Anda di halaman 1dari 31

1

Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN


LARVA IKAN , MORTALITAS IKAN , dan PENDUGAAN
POPULASI

OLEH :

MARIO SYATMA

1104114619

BUDIDAYA PERAIRAN

LABORATORIUM BIOLOGI PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
2012
2
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan begitu banyak rahmat dan karunianya kepada saya , sehingga

saya sebagai penulis laporan biologi perikanan yang berjudul ”Larva Ikan ,

Mortalitas Ikan , dan Pendugaan Populasi” dapat menyelesaikan laporan ini

tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.

Ridwan Manda Putra , Msi sebagai dosen penanggung jawab mata kuliah Biologi

Perikanan ini . Ucapan yang sama juga penulis tujukan kepada asisten yang

banyak memberikan petunjuk dan saran demi terlaksananya penyusunan laporan

ini .

Penulis menyadari bahwa tak ada yang sempurna di atas bumi ini . Begitu

juga dengan laporan ini , masih jauh dari kesempurnaan . Maka penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan laporan ini .

Akhirnya , penulis berharap mudah-mudahan laporan ini bermanfaat untuk

kita semua .

Pekanbaru , 23 Oktober 2012

MARIO SYATMA
3
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................
DAFTAR TABEL....................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 7
1.2. Tujuan dan Manfaat ................................................................. 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 11
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat…………………………………………. . 16
3.2. Bahan dan Alat ....................................................................... 16
3.3. Metode Praktikum................................................................... 17
3.4. Prosedur Praktikum………………........................................... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil........................................................................................... 19
4.1.1 Hasil Praktikum Larva Ikan ............................................... 19
4.1.2 Hasil Praktikum Pendugaan Populasi ............................. 19
4.1.3 Hasil Praktikum Mortalitas Ikan ........................................ 21
4.2 Pembahasan................................................................................ 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan................................................................................ 26
5.2. Saran.......................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 28
LAMPIRAN.............................................................................................. 30
4
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Halaman

1. Perhitungan hasil tangkapan ikan bertanda dan tidak bertanda 19

2. Pengamatan tingkah laku ikan dan pergerakan .............................. 21


5
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pro Larva Ikan Lele ( Clarias sp ) .......................................................... 19


6
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum........................................


31
7
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Telur-telur ikan yang telah dibuahi maka di dalam telur itu akan terjadi

proses embriologis hingga terbentuknya individu ikan lalu menetas dan keluar

dari cangkang telur. Lamanya masa inkubasi yang terjadi pada telur-telur yang

telah dibuahi akan bervariasi antara spesies yang satu dengan lainnya, karena

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan dan kandungan kuning telur yang

terdapat dalam telur itu sendiri. Telur ikan yang baru menetas akan

mengeluarkan anak ikan yang disebut larva. (Tim Biologi Perikanan, 2012)

Larva didefenisikan sebagai anak ikan yang baru menetas. Berkaitan

dengan perkembangannya, larva dibedakan menjadi dua tahap yaitu pro (pre)

larva adalah yang masih memiliki kantung kuning telur dan post larva adalah

masa ketika kantung kuning telur menghilang sampai terbentuknya organ-organ

baru (Hermawan, 2002).

Masa larva merupakan tahap yang penting dan paling menentukan dalam

terbentuknya individu baru yang kelak akan tumbuh menjadi ikan dewasa seperti

halnya induk ikan tersebut. Masa larva merupakan masa dimana anak ikan yang

baru ditetaskan, tubuhnya belum dalam keadaan sempurna baik organ luar
8
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

maupun organ dalamnya. Masa ini sangat menentukan hidup ikan tersebut karena

pada masa ini larva ikan dituntut untuk dapat mempertahankan hidupnya baik dari

predator maupun dari kondisi lingkungan tempat mereka hidup.

Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang memiliki wilayah

daratan 94.561 km2 dan 3.241 pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah

sungai yaitu sungai Rokan, Siak, Kampar dan sungai Indragiri yang merupakan

perairan yang potensial untuk pembangunan usaha perikanan. (Yuniarti, 2000)

Untuk provinsi Riau produksi perikanan umum adalah sebesar 12.706,6

ton atau 7% dari seluruh produksi perikanan Riau, dimana produksi perikanan

tersebut berasal dari kabupaten Indragiri Hulu, Kampar, Bengkalis dan Indragiri

Hilir. (Evy, 2001)

Salah satu jenis ikan air tawar yang potensial untuk dikembangkan ialah

ikan Nila. Ikan ini merupakan salah satu spesies yang mampu beradaptasi

terhadap kondisi perairan yang marginal, seperti derajat keasaman perairan yang

relatif rendah dan adanya dominasi ikan-ikan yang sering menimbulkan masalah

di perairan umum. Disamping itu ikan Nila umumnya jarang terserang penyakit

atau parasit. Kalaupun ada penyakit yang menyerang tidaklah berbahaya.

(Hardjamulia, 2002)

Ikan merupakan organisme tingkat tinggi yang memiliki nilai ekonomis

dan ekologi penting. Mengingat pentingnya keberadaan ikan dalam suatu

ekosistem, maka diperlukan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi, antara

lain tingkat kematangan gonad, fekunditas, hubungan panjang berat, seksualitas


9
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

ikan, ruaya, pemijahan, awal daur hidup, kebiasaan makanan dan cara memakan,

persaingan dan pemangsaan, pertumbuhan ikan, umur ikan, analisis populasi dan

analisa saluran pencernaan yang merupakan kunci penting dan harus diperhatikan

untuk menjamin kelestarian sumberdaya dan usaha budidaya ikan tersebut.

(Pulungan, 2006)

Kematian ikan di perairan umum selain mengalami kematian secara alami

kini kematian individu ikan itu sebagian besar disebabkan oleh adanya

penangkapan terutama pada spseies ikan yang bernilai ekonomis tinggi,

pencemaran oleh adanya limbah industri, pertambangan, pertanian, pemangsaan

oleh predator, serangan hama dan penyakit dan pengaruh alam seperti oleh adanya

elnino dan gelombang tsunami. (Pulungan, 2005)

Menduga populasi penting artinya dalam Biologi perikanan sebagai upaya

mengelola sumber-sumber hasil perikanan dimasa yang akan datang. Metode

pendugaan populasi dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu secara langsung, cara

ini dapat dilakukan pada suatu kolam yang luasnya terbatas, sebab kolam tersebut

dapat dikeringkan dan ikan-ikannya dapat di tangkap dan dihitung. Sedangkan

cara yang kedua yaitu secara tidak langsung, cara ini dapat dilakukan dengan

memperhatikan pengurangan “Catch per unit effort” (Manda, 2012).

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum larva ikan adalah untuk mengetahui apakah larva

ikan itu berada pada tahap prolarva atau pada tahap postlarva .
10
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

Tujuan dari praktikum mortalitas ikan adalah untuk mengetahui tentang

tingkat kematian yang dialami oleh ikan yang diakibatkan oleh pengaruh limbah

yang dihasilkan oleh sisa-sisa penggunaan deterjen .

Tujuan praktikum dari pendugaan populasi adalah untuk belajar menduga

populasi ikan disuatu perairan dan untuk melihat bias dari masing-masing metoda.

Adapun manfaat dilakukannya praktikum larva ikan agar praktikan

mengetahui ciri-ciri dan perbedaan antara masa prolarva dan postlarva sehingga

kita dapat mengetahui hal-hal yang baik untuk dilakukan untuk pertumbuhan larva

tersebut.

Manfaat dilakukannya praktikum mortalitas ikan adalah agar praktikan

mengetahui tentang gejala dari ikan yang telah terkena bahan pencemar dan

seberapa lama ikan akan mati setelah terkena bahan pencemar.

Sedangkan manfaat dilakukannya praktikum pendugaan populasi adalah

agar kita mengenal lebih jauh bagaimana cara menduga populasi disuatu perairan

dan bagaimana upaya mengelola sumber-sumber hasil perikanan yang akan

datang.
11
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

II. TINJAUAN PUSTAKA

Larva setelah menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur

yang dibawa sejak menetas sehingga tidak membutuhkan pasokan makanan dari

luar selama 3 hari, setelah cadangan makanan habis maka pasokan pakan dari luar

barulah diberikan (Sutrisno, 2003).

Anak ikan yang baru ditetaskan dinamakan larva, tubuhnya belum dalam

keadaan sempurna baik organ luar maupun organ dalamnya. Sehubungan dengan

perkembangan larva ini, dalam garis besarnya dibagi menjadi 2 tahap yaitu pro

larva dan pra larva. Untuk membedakannya, pro larva masih mempunyai kantung

kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen yang fungsinya

belum diketahui. Sirip dada dan sirip ekor sudah ada tetapi belum sempurna

bentuknya dan kebanyakan pro larva yang baru keluar dari cangkang telur ini

tidak mempunyai sirip perut yang nyata melainkan hanya bentuk tonjolan saja.

Mulut dan rahang belum berkembang dan ususnya masih merupakan tabung yang

lurus. Sistem pernapasan dan peredaran darahnya belum sempurna. Adakalanya

larva ikan yang baru ditetaskan letaknya dalam keadaan terbalik karena kuning

telurnya masih mengandung minyak. Apabila kuning telurnya sudah habis

dihisap, posisi larva tersebut akan kembali seperti biasa. Larva ikan yang baru

ditetaskan pergerakannya hanya sewaktu-waktu saja dengan menggerakkan

bagian ekornya ke kiri dan ke kanan dengan banyak diselingi oleh istirahat karena

tidak dapat mempertahankan keseimbangan posisi tegak (Effendie, 2002).


12
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

Tidak heran kalau orang Inggris memberi nama lele yaitu catfish atau ikan

kucing karena ikan lele memiliki sungut. Selain sungut, lele memiliki dua sirip

tajam yang disebut patil. Bentuk tubuhnya memanjang, cenderung berwarna gelap

dan berkulit licin. Lele merupakan jenis ikan air tawar. Habitatnya di sungai

dengan arus air perlahan, rawa, telaga, waduk, dan sawah tergenang air. Karena

termasuk hewan nocturnal, lele lebih aktif bergerak mencari makanan pada malam

hari. Di siang hari, lele lebih banyak berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat

gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim hujan. (Raja Lele Dumbo

blogspot, 2009)

(Manda, 2012) menyatakan bahwa setiap spesies ikan ovipar penetasan

telur-telurnya akan berlangsung di tempat-tempat dimana induk ikan itu

melepaskan atau menyimpan gametnya, antara lain tempat penetasan itu ada yang

berlangsung di lapisan permukaan perairan, di sekitar vegeetasi air, di celah-celah

atau di bawah batu di dasar perairan, di dalam liang yang terdapat di sekitar

perairan, di dalam mulut induk, di dalam kantong yang terdapat di bagian tubuh

ikan, di celah-celah pasir pantai, di cangkang molusca.

Embrio atau larva ikan ovipar yang baru keluar dari cangkang telur akan

memasuki suatu fase kehidupan yaitu fase larva. Individu ikan yang masih berada

pada masa yang paling kritis dalam kehidupannya. Karena pada masa larva ini

individu ikan yang masih berada pada fase peralihan dari bentuk primitive

menjadi bentuk yang definitive. (Tim Biologi Perikanan, 2012)

(Manda, 2012) mengemukakan bahwa bentuk primitive artinya sebagian

organ-organ tubuhnya belum terbentuk secara sempurna dan belum dapat


13
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

melaksanakan fungsinya secara baik. Sedangkan bentuk definitive adalah bentuk

individu baru yang sudah memiliki bentuk tubuh secara sempurna dan organ-

organ tubuhnya telah berfungsi seperti yang terdapat pada kedua induknya.

Ikan adalah hewan bertulang belakang yang berdarah dingin, hidup di air,

pergerakan dan keseimbangan tubuhnya menggunakan sirip dan bernafas dengan

insang (Raharjo, 1980 dalam Lisa, 2009).

Menurut Suyanto (2001), Ikan nila diklasifikasikan kedalam filum

chordata, sub-filum vertebrata, kelas osteichthyes, sub-klas acanthoptherigii, ordo

percomorphi, sub-ordo percoidea, famili cichilidae, genus oreochromis, spesies

Oreochromis niloticus.

Pada umumnya jenis-jenis ikan dari keluarga Cichilidae mempunyai tubuh

yang bentuknya lonjong dan badannnya tinggi, kepalanya besar. Mulutnya lebar,

mempunyai bibir yang tebal. Sisiknya besar-besar dan kasar, gurat sisi terputus

dibagian tengah-tengah badan. Sirip punggung dan sirip dubur mempunyai

beberapa jari-jari keras yang tajam seperti duri. Ikan-ikan dari keluarga ini suka

mengaduk-aduk dasar air, terurtama pada waktu mau mijah ; tergolong pada ikan-

ikan yang memelihara telur dan anak-anaknya (Djuhanda, 1981 dalam

Ratnawati, 2006).

Bentuk ikan nila adalah pipih memanjang kesamping, mempunyai garis

pada sirip ekor. Pada sirip punggung terdapat duri-duri tajam, mata menonjol dan

relatif besar dengan bagian tepi mata berwarna putih, garis linnea lateralis terputus
14
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

dan dilanjutkan dengan garis yang terletak dibawah (Susanto, 1998 dalam

Immet Pakpahan, 2008).

Kematian ikan di perairan umum selain mengalami kematian secara alami,

kini kematian individu ikan itu sebagian besar disebabkan oleh adanya

penangkapan terutama pada spesies ikan yang bernilai ekonomis tinggi,

pencemaran yang diakibatkan oleh adanya limbah industri, pertambangan,

pertanian, pemangsaan oleh predator dari hewan-hewan avertebrata, serangan

hama dan penyakit serta pengaruh gejala alam seperti elnino dan gelombang

tsunami. (Tim Biologi Perikanan, 2012)

(Manda, 2012) menyatakan bahwa usaha pembudidayaan ikan yang

selama ini dilakukan di kolam kini sudah berkembang ke arah pembudidayaan

ikan di dalam keramba dan jaring apung yang berlokasi di perairan umum. Tentu

saja spesies ikan yang dipelihara itu punya peluang yang cukup besar untuk

mengalami kematian karena pengaruh pencemaran, hama dan penyakit.

Oleh karena itu semua individu spesies ikan tersebut punya peluang besar

untuk mengalami kematian karena pengaruh limbah. Disebabkan semua spesies

ikan yang dimasukkan ke dalam keramba atau jaring apung umumnya masih

berukuran benih dan perairan umum seperti sungai adalah tempat penampungan

dari segala jenis limbah.

(Manda, 2012) menyatakan bahwa dalam menentukan pendugaan

populasi suatu jenis ikan digunakan dua metode yaitu metode langsung dan

metode tidak langsung, yang dilakukan pada suatu kolam yang luasnya terbatas

sebab kolam tersebut dapat dikeringkan airnya dan ikannya dapat dihitung dan
15
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

ditangkap satu persatu. Dan metode yang kedua adalah secara tidak langsung

dalam metode ini dilakukan dengan memperhatikan pengurangan Cath per unit

effort (CPUE). Dalam hal pendugaan populasi ini dilakukan metode penandaan

yang fungsinya adalah sebagai parameter populasi terdiri atas kepadatan,

mortalitas, recruitment dan laju ekploitasi. Kecepatan dan arah ruaya, penentuan

umur dan pertumbuhan, tingkah laku dan daerah penyebaran.

Metode penandaan itu sendiri dibagi atas marking yaitu berupa penandaan

tanda pada tubuh ikan tanpa mengguanakan benda-benda asing, tanda yang

diberikan berupa pemotongan sirip dan pembuatan tato. Sedangkan tagging yaitu

pemberian tanda pada tubuh ikan dengan memberikan benda-benda asing. Benda

yang digunakan adalah yang tidak mudah berkarat seperti perak, aluminium,

plastik, nikel, ebonit dan seluloid. Pada tag diberikan tanggal pelepasan, nomor

seri dan kode-kode lainnya. (Penuntun Praktikum Biologi Perikanan, 2012)

Adapun bagian-bagian tubuh yang diberi tag adalah bagian kepala

meliputi tulang rahang bawah dan tutup insang dan bagian tubuh yang meliputi

bagian depan depan sirip punggung bagian belakang sirip punggung, bagian

tengah badan, sirip lemak dan batang ekor. Dan untuk metode perhitungan di

dalam pendugaan populasi adalah metode Petersen, metode Zoe Scehnebel dan

metode Schumecher dan Eschmeyer. (Ridwan, 2012)


16
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dilaksanakannya praktikum yaitu hari Selasa tanggal 23 Oktober

2012 pukul 10.30 – 12.30 WIB. Sedangkan tempat dilaksanakannya praktikum ini

adalah di Laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Riau.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk praktikum Larva Ikan adalah larva ikan

budidaya (larva ikan lele) . Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam praktikum

ini adalah buku penuntun praktikum, laporan sementara, tisu gulung, cawan petri,

pipet tetes, gunting, gelas ukur, mikroskop, pensil, pena, penghapus, jarum, serbet

dan nampan.

Bahan yang digunakan untuk praktikum Mortalitas Ikan dan Pendugaan

Populasi adalah benih ikan Nila (Oreochromis niloticus) sebanyak 20 ekor

sebagai objek yang diamati selama praktikum . Sedangkan alat-alat yang

digunakan selama praktikum adalah toples besar, saringan atau tangguk kecil,

gunting bedah, deterjen, nampan, kain lap, laporan sementara, buku penuntun

praktikum, dan alat tulis.


17
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

3.3 Metode praktikum

Dalam praktikum Larva Ikan , menggunakan metode pengamatan secara

langsung dengan menggunakan mikroskop untuk melihat larva ikan objek .

Sedangkan pada praktikum Mortalitas Ikan dan Pendugaan Populasi juga

menggunakan metode dengan pengamatan langsung terhadap objek praktikum

yang diteliti atau yang diamati.

3.4. Prosedur Praktikum

Adapun prosedur pelaksanaan praktikum tentang larva ikan adalah sebagai

berikut :

 Masukkan larva ikan ke dalam cawan petri yang sudah diisi air.

 Kemudian menggambar bentuk prolarva yang diamati di bawah mikroskop

sedangkan postlarva diamati langsung dengan mata telanjang.

 Memperhatikan, mengukur, dan mencatat ukuran prolarva dan postlarva.

 Memperhatikan perbedaan yang terdapat pada prolarva dan postlarva dari


spesies yang sama.

Dalam praktikum pendugaan populasi prosedur yang dilakukan adalah

dengan memasukkan air ke dalam toples besar kemudian lepaskan ikan sebanyak

20 ekor. Kemudian dilakukan penangkapan sebanyak 10 kali yang dilakukan

penandaan setiap ikan itu tertangkap. Kemudian dihitung nilainya dengan metode

Petersen, Zoe Scehnebel dan metode Schumecher and Eschmeyer.


18
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

Sedangkan untuk prosedur dari praktikum mortalitas ikan yaitu langkah pertama

ialah siapkan 3 wadah yang akan diisi objek pengamatan dan 20 ekor ikan sampel,

masukkan air ke dalam 3 wadah tersebut sesuai dengan volume air yang ditentukan.

Selanjutnya masing-masing wadah dimasukkan ikan dengan jumlah yang telah

ditentukan. Untuk ikan yang akan diberi larutan deterjen sebanyak 7 ekor pada wadah 1

dengan volume larutan seanyak 3 ml dan 7 ekor wadah 2 sebanyak 2 ml. Lakukan

aklimatisasi selama kurang lebih 10 menit. Sedangkan 6 ikan lainnya dijadikan sebagai

ikan kontrol pada wadah 3.

Masukkan bahan pencemar dengan volume yang telah ditentukan ke dalam

wadah 1 dan 2. Untuk 5 menit pertama pada wadah 1 dan 2, amati pergerakan

bukaan mulut dan operculum sirip dan tingkah laku ikan kemudian dihitung.

Setelah 10 menit ambil seekor ikan dan amati secara makroskopis bentuk dan

perubahan warna insang dan jantung. Kemudian catat hasil pengamatan di laporan

sementara.
19
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Hasil Praktikum Larva Ikan


Pada fase pro larva ukuran panjang tubuhnya 6 mm, mempunyai ciri-ciri

belum memiliki bukaan mulut, sirip belum terbentuk sempurna, masih membawa

kuning telur, warna tubuh transparan, ukuran tubuh sangat kecil, dan organ

tubuhnya belum berfungsi dengan baik.

Gambar 1. Pro Larva Ikan Lele (Clarias sp)

4.1.2. Hasil Praktikum Pendugaan Populasi


m.r
Penangkapa m(u 2
n u+r u r m +r) m (u+r)

1 5 5 0 0 0 0 0

2 12 11 1 5 60 300 5

3 16 9 7 16 256 4096 112

4 6 3 3 25 150 3750 75
20
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

5 18 10 8 28 504 14112 224

Jumlah 19 74 970 22258 416

Tabel 1. Perhitungan hasil tangkapan ikan bertanda dan tidak bertanda

Metode Perhitungan Pendugaan Populasi:


a. Metode Petersen

m ( u+r ) 0
P1= = =0
r 0
m ( u+r ) 60
P2= = =60
r 1
m ( u+r ) 256
P3= = =36 , 6
r 7
m ( u+r ) 150
P 4= = =50
r 3
m ( u+r ) 504
P5= = =63
r 8
b. Metode Zoe Scehnebel

Λ
P=
∑ m (u+r ) = 970 = 51
∑r 19
c. Metode Schumecher and Eshmeyer

2
Λ ∑m (u+r ) 22258
P= = = 53 , 50
∑ mr 416
21
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

BIAS I BIAS II
Λ
Λ
p− p p− p
= × 100 %
= × 100 % p
p
60−53
0−53 ¿ × 100 % = 59 %
¿ × 100 % = 0 % 60
0
BIAS III BIAS IV
Λ
Λ
p− p p− p
= × 100 % = × 100 %
p p
36−53 50−53
¿ × 100 % = 34 , 5 % ¿ × 100 % = 6 %
36 50
BIAS V
Λ
p− p
= × 100 %
p
63−53
¿ × 100 % = 62 %
63

4.1.2. Hasil Praktikum Mortalitas Ikan


Tingkah
Warna
Perlakua laku dan Denyut Keteranga
insang dan
n pergeraka jantung n
jantung
n
Wadah 1
(3ml)
Aktif tidak 3 kali / Merah
5 menit 1 Kritis
menentu detik pekat
Diam di 3 kali / Merah
5 menit 2 Kritis
dasar detik pekat
Wadah 2
(2ml)
Bergerak
2 kali / Merah Kurang
5 menit 1 ke
detik cerah sehat
permukaan
Gerakan
2 kali / Merah Kurang
5 menit 2 semakin
detik cerah sehat
lambat
Wadah 3
(ctrl)
1 kali / Merah
5 menit 1 Normal Sehat
detik cerah
22
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

1 kali / Merah
5 menit 2 Normal Sehat
detik cerah
Tabel 2. Pengamatan tingkah laku ikan dan pergerakan

4.2. Pembahasan

Larva yang baru keluar dari cangkang telur digolongkan sebagai pro (pre)

larva dengan ciri larva belum memiliki bukaan mulut, sirip belum terbentuk

sempurna, membawa kuning telur sebagai cadangan makanan selama masa pro

larva. Lama masanya menjadi pro larva atau sampai habis kuning telur bervariasi

untuk setiap spesies ikan, biasanya sekitar 3-7 hari. Cepat lambatnya habis

cadangan makanan berupa kuning telur itu dipengaruhi oleh jumlah kuning telur

yang di bawah telur, faktor fisiologis selama periode embriologi, kondisi

lingkungan seperti suhu perairan dan sifat spesies ikan itu sendiri. (Penuntun

Praktikum Biologi Perikanan, 2012)

Sesudah habis cadangan makanan berupa kuning telur maka larva

memasuki periode post larva dan pada saat ini bukaan mulut sudah terbentuk dan

beberapa organ tubuh mulai terbentuk sempurna mulai difungsikan. Lama periode

masa larva ini menurut Lagler et al (1977) dari beberapa menit hingga menjelang

tahunan. (Ridwan, 2012)

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum pendugaan populasi yakni

dengan dilakukan penangkapan ikan sebanyak 5 kali, dimana jumlah ikan yang

bertanda sebelumnya tidak ada dan tidak yang tidak bertanda berjumlah 20 ekor.

Pertama-tama ikan dilepas ke dalam wadah sebanyak 20 ekor dan

dilakukan penangkapan pertama sebanyak 5 ekor, jumlah ikan bertanda masih nol.
23
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

Kemudian ikan yang tertangkap diberi tanda dan dilepas kembali ke dalam wadah.

Pada penangkapan kedua, jumlah ikan yang tertangkap sebanyak 12 ekor, 11 ekor

untuk ikan tidak bertanda dan 1 ekor untuk ikan bertanda. Kemudian dilepas

kembali sampai 5 kali penangkapan. Untuk hasilnya sebagaimana terlampir pada

tabel di atas.

Setiap kali melakukan penangkapan terdapat ikan yang bertanda dan ikan

yang tidak bertanda dengan jumlah yang berbeda, ada juga pada saat melakukan

penangkapan tidak tertangkap ikan yang tidak bertanda sebanyak 1 kali. Ini akan

berpengaruh kepada hasil perhitungan terhadap pendugaan populasi.

Adapun metode Petersen adalah metode yang dinamakan sebagai metode

sensus tunggal atau metode pendugaan dengan bertanda atau diberi tanda dan

ditangkap lagi. Di dalam metode ini ikan yang tertangkap diberi tanda dan

dilepaskan lagi ke dalam perairan. Waktu antara melepaskan ikan bertanda ke

dalam perairan sampai diadakan penangkapan lagi, sebaiknya dalam waktu yang

relatif singkat agar tidak terdapat recruitment, mortalitas dan migrasi.

Pada metode Zoe Scehnebel cara kerjanya hampir sama dengan metode

Petersen, tetapi menggunakan semua data yang terakumulasi untuk satu

pendugaan semua seri penangkapan dan penangkapan kembali dilakukan dengan

waktu yang relatif pendek, dimana dalam jangka waktu tersebut tidak terdapat

kematian ikan yang diberi tanda. Bila sejumlah contoh ikan diambil dari populasi,

setelah diberi tanda semua dikembalikan lagi dan dicatat. Contoh yang kedua

diambil, catat ikan yang bertanda dan berilah tanda ikan yang belum bertanda dan
24
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

catat. Semua ikan tersebut dilepaskan kembali. Pekerjaan ini dilakukan berulang-

ulang beberapa kali. (Pulungan, 2006)

Sedangkan pada metode Schumecher dan Eschmeyer, hampir sama dengan

metode Zoe Scehnebel, hanya saja dalam metode ini digunakan beberapa syarat

yaitu ikan yang bertanda maupun yang tidak bertanda harus mengalami mortalitas

yang sama, ikan yang bertanda harus mempunyai peluang yang sama untuk

tertangkap bersama-sama dengan ikan yang tidak bertanda, ikan yang bertanda

dan tidak bertanda harus bercampur secara acak, serta selama penelitian tidak

akan ada peremajaan atau penambahan populasi. Kalau ada harus kita harus

mengetahui persentase peremajaannya. (Ridwan, 2012)

Pada praktikum mortalitas ikan berdasarkan data tabel 2 dapat dijelaskan bahwa

pada awal-awal pemberian deterjen, ikan masih bergerak seperti biasa. Selanjutnya

setelah beberapa saat pergerakan ikan menjadi aktif dan tidak menentu. Akibat

kekurangan oksigen di air, ikan menjadi lebih sering mengambil oksigen udara. Bukaan

mulut masih normal dan setelah cukup lama gerakan ikan menjadi lamban dan selalu

berada di dasar.

Individu-individu ikan sebelum mengalami kematian akibat terkena oleh

limbah, biasanya akan memperlihatkan pergerakan atau tingkah laku yang

berbeda ketika lingkungan hidupnya tidak tercemar. Gerakan renang selalu tidak

beraturan dan arahnya tidak menentu. Adakalanya pergerakan itu akan membentur

ke dinding keramba atau jaring yang mengakibatkan timbul luka pada permukaan

tubuh sehingga keadaan itu membantu mempercepat proses kematian individu

ikan di dalam keramba atau jaring apung. Karena pada saat itu kemampuan darah
25
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

di insang untuk mengikat oksigen sudah semakin sulit dan sebagian bahan

pencemar sudah terbawa darah ke otak dan mengganggu sistem persyarafan.

(Manda, 2012)
26
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum tentang larva ikan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa pada larva ikan terdiri dari masa pro larva dan masa post

larva. Pada masa pro larva belum memiliki bukaan mulut, sirip belum terbentuk

sempurna, membawa kuning telur sebagai cadangan makanan yang berbentuk

bundar, oval atau oblong, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen.

Sirip ekor dan sirip dada sudah ada tetapi belum sempurna bentuknya, sedangkan

sirip perut berupa tonjolan, mulut dan rahang belum belum berkembang, usus

masih berupa tabung lurus sistem pernapasan dan peredaran darah tidak

sempurna.

Sedangkan pada masa post larva kantung kuning telur sudah hilang, mata

berpigmen, gelembung udara gelap, mulut terbentuk, sirip dada membesar, sungut

sudah tampak jelas, bentuk badan silinder atau pipih maupun bervariasi. Sebagian

organ sudah berbentuk sehingga diakhir postlarva secara morphologi hampir

menyerupai bentuk ikan dewasa.

Dari hasil praktikum Pendugaan populasi yang dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa dalam dalam pendugaan populasi suatu ikan dapat dilakukan

secara langsung maupun tidak langsung. Adapun metode yang digunakan dalam

praktikum kali ini adalah metode penandaan yang terdiri atas marking dan

tagging.
27
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

Sedangkan dalam perhitungannya digunakan metode yaitu metode

Petersen, metode Zoe Scehnebel dan metode Schumecher dan Eschmeyer.

Dari praktikum yang dilaksanakan tentang mortalitas ikan didapatkan

kesimpulan bahwa kematian ikan bisa disebabkan oleh bahan pencemar seperti

deterjen. Bahan pencemar ini bisa merusak sel darah merah sehingga sel darah

merah dalam insang menjadi berkurang yang menyebabkan ikan menjadi

kekurangan oksigen. Selanjutnya bahan pencemar juga dapat merusak sistem saraf

yang menyebabkan kerja tubuh menjadi tidak stabil dan mempengaruhi

pergerakan ikan.

5.2. Saran

Agar pratikum Biologi Perikanan ini dapat berjalan dengan lancar dan baik

dimasa yang akan datang diharapkan alat yang digunakan cukup lengkap sehingga

memudahkan dalam kegiatan praktikum .


28
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

DAFTAR PUSTAKA

Effendi. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163

hal.

Evy, R., Endang Mujiani dan K. Sujono. 2001. Usaha Perikanan di Indonesia.

Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 96 hal.

Hardjamulia, A., 2002. Budidaya Perikanan. Departemen Pertanian. BPLPP.

Sekolah Usaha Perikanan, Bogor. 58 hal.

Hermawan. 2002. Pengantar Budidaya Perikanan Air Tawar. Nusa Abdi :

Bengkulu. 211 hal.

Pulungan. et al., 2006. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

2005. Kumpulan Hand Out Kuliah. Mata Ajaran Biologi

Perikanan. Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan Dan

Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru.

Putra, Ridwan Manda, dkk. 2012. Diktat Perkuliahan Biologi Perikanan. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan-Universitas Riau. Pekanbaru. 72 hal.

Putra, Ridwan Manda, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-Universitas Riau. Pekanbaru.

75 hal.
29
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

Putra, Ridwan Manda dan Chaidir P. Pulungan. 2012. “Kumpulan Istilah Biologi

Perairan”. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-Universitas Riau.

Pekanbaru. Hal 36.

Sutrisno. 2003. ’Hama Dan Penyakit Ikan Pada Pembenihan Kerapu.

Departemen Kelautan Dan Perikanan atau Direktoral Jendral Perikanan

Budidaya. BBL Lampung. 7 hal.

Suyanto. 2002. Sifat Ikan Air Tawar Umum. Kurnia kubing. Bandung. 89 hal.

Yuniarti. 2000. Inventarisasi dan identifikasi ikan Channidae yang terdapat di

Sungai Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek lapang. Fakultas

perikanan dan ilmu kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru. 32 hal (tidak

diterbitkan)

Djuhanda, T. 1981 dalam Ratnawati, 2006. Dunia ikan. Bagian I. Kehidupan ikan

dalam ekosistem perairan di Indonesia. 20 hal.

Raharjo, 1980 dalam Lisa, 2009. Ichthyology Sistematika. IPB. Fakultas

Perikanan Departemen Perikanan. Bogor. 168 halaman.

Susanto H, 1998 dalam Immet Pakpahan, 2008. Kiat Budidaya Ikan Nila di Lahan

Kritis. Penebar Swadaya, Jakarta. 152 hal.

http://rajaleledumbo.blogspot.com/2009/02/mengenal-jenis-jenis-ikanlele.html

(Kamis, 16.05 WIB)


30
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

LAMPIRAN

Alat-alat yang digunakan :


31
Asisten : Al Ayubi
Hari / Jam : Selasa / 10.30-12.30

GUNTING BEDAH MIKROSKOP

SERBET PENGGARIS

PENA PENGHAPUS

PENSIL NAMPAN

TANGGUK KECIL BUKU PENUNTUN

Anda mungkin juga menyukai