I. PENDAHULUAN
dari 94 sampai 141 Bujur Timur dan 6 Lintang Utara sampai 11 Lintang Selatan.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau besar dan
pulau kecil serta memiliki garis pantai 81.000 km yang merupakan garis pantai
terpanjang kedua di dunia. Dengan luas tersebut beserta potensi lestari yang
resources) yang meliputi benda-benda hidup baik itu berupa jenis ikan, udang-
udang, kerang-kerangan, mutiara, rumput laut, dan organisme air lainnya yang
berada di perairan umum maupun di perairan laut. Salah satu usaha manusia untuk
memanfaatkan potensi sumber daya hayati perairan tersebut adalah melalui usaha
yang terbaik dari pada dibiarkan hidup secara alami (Sumantadinata, 1983).
Salah satu usaha pengembangan budidaya ikan adalah usaha ikan di dalam
antara lain seperti, tambak air payau, kolam air tawar (air deras dan air tenang),
sawah dan keramba. Ternyata usaha ini memberikan peluang yang sangat besar.
Ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) adalah salah satu ikan yang merupakan
makanan penting di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang
masih ada dalam familia Chanidae (kurang lebih tujuh spesies punah dalam lima
genus tambahan dilaporkan pernah ada). Budidaya ikan bandeng telah lama
dikenal oleh petani dan saat ini telah berkembang di hampir seluruh wilayah
Teknologi budidaya ikan ini juga telah mengalami perkembangan yang begitu
pesat mulai dari pemeliharaan tradisional yang hanya mengandalkan pasok benih
dari alam pada saat pasang sampai ke teknologi intensif yang membutuhkan
penyediaan benih, pengelolaan air, dan pakan secara terencana. Ikan ini sangat
digemari oleh masyarakat dan banyak sekali disajikan dalam bentuk ikan bakar di
kotor maupun bau amis. Pemeliharaan bandeng yang sehat mensyaratkan air dan
tambak yang bersih serta tidak tercemar (Moelyanto, 1992). Lebih jauh dikatakan
bahwa dilihat dari sifat-sifat, tempat hidupnya, kandungan gizinya, serta potensi
pemasaran yang cukup baik, maka banyak orang yang berusaha untuk
yang relatif cepat, berprotein tinggi dan daya tahan tubuhnya terhadap lingkungan
cukup kuat. Ikan bandeng tidak bersifat kanibalisme. Kerna alasan tersebutlah
domestik.
Banyak permintaan akan ikan bandeng baik dari dalam dan luar negri
perairan bebas, hal ini bertujuan agar ikan bandeng dapat memijah dan
menghasilkan telur yang berkualitas baik yang dapat dijadikan sebagai calon
Kekurangan benih ikan adalah kendala bagi peningkatan produksi. Secara umum
makanan, adanya perubahan suhu yang besar, faktor cahaya, salinitas, dan kadar
oksigen terlarut. Salah satu faktor yang juga merupakan kelemahan dalam
pembenihan adalah besarnya kisaran temperatur antara siang dan malam hari.
4
merupakan balai budidaya air payau urutan ketiga sebagai penghasil produksi
bandeng setelah BBAP Situbondo dan BBAP Takalar yang mencapai produksi
antara permintaan yang terus meningkat dan pasok penengkapan di alam yang
diduga akan menurun. Selain itu usaha pembenihan bandeng di hatchery dapat
mengarah kigiatan budidaya menjadi kegiatan yang mapan dan terlalu dipengaruhi
2.1.1. Taksonomi
Teleostei, sub class Actinopterigi, ordo Malacopterigi, sub ordo Clupeidei, famili
Chanidae, genus Chanos, spesies Chanos chanos Forskall (Schuster, 1960 dalam
Martosudarmo et al,1984).
2.1.2. Morfologi
Ciri umum ikan bandeng adalah tubuh memanjang agak gepeng, mata
tertutup lapisan lemak (adipase eyelid), pangkal sirip punggung dan dubur
tertutup sisik, tipe sisik cycloid lunak, warna hitam kehijauan dan keperakan
bagian sisi, terdapat sisik tambahan yang besar pada sirip dada dan sirip perut.
Bandeng jantan memiliki ciri-ciri warna sisik tubuh cerah dan mengkilap
keperakan serta memiliki dua lubang kecil di bagian anus yang tampak jelas pada
Ikan bandeng dikenal sebagai ikan petualang yang suka merantau. Ikan
bandeng ini mempunyai bentuk tubuh langsing mirip terpedo, dengan moncong
agak runcing, ekor bercabang dan sisiknya halus. Warnanya putih gemerlapan
seperti perak pada tubuh bagian bawah dan agak gelap pada punggungnya
(Mudjiman, 1998).
Indonesia ikan bandeng dikenal juga dengan nama Bolu dari Ujung
pandang, Mulah / ikan Agam (sumatera). Dalam bahasa Inggris dikenal dengan
Ikan bandeng mempunyai sirip sempurna yang terdiri dari sirip dada, sirip
perut, sirip punggung, sirip belakang (anal) dan sirip ekor. Seluruh bagian
tubuhnya tertutup oleh sisik. Gurat sisi (lineal lateralis) ikan bandeng terletak
memanjang dari belakang tutup insang dan berakhir pada bagian tengah sirip ekor
(Anonim, 1994).
Pada lengkung bandeng terdapat alat yang berfungsi untuk menyaring udara
lapisan yang berpilin-pilin. Perut besarnya berdinding tebal dan mempunyai usus
yang panjang yaitu 3 sampai 12 kali dari panjang badannya. Ini menunjukkan
(Mujiman, 1991).
Ikan bandeng baik yang jantan ataupun betina yang telah dewasa agak sulit
dibedakan, tetapi induk bandeng yang sudah matang kelamin dapat di bedakan
lebih mudah dengan memperhatikan bagian anal. Ikan bandeng jantan mempunyai
dua tonjolan kecil (papilla) yang terbuka pada bagian luarnya yaitu selaput dubur
7
luar dan lubang pelepasan (urogenital pore) yang mebuka pada bagian ujungnya,
sedangkan ikan betina mempunyai tiga tonjolan kecil (papilla) yang terbuka
pulau dengan koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3
minggu, lalu berpindah ke rawa -rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala
danau-danau. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa
berkembang biak (Anonim, 2009). Penyebaran ikan bandeng ini yaitu meliputi
seluruh perairan Indonesia utamanya di daerah Jawa dan Sulawesi Selatan serta
beberapa perairan payau dan perairan tawar yaitu pada daerah Sumatera Barat,
DKI dan DIY. Propinsi Jawa Timur Tahun 2000 tambak Jawa Timur tercatat
seluas 53.423 ha atau 15% dari luas tambak di tanah air (Anonim, 2002).
geografis ikan ini hidup di daerah tropis dan sub tropis, pada batas-batas 30ᵒ - 40ᵒ
LU sampai 30 – 40 LS. Ikan ini suka hidup bergerombol kecil antara 10-20 ekor.
Penyebaran ikan bandeng sangat luas dari daerah Samudera Hindia sampai
Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa tenggara dan pulau Buru (Hadie dan
Jetna, 1986).
dari garis pantai dengan karakteristik habitat perairan jernih dan dasar perairannya
berpasir. Ikan bandeng stadia larva dan juvernil sering di daerah pantai Estuarine
dan hutan Mangrove. Habitat bandeng sagat erat kaitan dengan siklus hidupnya
Induk bandeng jantan dan betina memijah secara alami di daeran pulau-
pulau karang yang jarang dikunjungi manusia, induk jantan akan mengeluarkan
sprma dan induk betina mengeluarakan telur sehingga akan terjadi fertilisasi
secara eksternal yang terjadi pada malam hari. Telur yang terbuahi menjadi larva
dalam waktu 24-36 jam. Larva yang baru menetas panjangnya sekitar 3,5 mm
dengan warna tubuh bening. Dalam perjalanan hidupnya larva bandeng dari
tengah laut terbawa aleh arus, ombak dan gelombang dan akhirnya terdampar di
pantai-pantai dengan ukuran panjang sekitar 11-13 mm, berat 0,01 gr dalam usia
2-3 minggu. Pada usia ini larva dikenal dengan nener (benih). Dalam setahun
nener ini muncul dengan dua kali puncak musim, yaitu pada bulan April-Juni
perjalan hidupnya diduga banyak terjadi kematian akibat dimangsa ikan buas
maupun faktor lain. Pada stadia muda (juvernil) ikan bandeng banyak terdapat di
daerah pantai dan muara sungai kerena daerah ini banyak mengandung plankton
mencari tempat yang aman untuk memijah ketengah laut. Di Indonesia, kepulauan
9
2.4.1. Pakan
memakan klekap, yang tumbuh di pelataran kolam. Bila sudah terlepas dari
permukaan tanah, klekap ini sering disebut sebagai tahi air. Pakan bandeng
tumbuhan yang berbentuk benang dan yang lebih kasar lagi akan lebih mudah
yang tersedia dalam keadaan cukup serta sesuai dengan kondisi perairan (Asmawi,
1983).
Menurut (Boer Idasari, 2010) jumlah bahan pakan yang dibutuhkan oleh
ikan sangat bervariasi dan ditentukan oleh jenis makanan itu sendiri. Makanan
yang baik adalah makanan yang dapat dimanfaatkan untuk membentuk jaringan
tubuh. Badan akan berkurang apabila jumlah energi minimum yang dibutuhkan
belum terpenuhi. Perbedaan pokok antara makanan ikan dan makanan hewan
protein jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan hewan berdarah panas.
pada jenis makanan yang dikonsumsi, baik dalam ukurannya maupun kandungan
diperlukan jika padat penebarannya relatif tinggi karena makanan alami yang
tersedia sangat terbatas. Makin pesatnya perkembangan budidaya ikan laut, maka
suatu budidaya yang efisien. Usaha pembenihan bandeng perlu di dukung dengan
usaha budidaya pakan alami untuk larva. Larva ikan bandeng memerlukan pakan
alami berupa rotifera dan artemia. Pakan alami tersbut dapatdi usahakan sendiri
tresebut antara lain sebagai pemakan tanaman atau herbivora, pamakan plankton
(plankton feeder) dan (selektif feeder) pemakan yang selektif (Budiono dkk,
1984).
Kelayakan suatu perairan di pengaruhi oleh sifat fisika dan kimia perairan
tersebut juga kegiatan jasad perairan itu. Faktor kimia tersebut antara lain: suhu,
bandeng yang memenuhi syarat yaitu suhu 27-31 ᵒC, salinitas 30 ppt, oksigen
terlarut 5-7 ppm dan kadar nitrit yang masih layak bagi pemeliharan larva
a. Suhu
Salah satu indikator untuk mengetahui kualitas air adalah suhu. Suhu air
sangat berkaitan erat dengan konsentrasi jenuh oksigen terlarut dalam air dan laju
11
konsumsi oksigen hewan air. Suhu air optimal bagi ikan bandeng terletak antara
nafsu makannya mulai menurun. Suhu air 12 C 18 C mulai berbahaya bagi ikan,
sedangkan pada suhu air di bawah 12 C ikan bandeng mati kedinginan (Ahmad,
1998).
b. Salinitas
dapat hidup di air tawar (salinitas antara 0 5 ppt) maupun air asin (salinitas > 30
ppt). Namun karena ikan bandeng dibudidayakan untuk tujuan komersial maka
rentan salinitas optimal perlu dipertahankan. Pada rentan salinitas optimal (20 25
ppt), ganggang-ganggang dasar (klekap) yang menjadi makanan alami bagi ikan
bandeng dapat tumbuh dengan baik, sehingga dapat mengurangi biaya pembelian
c. pH
Mutu air tambak juga harus alkalis (pH berkisar antara 7,5 8,7). pH
merupakan indikator baik buruknya lingkungan air, sehingga angka pH ini dapat
digunakan untuk memperoleh gambaran tentang daya produksi potensial air itu
akan mineral, yang menjadi pokok pangkal segala macam hasil perairan itu. Air
yang agak basa misalnya, dapat lebih cepat mendorong proses pembongkaran
bahan organik menjadi garam mineral, yang akan diserap sebagai bahan makanan
oleh tumbuh-tumbuhan renik di dalam air, yang merupakan makanan alami bagi
ikan bandeng. Sebaliknya bila air itu asam (pH air rendah), maka daya produksi
2.5. Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam tubuh meliputi keturunan,
makanan. Sedangkan faktor eksternal antara lain meliputi suhu, kualitas dan
kuantitas pakan, oksigen dan ruang gerak. Pada masa awal pertumbuhan ikan
ruang, suhu, dalamnya air dan faktor lain. Pakan yang dimanfaatkan ikan pertama
digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan mengganti alat-alat tubuh yang rusak,
bandeng adalah :
bagian tepi.
2. Vibriosis, disebabkan oleh bakteri Vibriosis sp. Gejalanya nafsu makan turun,
3. Penyakit oleh protozoa. Gejalanya nafsu makan hilang, mata buta, sisik
4. Penyakit oleh cacing renik. Sering disebabkan oleh cacing Diploctanum yang
buruk, dan penurunan daya tahan tubuh ikan. Penurunan kualitas lingkungan
dari aliran sungai. Bahan organik dan kotoran akan membusuk dan manghasilkan
(Anonim, 2001).
14
yang terletak di Jl. Pemandian Kartini PO.BOX 1, Jepara, Provinsi Jawa Tengah.
Bahan yang dipakai selama magang adalah induk ikan bandeng, pakan ikan
seperti pellet, Chorella. Air sebagai media, Kaporit dan Pupuk Za, Urea, Npk,
Tsp. Sedangkan alat yang digunakan adalah serokan, ember, bak induk, bak larva,
bak pakan alami, eggcolcetor, salinity, pH meter, pipit tetes, penyakit, pengeruk,
Metode praktek magang yang digunakan adalah dengan metode survei dan
wawancara. Data yang di kumpulkan meliputi data primer dan data skunder. Data
dengan para teknisi dan pihak terkait yang berhubungan dengan kegiatan
pembenihan ikan bandeng di BBPBAP Jepara. Selain data primer, juga dilakukan
penggumpulan data skunder dari hasil laporan kegiatan pembenihan yang ada
pada pustaka BBPBAP Jepara, dari instansi yang terkait dan buku-buku yang
3.4.Analisis data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh langsung dari wawancara dengan pegawai Balai Budidaya Laut
Batam yang terletak di Jl. Pemandian Kartini Po.Box.I Jepara, Jawa Tengah
59401. Data sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan, kepala desa setempat, serta
instansi terkait yang berhubungan dengan data yang diperlukan, serta ditambah
dengan literatur yang mendukung kelengkapan dan kejelasan mengenai data yang
didapatkan tersebut.
Data primer yang harus diambil di antaranya adalah wadah atau tempat
pemijahan dari induk ikan bandeng (Chanos chanos Forskal). Untuk itu
dibutuhkan fasilitas wadah yang dapat digunakan sebagai tempat pembenihan ikan
bandeng (Chanos chanos Forskal). Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
telur, hal ini perlu agar nantinya dapat menghasilkan benih yang baik. Oleh
karena itu dibutuhkan fasilitas wadah sebagai tempat penetasan telur ikan bandeng
dibutuhkan wadah yang tepat agar larva ikan bandeng dapat tumbuh dengan
optimal serta menghasilkan kualitas benih yang baik. Oleh karena itu perlu
kiranya diketahui ukuran wadah yang digunakan serta padat tebar yang ideal
sesuai dengan ukuran wadah yang ideal, data tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa spesifikasi induk yang dapat
digunakan sebagai induk. Spesifikasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 untuk
2
17
Air atau media tempat pemeliharaan merupakan faktor utama untuk proses
air yang perlu diperhatikan didalam pemeliharaan benih ikan bandeng (Chanos
chanos Forskal) adalah, suhu, pH, salinitas, DO, amoniak, untuk hal tersebut
Pemijahan
Penetasan
Larva
Pemeliharaan
Larva
Pendederan
benih
(Chanos chanos Forskal). Makanan yang diberikan kepada benih ikan bandeng
yaitu pakan buatan, data jenis pakan buatan yang diberikan dengan dosis
Tabel 7. Pakan Buatan yang Diberikan Pada benih Ikan Bandeng (Chanos
chanos Forskal) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau
Jepara
No Stadia Larva Bentuk Pakan Dosis / hari Cara
Pemberian
1
Kriteria benih yang baik adalah memiliki pertumbuhan yang baik ketika
masa pendederan. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dari benih ikan ikan
sebuah tabel tentang pertumbuhan benih yang diukur sekali dalam 1 minggu,
3
Setelah mengetahui tingkat pertumbuhan pada benih bandeng (Chanos
chanos Forskal), setelah itu dibuat sebuah tabel tentang parameter kualitas air di
bak pembenihan ikan bandeng. Data tersebut akan dimasukkan kedalam tabel
kendala yang akan dihadapi seperti serangan penyakit yang mungkin saja
menyerang. Oleh karena itu perlu diketahui jenis-jenis penyakit yang menyerang
benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) dan cara penanggulangannya dan
(Chanos chanos Forskal). Selain itu agar dapat mengetahui kendala-kendala yang
chanos Forskal), sehingga dapat mendapatkan pemecahan dan solusi dari masalah
tersebut.
BBPBAP Jepara. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif serta
ditabulasikan dalam tabel. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keadaan BBPBAP
datang. Data yang diperoleh akan dianalisis serta akan ditarik kesimpulan.
di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Ini berguna untuk
3 Tata Usaha
4 Dll
5 Jumlah
jumlah pegawai yang ada di Balai Balai Besar Pengembangan Budidaya Air
Payau Jepara. Status kepegawaian yang didata meliputi teknisi, pegawai, tata
usaha dan lain-lainnya. Dari tabel ini juga dapat diketahui jumlah keseluruhan
3 Tenaga Pembantu
Jumlah
Dari Tabel 14 di atas dapat diketahui berapa jumlah, bentuk, ukuran, dan
luas keramba yang ada dan perkembangannya, hal ini erat kaitannya dengan
ukuran dan luas keramba yang ada. Hal ini erat kaitannya dengan kegiatan
Tabel 16. Keadaan Sarana dan Prasarana yang Ada di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara
No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) Keadaan
1
2
3
4
Jumlah
prasarana yang ada di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.
Sarana dan prasarana yang ada merupakan fasilitas yang dapat mendukung semua
kegiatan yang ada di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.
23
LAMPIRAN
24
OUTLINE SEMENTARA
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
IV.1.1 Tugas dan Fungsi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau
IV.1.2 Fasilitas Pokok
IV.1.3 Struktur dan Organisasi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air
Payau
IV.1.4 Lokasi dan Topografi
V.1Kesimpulan
V.2Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
26
Pekerjaan : Mahasiswa
Pekanbaru Riau.
2. Dosen Pembimbing
NIP : 195711241988032001
Universitas Riau
JADWAL PRAKTEK
N Kegiatan
Bulan
o
Desember Januari Februari
3 4 1 2 3 4 1 2
1 Persiapan √ √
2 Pelaksanaan Praktek √ √ √ √
3 Penyelesaian Laporan √ √
28
1. Biaya Persiapan
a. Alat – alat tulis : Rp. 50.000,-
b. Pengetikan Proposal : Rp. 100.000,-
c. Perbanyak Proposal : Rp. 100.000,-
2. Biaya Pelaksanaan
a. Transportasi Pekanbaru – Jepara (PP) : Rp. 2.000.000,-
b. Biaya Tempat Tinggal : Rp. 150.000,-
c. Biaya Hidup : Rp. 1.000.000,-
d. Dokumentasi Film / Cuci Cetak : Rp. 150.000,-
3. Penulisan Laporan
a. Penyusunan dan Pengetikan Laporan : Rp. 100.000,-
b. Perbanyakan Laporan dan penjilitan : Rp. 100.000,-
c. Biaya Ujian : Rp. 250.000,-
QUISIONER