ikan juga
cenderung membentuk populasi dengan kepadatan tinggi
di alam liar (fish school) seperti ikan herring, untuk
memudahkan mencari mangsa dan menghindari
predator. Para pembudidaya mencoba untuk
mengoperasikan sistem pemeliharaan yang sesuai supaya
tidak mengurangi rasio konversi pakan (kg pakan
kering/kg hasil daging ikan). Pengukuran tingkat
kesejahteraan hewan menjadi salah satu metode ilmiah
dalam menentukan kesuksesan budi daya ikan.[11]
PELATIHAN AKANGTAPE 16
Pembudidayaan dengan kepadatan tinggi dapat
menyebabkan kerusakan habitan di sekitar area
pemelihataan. Tingginya feses yang diproduksi dengan
campuran sisa pakan dan obat-obatan dapat mencemari
perairan setempat.[12] Dekomposisi sisa pakan dan feses
dapat meningkatkan populasi bakteri yang mampu
menguras kandungan oksigen terlarut sehingga mampu
membunuh kehidupan di perairan. Berbagai usaha budi
daya seringkali berpindah setelah tempat awal sudah
tidak sehat sehingga nelayan yang
mengusahakan perikanan tangkap menjadi terganggu
oleh kerusakan lingkungan yang diakibatkan para
pembudidaya berpindah ini.[13]
Kekhawatiran terhadap keberadaan penyakit dan
parasit ikan membuat para pembudidaya menggunakan
obat-obatan dan antibiotik untuk menjaga agar tingkat
kematian ikan tidak tinggi (meski tidak 100 persen
sembuh[14]). Dalam banyak kasus, terutama
pemeliharaan di alam terbuka menggunakan sistem
kandang, obat-obatan dan antibiotik ini mampu mengalir
ke lingkungan di luar area pemeliharaan sehingga
mempengaruhi ekosistem
[15]
sekitar. Penggunaan antibiotik juga dapat
menyebabkan hama dan penyakit lebih tahan sehingga
menciptakan resistensi antibiotik. Antibiotik juga
bersifat persisten dan dapat terkonsumsi oleh
manusia.[16] Pemanfaatan vaksin kini lebih ditekankan
untuk mengurangi penggunaan obat-obatan dan
antibiotik.[17]
PELATIHAN AKANGTAPE 17
Bab 3 Budidaya Air Tawar Ekonomis penting
PELATIHAN AKANGTAPE 18
A. Potensi Budidaya Ikan Bandeng
PELATIHAN AKANGTAPE 19
sulawesi selatan dan sulawesi tenggara. Sementara di
pulau sumatera, produksi bandeng tertinggi ada di
provinsi aceh dan lampung
PELATIHAN AKANGTAPE 20
4. CARA BUDIDAYA IKAN BANDENG
PADA BAK FIBER
PELATIHAN AKANGTAPE 21
Pemilihan tempat budidaya bandeng harus
mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan
lokasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
persyaratan lokasi adalah status tanah dalam kaitan
dengan peraturan daerah dan jelas sebelum hatchery
dibangun, mampu menjamin ketersediaan air dan
pengairan yang memenuhi persyaratan mutu yang
ditentukan, pergantian air minimal; 200 % per hari, suhu
air, 26,5-310C, pH; 6,5-8,5, oksigen larut; 3,0-8,5 ppm,
alkalinitas 50-500ppm, kecerahan 20-40 cm (cahaya
matahari sampai ke dasar pelataran), air terhindar dari
polusi baik polusi bahan organik maupun an organik.
Sifat-sifat perairan pantai dalam kaitan dengan pasang
surut dan pasang arus perlu diketahui secara rinci.
Faktor-faktor biologis seperti kesuburan perairan, rantai
makanan, species dominan, keberadaan predator dan
kompetitor, serta penyakit endemik harus diperhatikan
karena mampu mengakibatkan kegagalan proses
produksi (Pusluh, 2011).
PELATIHAN AKANGTAPE 22
1. Persiapan Budidaya
a. Persiapan lahan ( Tempat Budidaya )
PELATIHAN AKANGTAPE 23
sehingga bak fiber tidak mudah retak dan pecah.
Selain itu pilihlah bak fiber yang berkualitas
bagus dan tidak bocor, karena hal ini nantinya
akan membantu dalam segi keberhasilan
budidaya.
c. Penyediaan Benih
PELATIHAN AKANGTAPE 24
bersertifikat CPIB (Cara Pembenihan Ikan yang Baik).
Hindari sumber bibit yang tidak jelas sumber dan
kualitasnya.
2. Transportasi Nener
Pengangkutan nener sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari, agar nener tidak stress akibat dari
perbedaan suhu. Memastikan jumlah nener sesuai
dengan ukuran kantong plastik dan kandungan oksigen,
untuk menghindari nener mengalami stress dalam
pengangkutan. Bila perjalanan ditempuh lebih dari 3
jam, turunkan suhu air dalam kantong menjadi sekitar 24
C agar nener tidak aktif. Kepadatan nener dalam
kemasan disesuaikan dengan waktu tempuh; sebagai
gambaran kepadatan nener dalam satu kantong sebanyak
2.500 ekor untuk waktu tempuh 24 jam dengan volume
air 2-3 liter dan 2/3 oksigen dari volume kantong,
sedangkan untuk ukuran gelondongan (5 7 cm)
kepadatan 500 ekor perkantong (volume air 2-3 liter, 2/3
oksigen). Pengangkutan nener sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari, untuk menghidari stress akibat dari
perbedaan suhu.
PELATIHAN AKANGTAPE 25
3. Ukuran Nener
Ukuran 2 - 3 cm : 1000 ekor per kantong
(gelondongan semarangan)
PELATIHAN AKANGTAPE 26
d. Prosedur Kerja Budidaya
Pengelolaan Induk
1. Persiapan Bak
PELATIHAN AKANGTAPE 27
2.Penyiapan Induk
3.pemberian pakan
PELATIHAN AKANGTAPE 28
1. Penambahan Suplemen
Makanan tambahan (suplemen) yang lebih
dikenal dengan istilah probiotik berupa sel-sel mikroba
hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi
hewan inang yang mengkonsumsinya melalui
penyeimbangan flora mikroba intestinalnya. Pemberian
suplemen atau feed additive ke dalam pakan ikan sebagai
mediumnya mempunyai manfaat, antara lain :
meningkatkan dan menyehatkan fungsi pencernaan
sehingga penyerapan nutrisi lebih maksimal, dapat
meningkatkan immunitas ikan terhadap pathogen,
mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan nafsu
makan ikan. Suplemen yang digunakan selama
pemeliharaan yaitu suplemen yang mengandung
PELATIHAN AKANGTAPE 29
mikrobia pencernaan, herba obat terpilih, nutrisi
esensial, vitamin, dan mineral yang berfungsi dalam
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan ikan.
Prinsip kerjanya sendiri adalah pemanfaatan kemampuan
mikroorganisme dalam memecah atau menguraikan
rantai panjang karbohidrat, protein dan lemak yang
menyusun pakan yang diberikan.
2. Jenis Pakan
Pakan buatan yang diberikan adalah jenis pakan
pellet terapung. Ukuran diameter pelletnya 3,3 mm.
Komposisi nutrisi pakannya ialah sebagai berikut:
protein 19 22 % ; kadar air (max) 10 % ; lemak (min) 5
% ; serat kasar (max) 8 % dan kadar abu (max) 15 %.
Bentuk pellet yang mudah hancur, tidak cepat
tenggelam, mempunyai aroma yang merangsang nafsu
makan dan tidak berbau tengik merupakan ciri pakan
yang disukai ikan. Pemberian pakan pellet disebar pada
satu tempat untuk mempermudah dalam pengontrollan
pakannya. Selanjutnya ikan akan memakan makanannya
melalui proses metabolisme dan dicerna. Semua pakan
yang dicerna akan diserap oleh tubuh. Pemberian pakan
PELATIHAN AKANGTAPE 30
yang tidak tepat baik dari kualitas dan kuantitasnya akan
menumpuk di dasar tambak. Hal ini akan mengakibatkan
pembusukan bahan organik di dasar tambak dan
akibatnya tambak tercemar, sampai pada batas waktu
tertentu daya dukung tambak semakin berkurang, pada
akhirnya mengakibatkan timbulnya gas beracun dan ini
akan memicu terganggunya kehidupan ikan bahkan
dapat mengakibatkan kematian massal.
3. Frekuensi Pakan
Pemberian pakan sebanyak 5 % diberikan pada 2
minggu pertama sedangkan untuk 6 minggu berikutnya
pakan yang diberikan sebanyak 3 % dari biomassa ikan,
penentuan jumlah pakan ini juga selalu diikuti dengan
monitoring biomassa ikan setiap satu minggu sekali.
Frekuensi pemberian pakan tiga kali dalam sehari, yaitu
pagi hari pukul 08.00, siang pukul 12.00 dan sore pukul
16.00 WIB. Aktivitas pemberian pakan semuanya
dilakukan pada siang hari, seperti yang dianjurkan oleh
Ditjenkan (1993), dalam pendapatnya bahwa
gelondongan bandeng lebih banyak makan pada siang
hari daripada malam hari. Pakan membutuhkan waktu 27
PELATIHAN AKANGTAPE 31
50 menit untuk melewati usus pada stadium
gelondongan 60 g.
4. Konversi Pakan
Selama kegiatan pembesaran bandeng, nilai
konversi yang didapat pada bandeng dengan perlakuan
penambahan suplemen dan probiotik, yaitu 0,89 dengan
jumlah total pakan yang digunakan sebanyak 2.238,4 kg.
Sedangkan pada bandeng tanpa perlakuan jumlah total
penggunaan pakannya sebanyak 1.379,84 kg dengan
nilai konversi pakan sebesar 1,15. Salah satu faktor
pendukung kecilnya nilai konversi pakan yang
dihasilkan oleh bandeng dengan perlakuan dikarenakan
bandeng yang mendapat tambahan suplemen, fungsi
pencernaannya lebih mampu menyerap nutrisi pakan
secara maksimal sehingga pakannya menjadi lebih
efisien walaupun jumlah pakan hariannya semakin besar.
Semakin besar ukuran ikan maka feeding rate-nya
semakin kecil, tetapi jumlah pakan hariannya semakin
besar.
PELATIHAN AKANGTAPE 32
4.pengelolaan kualitas air
5.pengendalian penyakit
PELATIHAN AKANGTAPE 33
Selelah itu induk dikembalikan pada bak
pemeliharaan induk dan siap untuk dipijahkan
kembali
6.pemijahan
PELATIHAN AKANGTAPE 34
Selanjutnya telur dipanen dengan menggunakan seser
dan dimasukkan kedalam ember yang berisi air tawar
7.penetasan telur
PELATIHAN AKANGTAPE 35