ISSN 0125-9830
ABSTRAK
Moluska merupakan salah satu penghuni tetap di padang lamun. Informasi
mengenai keanekaragaman jenis moluska di perairan Pulau Talise sampai saat ini
masih sangat sedikit. Penelitian fauna moluska di padang lamun perairan pada
seluruh bagian Pulau Talise, Minahasa Utara telah dilakukan dilakukan bulan Juli,
Agustus dan Oktober 2009. Padang lamun perairan Pulau Talise masih dalam
kondisi yang cukup bagus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
komunitas moluska di padang lamun perairan Pulau Talise. Metode yang digunakan
adalah metode transek kuadrat mulai dari tepi pantai menuju ke arah laut pada
sepuluh stasiun. Dalam penelitian ini diperoleh 182 jenis moluska yang terdiri dari
146 jenis dari kelas Gastropoda dan 36 jenis dari kelas Pelecypoda. Pyrene scripta
(Columbellidae), Cypraea annulus (Cypraeidae) dan Strombus urceus (Strombidae)
dari kelas Gastropoda serta Anadara antiquata (Arcidae) dari kelas Pelecypoda
merupakan moluska yang penyebarannya relatif luas. Nilai indeks keanekaragaman
jenis tertinggi terdapat di Stasiun 2 (H = 3,75) dan terendah pada Stasiun 7 (H =
2,78). Nilai indeks kemerataan jenis (J) berkisar antara 0,72 0,95 dan nilai indeks
kekayaan jenis (D) berkisar antara 7,48 12,3. Stasiun 2 terletak pada bagian utara
sedangkan Stasiun 7 terletak pada bagian selatan pulau. Berdasarkan hasil
perhitungan dari ketiga indeks struktur komunitas tersebut menunjukkan bahwa
komunitas moluska di padang lamun perairan Pulau Talise berada dalam kondisi
yang cukup bagus.
Kata Kunci: struktur komunitas, moluska, padang lamun, perairan Pulau Talise .
ABSTRACT
COMMUNITY STRUCTURE OF MOLLUSCS IN SEAGRASS BED OF
TALISE ISLAND WATERS, NORTH SULAWESI. Marine mollusc is one of
common benthic community dwelling in the seagrass bed. Information on mollusc
ARBI
diversity in Talise Island waters is limited. Ecological studies on the molluscs in the
seagrass bed around of Talise Island were conducted on July, August and October
2009. The aim of the study is to know the condition of molluscs in the mentioned
area. Molluscs sampling was set at ten stations surrounding the island, applying
quadrant transect line method. A total of 182 species of molluscs have been
succesfully identified, which consists of 146 species of the class Gastropoda and 36
species of the class Pelecypoda. Pyrene scripta, Cypraea annulus and Strombus
urceus (Gastropoda) and Anadara antiquata (Pelecypoda) were the common and
widely distributed species in the studied area. The highest diversity index was found
at Station 2 (northern part of the island, H = 3.75), and the lowest was found at
Station 7 (southern part of the island, H = 2.78). An evenness index (J) was 0.72 to
0.95 and richness index (D) was 7.48 to 12.3. The values of these three indexes
exemplified good condition of mollusc community structure in the seagrass beds of
Talise Island waters.
Keywords: community structure, molluscs, seagrass beds, Talise Island waters.
PENDAHULUAN
Perairan pesisir secara umum merupakan kesatuan ekosistem perairan yang
luas dan kompleks (Sukmara & Crawford, 2002). Di dalam ekosistem perairan
terdapat tiga ekosistem yang paling kompleks yaitu hutan mangrove, padang lamun
dan terumbu karang. Ketiga ekosistem tersebut mempunyai interaksi fisik, bahan
organik terlarut, bahan organik partikel dan migrasi fauna yang memiliki arti penting
bagi kesuburan perairan. Selain itu, ketiga jenis ekosistem juga mampu menopang
kehidupan berbagai biota akuatik yang berasosiasi di dalamnya (Pramudji, 2004).
Pemanfaatan sumber daya untuk memperoleh hasil optimum dalam kegiatan
penelitian biota laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi mengacu pada konsep
pengelolaan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengetahuan tentang prinsipprinsip biologi, ekologi dan habitat dari sumber daya biota yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi tersebut perlu dipelajari dan dimengerti.
Masyarakat nelayan Sulawesi Utara telah memanfaatkan potensi moluska
sejak jaman dahulu sebagai bahan makanan (Kinnaird, 2002). Masyarakat
mengeksploitasi moluska yang bernilai ekonomis dengan berbagai cara, dari yang
paling konvensional hingga menggunakan perlengkapan modern untuk mengambil
berbagai jenis moluska dari alam (Gabbi, 2000). Kegiatan tersebut masih
berlangsung sampai sekarang dengan metode yang lebih baik walau belum dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein dari moluska. Beberapa jenis
moluska bahkan tidak hanya dikonsumsi dagingnya saja, akan tetapi cangkangnya
juga dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan dan koleksi. Bahkan, beberapa jenis
moluska mampu menghasilkan mutiara yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi.
Akibatnya masyarakat mengeksploitasi secara maksimal untuk memenuhi
72
permintaan pasar, sehingga beberapa jenis terancam punah dan akhirnya mendapat
status dilindungi oleh undang-undang (Arbi, 2009a).
Pulau Talise secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan
Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara (Sukmara & Crawford, 2002). Sebelah
barat adalah Pulau Nain di Kepulauan Bunaken, sebelah selatan adalah Pulau
Bangka, Pulau Tindila, Pulau Lehaga dan Kota Likupang di daratan Sulawesi,
sebelah timur adalah Pulau Pulau Komang, Pulau Kinabuhutan dan Pulau Bangka,
sedangkan sebelah utara adalah Pulau Biaro di Kabupaten Sitaro. Pulau Talise
memiliki luas sekitar 200 ha dengan panjang sekitar 6 km (memanjang dari utara ke
selatan) dan memiliki lebar sekitar 2 km (melebar dari timur ke barat), sedangkan
Pulau Kinabuhutan memiliki luas sekitar 62 ha (Tangkilisan et al., 1999). Kepulauan
Gangga-Bangka-Talise merupakan salah satu dari lima lokasi utama tujuan
penyelaman, dimana 17% dari kunjungan penyelaman di seluruh Provinsi Sulawesi
Utara terdapat di kepulauan ini (Vantier & Turak, 2004). Selain memiliki padang
lamun yang cukup luas, pulau-pulau tersebut juga memiliki ekosistem terumbu
karang yang cukup baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi komunitas
moluska di padang lamun perairan Pulau Talise, Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
Sasaran dari penelitian ini adalah tersedianya data keanekaragaman jenis moluska.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi tentang
keberadaan jenis-jenis moluska di ekosistem tersebut, terutama keberadaan yang
memiliki nilai ekonomis penting.
ARBI
meter digunakan sebagai plot transek (sampling). Kerangka pralon sebagai plot
pengamatan diletakkan pada setiap 10 meter sepanjang garis transek. Pada setiap
lokasi dilakukan tiga kali transek sebagai pengulangan. Pengambilan contoh
moluska difokuskan pada jenis-jenis moluska bentik yang hidup pada substrat
sampai kedalaman sekitar 20 cm karena beberapa jenis moluska mampu
menguburkan diri sampai kedalaman tersebut sehingga harus dilakukan
pembongkaran substrat. Pengamatan dilakukan saat air menjelang surut pada siang
hari. Koleksi bebas digunakan sebagai pelengkap data kuantitatif untuk memberikan
gambaran sebaran lokal dan kekayaan jenis fauna moluska. Koleksi bebas dilakukan
dengan cara menyusuri area padang lamun di luar transek, menyusuri area hutan
mangrove serta melakukan penyelaman pada area terumbu karang dengan bantuan
snorkel dan perlengkapan selam SCUBA. Metode-metode tersebut diterapkan agar
dapat mewakili seluruh wilayah lokasi penelitian, sehingga perlu memperhatikan
jumlah transek, penanganan spesimen sesuai standar dan perhitungan yang seteliti
mungkin (Heryanto et al., 2006).
Beberapa indeks struktur komunitas dihitung dengan formula tertentu
(Clifford & Stephenson, 1975; Clarcke & Warwick, 2001) dan dikonfirmasikan
dengan software PRIMER version 5.1.2 dan BioDiversity Professional version 2
(Clarcke & Warwick, 2001), antara lain indeks keanekaragaman jenis atau indeks
Shannon (H), indeks kemerataan jenis atau indeks Pielou (J) dan indeks kekayaan
jenis atau indeks Margalef (d) dihitung menurut Odum (1971). Nilai kepadatan jenis
dihitung dengan merujuk pada Misra (1985). Kemiripan kuantitatif komunitas
moluska antar lokasi dihitung dengan menggunakan indeks kemiripan Sorensen
(Brower & Zar, 1977).
H = pi (ln pi)
J = H/ln(S)
d = (S-1)/(log(N)
dimana:
S : Total spesies
N : Total individu
H : Indeks keanekaragaman jenis (Shannon) dalam log e
J : Indeks kemerataan jenis (Pielou)
d : Indeks kekayaan jenis (Margalef)
74
Setiap fauna moluska yang terdapat dalam kerangka frame tersebut dicatat
jumlah jenis dan jumlah individunya dan dikumpulkan dalam plastik sampel.
Identifikasi fauna moluska merujuk pada Abbott (2002), Abbott & Dance (1990),
Dance (1992), Dharma (1988; 1992; 2005), Lamprell & Whitehead (1992),
Matsuura et al. (2000), Poppe & Groh (1999), Roberts et al. (1982), Severns et al.
(2004), Starosta & Senders (2007), Tan & Chou (2000), Wells & Bryce (1988),
Wilson (1993; 1994) serta Wilson & Gillet (1988). Jenis-jenis moluska yang belum
teridentifikasi di lapangan diawetkan untuk diidentifikasi lebih lanjut di
laboratorium. Contoh moluska yang akan diawetkan sebelumnya dimatikan dengan
cara direndam menggunakan air tawar selama 10 menit kemudian difiksasi dalam
jangka waktu sekitar 2 hari dengan larutan formalin 10% yang dicampur dengan
pewarna Rose Bengal. Untuk penyimpanan dalam waktu lebih dari 2 hari, spesimen
diawetkan dalam larutan alkohol 70% (Pohle & Thomas, 2001).
Untuk mendukung data lapangan, juga dilakukan pengukuran beberapa
parameter fisika dan kimia oseanografi. Pengukuran parameter fisika oseanografi
antara lain derajat keasaman/kebasaan (pH), kandungan garam (salinitas), suhu atau
temperatur perairan, kecerahan atau turbiditas perairan serta kecepatan arus
permukaan perairan. Semua pengukuran parameter oseanografi fisika dilakukan
secara in situ (langsung di lapangan). Kadar oksigen terlarut (DO) ditentukan
dengan metoda elektrokimia menggunakan DO meter tipe AZ 8682 (dalam mg/L).
Derajad keasaman/kebasaan (pH) perairan diukur menggunakan pH meter tipe AZ
8403. Suhu perairan diukur menggunakan thermometer tipe GMK-910T 4-wire
Pt100 Platinum RTD seri FB 1878 (dalam oC). Salinitas diamati dengan
menggunakan refraktometer tipe ATAGO S/Mill-E (dalam ). Kecerahan air laut
diukur dengan cakram sechi disk hasil modifikasi (dalam meter).
Pengukuran parameter kimia oseanografi dititikberatkan pada parameter
fosfat (PO43-) dan nitrat (NO32-) saja. Pengukuran parameter kimia oseanografi
dilakukan secara ex-situ, yaitu dilakukan di laboratorium dengan metode
75
ARBI
76
Seagrass
Covered
70-90%
Depth
30-60 cm
70-90 %
40-70 cm
TH, EA, SI
50-80%
10-30 cm
30-50 cm
Moderate
30-50 cm
Bad
1o4807,67 N
125o0244,35 E
20-50 cm
Rhizopora sp
Bruguiera sp
Not
Sufficient
East Desa
Tambun
Oyster Culture,
Desa Talise
1o4844,87 N
125o0352,09 E
1o4925,45 N
125o0417,50 E
60-70 %
Mud-sand mud TH, EA,
HO, SI
TH, EA, HP, 60-70 %
Mud-sand,
Coral fragment HO
30-70 cm
Bad
Garden , Desa
Talise
1o5060,77 N
125o0510,85 E
Mud-sand,
Coral fragment
TH, EA, SI
40-60 %
40-70 cm
10
Kinabuhutan
island, Desa
Talise
1505756 N dan
125052350 E
Mud-sand,
Coral fragment
20-60 cm
Rhizopora sp
Bruguiera sp
Avicennia sp
Rhizophora sp
Bruguiera sp
Avicennia sp
Rhizophora sp
Bruguiera sp
Rhizopora sp
Bruguiera sp
Sta
1
2
3
4
5
6
7
8
Location
Wowoniang,
Desa Aerbanua
Labuhan
Gelap, Desa
Aerbanua
Pintu Kota,
Dea Aerbanua
Forest , Desa
Aerbanua
Batu
Menangis,
Desa Aerbanua
West Desa
Tambun
Position
1 5228,98 N
o
125 0611,69 E
1o5154,28 N
125o0448,93 E
Substrat
Sand-mud,
Coral fragment
Sand-mud,
Coral fragment
1o5131,49 N
125o0405,63 E
1o5007,75 N
125o0318,25 E
1o4905,17 N
125o0256,25 E
Mud-sand,
Coral fragment
Mud-sand,
Coral fragment
Mud-sand,
Coral fragment
10-30 cm
Mangrove
Vegetation
Rhizopora sp
Bruguiera sp
Rhizopora sp
Bruguiera sp
Coral
Condition
Sufficient
Rhizopora sp
Bruguiera sp
Good
Bad
Moderate
Lahan
pantai
Coconut
plantation
Coconut
plantation
Coconut
plantation
Coconut
plantation
Coconut
plantation
Village,
Coconut
trees
Coconut
plantation
Oyster
culture
Bad
Coconut
plantation
Bad
Coconut
plantation
29,2 - 30,1
pH
7,69 - 8-18
Salinity ()
32 - 34
DO (mg/L)
17 - 24
Clearness(m)
5,26 - 6,18
CHEMIST
Phosphate / PO43- (mg/L)
2-
0,015 - 0,056
< 0,05
77
ARBI
78
79
ARBI
Tabel 3. Komposisi jenis moluska hasil transek di padang lamun perairan Pulau Talise.
Table 3. Composition of mollusc spesies on seagrass beds of Talise Island waters.
NO
FAMILI
Species
STATION
5
6
10
1
0
0
0
0
2
1
0
3
1
0
6
1
0
1
0
0
0
0
3
0
1
6
1
13
0
6
0
2
0
1
58
0
0
0
0
2
0
2
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
31
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
4
0
0
0
5
0
2
0
0
0
0
0
19
0
0
0
0
18
2
10
0
3
0
0
1
1
129
0
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
70
2
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
2
3
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
1
9
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
11
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0
0
15
1
0
1
0
0
2
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
1
0
0
0
0
3
0
0
0
32
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
23
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
5
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
2
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
2
1
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
6
2
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
2
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
3
0
0
0
0
0
0
0
0
13
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
9
1
0
0
0
0
0
1
2
0
1
0
0
0
0
0
2
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
4
0
0
0
28
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
15
1
0
0
0
0
0
0
4
0
0
GASTROPODA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
ACMAEIDAE
ARCHITECTONICIDAE
BUCCINIDAE
BUCCINIDAE
BUCCINIDAE
BUCCINIDAE
BUCCINIDAE
BUCCINIDAE
BUCCINIDAE
BUCCINIDAE
BUCCINIDAE
BUCCINIDAE
BUCCINIDAE
BUCCINIDAE
BULLIDAE
CASSIDAE
CASSIDAE
CERITHIIDAE
CERITHIIDAE
CERITHIIDAE
CERITHIIDAE
CERITHIIDAE
CERITHIIDAE
CERITHIIDAE
CERITHIIDAE
CERITHIIDAE
CERITHIIDAE
CERITHIIDAE
CERITHIIDAE
COLUMBELLIDAE
COLUMBELLIDAE
COLUMBELLIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
CONIDAE
COSTELLARIIDAE
COSTELLARIIDAE
COSTELLARIIDAE
COSTELLARIIDAE
COSTELLARIIDAE
COSTELLARIIDAE
COSTELLARIIDAE
COSTELLARIIDAE
COSTELLARIIDAE
COSTELLARIIDAE
COSTELLARIIDAE
CYPRAEIDAE
CYPRAEIDAE
CYPRAEIDAE
CYPRAEIDAE
CYPRAEIDAE
CYPRAEIDAE
CYPRAEIDAE
CYPRAEIDAE
CYPRAEIDAE
CYPRAEIDAE
CYPRAEIDAE
80
Patelloida saccharina
Architectonica perspectiva
Cantharus pulcher
Engina alveolata
Engina zonalis
Nassarius albescens
Nassarius callospira
Nassarius crenoliratus
Nassarius distorsus
Nassarius dorsatus
Nassarius glans
Nassarius globosus
Nassarius particeps
Nassarius reeveanus
Bulla ampulla
Casmaria erinacea
Semicassis pyrum
Cerithium balteatum
Cerithium columna
Cerithium dialeucum
Cerithium echinatum
Cerithium salebrosum
Cerithium tenellum
Cerithium torresi
Cerithium zonatum
Certhium nodulosum
Clypeomorus batillariaeformis
Pseudovertagus aluco
Rhinoclavis chinensis
Parviterebra trilineata
Pyrene bidentata
Pyrene scripta
Conus arenatus
Conus boeticus
Conus capitaneus
Conus catus
Conus connectens
Conus conspersus
Conus coronatus
Conus distans
Conus emaciatus
Conus imperialis
Conus leopardus
Conus magus
Conus miliaris
Conus muriculatus
Conus musicus
Conus mustelinus
Conus novaehollandiae
Conus parvulus
Conus planorbis
Conus textile
Conus tropicensis
Conus virgo
Vexillum cavea
Vexillum daedalum
Vexillum granosum
Vexillum grunerri
Vexillum michaui
Vexillum miliaris
Vexillum plicarium
Vexillum polygonum
Vexillum radix
Vexillum sanguisugum
Vexillum unifasciatum
Cypraea annulus
Cypraea carneola
Cypraea caurica
Cypraea cicercula
Cypraea erosa
Cypraea fellina
Cypraea helvola
Cypraea isabella
Cypraea lynx
Cypraea moneta
Cypraea nucleus
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
13
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
3
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
2
7
12
1
2
3
9
1
8
1
1
3
1
1
25
2
3
2
2
32
4
29
1
9
7
2
1
3
308
6
1
1
3
2
8
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
4
2
3
1
1
5
1
1
1
1
2
3
1
1
1
1
168
6
1
1
2
2
1
4
10
4
1
CYPRAEIDAE
CYPRAEIDAE
CYPRAEIDAE
CYPRAEIDAE
CYPRAEIDAE
EPITONIIDAE
FASCIOLARIIDAE
FISSURELLIDAE
HALIOTIDAE
HIPPONICIDAE
JANTHINIDAE
LITTORINIDAE
LITTORINIDAE
MITRIDAE
MURICIDAE
MURICIDAE
MURICIDAE
MURICIDAE
MURICIDAE
NATICIDAE
NATICIDAE
NATICIDAE
NATICIDAE
NATICIDAE
NATICIDAE
NATICIDAE
NERITIDAE
NERITIDAE
NERITIDAE
OLIVIDAE
OLIVIDAE
OVULIDAE
PHASIANELLIDAE
PHENACOLEPADIDAE
PHYLLIDIIDAE
POTAMIDIDAE
POTAMIDIDAE
RANELLIDAE
RANELLIDAE
Cypraea pallidula
Cypraea staphylaea
Cypraea teres
Cypraea tigris
Cypraea vitellus
Eglisia tricarinata
Peristernia festigium
Hemitoma tricarinata
Haliotis varia
Hipponix australis
Janthina pallida
Littorina scabra
Littorina undulata
Mitra eremetarum
Coralliophyla neritoidea
Coralliophyla violacea
Cronia margariticola
Morula echinata
Morula uva
Eunaticina papilla
Natica arachnoidea
Natica simplex
Natica stellata
Polinices mammila
Polinices melastomus
Polinices sebae
Nerita chamaeleon
Nerita polita
Neritina violacea
Oliva annulata
Oliva reticulata
Ovula ovum
Phasianella solida
Cinnalepeta cinnamomea
Phyllidida exquisita
Cerithidea undulata
Terebralia palustris
Cymatium labiosum
Cymatium vespaceum
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
3
0
0
1
1
5
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
2
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
2
0
0
1
0
1
0
1
2
0
0
0
1
3
3
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2
0
1
0
0
1
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
5
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
1
0
0
0
0
1
0
2
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
1
2
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
2
0
0
1
1
1
0
0
3
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
1
2
3
9
4
1
1
4
3
2
1
16
2
1
2
1
5
3
12
1
1
3
1
10
7
2
1
3
1
2
2
3
2
2
1
2
1
8
1
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
RANELLIDAE
SILIQUARIIDAE
STROMBIDAE
STROMBIDAE
STROMBIDAE
STROMBIDAE
STROMBIDAE
STROMBIDAE
STROMBIDAE
STROMBIDAE
STROMBIDAE
TEREBRIDAE
TEREBRIDAE
TRIVIIDAE
TROCHIDAE
TROCHIDAE
TROCHIDAE
TROCHIDAE
TROCHIDAE
TROCHIDAE
TROCHIDAE
TROCHIDAE
TROCHIDAE
TROCHIDAE
TURBINIDAE
TURBINIDAE
TURBINIDAE
TURBINIDAE
TURRIDAE
VANIKORIDAE
VOLUTIDAE
Gyrineum lacunatum
Siliquaria cumingi
Lambis lambis
Strombus gibberulus
Strombus labiatus
Strombus luhuanus
Strombus microurceus
Strombus mutabilis
Strombus urceus
Strombus vomer
Terebellum terebellum
Terebra amonea
Terebra maculata
Trivirostra oryza
Clanculus consobrinus
Clanculus denticulatus
Liotina peronii
Microtis tuberculata
Phasianotrochus eximius
Pseudostomatella maculata
Stomatia phymotis
Tectus fenestratus
Trochus histrio
Trochus niloticus
Angaria delphinus
Astralium calcar
Turbo chrysostomus
Turbo petolathus
Turridrupa bijubata
Vanikoro cancellata
Cymbiola vespertilio
2
0
0
0
4
0
2
3
7
0
0
0
1
3
0
9
1
0
0
0
1
0
12
0
0
5
0
0
1
0
3
2
0
0
0
7
0
4
0
19
0
0
0
0
4
0
28
3
0
0
0
1
0
22
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
2
1
1
0
0
1
1
0
3
0
0
2
1
0
2
0
0
0
0
3
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
0
0
0
0
0
3
1
0
0
1
4
2
0
4
0
0
0
0
0
0
0
3
0
1
0
0
0
3
0
0
1
1
0
1
0
2
0
2
1
0
1
0
0
0
3
0
0
0
0
0
2
0
1
1
0
0
1
0
2
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
2
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
3
0
0
0
0
0
0
7
0
0
3
2
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
7
0
2
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
4
6
1
16
7
16
4
43
1
1
1
2
9
4
44
12
1
1
1
4
2
50
1
3
15
6
1
4
1
7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
PELECYPODA
ARCIDAE
ARCIDAE
ARCIDAE
ARCIDAE
CARRDIIDAE
CARRDIIDAE
CARRDIIDAE
TRIDACNIDAE
CARRDIIDAE
CARRDIIDAE
TRIDACNIDAE
Anadara antiquata
Anadara maculosa
Anadara scapha
Barbatia barbata
Corculum cardisa
Fragum fragum
Fragum unedo
Hippopus hippopus
Trachycardium enode
Trachycardium flavum
Tridacna maxima
15
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
13
0
1
0
1
3
0
0
2
6
0
1
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
1
0
6
0
1
0
0
0
0
0
0
3
1
3
0
4
0
0
0
0
2
0
0
0
5
0
5
0
0
0
0
2
2
1
0
3
1
1
0
0
1
0
1
0
3
2
12
3
1
1
0
0
0
3
5
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
2
0
0
1
44
1
1
1
1
17
7
10
5
37
5
81
ARBI
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
TRIDACNIDAE
CHAMIDAE
FIMBRIIDAE
GLYCYMERIDIDAE
LIMMIDAE
LUCINIDAE
MACTRIDAE
MALLEIDAE
MYTILIDAE
PECTINIDAE
PHOLADIDAE
PINNIDAE
PINNIDAE
PTERIIDAE
SPONDYLIDAE
TELLINIDAE
TELLINIDAE
TELLINIDAE
TELLINIDAE
TELLINIDAE
VENERIDAE
VENERIDAE
VENERIDAE
VENERIDAE
VENERIDAE
Tridacna squamosa
Chama isotoma
Fimbria fimbriata
Glycymeris pectunculus
Lima vulgaris
Anodontia edentula
Mactra maculata
Malleus malleus
Septifer bilocularis
Chlamys senatorius
Pholas orientalis
Atrina vexillum
Pinna muricata
Pinctada margaritifera
Spondylus squamosus
Tellina crassa
Tellina laevigata
Tellina remies
Tellina scobinata
Tellina virgata
Dosinia altior
Grafarium pectinatum
Grafarium tumidum
Lioconcha castrensis
Pitar manillae
TOTAL
0
0
4
0
2
12
3
1
11
0
1
0
2
0
0
3
1
0
1
7
1
0
0
0
0
0
0
0
0
2
18
1
1
4
0
0
0
3
0
0
10
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
1
5
8
0
0
1
6
7
5
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
3
2
6
9
0
0
0
4
5
2
2
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
1
4
4
0
0
0
1
8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
16
0
0
4
0
0
0
2
2
2
4
0
0
2
4
2
1
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
5
0
0
0
6
2
0
2
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
4
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
8
0
2
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
7
2
1
0
0
0
0
0
0
0
3
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
4
1
8
75
10
20
49
1
1
2
25
24
10
25
1
3
3
22
5
1
1
2
2
284
446
126
94
139
121
80
74
92
122
1578
Indeks keanekaragaman jenis (H), indeks kemerataan jenis (J) dan indeks
kekayaan jenis (D) dari masing-masing stasiun dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai
indeks keanekaragaman jenis berkisar antara 2,78 (Stasiun 2) 3,75 (Stasiun 7).
Tinggi rendahnya nilai indeks keanekaragaman jenis dapat disebabkan oleh berbagai
faktor. Faktor tersebut antara lain jumlah jenis atau individu yang didapat, adanya
beberapa jenis yang ditemukan dalam jumlah yang lebih melimpah daripada jenis
lainnya, kondisi homogenitas substrat, kondisi dari tiga ekosistem penting di daerah
pesisir (padang lamun, terumbu karang dan hutan mangrove) sebagai habitat dari
fauna perairan. Berpedoman pada Daget (1976), bahwa jika nila H berkisar di atas
2,0 maka nilai keanekaragaman jenis di suatu wilayah perairan termasuk dalam
kategori tinggi. Dengan demikian moluska di ekosistem padang lamun perairan
Pulau Talise mempunyai keanekaragaman jenis moluska tinggi.
Nilai indeks kemerataan jenis (J) berkisar antara 0,72 (Stasiun 2) 0,95
(Stasiun 7). Nilai indeks kemerataan jenis dapat menggambarkan kestabilan suatu
komunitas. Suatu komunitas bisa dikatakan stabil bila mempunyai nilai indeks
kemerataan jenis yang mendekati angka 1, dan sebaliknya dikatakan tidak stabil jika
mempunyai nilai indeks kemerataan jenis yang mendekati angka 0. Sebaran fauna
seimbang atau merata apabila mempunyai nilai indeks kemerataan jenis yang
berkisar antara 0,6 sampai 0,8 (Odum, 1963). Penyebaran jenis suatu organisme
berkaitan erat dengan dominasi jenis, bila nilai indeks kemerataan jenis kecil
(kurang dari 0,5) menggambarkan bahwa ada beberapa jenis yang ditemukan dalam
jumlah yang lebih banyak dibanding dengan jenis yang lain. Semakin kecil nilai
indeks kemerataan jenis mengindikasikan bahwa penyebaran jenis tidak merata
sedangkan semakin besar nilai indeks kemerataan jenis maka penyebaran jenis
relatif merata. Pengertian tersebar merata dalam hal ini adalah apabila dilakukan
transek secara berulang-ulang di sembarang titik stasiun maka peluang untuk
mendapatkan hasil yang sama adalah besar. Secara umum, nilai indeks kemerataan
jenis moluska pada lokasi penelitian di padang lamun perairan Pulau Talise
82
PARAMETER
Total Species
Total Individual
Diversity index (H)
Evennes index (J)
Richness index (D)
1
64
284
3,37
0,81
11,15
2
48
446
2,78
0,72
7,71
3
49
126
3,56
0,91
9,93
4
35
94
3,18
0,9
7,48
STATION
5
43
139
3,05
0,81
8,51
60
121
3,67
0,9
12,3
52
80
3,75
0,95
11,64
44
74
3,46
0,92
9,99
35
91
3,15
0,89
7,52
83
10
50
121
3,24
0,83
10,2
ARBI
Tabel 5. Nilai indeks kemiripan jenis moluska di padang lamun perairan Pulau Talise.
Table 5. Similarity index of molluscs on seagrass beds of Talise Island waters.
STATION
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
2
57,53
*
*
*
*
*
*
*
*
*
3
29,76
20,98
*
*
*
*
*
*
*
*
4
28,04
20,74
47,27
*
*
*
*
*
*
*
5
43,97
31,45
43,78
41,2
*
*
*
*
*
*
6
33,58
25,75
43,72
43,72
34,62
*
*
*
*
*
7
21,43
15,21
36,89
39,08
30,12
42,79
*
*
*
*
8
15,08
12,69
23
32,14
24,41
35,9
44,16
*
*
*
9
29,26
20,82
42,2
30,11
32,03
44,13
30,23
24,1
*
*
10
35,96
26,41
36,29
30,56
52,11
35,39
23,76
19,39
37,38
*
84
dan Stasiun 2 dengan jarak yang relatif dekat memiliki tipe habitat, jenis substrat,
pemanfaatan lahan sekitar lokasi maupun kondisi habitat yang hampir sama.
KESIMPULAN
Ekosistem lamun perairan Pulau Talise merupakan habitat 182 jenis
moluska yang terdiri dari 146 jenis Gastropoda dan 36 jenis Pelecypoda yang
mewakili 53 famili. Pyrene scripta (Columbellidae), Cypraea annulus (Cypraeidae)
dan Strombus urceus (Strombidae) dari kelas Gastropoda serta Anadara antiquata
(Arcidae) dari kelas Pelecypoda merupakan moluska yang terdapat hampir pada
semua stasiun. Secara umum nilai indeks keanekaragaman jenis moluska di
ekosistem lamun perairan Pulau Talise berada dalam kondisi tinggi. Untuk
mendapatkan gambaran lengkap tentang kekayaan jenis moluska dan sebarannya di
ekosistem lamun perairan Pulau Talise, maka perlu penelitian secara kontinyu.
PERSANTUNAN
Penulis mengucapkan terima kasih kepada teknisi dan nelayan lokal yang
membantu pengambilan data. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Ibu Pradina Purwati serta kepada seluruh editor atas koreksian dan segala
masukannya. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Biodiversitas Biota
Laut Perairan Pulau Talise yang didanai oleh Program Insentif Peneliti dan
Perekayasa Dirjen DIKTI tahun 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, R.T. 2002. Seashells of the world, revised and updated. St. Martins Press,
New York. 160 pp.
Abbott, R.T. & P. Dance. 1990. Compendium of seashell. Crawford. House Press,
Australia. 411 pp.
Arbi, U.Y. 2009a. Beberapa jenis moluska yang dilindungi di Indonesia. Oseana, 34
(4): 25-33.
85
ARBI
86
Dharma, B. 1992. Siput dan kerang Indonesia (Indonesian shells II). Verlag Christa
Hemmen, Germany. 135 hal.
Dharma, B. 2005. Recent and fossil Indonesian shells. Conchbooks, Hackenheim,
Germany. 424 pp.
Dody, S. 1996. Komunitas moluska di Pulau Fair, Maluku Tengah. Perairan Maluku
dan Sekitarnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ambon. 11: 1-8.
English, S., C. Wilkinson & V. Baker. 1994. Survey manual for tropical marine
resources. ASEAN-Australia Marine Science Project: Living Coastal
Resources, Townsville. 368 pp.
Gabbi, G. 2000. Shells, guide to the jewels of the sea. Periplus, Turin. 168 pp.
Gasperz, V. 1991. Metode perencanaan percobaan, untuk ilmu-ilmu pertanian,
ilmu-ilmu teknik dan biologi. Armico, Bandung. 472 hal.
Green, R.H. 1979. Sampling design and statistical methods for environmental
biologists. John Wiley & Sons, Canada. 257 pp.
Heryanto, R. Marsetyowati & F. Yulianda. 2006. Metode survei dan pemantauan
populasi satwa, seri kelima: siput dan kerang. Bidang Zoologi (Museum
Zoologicum Bogoriense) Pusat Penelitian Biologi. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Bogor. 56 hal.
Kinnaird, M.F. 2002. Sulawesi Utara: sebuah panduan sejarah alam. Percetakan
Redikencana, Jakarta. 82 hal.
Krebbs, O.J. 1989. Ecological methodology. Harper Collin Publishers, Canada. 654
pp.
Lamprell, K. & T. Whitehead. 1992. Bivalves of Australia, volume 1. Crawford
House Press, New South Wales. 78 pp.
Loya, Y. 1978. Plotless and transect methods, In: D.R.Stoddard & R.E. Johannes
(Eds.) Coral Reef Research Method., Paris (UNESCO): 2232.
Magurran, A.E. 1988. Ecological diversity and its measurement. Croom Helm Ltd.,
London. 177 pp.
Matsuura, K., O.K. Sumadhiharga & K. Tsukamoto. 2000. Field guide to Lombok
Island. Identification guide to marine organism in seagrass beds of
Lombok Island, Indonesia. University of Tokyo. 449 pp.
87
ARBI
Misra, R. 1985. Ecological workbook. Oxford & IBM Publ. Co., New Delhi. 224 pp.
Mudjiono. 2002. Komunitas moluska (keong dan kerang) di rataan terumbu
Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Dalam: Perairan Sulawesi dan
Sekitarnya, Biologi, Lingkungan dan Oseanografi: 75-82.
Mason, N.W.H., D. Mouillot, W.G. Lee & J.B. Wilson 2005. Functional richness,
functional evenness and functional divergence: The primary components
of functional diversity. OIKOS 111: 112-118.
Odum, E.P. 1963. Ecology. The University of Georgia, Georgia. 152 pp.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of ecology. W.E. Saunders, Philadelphia. 574 pp.
Pelu, U. 2001. Penelitian fauna moluska di pantai Teluk Saleh, Sumbawa, NTB
Dalam: K. Takaendengan (Ed.) Penelitian potensi sumber daya kelautan
pesisir Pulau Sumbawa dan sekitarnya. Proyek Pengembangan dan
Pemanfaatan Potensi Kelautan Kawasan Timur Indonesia T.A .2000. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Jakarta: 41-47.
Pohle, G.W. & M.L.H. Thomas, 2001. Monitoring protocol for marine benthos:
Intertidal and subtidal macrofauna, http:// attentionnature.ca / English /
monitoring / protocols / marine / benthics / benthos.html, diakses tanggal
10 Januari 2010.
Poppe, G.T. & K. Groh. A conchological iconography: The family Strombidae.
ConchBooks, Hackenheim. 60 pp.
Pramudji. 2004. Mangrove di pesisir Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Pusat
Penelitian Oseanografi LIPI. Jakarta. 51 hal.
Roberts, D., S. Soemodihardjo & W. Kastoro. 1982. Shallow water marine molluscs
of North-West Java. LON LIPI, Jakarta. 143 pp.
Severns, P.F., M. Severns & R. Dyerly. 2004. Handy pocket guide to tropical
seashells. Periplus Editions (HK) Ltd., Singapore. 64 pp.
Starosta, P. & J. Senders. 2007. Shells. Firefly Books Ltd. New York. 379 pp.
Sukmara, A. & B. Crawford. 2002. Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku
sosial masyarakat Desa Talise sebagai desa Proyek Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat di Sulawesi Utara. Konperensi
Nasional III Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia 2002:
1-16.
88
89