Anda di halaman 1dari 30

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belaakang

Wilayah kedaulatan Indonesia membentang luas di daerah khatulistiwa

dari 94 sampai 141 Bujur Timur dan 6 Lintang Utara sampai 11 Lintang Selatan.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau besar dan

pulau kecil serta memiliki garis pantai 81.000 km yang merupakan garis pantai

terpanjang kedua di dunia. Dengan luas tersebut beserta potensi lestari yang

terkandung di dalamnya, Indonesia mempunyai potensi besar untuk

mengembangkan usaha perikanan (Anonim, 2009). Perikanan merupakan salah

satu usaha manusia untuk memanfaatkan sumberdaya hayati perairan (aquatic

resources) yang meliputi benda-benda hidup baik itu berupa jenis ikan, udang-

udang, kerang-kerangan, mutiara, rumput laut, dan organisme air lainnya yang

berada di perairan umum maupun di perairan laut. Salah satu usaha manusia untuk

memanfaatkan potensi sumber daya hayati perairan tersebut adalah melalui usaha

budidaya perikanan (Anonim, 2009).

Ruang lingkup budidaya ikan (Fish Culture) adalah pengendalian

pertumbuhan dan pengembangbiakan yang bertujuan untuk memperoleh hasil

yang terbaik dari pada dibiarkan hidup secara alami (Sumantadinata, 1983).

Selanjutnya Hardjamulya (1990) mengatakan bahwa kegiatan budidaya ikan dapat

dilakukan di kolam, sawah, maupun perairan umum. Kegiatan budidaya perikanan

merupakan usaha manusia untuk mengelola faktor-faktor budidaya, hama dan

penyakit organisme budidaya dan dapat memproduksi organisme yang

dibudidayakan sebanyak-banyaknya (Haris,1982).


2

Salah satu usaha pengembangan budidaya ikan adalah usaha ikan di dalam

kolam. Murtidjo (1994) menyatakan bahwa potensi budidaya ikan di indonesia

antara lain seperti, tambak air payau, kolam air tawar (air deras dan air tenang),

sawah dan keramba. Ternyata usaha ini memberikan peluang yang sangat besar.

Ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) adalah salah satu ikan yang merupakan

makanan penting di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang

masih ada dalam familia Chanidae (kurang lebih tujuh spesies punah dalam lima

genus tambahan dilaporkan pernah ada). Budidaya ikan bandeng telah lama

dikenal oleh petani dan saat ini telah berkembang di hampir seluruh wilayah

perairan Indonesia, dengan memanfaatkan perairan payau dan pasang surut.

Teknologi budidaya ikan ini juga telah mengalami perkembangan yang begitu

pesat mulai dari pemeliharaan tradisional yang hanya mengandalkan pasok benih

dari alam pada saat pasang sampai ke teknologi intensif yang membutuhkan

penyediaan benih, pengelolaan air, dan pakan secara terencana. Ikan ini sangat

digemari oleh masyarakat dan banyak sekali disajikan dalam bentuk ikan bakar di

warung-warung makan untuk konsumsi masyarakat yang berpenghasilan

menengah ke bawah (Anonim, 2009).

Budidaya bandeng tidak menimbulkan pencemaran lingkungan baik air

kotor maupun bau amis. Pemeliharaan bandeng yang sehat mensyaratkan air dan

tambak yang bersih serta tidak tercemar (Moelyanto, 1992). Lebih jauh dikatakan

bahwa dilihat dari sifat-sifat, tempat hidupnya, kandungan gizinya, serta potensi

pemasaran yang cukup baik, maka banyak orang yang berusaha untuk

membudidayakannya (Arsyad dan Hadirini, 1989).


3

Ikan ini memiliki potensi budidaya yang tinggi karena pertumbuhannya

yang relatif cepat, berprotein tinggi dan daya tahan tubuhnya terhadap lingkungan

cukup kuat. Ikan bandeng tidak bersifat kanibalisme. Kerna alasan tersebutlah

yang menyebabkan permintaan akan ikan bandeng cukup tinggi di pasaran

domestik.

Banyak permintaan akan ikan bandeng baik dari dalam dan luar negri

hingga mengakibatkan persedian ikan bandeng setiap tahunnya meningkat.

Penangkapan ikan bandeng secara besar-besaran tanpa melihat kelestariannya

akan mengakibatkan musnahnya ikan bandeng di perairan bebas.

Salah satu cara untuk mencegah terjadinya kepunahan ikan bandeng

diperairan Indonesia adalah dengan dilakukannya pemeliharan ikan bandeng

secara terkontrol, diberi perlakuan-perlakuan yang hampir sama dengan keadaan

perairan bebas, hal ini bertujuan agar ikan bandeng dapat memijah dan

menghasilkan telur yang berkualitas baik yang dapat dijadikan sebagai calon

induk bandeng yang produktif.

Usaha pembenihan merupakan usaha yang sangat penting pada sektor

budidaya perikanan, karena dalam faktor penyediaan benih adalah mutlak.

Kekurangan benih ikan adalah kendala bagi peningkatan produksi. Secara umum

dapat dikemukakan bahwa kelemahan kegiatan pembenihan terletak pada

rendahnya kelangsungan hidup yang biasanya disebabkan oleh kekurangan

makanan, adanya perubahan suhu yang besar, faktor cahaya, salinitas, dan kadar

oksigen terlarut. Salah satu faktor yang juga merupakan kelemahan dalam

pembenihan adalah besarnya kisaran temperatur antara siang dan malam hari.
4

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara

merupakan balai budidaya air payau urutan ketiga sebagai penghasil produksi

bandeng setelah BBAP Situbondo dan BBAP Takalar yang mencapai produksi

sebanyak 512.000 ekor (sumber: Direkorat Jendral Perikanan Budidaya, 2001).

Kegiatana yang menunjang keberhasilan pembenihan bandeng di BBPBAP Jepara

meliputi penyediaan induk, pematangan gonad, pengamatan telur, pemeliharaan

larva,pemasaran dan teknik kultur pakan alam.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Prektek magang ini bertujuan untuk mengetahui dan mengenal tahap-tahap

kegiatan pembenihan ikan bandeng, memeahami permasalahan dan kendala yang

dihadapi serta mencari pemecahannya, meningkatkan wawasan dan pengetahuan

serta kemampuan dibidang pembenihan bandeng serta penerapannyan dilapangan.

Produksi benih nener di hatchery diharapkan dapat mengimbangi selisih

antara permintaan yang terus meningkat dan pasok penengkapan di alam yang

diduga akan menurun. Selain itu usaha pembenihan bandeng di hatchery dapat

mengarah kigiatan budidaya menjadi kegiatan yang mapan dan terlalu dipengaruhi

oleh kondisi alam serta tidak memanfaatkan sumberdaya secara berlebihan.


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Toksonomi dan Morfologi Ikan Bandeng

2.1.1. Taksonomi

Secara taksonomi ikan bandeng dapat digolongkan kedalam phylum

Vertebrata, sub phylum Craniata, superclas Gnathostomata, seri Pisces, class

Teleostei, sub class Actinopterigi, ordo Malacopterigi, sub ordo Clupeidei, famili

Chanidae, genus Chanos, spesies Chanos chanos Forskall (Schuster, 1960 dalam

Martosudarmo et al,1984).

Gambar 1. Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal)

2.1.2. Morfologi

Ciri umum ikan bandeng adalah tubuh memanjang agak gepeng, mata

tertutup lapisan lemak (adipase eyelid), pangkal sirip punggung dan dubur

tertutup sisik, tipe sisik cycloid lunak, warna hitam kehijauan dan keperakan

bagian sisi, terdapat sisik tambahan yang besar pada sirip dada dan sirip perut.

Bandeng jantan memiliki ciri-ciri warna sisik tubuh cerah dan mengkilap

keperakan serta memiliki dua lubang kecil di bagian anus yang tampak jelas pada

jantan dewasa (Hadie, 2000).


6

Ikan bandeng dikenal sebagai ikan petualang yang suka merantau. Ikan

bandeng ini mempunyai bentuk tubuh langsing mirip terpedo, dengan moncong

agak runcing, ekor bercabang dan sisiknya halus. Warnanya putih gemerlapan

seperti perak pada tubuh bagian bawah dan agak gelap pada punggungnya

(Mudjiman, 1998).

Indonesia ikan bandeng dikenal juga dengan nama Bolu dari Ujung

pandang, Mulah / ikan Agam (sumatera). Dalam bahasa Inggris dikenal dengan

Milkfish, sedangkan di filipina di kenal dengan nama Bangus (Mudjiman, 1983

dan Suseno, 1986).

Ikan bandeng mempunyai sirip sempurna yang terdiri dari sirip dada, sirip

perut, sirip punggung, sirip belakang (anal) dan sirip ekor. Seluruh bagian

tubuhnya tertutup oleh sisik. Gurat sisi (lineal lateralis) ikan bandeng terletak

memanjang dari belakang tutup insang dan berakhir pada bagian tengah sirip ekor

(Anonim, 1994).

Pada lengkung bandeng terdapat alat yang berfungsi untuk menyaring udara

yang masuk kedalam tubuh. Kerongkongannya berlekuk 2x (EX) dan mempunyai

lapisan yang berpilin-pilin. Perut besarnya berdinding tebal dan mempunyai usus

yang panjang yaitu 3 sampai 12 kali dari panjang badannya. Ini menunjukkan

bahwa bandeng adalah ikan vegetaris yaitu pemakan tumbuhan-tumbuhan

terutama plankton, yaitu tumbuhan yang hidup melayang-layang dalam air

(Mujiman, 1991).

Ikan bandeng baik yang jantan ataupun betina yang telah dewasa agak sulit

dibedakan, tetapi induk bandeng yang sudah matang kelamin dapat di bedakan

lebih mudah dengan memperhatikan bagian anal. Ikan bandeng jantan mempunyai

dua tonjolan kecil (papilla) yang terbuka pada bagian luarnya yaitu selaput dubur
7

luar dan lubang pelepasan (urogenital pore) yang mebuka pada bagian ujungnya,

sedangkan ikan betina mempunyai tiga tonjolan kecil (papilla) yang terbuka

dibagian analnya (Prijono,1990). Selain itu pemeriksaan jenis kelamin dapat

dilakukan dengan cara membius ikan dengan 2 phenoxyethanol dosis 200-300

ppm. Setelah ikan melemah, kanula dimasukkan ke lubang sedalam 20-40 cm

tergantung dari panjang ikan dan hisap.

2.2. Habitat dan Penyebaran

Ikan bandeng hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai

Samudra Pasifik, mereka cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-

pulau dengan koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3

minggu, lalu berpindah ke rawa -rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala

danau-danau. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa

berkembang biak (Anonim, 2009). Penyebaran ikan bandeng ini yaitu meliputi

seluruh perairan Indonesia utamanya di daerah Jawa dan Sulawesi Selatan serta

beberapa perairan payau dan perairan tawar yaitu pada daerah Sumatera Barat,

DKI dan DIY. Propinsi Jawa Timur Tahun 2000 tambak Jawa Timur tercatat

seluas 53.423 ha atau 15% dari luas tambak di tanah air (Anonim, 2002).

Ikan bandeng termasuk jenis ikan pelagis yang mencari makanan

dipermukaan dan sering di jumpai di daerah dakat pantai (litoral). Secara

geografis ikan ini hidup di daerah tropis dan sub tropis, pada batas-batas 30ᵒ - 40ᵒ

LU sampai 30 – 40 LS. Ikan ini suka hidup bergerombol kecil antara 10-20 ekor.

Senang berenang pada saat air pasang (Martosudarmo et al, 1984).

Penyebaran ikan bandeng sangat luas dari daerah Samudera Hindia sampai

kepantai barat Amerika. Di Indonesia daerah penyebarannya meliputi daerah


8

Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa tenggara dan pulau Buru (Hadie dan

Jetna, 1986).

Berdasarkan habitatnya daerah peneluran bandeng tidak lebih dari 30 meter

dari garis pantai dengan karakteristik habitat perairan jernih dan dasar perairannya

berpasir. Ikan bandeng stadia larva dan juvernil sering di daerah pantai Estuarine

dan hutan Mangrove. Habitat bandeng sagat erat kaitan dengan siklus hidupnya

(Schuster, 1960 dalam Chollik et al,1990).

2.3. Daur Hidup

Induk bandeng jantan dan betina memijah secara alami di daeran pulau-

pulau karang yang jarang dikunjungi manusia, induk jantan akan mengeluarkan

sprma dan induk betina mengeluarakan telur sehingga akan terjadi fertilisasi

secara eksternal yang terjadi pada malam hari. Telur yang terbuahi menjadi larva

dalam waktu 24-36 jam. Larva yang baru menetas panjangnya sekitar 3,5 mm

dengan warna tubuh bening. Dalam perjalanan hidupnya larva bandeng dari

tengah laut terbawa aleh arus, ombak dan gelombang dan akhirnya terdampar di

pantai-pantai dengan ukuran panjang sekitar 11-13 mm, berat 0,01 gr dalam usia

2-3 minggu. Pada usia ini larva dikenal dengan nener (benih). Dalam setahun

nener ini muncul dengan dua kali puncak musim, yaitu pada bulan April-Juni

(musim kapat) dan pada bulan September-Desember (musim kesongo). Selama

perjalan hidupnya diduga banyak terjadi kematian akibat dimangsa ikan buas

maupun faktor lain. Pada stadia muda (juvernil) ikan bandeng banyak terdapat di

daerah pantai dan muara sungai kerena daerah ini banyak mengandung plankton

yang merupakan makanan utamanya. Menjelang dewasa ikan bandeng berupaya

mencari tempat yang aman untuk memijah ketengah laut. Di Indonesia, kepulauan
9

Spermonde di sebelah selatan pulau sulawesi merupakan salah satu tempat

berpijahnya ikan tersebut (Schuster, 1952 dalam Budiono et al, 1984).

2.4. Pakan dan Kualitas Air

2.4.1. Pakan

Bandeng termasuk herbivora (pemakan tumbuh-tumbuhan). Ikan ini

memakan klekap, yang tumbuh di pelataran kolam. Bila sudah terlepas dari

permukaan tanah, klekap ini sering disebut sebagai tahi air. Pakan bandeng

terutama terdiri dari plankton (Chlorophyceae dan Diatomae), lumut dasar

(Cyanophyceae), dan pucuk tanaman ganggang (Nanas dan Ruppia). Tumbuh-

tumbuhan yang berbentuk benang dan yang lebih kasar lagi akan lebih mudah

dimakan oleh ikan bandeng bila mulai membusuk (Liviawaty, 1991).

Makanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan

ikan. Untuk merangsang pertumbuhan, diperlukan jumlah dan mutu makanan

yang tersedia dalam keadaan cukup serta sesuai dengan kondisi perairan (Asmawi,

1983).

Menurut (Boer Idasari, 2010) jumlah bahan pakan yang dibutuhkan oleh

ikan sangat bervariasi dan ditentukan oleh jenis makanan itu sendiri. Makanan

yang baik adalah makanan yang dapat dimanfaatkan untuk membentuk jaringan

tubuh. Badan akan berkurang apabila jumlah energi minimum yang dibutuhkan

belum terpenuhi. Perbedaan pokok antara makanan ikan dan makanan hewan

peliharaan lainnya adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk mensintesa

protein jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan hewan berdarah panas.

Ikan bandeng merupakan ikan vegetaris yang memiliki perbedaan dalam

jumlah makanan. Jumlah makanan yang di konsumsi dan di sukainya, tergantung


10

pada jenis makanan yang dikonsumsi, baik dalam ukurannya maupun kandungan

nutrisinya. Dalam budidaya ikan bandeng, pemberian makanan tambahan sagat

diperlukan jika padat penebarannya relatif tinggi karena makanan alami yang

tersedia sangat terbatas. Makin pesatnya perkembangan budidaya ikan laut, maka

kebutuhan makanan buatan tidak dapat dipisahkan, terutama untuk tercapainya

suatu budidaya yang efisien. Usaha pembenihan bandeng perlu di dukung dengan

usaha budidaya pakan alami untuk larva. Larva ikan bandeng memerlukan pakan

alami berupa rotifera dan artemia. Pakan alami tersbut dapatdi usahakan sendiri

melalui budidaya dan pembibitan. (Bambang, 2002).

Berbagai jenis makanan ikan bandeng, beberapa ahli menggolongkan ikan

tresebut antara lain sebagai pemakan tanaman atau herbivora, pamakan plankton

(plankton feeder) dan (selektif feeder) pemakan yang selektif (Budiono dkk,

1984).

2.4.2. Kualitas Air

Kelayakan suatu perairan di pengaruhi oleh sifat fisika dan kimia perairan

tersebut juga kegiatan jasad perairan itu. Faktor kimia tersebut antara lain: suhu,

salinitas, derajat keasaman, oksigen terlarut, nitrit, amoniak.

Menurut Puslitbang Perikanan (1993), kualitas air media pemeliharan larva

bandeng yang memenuhi syarat yaitu suhu 27-31 ᵒC, salinitas 30 ppt, oksigen

terlarut 5-7 ppm dan kadar nitrit yang masih layak bagi pemeliharan larva

bandeng adalah ≤ 0,6 ppm.

a. Suhu

Salah satu indikator untuk mengetahui kualitas air adalah suhu. Suhu air

sangat berkaitan erat dengan konsentrasi jenuh oksigen terlarut dalam air dan laju
11

konsumsi oksigen hewan air. Suhu air optimal bagi ikan bandeng terletak antara

26 C 33 C. Pada suhu 18 C 25 C, ikan bandeng masih dapat bertahan hidup, tetapi

nafsu makannya mulai menurun. Suhu air 12 C 18 C mulai berbahaya bagi ikan,

sedangkan pada suhu air di bawah 12 C ikan bandeng mati kedinginan (Ahmad,

1998).

b. Salinitas

Ikan bandeng mampu menyesuaikan diri terhadap salinitas air, sehingga

dapat hidup di air tawar (salinitas antara 0 5 ppt) maupun air asin (salinitas > 30

ppt). Namun karena ikan bandeng dibudidayakan untuk tujuan komersial maka

rentan salinitas optimal perlu dipertahankan. Pada rentan salinitas optimal (20 25

ppt), ganggang-ganggang dasar (klekap) yang menjadi makanan alami bagi ikan

bandeng dapat tumbuh dengan baik, sehingga dapat mengurangi biaya pembelian

pakan (Alie, 1988)

c. pH

Mutu air tambak juga harus alkalis (pH berkisar antara 7,5 8,7). pH

merupakan indikator baik buruknya lingkungan air, sehingga angka pH ini dapat

digunakan untuk memperoleh gambaran tentang daya produksi potensial air itu

akan mineral, yang menjadi pokok pangkal segala macam hasil perairan itu. Air

yang agak basa misalnya, dapat lebih cepat mendorong proses pembongkaran

bahan organik menjadi garam mineral, yang akan diserap sebagai bahan makanan

oleh tumbuh-tumbuhan renik di dalam air, yang merupakan makanan alami bagi

ikan bandeng. Sebaliknya bila air itu asam (pH air rendah), maka daya produksi

potensialnya tidak begitu baik (Taufik, 1999).


12

2.5. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan berat dan panjang tubuh ikan.

Pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam tubuh meliputi keturunan,

umur, ketahanan terhadap penyakit, maupun kemampuan dalam memanfaatkan

makanan. Sedangkan faktor eksternal antara lain meliputi suhu, kualitas dan

kuantitas pakan, oksigen dan ruang gerak. Pada masa awal pertumbuhan ikan

memerlukan kandungan protein yang lebih tinggi dalam ransumnya, dibandingkan

pada masa akhir pertumbuhannya (Haryono et al, 1982).

Kecepatan pertumbuhan tergantung pada jumlah pakan yang diberikan,

ruang, suhu, dalamnya air dan faktor lain. Pakan yang dimanfaatkan ikan pertama

digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan mengganti alat-alat tubuh yang rusak,

kemudian sisanya untuk pertumbuhan.

2.6. Hama dan Penyakit

Menurut Ahmad (1999), penyakit penting yang sering menyerang ikan

bandeng adalah :

1. Pembusukan sirip, disebabkan oleh bakteri. Gejalanya sirip membusuk dari

bagian tepi.

2. Vibriosis, disebabkan oleh bakteri Vibriosis sp. Gejalanya nafsu makan turun,

pembusukan sirip, dan bagian perut bengkak oleh cairan.

3. Penyakit oleh protozoa. Gejalanya nafsu makan hilang, mata buta, sisik

terkelupas, insang rusak, banyak berlendir.

4. Penyakit oleh cacing renik. Sering disebabkan oleh cacing Diploctanum yang

menyerang bagian insang sehingga menjadi pucat dan berlendir.


13

Penyakit dari bakteri, parasit dan jamur disebabkan lingkungan yang

buruk, dan penurunan daya tahan tubuh ikan. Penurunan kualitas lingkungan

disebabkan oleh tingginya timbunan bahan organik dan pencemaran lingkungan

dari aliran sungai. Bahan organik dan kotoran akan membusuk dan manghasilkan

gas-gas yang berbahaya. Ketahanan tubuh ikan ditentukan konsumsi nutrisinya

(Anonim, 2001).
14

III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat

Prektek magang ini dilaksanakan dari tanggal Januari–Februari 2013

bertempat di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara

yang terletak di Jl. Pemandian Kartini PO.BOX 1, Jepara, Provinsi Jawa Tengah.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang dipakai selama magang adalah induk ikan bandeng, pakan ikan

seperti pellet, Chorella. Air sebagai media, Kaporit dan Pupuk Za, Urea, Npk,

Tsp. Sedangkan alat yang digunakan adalah serokan, ember, bak induk, bak larva,

bak pakan alami, eggcolcetor, salinity, pH meter, pipit tetes, penyakit, pengeruk,

gayung, aerator, sechidis dan timbangan.

3.3. Metode Praktek

Metode praktek magang yang digunakan adalah dengan metode survei dan

wawancara. Data yang di kumpulkan meliputi data primer dan data skunder. Data

primer didapat melalui pengamatan dan prektek secara langsung dengan

mengikutti seluruh kegiatan pembenihan bandeng serta melakukan wawancara

dengan para teknisi dan pihak terkait yang berhubungan dengan kegiatan

pembenihan ikan bandeng di BBPBAP Jepara. Selain data primer, juga dilakukan

penggumpulan data skunder dari hasil laporan kegiatan pembenihan yang ada

pada pustaka BBPBAP Jepara, dari instansi yang terkait dan buku-buku yang

berhubungan dengan pembenihan bandeng.


15

3.4.Analisis data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh langsung dari wawancara dengan pegawai Balai Budidaya Laut

Batam yang terletak di Jl. Pemandian Kartini Po.Box.I Jepara, Jawa Tengah

59401. Data sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan, kepala desa setempat, serta

instansi terkait yang berhubungan dengan data yang diperlukan, serta ditambah

dengan literatur yang mendukung kelengkapan dan kejelasan mengenai data yang

didapatkan tersebut.

3.4.1. Analisis Data Primer

Data primer yang harus diambil di antaranya adalah wadah atau tempat

pembenihan yang kemudian ditabulasikan yaitu dimasukkan dalam tabel.

Sebelum dilakukan pembenihan maka terlebih dahulu harus dilakukan proses

pemijahan dari induk ikan bandeng (Chanos chanos Forskal). Untuk itu

dibutuhkan fasilitas wadah yang dapat digunakan sebagai tempat pembenihan ikan

bandeng (Chanos chanos Forskal). Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Fasilitas Wadah yang Digunakan Sebagai Tempat Pemijahan Ikan


Bandeng (Chanos chanos Forskal) di Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Payau Jepara
No Wadah Bahan Bentuk Ukuran Jumlah (Unit)
1
2
3

Setelah terjadi pemijahan maka proses selanjutnya adalah proses penetasan

telur, hal ini perlu agar nantinya dapat menghasilkan benih yang baik. Oleh

karena itu dibutuhkan fasilitas wadah sebagai tempat penetasan telur ikan bandeng

(Chanos chanos Forskal). Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.


16

Tabel 2. Fasilitas Wadah yang Digunakan Sebagai Tempat Penetasan Telur


Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara
No Wadah Bahan Bentuk Ukuran Jumlah (Unit)
1
2
3
4

Usaha pemeliharaan benih ikan Ikan bandeng (Chanos chanos Forskal)

dibutuhkan wadah yang tepat agar larva ikan bandeng dapat tumbuh dengan

optimal serta menghasilkan kualitas benih yang baik. Oleh karena itu perlu

kiranya diketahui ukuran wadah yang digunakan serta padat tebar yang ideal

sesuai dengan ukuran wadah yang ideal, data tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Fasilitas Wadah yang Digunakan Sebagai Tempat Pendederan benih


Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara
No Wadah Bahan Bentuk Ukuran Jumlah
(Unit)
1
2
3
4
5

Mendapatkan kualitas benih yang baik maka dibutuhkan induk yang

memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa spesifikasi induk yang dapat

digunakan sebagai induk. Spesifikasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 untuk

induk jantan dan Tabel 5 untuk induk betina.

Tabel 4. Spesifikasi Induk Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) di Balai


Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara
No Induk Jantan Panjang (cm) Berat (gr) Umur

2
17

Tabel 5. Spesifikasi Induk Bandeng (Chanos chanos Forskal) di Balai Besar


Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara
No Induk Betina Panjang (cm) Berat (gr) Umur

Air atau media tempat pemeliharaan merupakan faktor utama untuk proses

pemijahan ikan bandeng (Chanos chanos Forskal). Beberapa parameter kualitas

air yang perlu diperhatikan didalam pemeliharaan benih ikan bandeng (Chanos

chanos Forskal) adalah, suhu, pH, salinitas, DO, amoniak, untuk hal tersebut

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Parameter Kualitas Air Didalam Wadah Pembenihan ikan


Bandeng (Chanos chanos Forskal) di Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Payau Jepara
Wadah Suhu Ph O2 CO2 NH3 Kecerahan Salinitas

Pemijahan

Penetasan
Larva
Pemeliharaan
Larva
Pendederan
benih

Pada saat proses pembenihan ikan bandeng (Chanos chanos Forskal)

maka akan membutuhkan makanan untuk pertumbuhannya. Untuk dapat

mengetahui jenis-jenis makanan yang diberikan kepada benih ikan bandeng

(Chanos chanos Forskal). Makanan yang diberikan kepada benih ikan bandeng

yaitu pakan buatan, data jenis pakan buatan yang diberikan dengan dosis

pemberian yang berbeda tersebut dapat di lihat pada Tabel 7.


18

Tabel 7. Pakan Buatan yang Diberikan Pada benih Ikan Bandeng (Chanos
chanos Forskal) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau
Jepara
No Stadia Larva Bentuk Pakan Dosis / hari Cara
Pemberian
1

Kriteria benih yang baik adalah memiliki pertumbuhan yang baik ketika

masa pendederan. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dari benih ikan ikan

bandeng (Chanos chanos Forskal) selama proses pembenihan maka dibuat

sebuah tabel tentang pertumbuhan benih yang diukur sekali dalam 1 minggu,

kemudian data tersebut dimasukkan pada tabel seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Perkembangan Panjang dan Bobot benih Bandeng (Chanos chanos


Forskal) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara
Kelompok Umur
No Umur 7 hari Umur 14 hari Umur 21 hari
Panjang Berat (g) Panjang Berat (g) Panjang Berat (g)
(cm) (cm) (cm)
1

3
Setelah mengetahui tingkat pertumbuhan pada benih bandeng (Chanos

chanos Forskal), setelah itu dibuat sebuah tabel tentang parameter kualitas air di

bak pembenihan ikan bandeng. Data tersebut akan dimasukkan kedalam tabel

seperti pada Tabel 9.

Tabel 9. Parameter Kualitas Air Pada Bak-Bak Pembenihan Ikan Bandeng


(Chanos chanos Forskal) di Balai Besar Pengembangan Budidaya
Air Payau Jepara
No Jumlah benih Jumlah Benih yang SR %
yang Ditebar Dipanen
1
2
3
19

Pada saat melakukan proses pembenihan Ikan Bandeng (Chanos chanos

Forskal) tidak selamanya berjalan lancar, didalam kegiatan pendederan banyak

kendala yang akan dihadapi seperti serangan penyakit yang mungkin saja

menyerang. Oleh karena itu perlu diketahui jenis-jenis penyakit yang menyerang

benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) dan cara penanggulangannya dan

data tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jenis-jenis Penyakit yang Menyerang benih Bandeng (Chanos


chanos Forskal) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau
Jepara
No Jenis Jenis Obat Dosis Cara
Penyakit Penanggulangan
1
2
3

Dari data primer tersebut diharapkan dapat memahami dan

mengaplikasikan dilapangan dalam hal proses pembenihan pada ikan bandeng

(Chanos chanos Forskal). Selain itu agar dapat mengetahui kendala-kendala yang

dihadapi dalam melakukan usaha pembenihan benih ikan bandeng (Chanos

chanos Forskal), sehingga dapat mendapatkan pemecahan dan solusi dari masalah

tersebut.

3.4.2. Analisis Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari wawancara langsung dengan para pegawai

BBPBAP Jepara. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif serta

ditabulasikan dalam tabel. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keadaan BBPBAP

Jepara serta permasalahan dan prospek pengembangannya di masa yang akan

datang. Data yang diperoleh akan dianalisis serta akan ditarik kesimpulan.

Adapun Tabel yang akan diperlukan adalah sebagai berikut


20

Tabel 11. Tingkat Pendidikan Tenaga Pelaksana Di Balai Besar


Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 SLTP
2 SLTA
3 Sarjana Muda
4 Sarjana
5 Magister
Jumlah

Dari Tabel 11 di atas dapat diketahui tingkat pendidikan tenaga pelaksana

di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Ini berguna untuk

mengetahui perkembangan pendidikan pekerja-pekerja di Balai Besar

Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara dalam usaha pengembangan pada

masa yang akan mendatang.

Tabel 12. Jumlah Pegawai dan Status Kepegawaian Di Balai Besar


Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara
No Status Kepegawaian Jumlah Persentase
1 Teknisi
2 Pegawai

3 Tata Usaha

4 Dll

5 Jumlah

Berdasarkan Tabel 12 di atas dapat diketahui status kepegawaian dan

jumlah pegawai yang ada di Balai Balai Besar Pengembangan Budidaya Air

Payau Jepara. Status kepegawaian yang didata meliputi teknisi, pegawai, tata

usaha dan lain-lainnya. Dari tabel ini juga dapat diketahui jumlah keseluruhan

pegawai yang ada dan persentasenya di BBPBAP Jepara.


21

Tabel 13. Tingkat Keahlian Tenaga Pelaksana Di Balai Besar Pengembangan


Budidaya Air Payau Jepara
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tenaga Ahli
2 Tenaga Terampil

3 Tenaga Pembantu

Jumlah

Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat diketahui keahlian tanaga pelaksana di

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara, sehingga mempunyai

bidang keahlian massing-masing untuk pembenihan ikan yang intensif untuk

mencapai hasil budidaya yang optimal.

Tabel 14. Jumlah dan Luas Tambak/Kolam Di Balai Besar Pengembangan


Budidaya Air Payau Jepara
No Jenis Jumlah Bentuk Ukuran Luas
Tambak/Kolam
1
2
3
Jumla
h

Dari Tabel 14 di atas dapat diketahui berapa jumlah, bentuk, ukuran, dan

luas keramba yang ada dan perkembangannya, hal ini erat kaitannya dengan

kegiatan budidaya ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) di Balai Besar

Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.

Tabel 15. Jumlah dan Luas Keramba di Balai Besar Pengembangan


Budidaya Air Payau Jepara
No Jenis keramba Bahan Bentuk Jumlah Ukuran Luas
1
2
3
Jumlah
22

Dari Tabel 15 di atas dapat diketahui berapa jumlah, bahan, bentuk,

ukuran dan luas keramba yang ada. Hal ini erat kaitannya dengan kegiatan

budidaya ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) di Balai Besar Pengembangan

Budidaya Air Payau Jepara.

Tabel 16. Keadaan Sarana dan Prasarana yang Ada di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara
No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) Keadaan
1
2
3
4
Jumlah

Berdasarkan Tabel 16 di atas dapat diketahui keadaan sarana dan

prasarana yang ada di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.

Sarana dan prasarana yang ada merupakan fasilitas yang dapat mendukung semua

kegiatan yang ada di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.
23

LAMPIRAN
24

OUTLINE SEMENTARA

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


I.2 Tujuan dan Manfaat

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1Klasifikasi dan Morfologi Bandeng


II.2Habitat dan penyebaran
II.3Siklus Hidup
II.4Pakan dan Kualitas Air
II.5Hama dan Penyakit

III. METODE PRAKTEK

III.1 Waktu dan Tempat


III.2 Alat dan Bahan
III.3 Prosedur Kerja
III.4 Analisis Data
3.4.1.Data Primer
3.4.2.Data sekunder

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Keadaan Umum Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau

IV.1.1 Tugas dan Fungsi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau
IV.1.2 Fasilitas Pokok
IV.1.3 Struktur dan Organisasi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air
Payau
IV.1.4 Lokasi dan Topografi

IV.2 Kegiatan Pembenihan

4.2.1. Persiapan Bak Pembenihan


4.2.2. Pakan dan Pemberian Pakan
4.2.3. Pengelolaan Kualitas Air
4.2.4. Perkembangan dan Fase-fase kritis Larva
4.2.5. Hama dan Penyakit
25

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1Kesimpulan
V.2Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
26

ORGANISASI PRAKTEK MAGANG

1. Pelaksana Praktek Magang

Nama Lengkap : Yudistira

Nomor Mahasiswa : 0904114520

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jl. Cendrawasi Sakti, Kecamatan Tampan, Panam

Pekanbaru Riau.

2. Dosen Pembimbing

Nama Lengkap : Dr. Dra. Hj. Iesje Lukistyowati, M.Sc

NIP : 195711241988032001

Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Riau

Alamat : Kampus Bina Widya km 12,5 Panam Pekanbaru


27

JADWAL PRAKTEK

Praktek magang ini direncanakan selama 1 bulan. Adapun jadwal praktek

dari awal sampai akhir magang ini adalah sebagai berikut :

N Kegiatan
Bulan
o
Desember Januari Februari
3 4 1 2 3 4 1 2
1 Persiapan √ √
2 Pelaksanaan Praktek √ √ √ √
3 Penyelesaian Laporan √ √
28

ANGGARAN BIAYA MAGANG

1. Biaya Persiapan
a. Alat – alat tulis : Rp. 50.000,-
b. Pengetikan Proposal : Rp. 100.000,-
c. Perbanyak Proposal : Rp. 100.000,-

2. Biaya Pelaksanaan
a. Transportasi Pekanbaru – Jepara (PP) : Rp. 2.000.000,-
b. Biaya Tempat Tinggal : Rp. 150.000,-
c. Biaya Hidup : Rp. 1.000.000,-
d. Dokumentasi Film / Cuci Cetak : Rp. 150.000,-

3. Penulisan Laporan
a. Penyusunan dan Pengetikan Laporan : Rp. 100.000,-
b. Perbanyakan Laporan dan penjilitan : Rp. 100.000,-
c. Biaya Ujian : Rp. 250.000,-

Total : Rp. 4.000.000,-

Terbilang : “Empat Juta Rupiah”


29

QUISIONER

1. SUMBER DATA : ……………………………………………………..


2. LUAS DAERAH :………………………………………………… Km
3. LETAK GEOGRAFIS :………………….ºLU………………………… ºLU
……………………ºBT……………………….. ºBT
4. BATAS DAERAH :
- Sebelah Barat :………………………………………………..........
-Sebelah Timur :………………………………………………..........
-Sebelah Utara :………………………………………………..........
-Sebelah Selatan :……………………………………………………..
5. Sejarah Berdirinya BBPBAP Jepara
- Sejarah berdirinya ……………………………………………………………
- Apa latar belakang dan tujuannya ……………………………………………
- Alasan pemilihan lokasi ……………………………………………………...
- Hasil penelitian apa saja yang sudah didapat ……………………...............
- Dan bidang apa saja ………………………………………………………….
6. Lokasi Praktek Magang
- Lokasi balai penelitian terletak di Desa…………. Kecamatan ……………...
- Kabupaten …………………………… Propinsi …………………………….
- Bagaimana topografi lokasi balai budi daya …………………………………
- Curah Hujan dan Temperatur dilokasi penelitian ……………………………
- Jarak dari jalan raya ……………………………………………………….....
- Dari pemukiman penduduk ..............................................................................
- Dari laut …………………………………………………………………......
- Mata pencarian penduduk di sekitar lokasi ………………………………..
- Bagaimana prospek usaha budidaya perikanan air laut di daerah tersebut…...
………………. Dan berapa luas area budidayanya …………………….. KM
7. Sarana Dan Prasarana
- Alat-alat apa saja yang digunakan …………………………………………...
- Apa saja perangkat laboratorium yang digunakan …………………………..
- Ada berapa kolam bak yang digunakan untuk kegiatan pemijahan …………
- Berapa luas area yang diperuntukkan untuk budidaya ………………………
- Berapa jumlah bangunan yang ada ……………. Apa fungsinya ……………
- Sumber listrik yang dipakai berasal dari ……….. biaya per bulan ………….
- Sumber air yang digunakan berasal dari ……………………………………..
- Alat yang digunakan …………………… berapa jumlahnya ……………….
- Sarana transportasi yang ada ……………… berapa jumlahnya …………….
8. Parameter Kualitas Air
-Parameter kualitas air yang diukur: suhu…….. ºC, salinitas …………… ppt
30

- DO ……….ppm, warna air ………….. pH ………., kekeruhan ………..cm


- Sistem pengukuran pada system parameter ………………………………….
- Alat yang digunakan …………………………………………………………
- Berapa kali pengukuran dalam waktu tertentu ………………………………
9. Pengendalian Hama dan Penyakit
- Sejarah penyakit ikan yang sering muncul di batam ………………………...
- Benih di dapat dari mana …………………………………………………….
- Padat tebar benih setiap keramba …………………………………………..
- Bagaimana penanganan pakannya …………………………………………...
- Tanda-tanda klinis penyakit ikan yang disebabkan parasit ………………...
- Bagaimana cara pengidentifikasian dan caranya bagaimana ....... …………
- Di organ apa …………………………………………………………………
- Jenis penyakit yang sering menyerang ………………………………………
- Penyebabnya …………………………………………………………………
- Apa pengaruh negative selain kematian ……………………………………..
- Bagaimana cara penularannya ……………………………………………….
- Jenis parasit yang menyerang ……………………………………………….
- Ciri-ciri ikan yang terserang …………………………………………………
- Dari semua penyakit manakah yang penyebarannya cepat ………………….
- Faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit ………………………………...
- Pencegahan yang dilakukan …………………………………………………
- Jenis obat-obatan yang dipakai ………………………………………………
- Berapa dosisnya ……………………………………………………………...
10. Kendala Yang Dihadapi
- Apa saja kendala yang dihadapi dalam teknik pencegahan penyakit………...
- Bagaimana permodalannya ………………… pemasarannya ……………..
- Solusi yang dapat digunakan ……………………………………………….
- Apa ada prospek untuk mengembangkan usaha tersebut …………………..

Anda mungkin juga menyukai