Anda di halaman 1dari 13

BIOTEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI DAN CONTOH


PRODUK BIOTEKNOLOGI

Dosen Pembimbing
Dr. Ace Baehaki, S.Pi., M.Si.

Sintya Dwika Putri


05061181520009

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI DAN CONTOH
PRODUK BIOTEKNOLOGI

1. Perkembangan Bioteknologi ?
Bioteknologi adalah salah satu cara manusia untuk menghasilkan suatu produk atau
jasa menggunakan makhluk hidup atau sebagainya. Mikroorganisme atau mikroba
adalah makhluk hidup satu sel yang tidak dapat dilihat secara kasat mata. Dapat berupa
bakteri, jamur, atau alga satu sel. Peranan bioteknologi, diantaranya dalam bidang
pangan, kesehatan, pertanian, peternakan, lingkungan, dan pertambangan

Sejarah Bioteknologi
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang
lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti,
maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19. Prinsip dasar upaya pembuatan
makanan tersebut pada umumnya sama, yaitu sejumlah bahan dasar dicampurkan ke
jasad renik tertentu yang akan mentransformasikan bahan dasar (anggur, barley, susu
atau gandum) menjadi produk yang diinginkan. Selain pembuatan bir, bioteknologi juga
diterapkan pada proses pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di
bidang pertanian dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi di
masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin
walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak
sempurna.
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di Negara-negara
maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi, misalnya
teknologi yang berkaitan dengan rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA,
pengembangbiakan sel induk, dan kloning. Teknologi ini memungkinkan kita untuk
memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat
disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel
induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang
mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti
sediakala. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur
jaringan dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk
unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta
juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di
masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai
contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan
penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan
bakteri jenis baru. Kini, bioteknologi modern dapat menghasilkan produk-produk yang
bersumber dari sel (cellular product) dan dapat dilakukan melalui transformasi biologis
(biotransformation). Terlebih lagi bioteknologi modern dalam prosesnya
dapat dipengaruhi serta dikendalikan sepenuhnya oleh manusia sebagai pelakunya.

Periode Perkembangan Bioteknologi


Perkembangan bioteknologi dapat dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
1. Periode bioteknologi tradisional (bioteknologi konvensional)
Pada periode ini, merupakan bioteknologi yang memanfaatkan mikroorganisme
secara langsung dan belum tahu adanya penggunaan enzim. Proses pembuatan makanan
dengan teknik konvensional ini masih sangat sederhana dan hanya dilakukan dalam
skala kecil. Manusia belum melakukan penelitian secara ilmiah bahwa pada peristiwa
fermentasi yang mengubah bahan dasar menjadi bahan makanan yang lebih tahan lama,
merupakan hasil dari proses metabolisme mikroorganisme.
Periode ini ditandai dengan adanya peristiwa sebagai berikut:
- Pada masa 8000 SM, bangsa Babilonia, Mesir dan Romawi telah mengenal cara
bercocok tanam yang baik dengan cara pengumpulan dan pemilihan benih untuk
ditanam. Selain itu, di bidang peternakan, mereka telah mengembangbiakkan hewan
ternak secara selektif untuk peningkatan kualitas ternak.
- Pada masa 6000 SM, manusia mengetahui cara membuat minuman bir dan anggur
menggunakan teknik fermentasi. Selain itu, juga membuat roti dengan bantuan ragi.
- Pada masa 4000 SM, bangsa Tionghoa telah membuat yogurt dan keju dari susu
dengan bakteri asam laktat.
- Pada masa 1500 SM, bangsa Aztec memanfaatkan gangga sebagai sumber makanan

Periode Bioteknologi Ilmiah


Pada perkembangan bioteknologi selanjutnya, manusia mulai menyadari bahwa
fenomena yang terjadi pada proses fermentasi tidak terjadi dengan sendirinya.
Periode bioteknologi ilmiah ditandai dengan munculnya banyak penelitian ilmiah
dalam berbagai bidang, antara lain yaitu:
- Pada tahun 1665, penemuan sel oleh Robert Hooke pada sayatan gabus yang
diamati dengan mikroskop sederhana.
- Pada tahun 1670, pemanfaatan mikroba dalam usaha penambangan tembaga di
Rio Tinto, Spanyol
- Pada tahun 1686, ditemukan lensa mikroskop yang lebih maju oleh Antony Van
Leeuwenhoek yang dapat digunakan untuk melihat mikroba. Karena
penemuannya tersebut, Antony menjadi manusia pertama yang melihat mikroba.
Setelah penemuan lensa mikroskop tersebut, penelitian tentang mikroorganisme
semakin berkembang pesat.
- Tahun 1800, Nikolai I. Vavilov menciptakan penelitian yang komprehensif
tentang perkembangbiakan hewan.
- Tahun 1856 - 1865, Gregor Mendel mengawali penelitian genetika tumbuhan
dengan menggunakan tanaman kacang ercis. Pada akhirnya dari penelitian
tersebut Mendel menemukan hukum pewarisan sifat induk pada turunannya.
- Tahun 1870, ditemukannya mikroba dalam makanan dan minuman oleh Louis
Pasteour, yang merupakan awal berkembangnya bidang mikrobiologi
- Tahun 1890, ditemukannya alkohol yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar
motor
- Tahun 1897, ditemukannya enzim dari ekstrak ragi yang dapat mengubah gula
menjadi alkohol oleh Eduard Buchner
- Tahun 1912-1915, pada tahun inilah ditemukan teknik pengelolahan limbah
dengan menggunakan mikroba. Selain itu, mulai ditemukan pula produksi
aseton, butanol, dan gliserol dengan menggunakan bakteri
- Tahun 1919, mulailah digunakan kata “bioteknologi” oleh seorang insinyur
berkebangsaan Hongaria bernama Karl Ereky
- Tahun 1928, merupakan tahun ditemukannya zat antibiotik “penisillin” oleh
Alexander Fleeming
- Tahun 1953, ditemukannya struktur asam deoksiribo nukleat ( ADN ) oleh Crick
dan Watson
- Pada tahun 1994, mulailah diproduksi penisillin dalam jumlah besar
Periode Bioteknologi Modern
Perkembangan bioteknologi modern berdasarkan atas hasil penelitian ilmiah
diketahui orang berupaya dapat menghasilkan produk secara efektif dan efisien.
Periode bioteknologi modern diawali dengan perkembangan pesat dalam bidang
genetika, yaitu:
- Teknik rekayasa genetik pada tahun 1970-an. Era rekayasa genetik dimulai
dengan penemuan enzim endonuklease restriksi oleh Dussoix dan Boyer.
Adanya enzim tersebut memungkinkan kita dapat memotong DNA pada posisi
tertentu, mengisolasi gen dari kromosom suatu organisme, dan menyisipkan
potongan DNA lain yang dikenal dengan teknik DNA rekombinan.
- Setelah penemuan enzim endonuklease restriksi, pada tahun 1976
dimulai program bahan bakar alkohol dari Brazil dan teknologi hibridoma yang
menghasilkan antibodi monoklonal.
- Pada tahun 1980, Rank Hovis Mc. Dougall diberikan izin untuk memasarkan
produk jamur yang dapat dikonsumsi oleh manusia.
- Peran teknologi rekayasa genetik pada era ini semakin terasa dengan
diizinkannya penggunaan insulin hasil percobaan rekayasa genetik untuk
pengobatan penyakit diabetes di Amerika Serikat pada tahun 1982. Insulin
buatan tersebut diproduksi oleh perusahaan Eli Lilly Company.
- Pada tahun 2000-2005, proyek genom manusia dimulai dan berhasil dilakukan,
sehingga peta genom manusia dapat dibuat secara utuh. Hingga saat ini,
penelitian dan penemuan yang berhubungan dengan rekayasa genetik terus
dilakukan. Misalnya dihasilkan organisme transgenik penelitian genom makhluk
hidup

2. Produk-Produk Bioteknologi
Bioteknologi Konvensional
Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi yang memanfaatkan
mikroorganisme untuk memproduksi alkohol, asam asetat, gula, atau bahan makanan,
seperti tempe, tape, oncom, dan kecap. Mikroorganisme dapat mengubah bahan pangan.
Proses yang dibantu mikroorganisme, misalnya dengan fermentasi, hasilnya
antara lain tempe, tape, kecap, dan sebagainya termasuk keju dan yoghurt. Proses
tersebut dianggap sebagai bioteknologi masa lalu. Ciri khas yang tampak pada
bioteknologi konvensional, yaitu adanya penggunaan makhluk hidup secara langsung
dan belum tahu adanya penggunaan enzim.
1. Pengolahan Bahan Makanan
A. Pengolahan Produk Susu
1). Yoghurt
Untuk membuat yoghurt, susu dipasteurisasi terlebih dahulu, selanjutnya sebagian
besar lemak dibuang. Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan yoghurt, yaitu
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Kedua bakteri tersebut
ditambahkan pada susu dengan jumlah yang seimbang, selanjutnya disimpan selama ± 5
jam pada temperature 45oC. Selama penyimpanan tersebut pH akan turun menjadi 4,0
sebagai akibat dari kegiatan bakteri asam laktat. Selanjutnya susu didinginkan dan dapat
diberi cita rasa.
2). Keju
Dalam pembuatan keju digunakan bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus dan
Streptococcus. Bakteri tersebut berfungsi memfermentasikan laktosa dalam susu
menjadi asam laktat. Proses pembuatan keju diawali dengan pemanasan susu dengan
suhu 90oC atau dipasteurisasi, kemudian didinginkan sampai 30oC. Selanjutnya bakteri
asam laktat dicampurkan. Akibat dari kegiatan bakteri tersebut pH menurun dan susu
terpisah menjadi cairan whey dan dadih padat, kemudian ditambahkan enzim renin dari
lambung sapi muda untuk mengumpulkan dadih. Enzim renin dewasa ini telah
digantikan dengan enzim buatan, yaitu klimosin. Dadih yang terbentuk selanjutnya
dipanaskan pada temperatur
32oC–420oC dan ditambah garam, kemudian ditekan untuk membuang air dan disimpan
agar matang. Adapun whey yang terbentuk diperas lalu digunakan untuk makanan sapi.
3). Mentega
Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus lactis dan
Lectonostoceremoris. Bakteri-bakteri tersebut membentuk proses pengasaman.
Selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan lemak mentega dipisahkan. Kemudian
lemak mentega diaduk untuk menghasilkan mentega yang siap dimakan
B. Produk Makanan Non Susu
1). Kecap
Dalam pembuatan kecap, jamur, Aspergillus oryzae dibiakkan pada kulit gandum
terlebih dahulu. Jamur Aspergillus oryzae bersama-sama dengan bakteri asam laktat
yang tumbuh pada kedelai yang telah dimasak menghancurkan campuran gandum.
Setelah proses fermentasi karbohidrat berlangsung cukup lama akhirnya akan dihasilkan
produk kecap.
2). Tempe
Tempe kadang-kadang dianggap sebagai bahan makanan masyarakat golongan
menengah ke bawah, sehingga masyarakat merasa gengsi memasukkan tempe sebgai
salah satu menu makanannya. Akan tetapi, setelah diketahui manfaatnya bagi kesehatan,
tempe mulai banyak dicari dan digemari masyarakat dalam maupun luar negeri. Jenis
tempe sebenarnya sangat beragam, bergantung pada bahan dasarnya, namun yang paling
luas penyebarannya adalah tempe kedelai. Tempe mempunyai nilai gizi yang baik. Di
samping itu tempe mempunyai beberapa khasiat, seperti dapat mencegah dan
mengendalikan diare, mempercepat proses penyembuhan duodenitis, memperlancar
pencernaan, dapat menurunkan kadar kolesterol, dapat mengurangi toksisitas,
meningkatkan vitalitas, mencegah anemia, menghambat ketuaan, serta mampu
menghambat resiko jantung koroner, penyakit gula, dan kanker. Untuk membuat tempe,
selain diperlukan bahan dasar kedelai
juga diperlukan ragi. Ragi merupakan kumpulan spora mikroorganisme, dalam hal ini
kapang. Dalam proses pembuatan tempe paling sedikit diperlukan empat jenis kapang
dari genus Rhizopus, yaitu Rhyzopus oligosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus
arrhizus, dan Rhyzopus oryzae. Miselium dari kapang tersebut akan mengikat keping-
keping biji kedelai dan memfermentasikannya menjadi produk tempe. Proses fermentasi
tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat.
Perubahan tersebut meningkatkan kadar protein tempe sampai sembilan kali lipat.
3). Tape
Tape dibuat dari bahan dasar ketela pohon dengan menggunakan sel-sel ragi. Ragi
menghasilkan enzim yang dapatmengubah zat tepung menjadi produk yang berupa gula
dan alkohol. Masyarakat kita membuat tape tersebut berdasarkan pengalaman.

Bioteknologi Modern
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli teknlogi mulai
mengembangkan bioteknologi dengan memanfaatkan prinsip ilmiah melalui penelitian
dan berupaya menghasilkan produk secara efektif dan efisien. Bioteknologi tidak hanya
di manfaatkan dalam industri makanan, tetapi telah mencakup berbagai bidang seperti
rekayasa genetika, penanganan polusi, penciptaan sumber energi dan lainnya. Dengan
adanya penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
bioteknologi makin besar manfaatnya untuk masa yang akan datang.
Contoh penggunaan mikroorganisme dalam bioteknologi modern antara lain:
1. Methanogenic, menghasilkam metana,
2. Aspergilius niger, menghasilkan amilase dan lipase,
3. Thiobasilus feroksidan, mengekstrak logam dari bijinya, dan
4. Bachilus thuringensis, menghasilkan biosentisida
Bioteknologi Bidang Kedokteran
Bioteknologi mempunyai peranan penting dalam bidang kedokteran, misalnya
pembuatan antibodi monoklonal, vaksin, antibiotika dan hormon.
1). Antibodi Monoklonal
Antibodi monoklonal adalah antibodi yang diperoleh dari suatu sumber tunggal.
Manfaat antibody monoclonal antara lain :
1. Untuk mendeteksi kandungan hormon kronik gonadotropin dalam urine wanita
hamil.
2. Mengikat racun dan menonaktifkannya.
3. Mencegah penolakan tubuh terhadap hasil transplantasi jaringan lain.
2). Pembuatan Vaksin
Vaksin digunakan untuk mencegah serangan tubuh yang berasal dari mikro
organisme. Vaksin di dapat dari virus dan bakteri yang telah di lemahkan atau racun
yang di ambil dari mikroorganisme tesebut.
3). Pembuatan Antibiotika
Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organisme tertentu dan
berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organisme lain yang ada di sekitarnya.
Antibiotika dapat diperoleh dari jamur atau bakteri yang diproses dengan cara tertentu.
4). Pembuatan Hormon
Dengan rekayasa DNA, telah digunakan mikroorganisme untuk memproduksi
hormon. Hormon-hormon yang telah diproduksi misalnya insulin, hormon
pertumbuhan, kortison dan tertosteron.
Bioteknologi Di Bidang Perikanan
Penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan sangat luas, mulai dari rekayasa
media budidaya, ikan, hingga pascapanen hasil perikanan. Pemanfaatan mikroba telah
terbukti mampu mempertahankan kualitas media budidaya sehingga aman untuk
digunakan sebagai media budidaya ikan. Bioteknologi telah menciptakan ikan
berkarakter genetis khas yang dihasilkan melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen,
dapat diciptakan ikan yang tumbuh cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan
penyakit dan sebagainya.
Pada tahap pascapanen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah ikan melalui
proses transformasi biologi hingga dihasilkan produk yang bermanfaat bagi
kelangsungan hidup manusia. Contoh teknik bioteknologi yang sudah diterapkan pada
budidaya ikan seperti pembenihan selektif, manipulasi, budidaya sejenis (monosex
culture), dan hibridasi
Contoh bioteknologi lainnya yang sudah diterapkan pada pengolahan hasil perikanan
seperti peda, kecap ikan, bekasem, bekasang, terasi dan silase.

Contoh Penerapan Bioteknologi Di Bidang Perikanan Lainnya Yaitu :


1. Potensi Ekstrak Caulerpa Racemosa Sebagai Antibakteri Pada Fillet Ikan Bandeng
(Chanos Chanos) Selama Penyimpanan Dingin
Makroalga Caulerpa racemosa mengandung senyawa bioaktif yang berpotensi
sebagai antibakteri untuk mencegah pembusukan pada ikan. Ekstrak C.racemosa
mengandung senyawa antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa
bakteri seperti Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Micrococcus luteus,
Lactobacillus acidophilus, Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, Proteus vulgaris,
Pseudomnasaeruginosa, Micrococcus luteus, Streptococcus faecalis, Enterococcus
faecalis, Vibrio cholera, Proteus mirabilis, dan Salmonella typhi (Viswanathan dan
Thangaraju, 2013).
Fillet ikan mudah mengalami pembusukan terutama disebabkan oleh bakteri.
Penambahan antibakteri dapat menjadi salah satu cara untuk menghambat pertumbuhan
bakteri pembusuk pada ikan. Konsentrasi methanol pada ekstraksi C. racemosa sebagai
antibakteri yang terbaik adalah 100%, menghasilkan rendemen dan kandungan senyawa
antibakteri meliputi fenol, flavonoid, tannin, dan alkaloid paling tinggi. Senyawa
antibakteri dominan pada C. racemosa berasal dari golongan alkaloid. Penambahan
antibakteri dari ektrak C. racemosa berpengaruh terhadap nilai pH, TVB-N, TPC dan
organoleptik. Ekstrak C. racemosa 1% memberikan pengaruh yang terbaik dalam
menghambat kemunduran mutu fillet ikan bandeng (Chanos chanos)
2. Efektifitas Ekstrak Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons dan Karang Lunak
sebagai Antibakteri dari Perairan Pulau Tegal Lampung
Sumber daya laut yang mempunyai potensi terhadap bahan-bahan aktif antimikroba
diantaranya spons, karang lunak, alga merah dan lain-lain. Baru-baru ini spons dan
karang lunak banyak menjadi perhatian para peneliti produk alam karena terbukti
mengandung senyawa-senyawa aktif (Murniasih dan Satari, 1998). Salah satu upaya
yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan baku obat tanpa mengambil dari alam
adalah melakukan pembiakan bakteri yang dihasilkan dari spons dan karang lunak.
Huda (2011), telah melakukan penelitian tentang penapisan bakteri terhadap karang
lunak Sarcophyton sp. Penapisan tersebut memperoleh isolat bakteri D11 yang mampu
menghambat bakteri Escherichia coli dan isolate D22 yang menunjukkan adanya
aktivitas antibakteri terhadap S. aureus. Pastra (2011), juga telah melakukan penelitian
tentang penapisan bakteri terhadap spons Alpysina sp. Penapisan bakteri tersebut
menghasilkan isolat A23 yang mampu menghambat E.coli dan S.aureus. Satu isolat
lainnya yaitu isolate A25 hanya mampu menghambat pertumbuhan E.coli.
3. Pengaruh Kolagen Tulang Ikan Air Tawar Yang Berbeda Terhadap Karakteristik
Fisik Dan Kimia Sabun Mandi Padat
Kolagen tulang ikan air tawar mempunyai fungsi mengikat air sehingga dapat
memperbaiki sifat fisik dan kimia sabun mandi padat. Tulang ikan mengandung protein
tinggi, terutama kolagen. Sumber kolagen dapat diperoleh dari limbah tulang ikan yang
banyak dihasilkan dari industri perikanan. Kolagen banyak dimanfaatkan antara lain
untuk menstabilkan emulsi, pembentukan gel, dan sebagai perekat, tulang ikan yang
digunakan yaitu tulang ikan nila, lele, dan patin (Darmanto et al., 2010).
Pengujian kadar alkali bebas, stabilitas busa, dan kekerasan memberikan perbedaan
yang nyata (p<0,05) terhadap sabun padat dengan penambahan kolagen tulang ikan nila
(Oreochromis niloticus), ikan lele (Clarias batrachus), dan ikan patin (Pangasius spp)
sedangkan untuk hasil pengujian kadar air dan derajat keasaman (pH) dan kadar air
memberikan hasil yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap sabun kolagen kontrol. Nilai
hedonik kenampakan, wangi, banyak busa, kesan kesat, dan tekstur sabun kolagen padat
mempunyai pengaruh nyata (p>0,05) terhadap seluruh perlakuan sabun kolagen padat.
Penambahan konsentrasi terbaik diperoleh oleh perlakuan penambahan kolagen ikan
lele.
4. Pengaruh Penambahan Mikroalga Spirulina Platensis Dan Mikroalga Skeletonema
Costatum Terhadap Kualitas Sosis Ikan Bandeng (Chanos Chanos Frosk)
Pembuatan sosis ikan ini menggunakan ikan yang berdaging putih. Pada umumnya
ikan berdaging putih memiliki elastisitas lebih baik dibandingkan dengan ikan yang
berdaging merah. Berdasarkan hal tersebut serta keistimewaan yang dimiliki ikan
bandeng yaitu memiliki warna daging putih dan struktur kenyal serta gurih, maka
daging ikan bandeng baik untuk dijadikan bahan baku pada pembuatan sosis ikan
dengan penambahan tepung mikroalga S. platensis dan S. costatum.Dan hasilnya
dengan penambahan tepung mikroalga S. platensis 10% lebih baik hasilnya dari semua
parameter yang diujikan dibandingkan penambahan tepung mikroalga S. costatum 10%
dan tanpa penambahan tepung mikroalga (kontrol), karena memiliki kandungan awal
protein dan betakaroten yang lebih tinggi. Kandungan protein pada mikroalga
menentukan fungsional protein yang memberikan pengaruh terhadap nilai kekuatan gel,
stabilitas emulsi, aktivitas air (aw) dan sensori.
5. Kajian Senyawa Bioaktif Ekstrak Teripang Hitam (Holothuria Edulis) Basah Dan
Kering Sebagai Antibakteri Alami
Holothuria edulis merupakan salah satu sumber hayati laut yang mempunyai banyak
manfaat dan memiliki senyawa bioaktif. Teripang seringkali dimanfaatkan sebagai
bahan makanan dan obat-obatan yang merupakan komoditi ekspor yang potensial.
Berdasarkan penelitian yang termasuk genus Holothuria telah terbukti memiliki
senyawa bioaktif sebagai agen antibakteri yang potensial. Hasil dari penelitian Farouk et
al. dalam Nimah (2012), menyatakan bahwa aktivitas antibakteri pada teripang jenis
Holothuria scabra yang terbukti berpotensi sebagai antibakteri diantaranya Bacillus
cereus dan Pseudomonas aeruginosa. Bakteri B. cereus dan P. aeruginosa merupakan
salah satu bakteri pembusuk yang terdapat pada ikan. Bakteri tersebut berpotensi
menyebabkan pembusukan karena aktivitasnya dalam mendegradasi protein dan lipid,
hal ini juga dapat menyebabkan perubahan pada bau, warna dan tekstur pada ikan.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Holothuria edulis dalam keadaan basah mempunyai
daya hambat yang lebih besar dibandingkan dengan H. edulis dalam keadaan kering
terhadap bakteri uji.
6. Pengaruh Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa) Sebagai
Antioksidan Padafillet Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forsk) Segar
7. Pengaruh Perbedaan Jenis Viscera Ikan Sebagai Bahan Baku Dan Penambahan
Enzim Tripsin Terhadap Mutu Kecap Ikan
8. Efektivitas Larutan Daun Kedondong (Spondias Sp.) Sebagai Pereduksi Kadar
Formalin Pada Fillet Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forsk) Selama Penyimpanan
Dingin
9. Pengaruh Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa) Sebagai
Antioksidan Pada fillet Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forsk) Segar
10. Pengaruh Penambahan Starter Pediococcus Spp. Pada Pembuatan Kecap Ikan
Terhadap Jumlah Senyawa Kimia Dan Koloni Bakteri
DAFTAR PUSTAKA

Darmanto, Y. S. Fronthea, S. Dan Tri W. A. 2010. Manfaat dan Karakter Kolagen dari
Berbagai Limbah Tulang Ikan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang.
Huda. C. 2011. Penapisan Aktivitas dari Bakteri yang Berasosiasi dengan Karang
Lunak Sarcophyton sp [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sriwijaya.
Murniasih, T dan Satari, R. 1998. Isolasi Substansi Bioaktif Antimikroba dari Spons
Asal Pulau Pari Kepulauan Seribu. Seminar Bioteknologi Kelautan Indonesia.
Laboratorium Produk Alam Laut, Puslitbang Oseanologi LIPI.
Nimah, S. 2012. Uji Bioaktivitas Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria scabra) terhadap
Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus cereus. [Skripsi]. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Semarag.
Pastra. D. A. 2011. Penapisan bakteri yang bersimbiosis dengan spons jenis Aplysina
sp sebagai penghasil antibakteri dari perairan pulau tegal lampung [Skripsi].
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya.
Viswanathan, S., dan Thangaraju, N. 2013. Screening of Phytochemical and
Antibacterial activity of three different seaweeds from Gulf of Mannar,
Tamilnadu. Phykos 43(1) : 32-38.

Anda mungkin juga menyukai