Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

PENGETAHUAN BAHAN BAKU HASIL PERIKANAN


SUMBERDAYA PERIKANAN TAWAR

Kelompok 5
Eklin Meinatasya Putri
M. Ezra Effendi
M. Ramadhoni Aldino
Sintya Dwika Putri
Yulia Delviani
Yuslita Rinika

05061181520053
05061381520029
05061181520015
05061181520009
05061181520051
05061181520022

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
Universitas Sriwijaya

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Sumber daya perikanan adalah sumber daya alam terbanyak yang dimiliki

oleh manusia. Indonesia dapat dikatakan mampu menunjang kehidupan dan


kesejahteraan masyarakatnya. Apalagi Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan
terbesar dan negara maritim. Dilihat dari sejarahnya, berbagai kegiatan masyarakat
sering terpusat pada wilayah pinggiran pantai. Berbagai aktivitas tersebut meliputi,
kegiatan nelayan, tempat pengiriman dan datangnya barang dari luar daerah atau
negeri, tempat perdagangan, dll.Begitu besarnya manfaat dari pelabuhanpelabuhan di Indonesia saa itu. Hasil laut yang melimpah dan kesejahteraan
masyarakat tercukupi.
Jenis ini termasuk hewan vertebrata, artinya hewan yang memiliki tulang
belakang dan cirinya yang khas adalah hidupnya di air dan umumnya bernafas
dengan menggunakan insangnya. Sebagai bahan pangan, kedudukan ikan sangat
penting, karena banyak mengunakan komponen-komponen yang diperlukan oleh
tubuh. Baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia
(Bahar, 2006).
Potensi perikanan laut Indonesia yang terdiri atas potensi perikanan pelagis
dan perikanan komersil, tersebar pada hampir semua bagian perairan laut
Indonesia. Wilayah perairan Indonesia terdiri dari perairan laut teritorial seluas 0,3
juta km2 , perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km2 , dan perairan laut Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,7 km2 , dengan keanekaragaman sumberdaya
ikan laut yang melimpah, menyimpan potensi perikanan laut yang sangat besar.
Kondisi geografis Indonesia yang sangat strategis dengan potensi sumberdaya
alam yang sangat besar merupakan potensi besar dalam perekonomian nasional.
Sebagai negara agraris dan maritim, Indonesia memiliki kekayaan alam yang
sangat besar baik di darat maupun di lautan. Perairan umumnya digunakan sebagai
media pembudidayaan air tawar yang meliputi pembudidayaan ikan di kolam,
pembudidayaan ikan disawah, dan pembudidayaan ikan hias air tawar. Dari segi
Universitas Sriwijaya

ekonomi, bagian yang terpenting dalam perikanan air tawar adalah golongan ini
untuk meningkatkan pendapatan keluarga ataupun dalam ruang lingkup
pendapatan daerah sendiri (Bahar, 2006).
Salah satu hal yang dapat menunjang aktivitas penangkapan adalah alat
tangkap, dimana keberadaan alat tangkap begitu berpengaruh.Pemanfaatan
sumberdaya ikan secara optimal sangatlah penting agar tidak terjadi eksploitasi
yang berlebihan. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan yang berlebihan akan
mengancam kelestarian sumberdaya ikan, sehingga bisa menyebabkan terjadinya
penurunan populasi ikan. Secara perlahan-lahan namun pasti pemanfaatan
sumberdaya alam laut Indonesia terus berkembang terutama untuk memenuhi
kebutuhan akan pangan (khususnya sumber protein hewani) energi, bahan baku,
serta beberapa perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan negara
(Lestari dan Widiastuti, 2003).
Hasil perikanan laut pada umumnya digolongkan berdasarkan jenisnya,
tempat atau daerah hidupnya. Penggolongan tersebut adalah sebagai berikut :
Golongan demersal, yaitu ikan yang dapat diperoleh dari lautan yang dalam.
Contohnya adalah ikan kod san ikan haddock. Golongan pelagis kecil, yaitu jenisjenis ikan yang hidupnya di daerah permukaan laut, misalnya ikan parang-parang
atau ikan haring. Golongan pelagis besar, yaitu jenis ikan besar yang hidupnya
dipermukaan laut, seperti ikan sardin, ikan tuna, ikan tongkol. Sumberdaya
perikanan karang yaitu jenis makhluk hidup yang dihuni jenis ikan dengan warna
serta bentuk tubuh yang menarik.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah
1. Mahasiswa mengetahui bagian-bagian tubuh ikan dan berat masing-masing
bagian tubuh tersebut
2. Mahasiswa mengetahui berat daging yang dapat dimakan (edible flash)
Beberapa jenis ikan laut
3. Mahasiswa mampu membedakan daging merah dan daging putih serta
mengetahui besar bagian tersebut
4. Mahasiswa mengetahui manfaat yang dapat diambil dari cangkang, daging
serta zat yang terkandung didalamnya.
Universitas Sriwijaya

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Pisang-Pisang ()
Klasifikasi ilmiah ikan kembung menurut Saanin (1968)
Kingdom : Animalia
Filum

: chodarta

Kelas

: actinopterygii,

Ordo

: perciformes

Famili

: scombridae

Genus

: Rastrelliger

Spesies

: Rastrelliger kanagurta

Kembung adalah nama sekelompok ikan laut yang tergolong ke dalam marga
Rastrelliger, suku Scombridae. Meskipun bertubuh kecil, ikan ini masih sekerabat
dengan tenggiri, tongkol, tuna, madidihang, dan makerel. Di Ambon, ikan ini
dikenal dengan nama lema atau tatare, di Makassar disebut banyar atau banyara.
Morfologi ikan kembung adalah bentuk badan seperti torpedo badan agak langsing
panjang kepala lebih tinggi dari tinggi kepala. Seluruh tubuh tertutup sisik halus
dan terdapat corselet di belakang sirip dada. Terdapat selaput lemak pada kelopak
mata. Usus 1,3-3,7 kali panjang badan. Tapisan insang panjang jelas tampak bila
mulut dibuka dengan jumlah sebanyak 30-46 buah, sisik garis rusuk berjumlah
120-150 buah, sirip punggung kedua berjari-jari keras berjumlah 10 buah, sirip
punggung kedua berjari- jari lemah 11-12 sirip dubur berjari-jari lemah lemah
sebanyak 11-12 buah. Di belakang sirip punggung dan dubur terdapat 5-6
buah finlet (Moeljanto, 1982).
Ikan kembung banyar memiliki warna biru kehijauan di bagian atas dan bagian
bawah berwarna putih kekuningan. Dua baris totol-totol hitam pada punggung,
satu totol hitam dekat sirip dada. Ban warna gelap memanjang di atas garis rusuk,
dua ban warna keemasan di bawah garis rusuk. Sirip punggung abu-abu
kekuningan. Sirip ekor dan dada kekuningan. Sirip-sirip lain bening kekuningan.

Universitas Sriwijaya

Ikan ini memiliki panjang maksimum 35 cm dengan panjang rata-rata 20-25 cm


(Saanin, 1984).
2.2. Sistematika dan Morfologi Ikan Parang Parang ()
Menurut Saanin (1984), sistematika ikan gabus (Channa striata) adalah
sebagai berikut :
kindom

: Animalia

fillum

: Chordata

class

: Pisces

ordo

: Labyrinthici

family

: Ophiocephaloidae

genus

: Channa

spesies

: Channa striata

Ikan gabus mudah dikenali sebab memiliki bentuk badan bulat didepan dan
pipih belakang. Punggungnya berwarna cokelat tua hampir hitam dengan perut
putih kecokelatan. Ukuran maksimum dapat mencapai panjang 90 cm. Ikan gabus
dapat hidup disungai, danau, rawa, air tawar, air payau. Makanan ikan gabus
berupa udang, ikan kecil, kepiting, katak, cacing, dan serangga air (Evy, 2002).
Hingga saat ini ikan gabus belum dapat dibudidayakan. Biasanya ditangkap
langsung dari habitat asli di alam. Ikan gabus memijah pada musim hujan ditepitepi perairan. Telurnya menetas sesudah 1-3 hari. Selama sisik dan alat
pernapasanya lembab, gabus mampu hidup lama tanpa air. Ikan gabus
memanfaatkan cadangan lemak dalam tubuhnya untuk makanan. Ikan gabus
termasuk dalam kelompok ikan-ikan karnivor. Anak-anaknya memakan ganggang
dan hewan bersel satu (Evy, 2002).

2.3. Sistematika dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai
klasifikasi sebagai berikut:
kingdom

: Animalia

Universitas Sriwijaya

filum

: Chordata

kelas

: Osteichtyes

ordo

: Percomorphi

famili

: Cichlidae

genus

: Oreochromis

spesies

: Oreochromis niloticus

Ikan nila memiliki ciri morfologis yaitu berjari-jari keras, sirip perut torasik,
letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda lainnya yang
dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya hitam dan agak keputihan.
Bagian tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih agak
kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila berukuran besar, kasar dan tersusun rapi.
Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya memiliki garis
linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis
bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung
sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan mulut berada di
ujung kepala serta mempunyai mata yang besar (Kottelat et al. 1993).
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan
lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan
hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun
dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah (Trewavas 1982). Ikan nila mampu
hidup pada suhu 14-38 oC dengan suhu terbaik adalah 25-30 oC dan dengan nilai
pH air antara 6-8,5 (Suyanto, 2003).
Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya
dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus
terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran
pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap,
dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh.sedangkan
yang betina biasanya pada bagian perutnya besar (Suyanto, 2003).
2.4. Sistematika dan Morfologi Ikan Lele (Clarias batracus)
Klasifikasi Ikan Lele (Clarias batracus) berdasarkan Saanin (1984) dalam
Hilwa (2004) yaitu sebagai berikut:
kingdom

: Animalia
Universitas Sriwijaya

fillum

: Chordata

kelas

: Pisces

ordo

: Ostariophysi

family

: Claridae

genus

: Clarias

spesies

: Clarias bathracus
Ikan

lele

memiliki

bentuk

tubuhtaeniform,

depressiform

dan

compressiform, posisi mulut inferior, bentuk sirip ekor rounded, ciri khusus pada
ikan lele yaitu sungut, posisi sirip perut terhadap sirip dada abdominal. Ikan lele
termasuk ikan jenis catfish atau kata lain ikan yang memiliki kumis. Ciri dari ikan
lele yaitu bentuk tubuh memanjang dan agak bulat, pada sirip dada terdapat duri
yang keras dan runcing/tajam (patil), warna tubuh belang dengan kepala pipih dan
terdapat kumis serta licin karena tidak memiliki sisik. Kemudian ikan ini memiliki
alat

pernafasan

tambahan

berupa

modifikasi

dari busur insangnya

yaitu

arborescent (Yusuf, 2000).


Lele lokal mempunyai ciri-ciri bentuk badan memanjang dengan kepala
gepeng dan lebar, memiliki 4 pasang sungut. Warna tubuh ikan hitam atau
kecokelatan. Bentuk tubuh lele dumbo sama dengan ikan lele lokal, hanya
ukuranya lebih besar. Ikan lele dapat mencapai ukuran panjang 40 cm. Habitat
aslinya adalah sungai dan rawa-rawa air tawar, makanan utama ikan lele adalah
cacing, udang-udangan, larva serangga, dan berbagai macam bahan organik di
dasar perairan. Pemijahan alami di alam bebas biasanya berlangsung dimusim
penghujan. Di kolam budidaya ikan lele dapat berbiak sepanjang tahun
(Sutojo, 2003).
2.5. Sistematika dan Morfologi Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Klasifikasi ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) menurut Saanin (1984)
adalah sebagai berikut :
kingdom

: Animalia

fillum

: Chordata

class

: Pisces

sub class

: Teleostei

ordo

: Percomorphoidei

Universitas Sriwijaya

family

: Anabantidae

genus

: Trichogaster

spesies

: Trichogaster pectoralis

Ikan sepat siam termasuk salah satu ikan introduksi yang berasal dari
Thailand pada tahun 1934. Bentuk badan memanjang dan pipih. Bermulut kecil
dengan bibir yang tipis, satu sirip perut yang terdepan berubah menjadi semacam
cambuk yang dapat digerakkan. Punggung berwarna hijau kehitaman, tapi pada
bagian perut berwarna lebih terang. Pada bagian tubuh ikan sepat siam terdapat
satu garis hitam horizontal dari mata sampai ujung batang ekor, juga garis vertikal
yang tidak lurus mulai dari awal sirip dada sampai ekor, ikan sepat siam memiliki
sisik kecil-kecil dan panjang maksimumnya adalah sekitar 25 cm, lebar pipih,
dengan mulut agak meruncing (Yusuf, 2000).
Sirip-sirip punggung (dorsal), ekor, sirip dada dan sirip dubur berwarna
gelap. Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba
yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya,
dilengkapi oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek . Ikan sepat siam hidup
disungai dan rawa-rawa, mudah untuk dipelihara dikolam. Sepat siam dapat
tumbuh dengan cepat bila dipelihara di kolam dengan pakan alami berlimpah.
Selain makan plankton, ikan ini juga memakan tanaman air yang lunak. Ikan sepat
siam dapat hidup dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0-7 m DPL
(Bahar, 2006).
Ikan yang liar biasanya berwarna perak kusam kehitaman sampai agak
kehijauan pada hampir seluruh tubuhnya. Terkadang sisi tubuh bagian belakang
nampak agak terang berbelang-belang miring. Sejalur bintik besar kehitaman, yang
hanya terlihat pada individu berwarna terang, terdapat di sisi tubuh mulai dari
belakang mata hingga ke pangkal ekor (Bahar, 2006).

2.6. Sistematika dan Morfologi Ikan Tambakan (Helostoma temenckii)


Sistematika Ikan Tambakan (Helostoma temenckii) menurut Saanin (1984)
adalah sebagai berikut :
kingdom

: Animalia

Universitas Sriwijaya

fillum

: Chordata

class

: Actinopterygii

ordo

: Perciformes

family

: Helostematidea

genus

: Helostoma

spesies

: Helostoma temminckii

Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah salah satu jenis ikan air tawar
yang berasal dari wilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara. Ikan ini pada awalnya
berasal dari Thailand hingga Indonesia sebelum akhirnya diintroduksi ke seluruh
dunia. Ikan ini juga dikenal dengan nama gurami pencium karena kebiasaannya
mencium saat mengambil makanan dari permukaan benda padar maupun saat
berduel antara sesame pejantan. Di Indonesia sendiri, ikan ini memiliki banyak
nama seperti bawan, biawan, hingga ikan samarinda (Khairuman, 2001).
Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan
sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hamper serupa. Sirip ekornya
sendiri berbentuk nyaris bundar atau mengarah cembung ke luar, sementara sirip
dadanya yang berjumlah sepasang juga berbentuk nyaris bundar. Dikedua sisi
tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal
celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya. Kurang lebih ada sekitar 43-48
sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tambakan diketahui bisa tumbuh
hingga ukuran 30 sentimeter (Khairuman, 2001).
Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang memanjang.
Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil
makanan semisal lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh semacam
gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain
seperti faring, premaksila, dentary, dan langit-langit mulut. Ikan tambakan juga
memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel-partikel
makanan yang masuk bersama dengan air (Khairuman, 2001).

BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Universitas Sriwijaya

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum Sumberdaya Perikanan Tawar ini dilaksanakan dilaboratorium
Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Pada hari
Kamis, 22 September 2016 pada pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai.
3.2.

Alat dan Bahan


Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Sumberdaya Perikanan Tawar

ini adalah ikan Betok (Anabas testudineus), ikan Gabus (Chana striata), ikan Nila
(Oreochromis niloticus), ikan Lele (Clarias batracus), ikan Sepat (Trichogaster
pectoralis), dan ikan Tambakan (Helostoma temmincki).
Peralatan yang digunakan pada praktikum Sumberdaya Perikanan Tawar ini
terdiri dari alas potong, baskom, neraca analitik, pisau, dan timbangan.
3.3.

Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum Sumberdaya Perikanan Tawar, yaitu:

1. Ikan dicuci bersih lalu ditimbang untuk mendapatkan berat utuh ikan.
2. Ikan disisiki dan dilakukan penimbangan untuk mendapatkan berat sisik.
Kemudian secara bertahap dilakukan pembuangan isi perut dan insang
(drawn, gutted, eviscerated) dan dilakukan penimbangan.
3. Ikan dibuang kepala dan sirip-siripnya (dressed) lalu ditimbang.
4. Daging ikan dipisahkan dari tulang dan duri (skin on fillet) lalu ditimbang.
Tahap terakhir adalah pemisahan daging dari kulit ikan (skinless fillet).
5. Perhitungan edible flesh dilakukan dengan membandingkan antara berat
daging dengan berat utuh dikalikan 100%.

4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu sumberdaya perikanan tawar, disini kita akan
menghitung berat daging yang dapat dimakan (edible flesh) beberapa jenis ikan air
tawar. Ikan yang digunakan pada praktikum ini ialah ikan betok (Anabas
testudineus), ikan pada masing-masing kelompok berbeda dan ada juga yang sama.
Universitas Sriwijaya

Ikan betok ini tergolong ikan kecil karena ukurannya lebih kecil biasanya
mencapai 10 cm. Ikan betok memiliki kelebihan yaitu mempunyai alat pernapasan
tambahan berupa labirin. Pada praktikum ini ikan yang akan kita gunakan masih
dalam keadaan hidup, ikan dimatikan dahulu dengan menusukkan jarum pada
kepala ikan dibagian otaknya. Kemudian ikan dicuci dahulu dengan air didalam
baskom, sebelum melakukan penyiangan ikan ditimbang terlebih dahulu agar kita
mengetahui berat utuh ikan tersebut. Berdasarkan penimbangan yang telah
dilakukan menggunakan neraca analitik ikan betok memiliki berat utuh 23 gr.
Setelah didapat berat utuh ikan tersebut kita siangi dengan melakukan penyiangan
sisik maka didapat pula berat sisik yaitu 2,24 gr. Kemudian kita siangi bagian
sirip, berat dari sirip ikan betok sebesar 0,81 gr. Selanjutnya, kita siangi perut ikan
untuk mendapatkan berat jeroan dan insang ikan dan didapatlah berat jeroan ikan
betok yaitu sebesar 0,91 gr dan juga berat insang sebesar 0,49 gr. Setelah disiangi
sisik dan isi perut kita potong dahulu kepala ikan lalu timbang kepala ikan betok
memiliki berat sebesar 6,52 gr. Kemudian daging ikan dipisahkan dari tulang dan
duri (skin on fillet) lalu setelah itu ditimbang berat tulang sebesar 2,57 gr terakhir
adalah pemisahan daging dari kulit ikan (skinless fillet) sehingga didapat berat
kulit sebesar 1,60 gr dan juga berat daging utuh ikan betok sebesar 6,11 gr. Pada
praktikum ini perikanan tawar memiliki berat yaitu 23-107 gram ini membuktikan
bahwa perbandingan berat utuh tubuh ikan sangatlah mencolok dengan perikanan
laut. Hal ini mungkin juga dipengaruhi tempat hidupnya ikan dan cara ikan
mendapatkan makanan begitu juga kandungan protein yang terkandung di dalam
perairan air tawar daging ikan air tawar lebih lembek. Selanjutnya, dilakukan
perhitungan edible flesh yaitu untuk mengetahui berat ikan yang akan dikonsumsi,
perhitungan ini didapat dengan membandingkan antara berat daging dengan berat
daging ikan dengan berat utuh ikan dikalikan 100%. Berdasarkan dari praktikum
yang dilakukan yaitu pada ikan betok (Anabas testudineus) edible flesh yang
didapat yaitu 26,56%
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Universitas Sriwijaya

Kesimpulan yang didapat dari praktikum sumberdaya perairan tawar yaitu


sebagai berikut :
1. Ukuran tubuh ikan betok yang kecil mempengaruhi edible flesh pada ikan
2. Untuk mencari edible flesh kita bandingkan berat daging ikan dengan berat utuh
ikan dikalikan 100%
3. Edible flesh pada ikan betok adalah 26,56 %
4. Ikan betok memiliki edible flesh yang rendah
5. Ikan tawar memiliki edible flesh yang berbeda-beda

5.2 Saran
Saran yang dberikan pada praktikum sumberdaya perairan tawar adalah
agar praktikum berjalan dengan baik, praktikum sebaiknya dilakukan tepat waktu
dan pemanfaatan waktu sebaiknya dilakukan sebaik mungkin.

DAFTAR PUSTAKA
.
Arie, U. 2000. Budidaya Bawal Air Tawar. Jakarta: Swadaya
Bachtiar, Yusuf. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Jakarta: Penebar Swadaya
Bahar, H. 2006. Sumberdaya Perikanan Indonesia. Jakarta: Galia Indonesia

Universitas Sriwijaya

Dahuri. 2003. Perikanan Tawar. Bandung: Yudistira


Djarijah, F. 2002. Pengantar Ilmu Perikanan. Jakarta: Penebar Swadaya
Evy et al. 2002. Pembesaran Ikan Air Tawar. Jakarta: Agro Media Pustaka
Khairuman. 2001. Ikan Air Tawar. Jakarta: Penebar Swadaya
Kottelat, M., et al. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi
(Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi). Periplus Edition
Limited. Munich. Germany. 293 hal.
Lestari, S. 2003. Penuntun Praktikum BBHP. Inderalaya: Universitas Sriwijaya
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta: Bina Cipta
Sugiarto. 2001. Budidaya Ikan tawar. Yogyakarta: Kanisius
Sutojo. 2003. Penuntun Praktikum Bahan Baku Hasil Perikanan. Inderalaya:
Universitas Sriwijaya
Suyanto, R. 2003. Budidaya Ikan Nila. Jakarta: Penebar Swadaya

LAMPIRAN

Universitas Sriwijaya

Ikan Betok Utuh


Bagian Sisik

Bagian Sirip
Kepala Ikan

Bagian Kulit
Tulang Ikan

Daging
Ikan

Universitas Sriwijaya

PERHITUNGAN
a.

Ikan Betok (Anabas testudineus)


Diketahui :

Berat utuh

: 23 gram

Sisik

: 2,24 gram

Sirip

: 0,81 gram

Jeroan

: 0,91 gram

Insang

: 0,49 gram

Kepala

: 6,52 gram

Tulang

: 2,57 gram

Kulit

: 1,60 gram

Daging utuh

: 6,11 gram
Gutted

= Berat utuh (sisik + jeroan + insang)


= 23 gr (2,24 + 0,91 + 0,49) gr
= 19,36 gram
% Gutted= Gutted x 100%

Utuh

= 19,36 x 100 %
23
= 84,17 %
Dressed

= Berat utuh (sisip + kepala)


= 23 gr (0,81 + 6,52) gr
= 15,67 gram
% Dressed = Dressed x 100%
Utuh
= 15,67 x 100 %
23
= 68,13 %

SOF = Berat utuh (sisik + sirip + jeroan + insang +

kepala + tulang)

= 23 gr (2,24 + 0,81 + 0,91 + 0,49 + 6,52 + 2,57) gram


= 9,46 gram
% SOF= SOF

x 100%

Utuh
= 9,46 x 100 %
23
= 41,13 %
SLF

= SOF - kulit

= 9,46 gram 1,60 gram


= 7,86 gram
% SlF

= SLF

x 100%

Utuh
= 7,86 x 100 %
23
= 34,17 %
Edible Flesh = Berat daging utuh x 100%
Berat utuh
= 6,11 x 100 %
23
= 26,56 %

Anda mungkin juga menyukai