Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah swt karena atas berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ekosistem Terumbu Karang”. Kami
mengucapkan terima kasih kepada ibu Efawani selaku dosen yang telah membimbing dalam
pembuatan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini kami berharap pembaca dapat mengetahui betapa
pentingnya menjaga ekosistem terumbu karang karena terumbu karang merupakan salah satu
warisan alam yang sangat indah dan juga dapat menghasilkan uang karena terumbu karang
juga dapat dijadikan sebagai tempat wisata bawah laut.
Apabila pada makalah ini terdapat kesalahan dalam kata-kata dan mungkin masih banyak
kesalahan dalam pebuatan makalah ini kami mohon maaf oleh karena itu kami meminta
saran dan kritik demi perbaikan makalah ini diwaktu yang akan datang. Semoga makalah
yang kami buat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
Tim penyusun
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….i
Terumbu karang adalah suatu ekosistem di laut tropis yang mempunyai produktivitas
tinggi. Longhurst dan Pauly (1987) menyatakan bahwa besarnya produktivitas yang dimiliki
terumbu karang disebabkan oleh adanya pendauran ulang zat-zat hara melalui proses hayati
Indonesia merupakan Negara kepulauan dimana perairan lebih besar daripada daratan
yang berarti di Indonesia banyak terdapat terumbu karang. Namun, masyarakat Indonesia
jarang sekali yang peduli terhadap kelangsungan pertumbuhan dari termbu karang ini. Maka
kami membuat makalah yang berjudul “Ekosistem Terumbu Karang” untuk menjelaskan
betapa pentingnya menjaga terumbu karang.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian ekosistem terumbu karang
2. Mengetahui hubungan terumbu karang dengan lingkungan
3. Mengetahui pentingnya menjaga terumbu karang
Terumbu karang adalah suatu ekosistem di laut tropis yang mempunyai produktivitas
tinggi (Sukarno et al., 1986). Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas di daerah
tropis dan sering digunakan untuk menentukan batas lingkungan perairan laut tropis dengan
laut sub tropis maupun kutub (Nontji, 1987 dan Nybakken, 1988). Ekosistem ini mempunyai
sifat yang menonjol karena produktivitas dan keaneka- ragaman jenis biotanya yang tinggi.
Longhurst dan Pauly (1987) menyatakan bahwa besarnya produktivitas yang dimiliki
terumbu karang disebabkan oleh adanya pendauran ulang zat-zat hara melalui proses hayati.
Terumbu karang adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat
(CaCO3) dan terutama dihasilkan oleh karang (Filum Cnidaria, Kelas Anthozoa, Ordo
Madreporaria = Scleractinia) dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme-
organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat
.
2.2 Hubungan timbal-balik terumbu karang dengan lingkungaN
o Sifat fisik air Hutan mangrove sejati biasanya tumbuh di daerah yang terlindung dari
pengaruh ombak dan arus yang kuat. Terumbu karang dan lamun disini berfungsi sebagai
penahan ombak dan arus yang kuat untuk memperlambat pergerakannya. Ini merupakan
salah satu interaksi fisik dari terumbu karang dan lamun terhadap mangrove sehingga
mangrove terlindungi dari ombak dan arus yang kuat. Hutan mangrove kaya akan sedimen
yang mengendap di dasar perairan. Apabila sedimen ini masuk ke ekosistem lamun maupun
terumbu karang dengan jumlah yang sangat banyak dan terus menerus oleh pengaruh hujan
lebat, penebangan hutan mangrove maupun pasang surut dapat mengeruhkan perairan, maka
ini akan mempengaruhi fotosintesis dari lamun dan zooxanthela yang hidup pada karang.
Sedimen yang membuat perairan keruh akan berdampak pada berkurangnya penetrasi cahaya
matahari (kecerahan). Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang. Dan ini
akan mempengaruhi persebaran dan kelimpahan lamun serta terumbu karang secara vertikal
dan horizontal.
o Partikel organik yang berasal dari serasah lamun dan mangrove dapat mempengaruhi
pertumbuhan dari terumbu karang. Tingginya partikel organik yang tersuspensi diperairan
dapat menurunkan fotosintesis dari lamun dan zooxanthela di perairan. Partikel organik ini
akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan lamun dan zooxanthella untuk
proses fotosintesis. Selain itu partikel organik yang terbawa dari ekosistem mangrove ke
ekosistem lamun dan terumbu karang merupakan makanan bagi biota-biota perairan seperti
filter feeder dan detritus feeder. Khusunya ekosistem mangrove, arus dan gelombang
disekitarnya cukup kuat sehingga berfungsi mencernihkan perairan. Sedangkan ekosistem
lamun yang berdekatan dengan ekosistem mangrove yang kaya sedimen, mempunyai
rhizoma yang saling menyilang untuk menahan substrat dasar. Penebangan hutan,
pembukaan jalan, pembukaan lahan pertanian dapat meningkatkan partikel organik
diperiaran. Partikel yang tersuspensi terutama dalam bentuk partikel halus maupun kasar,
akan menimbulkan dampak negatif terhadap biota perairan pesisir dan lautan. Misalnya
partikel tersebut menutupi sistem pernafasan yang mengakibatkan biota tersebut susah
bernafas.
o Migrasi Fauna
Migrasi fauna dapat disebabkan oleh meningkatnya predator pada suatu ekosistem,
berkurangnya makanan, reproduksi, meningkatnya persaingan dalam memperbutkan
makanan, tempat persembunyian yang aman, dll. Ketika ekosistem mangrove dalam keadaan
rusak atau terganggu oleh aktivitas manusia maupun oleh pengaruh alam, maka biota-
biota/fauna yang hidupnya disekitar mangrove akan beralih tempat ke ekositem lamun
maupun terumbu karang untuk memperoleh perlindungan. Apabila dalam ekosistem lamun,
terjadi persaingan yang ketat dalam memperbutkan makanan, maka fauna-fauna disekitarnya
akan bermigrasi ke darerah mangrove untuk memperoleh makanan yang banyak. Ketika
terjadi kekeruhan di ekosistem lamun oleh pengaruh sedimentasi, maka fauna-fauna yang
hidup disekitarnya khususnya ikan akan menghindari daerah tersebut dan menempati
ekosistem terumbu karang yang tidak kecerahan lebih baik.
Secara ekologis, terumbu karang mempunyai keterkaitan dengan daratan dan lautan
serta ekosistem lain, seperti hutan mangrove dan lamun. Hal ini disebabkan karena terumbu
karang berada dekat dengan ekosistem tersebut serta daratan dan lautan. Berbagai dampak
kegiatan pembangunan yang dilakukan di lahan atas atau di sekitar padang lamun atau hutan
mangrove akan menimbulkan dampak pula pada ekosistem terumbu karang. Demikian pula
dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas, seperti: kegiatan pengeboran minyak lepas
pantai, pembuangan limbah dan perhubungan laut.
Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur sedimenkalsium
karbonatfisik beserta ekosistem yang menyertainya yang secara aktif membentuk akibat
aktivitas biologi (biogenik) yang berlangsung di bawah permukaan laut. Bagi ahligeologi,
terumbu karang merupakan struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam
laut, atau disebut singkat dengan terumbu. Bagi ahli biologi terumbu karang merupakan suatu
ekosistem yang dibentuk dan didominasi oleh komunitaskoral.Dalam peristilahan 'terumbu
karang', "karang" yang dimaksud adalah koral, sekelompok hewan dari ordo
Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama terumbu.Terumbu adalah
batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang
menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari
karang maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari
kapur yang dihasilkan oleh karang.
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih
terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut.Beberapa tipe terumbu
karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang
tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang.
Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat sensitif
terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi
dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu
lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah
menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal
mencapai 90-95%.Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di
perairan Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu normal.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sebagai manusia kita semua wajib menjaga kelangsungan pertumbuhan dari teerumbu
karang agar tidak terjadi kepunahan, kami berharap terumbu karang dapat terus berkembang
dikemudian hari agar kesimbanngan ekosistem di daratan dan perairan sekitar terumbu
karang tetap terjaga
DAFTAR PUSTAKA
http://ridwanaz.com/umum/biologi/pengertian-ekosistem-susunan-dan-macam-ekosistem/
http://fisheries90.blogspot.com/2012/06/hubungan-ekologis-dan-biologis-yang.html
http://shifadini.wordpress.com/2010/04/15/56/
http://www.shttp://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biolog
i/0027%20Bio%201-6b.htmmkjeunieb.co.cc/2010/08/keterkaitan-ekosistem-secara-
biologis.html
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/kel4_012.htm