Dosen Pembimbing
Dr. Ace Baehaki, S.Pi., M.Si.
1. Perkembangan Bioteknologi ?
Bioteknologi adalah salah satu cara manusia untuk menghasilkan suatu produk atau
jasa menggunakan makhluk hidup atau sebagainya. Mikroorganisme atau mikroba
adalah makhluk hidup satu sel yang tidak dapat dilihat secara kasat mata. Dapat berupa
bakteri, jamur, atau alga satu sel. Peranan bioteknologi, diantaranya dalam bidang
pangan, kesehatan, pertanian, peternakan, lingkungan, dan pertambangan
Sejarah Bioteknologi
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang
lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti,
maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19. Prinsip dasar upaya pembuatan
makanan tersebut pada umumnya sama, yaitu sejumlah bahan dasar dicampurkan ke
jasad renik tertentu yang akan mentransformasikan bahan dasar (anggur, barley, susu
atau gandum) menjadi produk yang diinginkan. Selain pembuatan bir, bioteknologi juga
diterapkan pada proses pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di
bidang pertanian dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi di
masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin
walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak
sempurna.
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di Negara-negara
maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi, misalnya
teknologi yang berkaitan dengan rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA,
pengembangbiakan sel induk, dan kloning. Teknologi ini memungkinkan kita untuk
memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat
disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel
induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang
mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti
sediakala. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur
jaringan dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk
unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta
juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di
masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai
contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan
penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan
bakteri jenis baru. Kini, bioteknologi modern dapat menghasilkan produk-produk yang
bersumber dari sel (cellular product) dan dapat dilakukan melalui transformasi biologis
(biotransformation). Terlebih lagi bioteknologi modern dalam prosesnya
dapat dipengaruhi serta dikendalikan sepenuhnya oleh manusia sebagai pelakunya.
2. Produk-Produk Bioteknologi
Bioteknologi Konvensional
Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi yang memanfaatkan
mikroorganisme untuk memproduksi alkohol, asam asetat, gula, atau bahan makanan,
seperti tempe, tape, oncom, dan kecap. Mikroorganisme dapat mengubah bahan pangan.
Proses yang dibantu mikroorganisme, misalnya dengan fermentasi, hasilnya
antara lain tempe, tape, kecap, dan sebagainya termasuk keju dan yoghurt. Proses
tersebut dianggap sebagai bioteknologi masa lalu. Ciri khas yang tampak pada
bioteknologi konvensional, yaitu adanya penggunaan makhluk hidup secara langsung
dan belum tahu adanya penggunaan enzim.
1. Pengolahan Bahan Makanan
A. Pengolahan Produk Susu
1). Yoghurt
Untuk membuat yoghurt, susu dipasteurisasi terlebih dahulu, selanjutnya sebagian
besar lemak dibuang. Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan yoghurt, yaitu
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Kedua bakteri tersebut
ditambahkan pada susu dengan jumlah yang seimbang, selanjutnya disimpan selama ± 5
jam pada temperature 45oC. Selama penyimpanan tersebut pH akan turun menjadi 4,0
sebagai akibat dari kegiatan bakteri asam laktat. Selanjutnya susu didinginkan dan dapat
diberi cita rasa.
2). Keju
Dalam pembuatan keju digunakan bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus dan
Streptococcus. Bakteri tersebut berfungsi memfermentasikan laktosa dalam susu
menjadi asam laktat. Proses pembuatan keju diawali dengan pemanasan susu dengan
suhu 90oC atau dipasteurisasi, kemudian didinginkan sampai 30oC. Selanjutnya bakteri
asam laktat dicampurkan. Akibat dari kegiatan bakteri tersebut pH menurun dan susu
terpisah menjadi cairan whey dan dadih padat, kemudian ditambahkan enzim renin dari
lambung sapi muda untuk mengumpulkan dadih. Enzim renin dewasa ini telah
digantikan dengan enzim buatan, yaitu klimosin. Dadih yang terbentuk selanjutnya
dipanaskan pada temperatur
32oC–420oC dan ditambah garam, kemudian ditekan untuk membuang air dan disimpan
agar matang. Adapun whey yang terbentuk diperas lalu digunakan untuk makanan sapi.
3). Mentega
Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus lactis dan
Lectonostoceremoris. Bakteri-bakteri tersebut membentuk proses pengasaman.
Selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan lemak mentega dipisahkan. Kemudian
lemak mentega diaduk untuk menghasilkan mentega yang siap dimakan
B. Produk Makanan Non Susu
1). Kecap
Dalam pembuatan kecap, jamur, Aspergillus oryzae dibiakkan pada kulit gandum
terlebih dahulu. Jamur Aspergillus oryzae bersama-sama dengan bakteri asam laktat
yang tumbuh pada kedelai yang telah dimasak menghancurkan campuran gandum.
Setelah proses fermentasi karbohidrat berlangsung cukup lama akhirnya akan dihasilkan
produk kecap.
2). Tempe
Tempe kadang-kadang dianggap sebagai bahan makanan masyarakat golongan
menengah ke bawah, sehingga masyarakat merasa gengsi memasukkan tempe sebgai
salah satu menu makanannya. Akan tetapi, setelah diketahui manfaatnya bagi kesehatan,
tempe mulai banyak dicari dan digemari masyarakat dalam maupun luar negeri. Jenis
tempe sebenarnya sangat beragam, bergantung pada bahan dasarnya, namun yang paling
luas penyebarannya adalah tempe kedelai. Tempe mempunyai nilai gizi yang baik. Di
samping itu tempe mempunyai beberapa khasiat, seperti dapat mencegah dan
mengendalikan diare, mempercepat proses penyembuhan duodenitis, memperlancar
pencernaan, dapat menurunkan kadar kolesterol, dapat mengurangi toksisitas,
meningkatkan vitalitas, mencegah anemia, menghambat ketuaan, serta mampu
menghambat resiko jantung koroner, penyakit gula, dan kanker. Untuk membuat tempe,
selain diperlukan bahan dasar kedelai
juga diperlukan ragi. Ragi merupakan kumpulan spora mikroorganisme, dalam hal ini
kapang. Dalam proses pembuatan tempe paling sedikit diperlukan empat jenis kapang
dari genus Rhizopus, yaitu Rhyzopus oligosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus
arrhizus, dan Rhyzopus oryzae. Miselium dari kapang tersebut akan mengikat keping-
keping biji kedelai dan memfermentasikannya menjadi produk tempe. Proses fermentasi
tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat.
Perubahan tersebut meningkatkan kadar protein tempe sampai sembilan kali lipat.
3). Tape
Tape dibuat dari bahan dasar ketela pohon dengan menggunakan sel-sel ragi. Ragi
menghasilkan enzim yang dapatmengubah zat tepung menjadi produk yang berupa gula
dan alkohol. Masyarakat kita membuat tape tersebut berdasarkan pengalaman.
Bioteknologi Modern
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli teknlogi mulai
mengembangkan bioteknologi dengan memanfaatkan prinsip ilmiah melalui penelitian
dan berupaya menghasilkan produk secara efektif dan efisien. Bioteknologi tidak hanya
di manfaatkan dalam industri makanan, tetapi telah mencakup berbagai bidang seperti
rekayasa genetika, penanganan polusi, penciptaan sumber energi dan lainnya. Dengan
adanya penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
bioteknologi makin besar manfaatnya untuk masa yang akan datang.
Contoh penggunaan mikroorganisme dalam bioteknologi modern antara lain:
1. Methanogenic, menghasilkam metana,
2. Aspergilius niger, menghasilkan amilase dan lipase,
3. Thiobasilus feroksidan, mengekstrak logam dari bijinya, dan
4. Bachilus thuringensis, menghasilkan biosentisida
Bioteknologi Bidang Kedokteran
Bioteknologi mempunyai peranan penting dalam bidang kedokteran, misalnya
pembuatan antibodi monoklonal, vaksin, antibiotika dan hormon.
1). Antibodi Monoklonal
Antibodi monoklonal adalah antibodi yang diperoleh dari suatu sumber tunggal.
Manfaat antibody monoclonal antara lain :
1. Untuk mendeteksi kandungan hormon kronik gonadotropin dalam urine wanita
hamil.
2. Mengikat racun dan menonaktifkannya.
3. Mencegah penolakan tubuh terhadap hasil transplantasi jaringan lain.
2). Pembuatan Vaksin
Vaksin digunakan untuk mencegah serangan tubuh yang berasal dari mikro
organisme. Vaksin di dapat dari virus dan bakteri yang telah di lemahkan atau racun
yang di ambil dari mikroorganisme tesebut.
3). Pembuatan Antibiotika
Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organisme tertentu dan
berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organisme lain yang ada di sekitarnya.
Antibiotika dapat diperoleh dari jamur atau bakteri yang diproses dengan cara tertentu.
4). Pembuatan Hormon
Dengan rekayasa DNA, telah digunakan mikroorganisme untuk memproduksi
hormon. Hormon-hormon yang telah diproduksi misalnya insulin, hormon
pertumbuhan, kortison dan tertosteron.
Bioteknologi Di Bidang Perikanan
Penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan sangat luas, mulai dari rekayasa
media budidaya, ikan, hingga pascapanen hasil perikanan. Pemanfaatan mikroba telah
terbukti mampu mempertahankan kualitas media budidaya sehingga aman untuk
digunakan sebagai media budidaya ikan. Bioteknologi telah menciptakan ikan
berkarakter genetis khas yang dihasilkan melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen,
dapat diciptakan ikan yang tumbuh cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan
penyakit dan sebagainya.
Pada tahap pascapanen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah ikan melalui
proses transformasi biologi hingga dihasilkan produk yang bermanfaat bagi
kelangsungan hidup manusia. Contoh teknik bioteknologi yang sudah diterapkan pada
budidaya ikan seperti pembenihan selektif, manipulasi, budidaya sejenis (monosex
culture), dan hibridasi
Contoh bioteknologi lainnya yang sudah diterapkan pada pengolahan hasil perikanan
seperti peda, kecap ikan, bekasem, bekasang, terasi dan silase.
Darmanto, Y. S. Fronthea, S. Dan Tri W. A. 2010. Manfaat dan Karakter Kolagen dari
Berbagai Limbah Tulang Ikan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang.
Huda. C. 2011. Penapisan Aktivitas dari Bakteri yang Berasosiasi dengan Karang
Lunak Sarcophyton sp [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sriwijaya.
Murniasih, T dan Satari, R. 1998. Isolasi Substansi Bioaktif Antimikroba dari Spons
Asal Pulau Pari Kepulauan Seribu. Seminar Bioteknologi Kelautan Indonesia.
Laboratorium Produk Alam Laut, Puslitbang Oseanologi LIPI.
Nimah, S. 2012. Uji Bioaktivitas Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria scabra) terhadap
Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus cereus. [Skripsi]. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Semarag.
Pastra. D. A. 2011. Penapisan bakteri yang bersimbiosis dengan spons jenis Aplysina
sp sebagai penghasil antibakteri dari perairan pulau tegal lampung [Skripsi].
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya.
Viswanathan, S., dan Thangaraju, N. 2013. Screening of Phytochemical and
Antibacterial activity of three different seaweeds from Gulf of Mannar,
Tamilnadu. Phykos 43(1) : 32-38.