Anda di halaman 1dari 35

Bab 1 Pengertian Budidaya Ikan Air Tawar

PELATIHAN AKANGTAPE 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat subur
serta menyimpan kekayaan alam yang melimpah baik di
darat maupun di laut. Wilayah Indonesia yang berupa
kepulauan dengan panjang pantai yang mengelilingi
masing-masing pulaunya merupakan nilai lebih
lingkungan perairan yang berpotensi untuk dimanfaatkan
dan dikembangkan, khususnya di bidang perikanan
(Larasati, 2008).

Ilmu mengenai perikanan di Indonesia relatif


masih baru. Akhir-akhir ini ilmu tentang perikanan
banyak dipelajari mengingat ikan merupakan salah satu
sumberdaya yang penting. Ikan merupakan salah satu
jenis hewan vertebrata yang bersifat poikilotermis,
memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan
siripnya serta tergantung pada air sebagai medium untuk
kehidupannya. Ikan memiliki kemampuan di dalam air
untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk
menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak

PELATIHAN AKANGTAPE 2
tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan
oleh arah angin (Wahyuningsih dan Ternala, 2006).

Sebagai negara yang maritim, Indonesia


mempunyai potensi yang besar dalam perikanan, baik
perikanan air tawar, air payau, maupun air laut. Potensi
akuakultur air payau, yakni dengan sistem tambak
diperkirakan mencapai 931.000 ha dan hampir telah
dimanfaatkan potensinya hingga 100% dan sebagian
besar digunakan untuk memelihara ikan bandeng
(Chanos chanos) (Asriani, 2011).

Akuakultur Berasal dari bahasa Inggris:


aquaculture Aqua: perairan, culture: budidaya.
Akuakultur : kegiatan untuk memproduksi biota
(organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam
rangka mendapatkan keuntungan (profit). Yang
dimaksud budidaya adalah kegiatan pemeliharaan untuk
memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan (growth),
meningkatkan mutu biota akuatik sehingga memperoleh
keuntungan (Hakim, 2009).

PELATIHAN AKANGTAPE 3
Budi daya bandeng di Indonesia telah dikenal
sejak 500 tahun yang lalu. Usaha ini berkembang pesat
hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan
memanfaatkan perairan payau atau pasang surut.
Teknologi yang diterapkanjuga berkembang dari
tradisional yang mengandalkan masukan benih (nener)
dan pengolahan makanan alami hingga pemberian pakan
buatan secara terencana. Dengan rasa daging yang enak
dan harga yang terjangkau, bandeng sangat digemari
oleh masyarakat terutama di Jawa dan Sulawesi Selatan
(Mansyur dan Tonnek, 2003).

Ikan Bandeng (Chanos chanos) merupakan salah


satu jenis ikan budidaya air payau yang bernilai
ekonomis dan potensial untuk dikembangkan. Ikan
bandeng mampu mentolerir salinitas perairan yang luas
(0-158 ppt) sehingga digolongkan sebagai ikan eurihalin.
Ikan bandeng mampu beradaptasi terhadap perubahan
linngkungan seperti suhu, pH dan kekeruhan air, serta
tahan terhadap serangan penyakit (Alfa, dkk., 2012).

Ikan bandeng (Chanos chanos) sebagai


komoditas budi daya telah banyak dikenal masyarakat

PELATIHAN AKANGTAPE 4
sejak lama. Ikan ini dikenal masyarakat umum yang
hidup di air payau dan asin. Ikan bandeng termasuk jenis
ikan pemakan plankton, yang bersifat euryhaline
sehingga, dapat hidup di air tawar maupun asin. Ikan
bandeng dikenal oleh masyarakat sebagai ikan yang
hidup di air payau atau ikan yang berasal dari tambak.
Tetapi kenyataanya ikan bandeng dapat hidup di air
tawar, bahkan ikan ini pernah dibudidayakan di Waduk
Ir. H. Djuanda pada tahun 2003. Ikan ini hidup
bergerombol dan mempunyai kebiasaan hidup di air
yang sedikit agak keruh (Sukamto dan Dedi, 2010).

B. Tujuan penulisan
Adapun Tujuan Penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat mengetahui bahwa ikan bandeng


merupakan ikan budidaya yang bernilai ekonomis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang morfologi
ikan bandeng.

PELATIHAN AKANGTAPE 5
3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang
perlu diperhatikan pada saat melakukan usaha
budidaya ikan bandeng.
4. Mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang perlu
dipersiapkan dalam melakukan usaha
pembudidayaan ikan bandeng.
5. Mahasiswa dapat mengetahui tekhnik panen dan
pasca panen dalam usaha budidaya ikan bandeng.

PELATIHAN AKANGTAPE 6
C. Taksonomi dan Morfologi Ikan Bandeng
Taxonomi berasal dari perkataan Yunani yaitu
Taxis yang berarti susunan atau pengaturan, dan Nomos
berarti hukum. Istilah ini diusulkan oleh Candolle pada
tahun 1813 untuk teori mengklasifikasikan tumbuh-
tumbuhan. Dalam penggunaannya dewasa ini, kedua
istilah ini dipakai berganti-ganti dalam bidang
pengklasifikasian tumbuh-tumbuhan dan hewan. Jadi
Sistematika atau Taxonomi adalah suatu yang digunakan
untuk mengklasifikasikan jasad (Burhanuddin, 2008).

Di beberapa tempat, ikan bandeng memiliki


banyak nama, misalnya di Sumatera dikenal dengan
sebutan banding, mulch, atau agam; di Bugis disebut
bolu; di Filipina disebut bangos; dan di Taiwan disebut
sabahi (Susanto, 2010).

Ikan bandeng merupakan komoditas utama dalam


ikan budidaya air payau karena kandungan gizinya yang
mempunyai nilai tinggi yang digemari banyak orang.
Klasifikasi ikan bandeng dalam Saanin (1984) bahwa
ikan bandeng termasuk ordo Gonorhynchiformes, family
Chanidae, dan Genus Chanos

PELATIHAN AKANGTAPE 7
Adapun Klasifikasi ikan bandeng (Chanos
chanos Forsk) menurut Asriani (2011) adalah sebagai
berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub class : Teleostei

Ordo : Malacopterygii

Family : Chanidae

Genus : Chanos

Species : Chanos chanos

Ikan Bandeng secara morfologi dicirikan dengan


bentuk memanjang berbentuk seperti torpedo. Sirip
ekornya bercabang (forked), pada bagian tubuhnya
tersusun sisik-sisik kecil yang teratur membentuk
cycloid. Tubuhnya berwarna putih keperakan terutama

PELATIHAN AKANGTAPE 8
pada bagian perut (ventral), sedangkan pada bagian
punggung (dorsal) warnanya biru kehitaman. Garis linea
lateralis jelas terlihat memanjang dari bagian belakang
tutup insang sampai ke pangkal ekor. Ikan bandeng
dewasa dapat mencapai bobot 4-14 kg dengan panjang
50 -150 cm (Ibnu, 2010).

Ikan Bandeng mempunyai ciri-ciri seperti badan


memanjang, padat, kepala

tanpa sisik, mulut kecil terletak di depan mata. Mata


diselaputi oleh selaput bening (subcutaneus). Sirip
punggung terletak jauh di belakang tutup insang dan
dengan rumus jari-jari D. 14-16; sirip dada (pectoral fin)
mempunyai rumus jari-jari P. 16-17; sirip perut (ventrial
fin) mempunyai rumus jari-jari V. 11-12; sirip anus (anal
fin) terletak jauh di belakang sirip punggung dekat
dengan anus dengan rumus jari-jari A. 10-11; sirip ekor
(caudal fin) berlekuk simetris dengan rumus jari-jari C.
19 . Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dapat tumbuh
hingga mencapai 1,8 m, anak ikan Bandeng (Chanos
chanos Forsk) yang biasa disebut nener yang biasa
ditangkap di pantai panjangnya sekitar 1-3 cm,

PELATIHAN AKANGTAPE 9
sedangkan gelondongan berukuran 5-8 cm (Asriani,
2011).

Ikan bandeng memiliki ciri-ciri sebagai berikut,


pada bagian tengah tubuh terdapat garis memanjang dari
bagian penutup insang hingga ke ekor. Sirip dada dan
sirip perut dilengkapi dengan sisik tambahan yang besar,
sirip anus menghadap ke belakang. Selaput bening
menutupi mata, mulutnya kecil dan tidak bergigi,
terletak pada bagian depan kepala dan simetris.

Gambar 1. Morfologi ikan bandeng.

Pemilihan Lokasi Budidaya

PELATIHAN AKANGTAPE 10
Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat
penting serta menentukan keberhasilan budi daya
bandeng. Lokasi yang dipilih harus memberikan
kelaikan habitat bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan.
Di samping itu, aspek kesehatan, sosial, ekonomi, dan
legal perlu dipertimbangkan untuk memperlancar
kegiatan usaha budi daya. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam budi daya bandeng menggunakan
Bak Fiber di lahan adalah: 1) penempatan kolam atau
Bak Fiber harus di lokasi perairan bebas dari
pencemaran, 2) perairan jernih dengan salinitas,
temperatur air, serta peubah kualitas air lainnya sesuai
dengan ambang batas toleransi ikan, 3) terhindar dari
angin kencang yang dapat mengganggu temperature air,
4) tidak menimbulkan konflik dengan kegiatan lain yang
berkaitan dengan pemanfaatan perairan laut dan muara
sungai seperti perindustrian. 5) mudah dijangkau dan
dekat dengan pasar (Mansyur dan Tonnek, 2003).

PELATIHAN AKANGTAPE 11
Bab 2 Manajemen dan Konsep dasar
Akuakultur air tawar

PELATIHAN AKANGTAPE 12
A. Metode Pemeliharaan Ikan

Pemeliharaan ikan dapat dilakukan dengan


berbagai metode di berbagai tempat. Metode
yang paling banyak digunakan adalah dengan
menggunakan Bak Fiber, kolam ikan,
tangki akuaponik, dan kandang.

Bak Fiber

Bak fiber adalah kolam yang terbuat dari bahan


fiberglass. Kolam ini memiliki kelebihan dibanding
kolam terpal yaitu berat total yang tidak begitu berat
sehingga mudah dipindahkan kemanapun serta memiliki
ketahanan yang tinggi terhadap panas matahari sehingga
tidak mudah retak dan pecah. Kolam dari fiber ini juga
tidak akan mudah bocor sehingga dapat mengurangi
kemungkinan rugi petani. Akan tetapi bak fiber yang
terbuat dari bahan fiber glass ini memiliki harga yang
lumayan mahal. Meskipun boros, kolam ini mampu
memberikan sekuritas yang lebih baik dari pada kolam
terpal.

Akuaponik

Artikel utama untuk bagian ini


adalah: Akuaponik
Akuaponik adalah sistem budi daya berkelanjutan yang
mengkombinasikan akuakultur dan hidroponik dalam

PELATIHAN AKANGTAPE 13
lingkungan yang bersifat simbiotik. Dalam akuakultur
yang normal, ekskresi dari hewan yang dipelihara akan
terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika
tidak dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan
diberikan kepada tanaman agar dipecah
menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan
dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Air
kemudian bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur.
Karena sistem hidroponik dan akuakultur sangat
beragam bentuknya maka sistem akuaponik pun menjadi
sangat beragam dalam hal ukuran, kerumitan, tipe
makhluk hidup yang ditumbuhkan, dan sebagainya.[5]

B. Hal yang dapat merusak system budidaya

Kandang

Kandang ikan adalah kandang yang ditempatkan


di danau, kolam, sungai, atau laut untuk melindungi ikan
hingga ikan siap dipanen.[6][7] Kandang dapat didesain
dari berbagai jenis bahan. Ikan yang dipelihara di dalam
kandang dapat diberi pakan maupun dibiarkan memakan
pakan yang datang dari lingkungan sekitarnya. Tipe
pemeliharaan dengan kandang memiliki keuntungan
yaitu dapat dipelihara sesuai dengan habitat ikan tersebut
(air tawar, payau, atau laut) sehingga spesies ikan yang
dipelihara sangat beragam. Kandang ikan juga dapat
dipelihara bersamaan dengan pemanfaatan air lainnya
seperti rekreasi dan irigasi.[6] Kekurangan sistem
kandang adalah risiko lepasnya ikan ke lingkungan. Jika

PELATIHAN AKANGTAPE 14
spesies ikan yang dipelihara bukan spesies endemik,
dapat menjadi spesies invasif.[6] Pencemaran perairan
setempat dapat menjadi risiko bagi ikan yang dipelihara
dan begitu juga sebaliknya, pemeliharaan ikan dapat
menyebabkan pencemaran lokal, terutama dari sisa
pakan dan obat-obatan. Penyakit dan hama dapat
berpindah lebih mudah dari lingkungan ke kandang dan
sebaliknya.
Logam paduan tembaga banyak digunakan sebagai
bahan untuk membuat kandang karena memiliki
sifat antimikroba dan algasida sehingga dapat mencegah
menempelnya organisme di rangka kandang (biofouling)

Budi daya ikan komposit

Budi daya ikan secara komposit adalah teknologi


yang dikembangkan di India pada tahun 1970an dengan
mendayagunakan ikan lokal dan ikan non-lokal yang
dikombinasikan. Ikan-ikan tersebut dipilih karena
memiliki jenis makanan dan cara makan yang berbeda-
beda. Pada percobaan di India, ikan yang digunakan
adalah Cirrhinus cirrhosus dan ikan mas sebagai
konsumen dasar kolam, ikan Labeo rohita yang
memakan di antara permukaan dan dasar kolam, dan
ikan Catla catla dan Hypophthalmichthys
molitrix sebagai konsumen permukaan. Ikan yang
mampu memakan feses dari ikan lain juga bisa
dipelihara sehingga meningkatkan efisiensi pakan.
Metode ini mampu memproduksi hingga 6000 kg ikan
per hektare per tahun.[8][9]

PELATIHAN AKANGTAPE 15
Permasalahan pada budi daya ikan pada dasarnya sama
dengan permasalahan pada budi daya perairan. Yang
paling menonjol adalah efisiensi pada budi daya ikan
karnivora, seperti budi daya salmon, yang membutuhkan
nutrisi lebih banyak dari yang dihasilkannya. Namun
kebutuhan pasar terhadap ikan salmon masih tinggi
sehingga pembudidayaan masih berkembang. Para
pembudi daya sudah mampu mensubstitusi protein
menggunakan sumber dari tumbuhan, namun kebutuhan
lemak, terutama Omega 3, masih sulit untuk dipenuhi
dari sumber tumbuhan sehingga masih membutuhkan
suplai dari hewani.
Permasalahan berikutnya adalah kepadatan ikan
yang dipelihara jauh melebihi kepadatan di habitat
alaminya, hingga mencapai 6 ekor per meter
persegi.[10] Kepadatan yang tinggi dapat menyebabkan
luka pada ikan karena tingginya kontak dan gesekan
antar ikan dan dengan komponen kandang. Konsentrasi
amonia dari urin dan feses ikan yang tinggi juga dapat
berdampak pada kesehatan ikan.
Meski demikian, beberapa jenis ikan juga
cenderung membentuk populasi dengan kepadatan tinggi
di alam liar (fish school) seperti ikan herring, untuk
memudahkan mencari mangsa dan menghindari
predator. Para pembudidaya mencoba untuk
mengoperasikan sistem pemeliharaan yang sesuai supaya
tidak mengurangi rasio konversi pakan (kg pakan
kering/kg hasil daging ikan). Pengukuran tingkat
kesejahteraan hewan menjadi salah satu metode ilmiah
dalam menentukan kesuksesan budi daya ikan.[11]

PELATIHAN AKANGTAPE 16
Pembudidayaan dengan kepadatan tinggi dapat
menyebabkan kerusakan habitan di sekitar area
pemelihataan. Tingginya feses yang diproduksi dengan
campuran sisa pakan dan obat-obatan dapat mencemari
perairan setempat.[12] Dekomposisi sisa pakan dan feses
dapat meningkatkan populasi bakteri yang mampu
menguras kandungan oksigen terlarut sehingga mampu
membunuh kehidupan di perairan. Berbagai usaha budi
daya seringkali berpindah setelah tempat awal sudah
tidak sehat sehingga nelayan yang
mengusahakan perikanan tangkap menjadi terganggu
oleh kerusakan lingkungan yang diakibatkan para
pembudidaya berpindah ini.[13]
Kekhawatiran terhadap keberadaan penyakit dan
parasit ikan membuat para pembudidaya menggunakan
obat-obatan dan antibiotik untuk menjaga agar tingkat
kematian ikan tidak tinggi (meski tidak 100 persen
sembuh[14]). Dalam banyak kasus, terutama
pemeliharaan di alam terbuka menggunakan sistem
kandang, obat-obatan dan antibiotik ini mampu mengalir
ke lingkungan di luar area pemeliharaan sehingga
mempengaruhi ekosistem
[15]
sekitar. Penggunaan antibiotik juga dapat
menyebabkan hama dan penyakit lebih tahan sehingga
menciptakan resistensi antibiotik. Antibiotik juga
bersifat persisten dan dapat terkonsumsi oleh
manusia.[16] Pemanfaatan vaksin kini lebih ditekankan
untuk mengurangi penggunaan obat-obatan dan
antibiotik.[17]

PELATIHAN AKANGTAPE 17
Bab 3 Budidaya Air Tawar Ekonomis penting

PELATIHAN AKANGTAPE 18
A. Potensi Budidaya Ikan Bandeng

Ikan bandeng adalah salah satu jenis ikan yang


dapat dibudidayakan di laut maupun di tambak bahkan di
air tawar. Namun saat ini perkembangan bandeng masih
lebih baik pada budidaya tambak. Hal ini wajar karena
memang bandeng awalnya sangat baik dibudidayakan di
tambak. Ikan yang dikenal dengan nama inggrisnya milk
fish ini banyak ditemui hasil pembudidayaannya di pulau
jawa utamanya jawa barat, jawa tengah dan jawa timur.
Selain di pulau jawa, bandeng juga menjadi komoditas
unggulan pada provinsi sulawesi selatan dan sulawesi
tenggara. Sementara di pulau sumatera, produksi
bandeng tertinggi ada di provinsi aceh dan lampung

Ikan bandeng adalah salah satu jenis ikan yang dapat


dibudidayakan di laut maupun di tambak. Namun saat ini
perkembangan bandeng masih lebih baik pada budidaya
tambak. Hal ini wajar karena memang bandeng awalnya
sangat baik dibudidayakan di tambak. Ikan yang dikenal
dengan nama inggrisnya milk fish ini banyak ditemui
hasil pembudidayaannya di pulau jawa utamanya jawa
barat, jawa tengah dan jawa timur. Selain di pulau jawa,
bandeng juga menjadi komoditas unggulan pada provinsi

PELATIHAN AKANGTAPE 19
sulawesi selatan dan sulawesi tenggara. Sementara di
pulau sumatera, produksi bandeng tertinggi ada di
provinsi aceh dan lampung

PELATIHAN AKANGTAPE 20
4. CARA BUDIDAYA IKAN BANDENG
PADA BAK FIBER

PELATIHAN AKANGTAPE 21
Pemilihan tempat budidaya bandeng harus
mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan
lokasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
persyaratan lokasi adalah status tanah dalam kaitan
dengan peraturan daerah dan jelas sebelum hatchery
dibangun, mampu menjamin ketersediaan air dan
pengairan yang memenuhi persyaratan mutu yang
ditentukan, pergantian air minimal; 200 % per hari, suhu
air, 26,5-310C, pH; 6,5-8,5, oksigen larut; 3,0-8,5 ppm,
alkalinitas 50-500ppm, kecerahan 20-40 cm (cahaya
matahari sampai ke dasar pelataran), air terhindar dari
polusi baik polusi bahan organik maupun an organik.
Sifat-sifat perairan pantai dalam kaitan dengan pasang
surut dan pasang arus perlu diketahui secara rinci.
Faktor-faktor biologis seperti kesuburan perairan, rantai
makanan, species dominan, keberadaan predator dan
kompetitor, serta penyakit endemik harus diperhatikan
karena mampu mengakibatkan kegagalan proses
produksi (Pusluh, 2011).

PELATIHAN AKANGTAPE 22
1. Persiapan Budidaya
a. Persiapan lahan ( Tempat Budidaya )

Pemilihan tempat budidaya bandeng harus


mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan
dengan lokasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam persyaratan lokasi adalah status tanah
dalam kaitan dengan peraturan daerah dan jelas
sebelum hatchery dibangun, mampu menjamin
ketersediaan air dan pengairan yang memenuhi
persyaratan mutu yang ditentukan

b. Pemilihan Bak Fiber

Dalam pemilihan bak fiber, disini kita memilih


bak fiber yang berukuran besar dengan berat
yang tidak terlalu berat. Dalam hal ini, bak fiber
akan mudah dipindah pindahkan jika terjadi
sesuatu yang mendesak. Selain itu pemilihan bak
fiber juga berdasarkan ketahanan yang kuat dan
tinggi terhadap sinar matahari dan cuaca panas,

PELATIHAN AKANGTAPE 23
sehingga bak fiber tidak mudah retak dan pecah.
Selain itu pilihlah bak fiber yang berkualitas
bagus dan tidak bocor, karena hal ini nantinya
akan membantu dalam segi keberhasilan
budidaya.

c. Penyediaan Benih

Menurut WWF-Indonesia (2014) dalam


penyediaan benih ikan dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemilihan Kriteria Nener yang Baik
Ukuran seragam (minimal 95%) dan tidak cacat.
Gerakannya lincah. Jika air diputar dalam bak, nener
bergerak melawan arus. Warna tubuh transparan dan isi
perut terlihat penuh. Responsif terhadap pakan yang
diberikan. Umur minimal 18 hari dengan panjang tubuh
1,6 cm. Sediakan nener yang unggul dan bebas penyakit,
berasal dari hatchery atau pembenihan yang sudah

PELATIHAN AKANGTAPE 24
bersertifikat CPIB (Cara Pembenihan Ikan yang Baik).
Hindari sumber bibit yang tidak jelas sumber dan
kualitasnya.

2. Transportasi Nener
Pengangkutan nener sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari, agar nener tidak stress akibat dari
perbedaan suhu. Memastikan jumlah nener sesuai
dengan ukuran kantong plastik dan kandungan oksigen,
untuk menghindari nener mengalami stress dalam
pengangkutan. Bila perjalanan ditempuh lebih dari 3
jam, turunkan suhu air dalam kantong menjadi sekitar 24
C agar nener tidak aktif. Kepadatan nener dalam
kemasan disesuaikan dengan waktu tempuh; sebagai
gambaran kepadatan nener dalam satu kantong sebanyak
2.500 ekor untuk waktu tempuh 24 jam dengan volume
air 2-3 liter dan 2/3 oksigen dari volume kantong,
sedangkan untuk ukuran gelondongan (5 7 cm)
kepadatan 500 ekor perkantong (volume air 2-3 liter, 2/3
oksigen). Pengangkutan nener sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari, untuk menghidari stress akibat dari
perbedaan suhu.

PELATIHAN AKANGTAPE 25
3. Ukuran Nener
Ukuran 2 - 3 cm : 1000 ekor per kantong
(gelondongan semarangan)

Ukuran 5 - 7 cm : 500 ekor per kantong


(gelondongan kasaran)

Ukuran 8 - 10 cm : 200 ekor per kantong


(gelondongan semi)

Ukuran 10 - 12 cm : 50 ekor per kantong


(gelondongan super semi)

Ukuran 13 - 15 cm :50 ekor per kantong


(gelondongan balian/bandeng umpan).

PELATIHAN AKANGTAPE 26
d. Prosedur Kerja Budidaya

Pengelolaan Induk

1. Persiapan Bak

Outlet bak dibuka

Kaporit dilarutkan dalam ember, kemudian disiram


merata dalam bak dan di biarkan selama 24 jam

Setela itu bak dibilas dengan air tawar lalu digosok


dengan spon menggunakan deterjen, kemudian dibilas
dengan air tawar sampai bau kaporitnya hilang

Pengeringan bak dilakukan selama 1-2 hari

Perangkat aerasi dicuci dengan deterjen dan dibilas


dengan air tawar

Memasang aerasi dengan jarak setiap aerasi 50 cm,


jarak aerasi dari dasar bak 5 cm

Pemasangan filter bag pada saluran pemasukan air


dan pipa outlet bagian bawah diberi saringan

Bak di isi air tawar dan suhu 27-290c

PELATIHAN AKANGTAPE 27
2.Penyiapan Induk

Dilakukan pengukuran berat induk dimana induk


harus mempunyai bobot 4-6 kg dan panjang tubuh 0,5
m-0,6 m

Masukkan ke dalam bak yang berisi air tawar

Induk yang ada dalam bak selanjutnya dilakukan


penyesuaian terhadap lingkungan baru

Setelah induk beradaptasi dengan lingkungan baru


induk di pindahkan ke dalam pemeluharaan

3.pemberian pakan

Menurut Pusat Penyuluhan dan Perikanan pakan


berfungsi sebagai sumber energi bagi kehidupan,
pertumbuhan, dan reproduksi ikan. Melalui proses
metabolisme pakan akan menjadi energi bagi ikan untuk
melakukan aktivitasnya. Pemberian pakan haruslah dapat
dikonsumsi ikan secara utuh sehingga pakan tidak ada
yang terbuang. Berikut ini akan diuraikan mengenai
pakan yang diberikan selama pemeliharaan pembesaran
bandeng, yaitu

PELATIHAN AKANGTAPE 28
1. Penambahan Suplemen
Makanan tambahan (suplemen) yang lebih
dikenal dengan istilah probiotik berupa sel-sel mikroba
hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi
hewan inang yang mengkonsumsinya melalui
penyeimbangan flora mikroba intestinalnya. Pemberian
suplemen atau feed additive ke dalam pakan ikan sebagai
mediumnya mempunyai manfaat, antara lain :
meningkatkan dan menyehatkan fungsi pencernaan
sehingga penyerapan nutrisi lebih maksimal, dapat
meningkatkan immunitas ikan terhadap pathogen,
mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan nafsu
makan ikan. Suplemen yang digunakan selama
pemeliharaan yaitu suplemen yang mengandung

PELATIHAN AKANGTAPE 29
mikrobia pencernaan, herba obat terpilih, nutrisi
esensial, vitamin, dan mineral yang berfungsi dalam
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan ikan.
Prinsip kerjanya sendiri adalah pemanfaatan kemampuan
mikroorganisme dalam memecah atau menguraikan
rantai panjang karbohidrat, protein dan lemak yang
menyusun pakan yang diberikan.

2. Jenis Pakan
Pakan buatan yang diberikan adalah jenis pakan
pellet terapung. Ukuran diameter pelletnya 3,3 mm.
Komposisi nutrisi pakannya ialah sebagai berikut:
protein 19 22 % ; kadar air (max) 10 % ; lemak (min) 5
% ; serat kasar (max) 8 % dan kadar abu (max) 15 %.
Bentuk pellet yang mudah hancur, tidak cepat
tenggelam, mempunyai aroma yang merangsang nafsu
makan dan tidak berbau tengik merupakan ciri pakan
yang disukai ikan. Pemberian pakan pellet disebar pada
satu tempat untuk mempermudah dalam pengontrollan
pakannya. Selanjutnya ikan akan memakan makanannya
melalui proses metabolisme dan dicerna. Semua pakan
yang dicerna akan diserap oleh tubuh. Pemberian pakan

PELATIHAN AKANGTAPE 30
yang tidak tepat baik dari kualitas dan kuantitasnya akan
menumpuk di dasar tambak. Hal ini akan mengakibatkan
pembusukan bahan organik di dasar tambak dan
akibatnya tambak tercemar, sampai pada batas waktu
tertentu daya dukung tambak semakin berkurang, pada
akhirnya mengakibatkan timbulnya gas beracun dan ini
akan memicu terganggunya kehidupan ikan bahkan
dapat mengakibatkan kematian massal.

3. Frekuensi Pakan
Pemberian pakan sebanyak 5 % diberikan pada 2
minggu pertama sedangkan untuk 6 minggu berikutnya
pakan yang diberikan sebanyak 3 % dari biomassa ikan,
penentuan jumlah pakan ini juga selalu diikuti dengan
monitoring biomassa ikan setiap satu minggu sekali.
Frekuensi pemberian pakan tiga kali dalam sehari, yaitu
pagi hari pukul 08.00, siang pukul 12.00 dan sore pukul
16.00 WIB. Aktivitas pemberian pakan semuanya
dilakukan pada siang hari, seperti yang dianjurkan oleh
Ditjenkan (1993), dalam pendapatnya bahwa
gelondongan bandeng lebih banyak makan pada siang
hari daripada malam hari. Pakan membutuhkan waktu 27

PELATIHAN AKANGTAPE 31
50 menit untuk melewati usus pada stadium
gelondongan 60 g.

4. Konversi Pakan
Selama kegiatan pembesaran bandeng, nilai
konversi yang didapat pada bandeng dengan perlakuan
penambahan suplemen dan probiotik, yaitu 0,89 dengan
jumlah total pakan yang digunakan sebanyak 2.238,4 kg.
Sedangkan pada bandeng tanpa perlakuan jumlah total
penggunaan pakannya sebanyak 1.379,84 kg dengan
nilai konversi pakan sebesar 1,15. Salah satu faktor
pendukung kecilnya nilai konversi pakan yang
dihasilkan oleh bandeng dengan perlakuan dikarenakan
bandeng yang mendapat tambahan suplemen, fungsi
pencernaannya lebih mampu menyerap nutrisi pakan
secara maksimal sehingga pakannya menjadi lebih
efisien walaupun jumlah pakan hariannya semakin besar.
Semakin besar ukuran ikan maka feeding rate-nya
semakin kecil, tetapi jumlah pakan hariannya semakin
besar.

PELATIHAN AKANGTAPE 32
4.pengelolaan kualitas air

Nyalakan pompa aerator


Kemudian dilakukan penurunan air pada pagi hari
sampai kapasitas 50%
Selanjutnya air dinaikkan sampai penuh pada siang
hari setelah itu diturunkan kembalipada sore hasi
sekitar 30%
Pergantian air dilakukan minimal 200% perhari,
kemudian
pompa pemasukan air dimatikan dan pompa
resirkulasi air dari bak tendon dinyalakan sampai pagi
hari

5.pengendalian penyakit

Apabila terdapat induk yang sakit, maka segera


diambil dari bak pemeliharaan induk kemudian
ditempatkan dalam bak untuk di identifikasi
penyakitnya
Setelah itu di obati berdasarkan jenis penyakit yang
dideritanya

PELATIHAN AKANGTAPE 33
Selelah itu induk dikembalikan pada bak
pemeliharaan induk dan siap untuk dipijahkan
kembali

6.pemijahan

Induk jantan yang siap dipijahkan adalah yang


mengandung sperma tingkat III yaitu pejantan yang
mengeluarkan sperma cukup banyak sewaktu dipijat
dari bagian perut kearah lubang kelamin
Pemijahan induk betina yang mengandung telur
berdiameter lebih dai 750 mikron atau induk jantan
yang mengandung sperma tingkat III
Induk bandeng akan memijah pada saat bulan
purnama
Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari, induk
jantan mengeluarkan sperma dan induk betina
mengeluarkan telur sehingga pertilisasi terjadi secara
eksternal
Setelah pemijahan dan pembuahan telur induk
bandeng selesai,telur akan terapung dalam air bak
pemijahan

PELATIHAN AKANGTAPE 34
Selanjutnya telur dipanen dengan menggunakan seser
dan dimasukkan kedalam ember yang berisi air tawar
7.penetasan telur

Telur yang terkumpul segera dipindahkan ke dalam


bak inkubasi
Selanjutnya aliran air secara bertahap dihentikan
untuk memudahkan penyiponan detritus dan telur
yang tidak di buahi
Telur diinkubasi selama 6 jam kemudian dipindahkan
kedalam bak penetasan
Pemindahan telur dilakukan dengan meningkatkan
salinitas air menjadi 40 ppt dengan penambahan
garam dapur kedalam bak inkubasi,selain itu bak
penetasan telur juga diberi pasir agar suhu tetap stabil
Didalam air bersalinitas tinggi,telur-telurakan
mengapung dan mudah untuk diserok
Telur ikan bandeng yang dibuahi akan menetas
setelah 24-26 jamdari awal pemijahan

PELATIHAN AKANGTAPE 35

Anda mungkin juga menyukai