Kelompok 5
Eklin Meinatasya Putri
M. Ezra Effendi
M. Ramadhoni Aldino
Sintya Dwika Putri
Yulia Delviani
Yuslita Rinika
05061181520053
05061381520029
05061181520015
05061181520009
05061181520051
05061181520022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sumber daya perikanan adalah sumber daya alam terbanyak yang dimiliki
ekonomi, bagian yang terpenting dalam perikanan air tawar adalah golongan ini
untuk meningkatkan pendapatan keluarga ataupun dalam ruang lingkup
pendapatan daerah sendiri (Bahar, 2006).
Salah satu hal yang dapat menunjang aktivitas penangkapan adalah alat
tangkap, dimana keberadaan alat tangkap begitu berpengaruh.Pemanfaatan
sumberdaya ikan secara optimal sangatlah penting agar tidak terjadi eksploitasi
yang berlebihan. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan yang berlebihan akan
mengancam kelestarian sumberdaya ikan, sehingga bisa menyebabkan terjadinya
penurunan populasi ikan. Secara perlahan-lahan namun pasti pemanfaatan
sumberdaya alam laut Indonesia terus berkembang terutama untuk memenuhi
kebutuhan akan pangan (khususnya sumber protein hewani) energi, bahan baku,
serta beberapa perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan negara
(Lestari dan Widiastuti, 2003).
Hasil perikanan laut pada umumnya digolongkan berdasarkan jenisnya,
tempat atau daerah hidupnya. Penggolongan tersebut adalah sebagai berikut :
Golongan demersal, yaitu ikan yang dapat diperoleh dari lautan yang dalam.
Contohnya adalah ikan kod san ikan haddock. Golongan pelagis kecil, yaitu jenisjenis ikan yang hidupnya di daerah permukaan laut, misalnya ikan parang-parang
atau ikan haring. Golongan pelagis besar, yaitu jenis ikan besar yang hidupnya
dipermukaan laut, seperti ikan sardin, ikan tuna, ikan tongkol. Sumberdaya
perikanan karang yaitu jenis makhluk hidup yang dihuni jenis ikan dengan warna
serta bentuk tubuh yang menarik.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah
1. Mahasiswa mengetahui bagian-bagian tubuh ikan dan berat masing-masing
bagian tubuh tersebut
2. Mahasiswa mengetahui berat daging yang dapat dimakan (edible flash)
Beberapa jenis ikan laut
3. Mahasiswa mampu membedakan daging merah dan daging putih serta
mengetahui besar bagian tersebut
4. Mahasiswa mengetahui manfaat yang dapat diambil dari cangkang, daging
serta zat yang terkandung didalamnya.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Pisang-Pisang ()
Klasifikasi ilmiah ikan kembung menurut Saanin (1968)
Kingdom : Animalia
Filum
: chodarta
Kelas
: actinopterygii,
Ordo
: perciformes
Famili
: scombridae
Genus
: Rastrelliger
Spesies
: Rastrelliger kanagurta
Kembung adalah nama sekelompok ikan laut yang tergolong ke dalam marga
Rastrelliger, suku Scombridae. Meskipun bertubuh kecil, ikan ini masih sekerabat
dengan tenggiri, tongkol, tuna, madidihang, dan makerel. Di Ambon, ikan ini
dikenal dengan nama lema atau tatare, di Makassar disebut banyar atau banyara.
Morfologi ikan kembung adalah bentuk badan seperti torpedo badan agak langsing
panjang kepala lebih tinggi dari tinggi kepala. Seluruh tubuh tertutup sisik halus
dan terdapat corselet di belakang sirip dada. Terdapat selaput lemak pada kelopak
mata. Usus 1,3-3,7 kali panjang badan. Tapisan insang panjang jelas tampak bila
mulut dibuka dengan jumlah sebanyak 30-46 buah, sisik garis rusuk berjumlah
120-150 buah, sirip punggung kedua berjari-jari keras berjumlah 10 buah, sirip
punggung kedua berjari- jari lemah 11-12 sirip dubur berjari-jari lemah lemah
sebanyak 11-12 buah. Di belakang sirip punggung dan dubur terdapat 5-6
buah finlet (Moeljanto, 1982).
Ikan kembung banyar memiliki warna biru kehijauan di bagian atas dan bagian
bawah berwarna putih kekuningan. Dua baris totol-totol hitam pada punggung,
satu totol hitam dekat sirip dada. Ban warna gelap memanjang di atas garis rusuk,
dua ban warna keemasan di bawah garis rusuk. Sirip punggung abu-abu
kekuningan. Sirip ekor dan dada kekuningan. Sirip-sirip lain bening kekuningan.
Universitas Sriwijaya
: Animalia
fillum
: Chordata
class
: Pisces
ordo
: Labyrinthici
family
: Ophiocephaloidae
genus
: Channa
spesies
: Channa striata
Ikan gabus mudah dikenali sebab memiliki bentuk badan bulat didepan dan
pipih belakang. Punggungnya berwarna cokelat tua hampir hitam dengan perut
putih kecokelatan. Ukuran maksimum dapat mencapai panjang 90 cm. Ikan gabus
dapat hidup disungai, danau, rawa, air tawar, air payau. Makanan ikan gabus
berupa udang, ikan kecil, kepiting, katak, cacing, dan serangga air (Evy, 2002).
Hingga saat ini ikan gabus belum dapat dibudidayakan. Biasanya ditangkap
langsung dari habitat asli di alam. Ikan gabus memijah pada musim hujan ditepitepi perairan. Telurnya menetas sesudah 1-3 hari. Selama sisik dan alat
pernapasanya lembab, gabus mampu hidup lama tanpa air. Ikan gabus
memanfaatkan cadangan lemak dalam tubuhnya untuk makanan. Ikan gabus
termasuk dalam kelompok ikan-ikan karnivor. Anak-anaknya memakan ganggang
dan hewan bersel satu (Evy, 2002).
: Animalia
Universitas Sriwijaya
filum
: Chordata
kelas
: Osteichtyes
ordo
: Percomorphi
famili
: Cichlidae
genus
: Oreochromis
spesies
: Oreochromis niloticus
Ikan nila memiliki ciri morfologis yaitu berjari-jari keras, sirip perut torasik,
letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda lainnya yang
dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya hitam dan agak keputihan.
Bagian tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih agak
kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila berukuran besar, kasar dan tersusun rapi.
Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya memiliki garis
linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis
bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung
sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan mulut berada di
ujung kepala serta mempunyai mata yang besar (Kottelat et al. 1993).
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan
lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan
hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun
dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah (Trewavas 1982). Ikan nila mampu
hidup pada suhu 14-38 oC dengan suhu terbaik adalah 25-30 oC dan dengan nilai
pH air antara 6-8,5 (Suyanto, 2003).
Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya
dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus
terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran
pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap,
dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh.sedangkan
yang betina biasanya pada bagian perutnya besar (Suyanto, 2003).
2.4. Sistematika dan Morfologi Ikan Lele (Clarias batracus)
Klasifikasi Ikan Lele (Clarias batracus) berdasarkan Saanin (1984) dalam
Hilwa (2004) yaitu sebagai berikut:
kingdom
: Animalia
Universitas Sriwijaya
fillum
: Chordata
kelas
: Pisces
ordo
: Ostariophysi
family
: Claridae
genus
: Clarias
spesies
: Clarias bathracus
Ikan
lele
memiliki
bentuk
tubuhtaeniform,
depressiform
dan
compressiform, posisi mulut inferior, bentuk sirip ekor rounded, ciri khusus pada
ikan lele yaitu sungut, posisi sirip perut terhadap sirip dada abdominal. Ikan lele
termasuk ikan jenis catfish atau kata lain ikan yang memiliki kumis. Ciri dari ikan
lele yaitu bentuk tubuh memanjang dan agak bulat, pada sirip dada terdapat duri
yang keras dan runcing/tajam (patil), warna tubuh belang dengan kepala pipih dan
terdapat kumis serta licin karena tidak memiliki sisik. Kemudian ikan ini memiliki
alat
pernafasan
tambahan
berupa
modifikasi
yaitu
: Animalia
fillum
: Chordata
class
: Pisces
sub class
: Teleostei
ordo
: Percomorphoidei
Universitas Sriwijaya
family
: Anabantidae
genus
: Trichogaster
spesies
: Trichogaster pectoralis
Ikan sepat siam termasuk salah satu ikan introduksi yang berasal dari
Thailand pada tahun 1934. Bentuk badan memanjang dan pipih. Bermulut kecil
dengan bibir yang tipis, satu sirip perut yang terdepan berubah menjadi semacam
cambuk yang dapat digerakkan. Punggung berwarna hijau kehitaman, tapi pada
bagian perut berwarna lebih terang. Pada bagian tubuh ikan sepat siam terdapat
satu garis hitam horizontal dari mata sampai ujung batang ekor, juga garis vertikal
yang tidak lurus mulai dari awal sirip dada sampai ekor, ikan sepat siam memiliki
sisik kecil-kecil dan panjang maksimumnya adalah sekitar 25 cm, lebar pipih,
dengan mulut agak meruncing (Yusuf, 2000).
Sirip-sirip punggung (dorsal), ekor, sirip dada dan sirip dubur berwarna
gelap. Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba
yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya,
dilengkapi oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek . Ikan sepat siam hidup
disungai dan rawa-rawa, mudah untuk dipelihara dikolam. Sepat siam dapat
tumbuh dengan cepat bila dipelihara di kolam dengan pakan alami berlimpah.
Selain makan plankton, ikan ini juga memakan tanaman air yang lunak. Ikan sepat
siam dapat hidup dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0-7 m DPL
(Bahar, 2006).
Ikan yang liar biasanya berwarna perak kusam kehitaman sampai agak
kehijauan pada hampir seluruh tubuhnya. Terkadang sisi tubuh bagian belakang
nampak agak terang berbelang-belang miring. Sejalur bintik besar kehitaman, yang
hanya terlihat pada individu berwarna terang, terdapat di sisi tubuh mulai dari
belakang mata hingga ke pangkal ekor (Bahar, 2006).
: Animalia
Universitas Sriwijaya
fillum
: Chordata
class
: Actinopterygii
ordo
: Perciformes
family
: Helostematidea
genus
: Helostoma
spesies
: Helostoma temminckii
Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah salah satu jenis ikan air tawar
yang berasal dari wilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara. Ikan ini pada awalnya
berasal dari Thailand hingga Indonesia sebelum akhirnya diintroduksi ke seluruh
dunia. Ikan ini juga dikenal dengan nama gurami pencium karena kebiasaannya
mencium saat mengambil makanan dari permukaan benda padar maupun saat
berduel antara sesame pejantan. Di Indonesia sendiri, ikan ini memiliki banyak
nama seperti bawan, biawan, hingga ikan samarinda (Khairuman, 2001).
Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan
sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hamper serupa. Sirip ekornya
sendiri berbentuk nyaris bundar atau mengarah cembung ke luar, sementara sirip
dadanya yang berjumlah sepasang juga berbentuk nyaris bundar. Dikedua sisi
tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal
celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya. Kurang lebih ada sekitar 43-48
sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tambakan diketahui bisa tumbuh
hingga ukuran 30 sentimeter (Khairuman, 2001).
Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang memanjang.
Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil
makanan semisal lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh semacam
gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain
seperti faring, premaksila, dentary, dan langit-langit mulut. Ikan tambakan juga
memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel-partikel
makanan yang masuk bersama dengan air (Khairuman, 2001).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
ini adalah ikan Betok (Anabas testudineus), ikan Gabus (Chana striata), ikan Nila
(Oreochromis niloticus), ikan Lele (Clarias batracus), ikan Sepat (Trichogaster
pectoralis), dan ikan Tambakan (Helostoma temmincki).
Peralatan yang digunakan pada praktikum Sumberdaya Perikanan Tawar ini
terdiri dari alas potong, baskom, neraca analitik, pisau, dan timbangan.
3.3.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum Sumberdaya Perikanan Tawar, yaitu:
1. Ikan dicuci bersih lalu ditimbang untuk mendapatkan berat utuh ikan.
2. Ikan disisiki dan dilakukan penimbangan untuk mendapatkan berat sisik.
Kemudian secara bertahap dilakukan pembuangan isi perut dan insang
(drawn, gutted, eviscerated) dan dilakukan penimbangan.
3. Ikan dibuang kepala dan sirip-siripnya (dressed) lalu ditimbang.
4. Daging ikan dipisahkan dari tulang dan duri (skin on fillet) lalu ditimbang.
Tahap terakhir adalah pemisahan daging dari kulit ikan (skinless fillet).
5. Perhitungan edible flesh dilakukan dengan membandingkan antara berat
daging dengan berat utuh dikalikan 100%.
4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu sumberdaya perikanan tawar, disini kita akan
menghitung berat daging yang dapat dimakan (edible flesh) beberapa jenis ikan air
tawar. Ikan yang digunakan pada praktikum ini ialah ikan betok (Anabas
testudineus), ikan pada masing-masing kelompok berbeda dan ada juga yang sama.
Universitas Sriwijaya
Ikan betok ini tergolong ikan kecil karena ukurannya lebih kecil biasanya
mencapai 10 cm. Ikan betok memiliki kelebihan yaitu mempunyai alat pernapasan
tambahan berupa labirin. Pada praktikum ini ikan yang akan kita gunakan masih
dalam keadaan hidup, ikan dimatikan dahulu dengan menusukkan jarum pada
kepala ikan dibagian otaknya. Kemudian ikan dicuci dahulu dengan air didalam
baskom, sebelum melakukan penyiangan ikan ditimbang terlebih dahulu agar kita
mengetahui berat utuh ikan tersebut. Berdasarkan penimbangan yang telah
dilakukan menggunakan neraca analitik ikan betok memiliki berat utuh 23 gr.
Setelah didapat berat utuh ikan tersebut kita siangi dengan melakukan penyiangan
sisik maka didapat pula berat sisik yaitu 2,24 gr. Kemudian kita siangi bagian
sirip, berat dari sirip ikan betok sebesar 0,81 gr. Selanjutnya, kita siangi perut ikan
untuk mendapatkan berat jeroan dan insang ikan dan didapatlah berat jeroan ikan
betok yaitu sebesar 0,91 gr dan juga berat insang sebesar 0,49 gr. Setelah disiangi
sisik dan isi perut kita potong dahulu kepala ikan lalu timbang kepala ikan betok
memiliki berat sebesar 6,52 gr. Kemudian daging ikan dipisahkan dari tulang dan
duri (skin on fillet) lalu setelah itu ditimbang berat tulang sebesar 2,57 gr terakhir
adalah pemisahan daging dari kulit ikan (skinless fillet) sehingga didapat berat
kulit sebesar 1,60 gr dan juga berat daging utuh ikan betok sebesar 6,11 gr. Pada
praktikum ini perikanan tawar memiliki berat yaitu 23-107 gram ini membuktikan
bahwa perbandingan berat utuh tubuh ikan sangatlah mencolok dengan perikanan
laut. Hal ini mungkin juga dipengaruhi tempat hidupnya ikan dan cara ikan
mendapatkan makanan begitu juga kandungan protein yang terkandung di dalam
perairan air tawar daging ikan air tawar lebih lembek. Selanjutnya, dilakukan
perhitungan edible flesh yaitu untuk mengetahui berat ikan yang akan dikonsumsi,
perhitungan ini didapat dengan membandingkan antara berat daging dengan berat
daging ikan dengan berat utuh ikan dikalikan 100%. Berdasarkan dari praktikum
yang dilakukan yaitu pada ikan betok (Anabas testudineus) edible flesh yang
didapat yaitu 26,56%
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Universitas Sriwijaya
5.2 Saran
Saran yang dberikan pada praktikum sumberdaya perairan tawar adalah
agar praktikum berjalan dengan baik, praktikum sebaiknya dilakukan tepat waktu
dan pemanfaatan waktu sebaiknya dilakukan sebaik mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
.
Arie, U. 2000. Budidaya Bawal Air Tawar. Jakarta: Swadaya
Bachtiar, Yusuf. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Jakarta: Penebar Swadaya
Bahar, H. 2006. Sumberdaya Perikanan Indonesia. Jakarta: Galia Indonesia
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
Bagian Sirip
Kepala Ikan
Bagian Kulit
Tulang Ikan
Daging
Ikan
Universitas Sriwijaya
PERHITUNGAN
a.
Berat utuh
: 23 gram
Sisik
: 2,24 gram
Sirip
: 0,81 gram
Jeroan
: 0,91 gram
Insang
: 0,49 gram
Kepala
: 6,52 gram
Tulang
: 2,57 gram
Kulit
: 1,60 gram
Daging utuh
: 6,11 gram
Gutted
Utuh
= 19,36 x 100 %
23
= 84,17 %
Dressed
kepala + tulang)
x 100%
Utuh
= 9,46 x 100 %
23
= 41,13 %
SLF
= SOF - kulit
= SLF
x 100%
Utuh
= 7,86 x 100 %
23
= 34,17 %
Edible Flesh = Berat daging utuh x 100%
Berat utuh
= 6,11 x 100 %
23
= 26,56 %