Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR GENETIKA

KASUS GENETIKA KUALITATIF PADA IKAN

NAMA : MUH. CHAIDIR


STAMBUK : L221 12 257
KELOMPOK : V ( LIMA )
ASISTEN :ACHMAD FUAD FATHURRAHMAN IRWAN YUSUF

LABORATORIUM DASAR-DASAR GENETIKA


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sifat-sifat Mendel klasik yang dijumpai dalam bab-bab terdahulu bersifat

kualitatif, yaitu sifat-sifat yang mudah digolongkan ke dalam kategori fenotip yang

jelas. Fenotip-fenotip yang jelas ini berada di bawah kendali genetik dari hanya

satu atau beberapa gen dengan sedikit atau tanpa modifikasi-modifikasi

lingkungan yang mengaburkan pengaruh-pengaruh gennya (Stansfield, 1991).

Biasanya kita beranggapan bahwa suatu kelas fenotip itu selalu mudah

dibedakan dari kelas fenotip yang lain. Akan tetapi bila diperhatikan dengan baik,

dalam kenyataannya kelas fenotip tadi tidak dapat dibedakan semudah itu.

Sebabnya karena seringkali masih dapat diketahui adanya beberapa variasi di

dalam suatu kelas fenotip. Misalnya saja kulit hitam pada orang ada yang hitam

sekali, hitam biasa, sawo matang (Suryo, 2005).

Pewarisan karakter kualitatif mudah dibedakan karena masing-masing

mempunyai populasi yang jauh berbeda. Di lain pihak tertentu ada kelompok

antara yang sukar dikategorikan. Kelompok ini mewakili zona transisi diantara

kedua sistem pewarisan karakter dan termasuk bentuk antara yang diwariskan

karena pengaruh interaksi lingkungan yang memungkinkan adanya sejumlah

genotip yang diekspresikan pada bentuk fenotipnya (Agus, Rosana dan

Sjafaraenan, 2013).

Menurut Nasir (2001) karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe

yang saling berbeda tajam antara satu dengan yang lain secara kualitatif dan

masing-masing dapat dikelompokkan dalam bentuk kategori.

Oleh karena genetika kualitatif merupakan salah satu hal yang sangat

penting dalam genetika ikan. Maka dilakukanlah praktikum ini untuk mengetahui
beberapa kasus dalam genetika kualitatif dan bagaimana secara genetic hal

tersebut terjadi.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan percobaan ini adalah mahasiswa mampu menganalisis beberapa

kasus dalam genetika kualitatif dan bagaimana secara genetik hal tersebut

terjadi.

Kegunaan dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat mengetahui

hereditas suatu organisme dalam genetika kualitatif dan bagaimana secara

genetik hal tersebut terjadi melalui Hukum Mendel I dan II.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gen adalah unit terkecil bahan penyusun sifat menurun. Besarnya

diperkirakan 4-50µ. Istilah gen pertama kali diperkenalkan oleh W.Johansen

(1909), sebagai pengganti istilah faktor keturunan atau elemen yang

dikemukakan oleh Gregor Mendel. Gregor Mendel telah berasumsi tentang

adanya suatu bahan yang terkait dengan suatu sifat atau karakter yang dapat

diwariskan. Ia menyebutnya 'faktor'. Pada tahun 1910, Thomas Hunt Morgan

menunjukkan bahwa gen terletak di kromosom. Selanjutnya, terjadi

'perlombaan' seru untuk menemukan substansi yang merupakan gen. Banyak

penghargaan Nobel yang kemudian jatuh pada peneliti yang terlibat dalam

subjek ini (Nuraini, 2008).

Individu memiliki dua macam kromosom yaitu autosom dan seks

kromosom. Karena itu biasanya individu jantan dan betina memiliki kromosom

yang sama oleh karena itu sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada

autosom akan diwariskan dari orang tua pada anak-anaknya tanpa membedakan

seks. Contohnya seperti albino, warna mata, bentuk rambut, dan polidaktili

dapat diwariskan, tapi keturunan pada F1 dan F2 tidak pernah disebut jenis

kelaminnya dan jenis kelamin itu tidak mempengaruhi terhadap sifat-sifat

tersebut (Suryo,1990).

Perkembangan sejumlah penanda molekuler (DNA Marker) dewasa ini

telah memungkinkan untuk melakukan identifikasi terhadap perubahan-

perubahan genetik yang terjadi dalam suatu persilangan serta hubungannya

dengan perubahan sifat kuantitatif dan sifat kualitatif. (Maskur,2003).

Menurut Nasir (2001) karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe

yang saling berbeda tajam antara satu dengan yang lain secara kualitatif dan

masing-masing dapat dikelompokkan dalam bentuk kategori. Ciri yang dapat


digunakan untuk membedakan karakter kualitatif dan karakter kuantitatif menurut

(Allard, 1960 dan Burns,1976) adalah sebagai berikut:

1. Pada karakter kualitatif terdapat ragam terputus pada kurva

sebaran frekuensi dengan munculnya kembali ragam tetua di dalam

generasi bersegregasi (F2, BC, F3), dan munculnya kembali salah satu

ragam tetua bila terdapat pengaruh dominansi penuh dalam generasi F1.
2. Pada karakter kuantitatif terdapat ragam kontinu pada kurva

sebaran frekuensi di dalam generasi bersegrerasi (F2, BC, F3) dengan

ragam F2 (VF2) yang Lebih besar dari ragam F1 (VF1). Pada penelitian

pewarisan suatu karakter, sering diperlukan analisis segregasi dari populasi

yang bersegregasi (populasi F2).

Sifat-sifat Mendel klasik yang dijumpai dalam bab-bab terdahulu bersifat

kualitatif, yaitu sifat-sifat yang mudah digolongkan ke dalam kategori fenotip yang

jelas. Fenotip-fenotip yang jelas ini berada di bawah kendali genetik dari hanya

satu atau beberapa gen dengan sedikit atau tanpa modifikasi-modifikasi

lingkungan yang mengaburkan pengaruh-pengaruh gennya (Stansfield, 1991).

Manfaat Genetika Fenotif Kualitatif sebagai berikut :

1. Agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri atau setiap

makhluk yang berada disekitar lingkungan kita


2. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang pengertian dari

genetika fenotif kualitatif serta komponen apa saja yang menyusun genetika

fenotif kualitatif
3. Menyusun dan menentukan program hibridisasi (kawin silang) sehingga

mendapatkan keturunan yang memiliki sifat-yang baik (bibit unggul)


4. Meningkatkan produksi melalui penyeleksian berdasarkan kualitasnya
5. Mengeliminir (membuang) allel (sifat) yang dapat menurunkan produktifitas

dan mengambil allel yang dapat meningkatkan produktifitasnya


6. Mengetahui sifat-sifat fenotif yang diturunkan dari induk ke anaknya
7. Mendapatkan individu dengan sifat-sifat fenotif (warna, bentuk, sirip, tipe

sisik, dll) yang kita inginkan


8. Meningkatkan nilai jual suatu organisme dengan jalan merubah sifat

fenotifnya
9. Merekayasa organisme sehingga dapat dibudidayakan dilingkungan yang

bukan habitat aslinya (Wipiadi, 2011)

Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus carpio) (Hasyim, 2012)

Morfologi

Menurut Afiesh (2013) taksonomi Ikan Mas adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Osteichthyes

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio

Bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak. Mulutnya

terletak di bagian tengah ujung kepala terminal dan dapat disembulkan. Di

bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat

gigi kerongkongan yang terbentuk atas tiga baris gigi geraham. Secara umum

hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik kecuali pada beberapa varietas yang
hanya memiliki sedikit sisik. Sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan

bagian belakang berjari keras dan di bagian akhir. Letak sirip punggung

berseberangan dengan permukaan sisip perut (ventral). Sirip duburnya (anal)

mempunyai ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya

bergerigi. garis rusuknya (linea lateralis atau gurat sisi) tergolong lengkap,

berada di pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai

ke ujung belakang pangkal ekor (Hasyim, 2012).

Klasifikasi Ikan Guppy (Poecilia reticulate)

Gambar 2. Ikan Guppy (Poecilia reticulate) (Rizki, 2014)

Menurut Rizki (2014) taksonomi Ikan Guppy adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cyprinodontiformes

Famili : Poeciliidae

Genus : Poecilia

Spesies : Poecilia reticulate

Morfologi

Ciri morfologi dari ikan guppy jantan mempunyai gonopodium (berupa

tonjolan dibelakang sirip perut) yang merupakan modifikasi sirip anal yang

berupa menjadi sirip yang panjang, tubuhnya ramping, warnanya lebih cerah
dibanding betina, sirip punggung lebih panjang, kepalanya besar dan pada ikan

guppy betina, pad bagian belakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi

berupa sirip halus, tubuhnya gemuk, warnanya kurang cerah, sirip punggung

biasa, kepalanya agak runcing (Rizki, 2014).

Klasifikasi Ikan Cupang (Betta sp)

Gambar 3. Ikan Cupang (Betta sp) (Magelang, 2013)

Menurut Sihombing (2013) taksonomi Ikan Cupang adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Osphronemidae

Genus : Betta

Species : Betta sp.

Morfologi

Ikan ini berasal dari Sumatra, Jawa, Singapura dan Malaysia. Ikan ini

bersifat karnivora dan bersifat sangat agresif terutama untuk yang jantan.

Dipasaran ada dua jenis cupang yaitu cupang adu dan cupang hias. Cupang

hias memiliki sirip yang panjang dan bersifat tenang sedangkan cupang adu
memiliki sirip yang pendek dan sangat agresif. Cupang memiliki berbagai jenis

warna mulai dari biru tua, merah tua, albino, kehijauan (Sihombing, 2013).

Klasifikasi Ikan Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss)

Gambar 4. Ikan Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss) (Sholihah, 2013)

Menurut Sihombing (2013) taksonomi Ikan Rainbow Trout adalah sebagai

berikut:

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Salmoniformes
Famili : Salmonidae
Genus : Oncorhynchus
Spesies : Oncorhynchus mykiss

Morfologi

Morfologi Ikan Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss) antara lain, berat

sampai 55 pon (25 kg), tapi biasanya jauh lebih kecil, badan memanjang,

panjang hingga 45 inci (120 cm), tetapi biasanya jauh lebih kecil, di bagian

bawah dengan tubuh berat berbintik dengan garis merah muda-merah di


sepanjang sisi mereka, di laut mereka menjadi lebih perak, masa hidup sampai

dengan 11 tahun, secara seksual pada 2-3 tahun, makanan muda maupun

dewasa adalah serangga air, moluska, crustacea, telur ikan, ikan kecil, dan ikan

kecil lainnya (termasuk ikan lainnya) (Sholihah, 2013).

Klasifikasi Ikan Molly (Poecilia sphenops)

Gambar Ikan Molly (Poecilia sphenops)

Klasifikasi ikan black molly secara lengkap adalah sebagai berikut :

Phyllum : Chordata

Class : Ostheichthyes

Ordo : Cyprinodontoidei

Family : Poecilidae

Genus : Poecilia

Species : Poecilia sphenops

Morfologi

Bentuk tubuh ikan Molly menyerupai ikan guppy karena masih satu

keluarga yaitu Poecilidae. Panjang tubuhnya sekitar 5 – 7 cm. Sirip ekor

berbentuk sabit dan sirip punggung menjuntai ke belakang hingga mencapai

pangkal ekor. Hingga kini sudah banyak varietas yang beredar di pasaran

dengan warna dan bentuk tubuh yang beragam akibat persilangan dan mutasi.
Molly balon, misalnya, yang bertubuh seperti bola akan tampak sangat bagus

seperti maskoki mini bila ukurannya sudah besar. Ikan Molly merupakan ikan

hias yang berasal dari luar Indonesia. Ikan ini hidup disela-sela akar tanaman air.

dan menetaskan telurnya di sela-sela akar tersebut pula (Razi, 2013).


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Kasus Genetika Kualitatif pada Ikan ini dilakukan pada hari

Selasa, 14 Oktober 2014 pukul 14:00-15:30 WITA di Laboratorium Dasar-dasar

Genetika, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain Buku

bahan ajar Dasar-dasar Genetika Ikan dan soal pemahaman genetika.

Prosedur Kerja

Adapun metode yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu dengan

menjawab 7 soal yang diberikan sebagai data dengan mengacu pada tabel

fenotip yang dipengaruhi oleh gen tunggal otosom dengan aksidominan lengkap

dan tabel genetika kualitatif dari buku Dasar-dasar Genetika Ikan.

Langkah dalam proses mengerjakan soal tersebut yaitu:

a. Menentukan parental dari masing-masing individu


b. Menentukan fenotipe dan gamet pada masing-masing individu
c. Menentukan hasil persilangan berupa F1
d. Menentukan hasil persilangan berupa F2
e. Menentukan hasil rasio fenotip dan genotip
f. Menghitung hasil persentase persilangan dengan rumus, :
…./16 x 100%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Ikan mas berpigmen normal dikawinkan dengan ikan mas bergaris

kuning pada spinal dorsal

P :♀ DD >< dd ♂

F1 :

D D
d Dd Dd
d Dd Dd
Rasio genotip : 4 Dd

Rasio fenotip : 4 ikan mas berpigmen garis kuning pada spinal dorsal

Persentase : 100% ikan mas berpigmen garis kuning pada spinal dorsal.

Persentase fenotip dominan dan resesif yang muncul adalah

Fenotip dominan: 100%

Fenotipe resesif: 0%

2. Ikan guppy spina normal abu-abu dikawinkan dengan ikan guppy spina

bengkok blondi

P :♀ SnB >< Scb ♂

F1 :

Scb Scb

S SnSc SnSc

n Bb Bb

B
S SnSc SnSc

n Bb Bb

B
F2 : SnScBb >< SnScBb
SnB ScB Snb Scb
Sn SnB ScB Snb Scb

B SnB SnB SnB SnB


Sc SnB ScB Snb Scb

B ScB ScB ScB ScB


Sn SnB ScB Snb Scb

b Snb Snb Snb Snb


Scb SnB ScB Snb Scb

Scb Scb Scb Scb


Diketahui bahawa genotip ikan guppy spina normal blondi adalah Snb,

jadi dari persilangan tersebut yang menghasilkan genotip ikan guppy spina

normal blondi yaitu SnbSnb, SnbScb, dan SnbScb.

Ada 3 genotip yang menghasilkan genotip ikan guppy spina normal blondi:

3/16 x 100% = 18, 75%

Jadi yang didapatkan spina normal blondi sebesar 18,75%.

3. Ikan cupang (Siamese fighting fish) warna biru gelap dikawinkan dengan

warna hijau

P :♀ VV >< vv ♂

F1 :

V V

v Vv Vv

v Vv Vv

Rasio genotip : 4 Vv

Rasio fenotip : 4 ikan berwarna biru logam.

Persentase : 100% ikan berwarna biru logam


4. Ikan cupang biru mengkilat dikawinkan dengan ikan cupang hijau

P :♀ VV >< vv ♂

F1 :

V V

v Vv Vv

v Vv Vv

Rasio genotip : 4 Vv

Rasio fenotip : 4 ikan berwarna biru .

Persentase : 100% ikan berwarna biru.

Rasio progeny:

Ragam silangan Rasio genotip Rasio fenotip


SB (VV) x Hi (vv) Semua Vv Semua Bi(biru)
Persilangan tidak menghasilkan galur murni.

5. Ikan rainbow trout golden dipijahkan dengan ikan rainbow trout palomino

P :♀ G’G’ >< G’G ♂

F1 :

G’ G’

G’ G’G G’G

’ ’
G G’G G’G

Rasio genotip : 2 G’G’ dan 2 G’G

Rasio fenotip : 2 ikan rainbow trout golden dan 2 ikan rainbow trout palomino.

Persentase : 50% ikan rainbow trout golden dan 50% ikan rainbow trout

Palomino

Jadi, 50% yang merupakan golden adalah galur murni.

6. Ikan guppy GgCucu dikawinkan ikan guppy Ggcucu


P :♀ GgCucu >< Ggcucu ♂

F1 :

Gcu Gcu gcu gcu

GCu Gcu Gcu gcu gcu

GCu GCu GCu GCu


gCu Gcu Gcu gcu gcu

gCu gCu gCu gCu


Gcu Gcu Gcu gcu gcu

Gcu Gcu Gcu Gcu


gcu Gcu Gcu gcu gcu

gcu gcu gcu gcu


Rasio genotype: 2 GGCucu : 4 GgCucu : 2 ggCucu : 2 GGcucu : 4 Ggcucu : 2

ggcucu

Rasio fenotipe: 2 abu abu duri punggung normal : 4 abu abu duri

punggung normal : 2 emas duri punggung normal : 2 abu abu duri punggung

bengkok : 4 abu abu duri punggung bengkok : 2 emas duri punggung

bengkok.

Jadi perbedaan fenotip yang muncul ada 4 yaitu abu abu duri punggung

normal, emas duri punggung normal, abu abu duri punggung bengkok, dan

emas duri punggung bengkok.

7. Stok ikan molly didomestikasi dengan warna MMNn; MmNN; mmNN

Genotip MMNn (3 gen +).

Genotip MmNN (3 gen +).

Genotip mmNN (2 gen +).

Dengan aksi gen aditif meskipun terdapat jumlah gen plus yang sama

maka ikan-ikan tersebut masih dapat dibedakan fenotipnya, khususnya pada

usia muda. Pada usia dewasa (mature), maka bila genotip memiliki jumlah

gen plus sama akan memberikan fenotip yang sama.Genotip MMNn dan

MmNN memiliki jumlah gen plus yang sama maka akan memiliki fenotip yang
sama. Sedangkan mmNN memiliki jumlah gen plus berbeda sehingga akan

menghasil genotip yang berbeda dari genotip MMNn dan MmNN.

Fenotip yang muncul dari genotip MMNn dan MmNN yaitu hitam agak

gelap dan iris hitam, setelah dewasa semua hitam gelap dan sedangkan

fenotip yang muncul dari genotip mmNN yaitu bertitik-titik hitam, iris terang

setelah dewasa titik hitam menjadi lebih lengkap.

Pembahasan

Telah dilakukan praktikum dengan perhitungan hasil persilangan dalam

menentukan kasus yang terjadi pada genetika kualitatif ikan. Dengan

mengerjakan dan menjawab soal yang telah diberikan sebagai bahan dalam

praktikum ini maka akan diketahui bagaimana persilangan suatu jenis ikan

terjadi, serta dapat menentukan jenis ikan hasil persilangan serta menentukan

hasil yang terjadi pada genetika kualitatif ikan.

Genetic kualitatif merupakan salah satu keragaman pada individu yang

disebabkan oleh aksi beberapa pasang gen saja yang mempengaruhi

sifat/fenotip kualitatif. Pada ikan juga hewan lain, pewarisan kualitatif

menghasilkan beberapa kelas saifat yang bersifat diskret, atau dapat

dikategorikan dalam berbagai sifat yang berbeda (Westra, 1994).

Dari perhitungan pada kasus genetika kualitatif dari hasil nomor satu

bahwa Ikan mas berpigmen normal dikawinkan dengan ikan mas bergaris kuning

pada spinal dorsal menghasilkan 100% ikan dengan garis kuning pada spina

dorsal. Diketahui bahwa ikan mas bergaris kuning pada spina dorsal bersifat

dominan terhadap sifat lain, sehingga yang diperoleh yaitu persentase fenotip

dominan adalah 100% sedangkan persentase fenotip resesif adalah 0%.

Pada soal nomor dua diketahui bahwa, Ikan guppy spina normal abu-abu

dikawinkan dengan ikan guppy spina bengkok blondi. Persilangan ini merupakan

persilangan dihibrid, dimana persilangan menggunakan dua sifat yang beda.


Parental dari masing-masing induk adalah SnB dan Scb. Kemudian disilangkan

menghasilkan F1 berupa SnScBb. Lalu hasil F1 disilangkan kembali untuk

menghasilkan F2. Dari hasil persilangan F1 akan menhasilkan 16 individu yang

dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas fenotip, dengan rasio masing-masing 9 :

3 : 3 : 1. Ikan dengan spina normal blondi berjumlah 3 ikan yaitu dengan genotip

SnSnbb, SnScbb, dan SnScbb. Sehingga didapat bahwa persentase didapatkan

ikan dengan fenotip spina normal blondi adalah 18,75%.

Pada soal ketiga diketahui bahwa Ikan cupang (Siamese fighting fish)

warna biru gelap dikawainkan dengan warna hijau. Alel V bersifat dominan dan

alel v bersifat resesif. Sifat biru gelap pada alel tersebut dilambangkan dengan

alel D, sedangkan alel resesif adalah d yang menunjukkan ikan berwarna hijau.

Dari hasil perhitungan didapat bahwa semua ikan (100%) hasil keturunan

tersebut memiliki warna biru logam. Hal ini menunjukkan bahwa alel dominan D

lebih mendominasi gamet dibanding dengan alel d yang bersifat resesif pula,

sehingga dapat diketahui pasti bahwa gen dominan akan lebih sering muncul

pada keturunan hasil persilangan tersebut. Tetapi dalam kasus ini terdapat

pengecualian yaitu dimana alel Vv akan menghasilkan warna berupa biru logam,

dimana aksi tersebut disebut dengan dominan tidak lengkap (semi dominan).

Dominan tidak lengkap merupakan bentuk dominasi lain terjadi bila gen yang

dominan mengekspresikan dirinya lebih kuat dibandingkan dengan gen resesif,

namun tidak kuat betul sehingga fenotip heterosigonus tidak identik dengan

homosigonus dominan (Westra, 1994).

Pada soal nomor empat dijelaskan bahwa Ikan cupang biru mengkilat

dikawinkan dengan ikan cupang hijau. Persilangan tersebut sama seperti dengan

nomor tiga, dimana hasil yang didapat semua ikan (100%) berwarna biru. Ragam

silang yang terjadi yaitu SB (VV) x Hi (vv) yang akan menghasilkan rasio progeny

berupa rasio genotip semua Vv dan rasio fenotip semua Bi (biru).


Pada soal kelima dapat diketahui Ikan rainbow trout golden dipijahkan

dengan ikan rainbow trout palomino. Ikan dengan warna golden merupakan galur

murni. Dari hasil persilangan dihasilkan bahwa 50% ikan bewarna golden dan

50% ikan berwarna palmino. Sehingga dapat simpulkan bahwa 50% yang

merupakan golden adalah galur murni. Persilangan tersebut merupakan

persilangan alel gen aditif, hal tersebut terjadi bila tidak ada allele yang dominan,

namun memberikan kontribusi fenotip yang sama terhadap fenotip yang dengan

genotip heterosigous (Westra, 1994).

Pada soal keenam dapat diketahui bahwa Ikan guppy GgCucu

dikawinkan ikan guppy Ggcucu. Persilangan ini merupakanpersilangan aksi gen

ganda (dihibrid), dimana persilangan menggunakan dua sifat yang beda.

Parental dari masing-masing induk disilangkan untuk mendaptkan F1. Lalu hasil

F1 disilangkan kembali untuk menghasilkan F2. Dari hasil persilangan F1 akan

menhasilkan 16 individu yang dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas fenotip.

Rasio genotype yang terjadi pada persilangan tersebut yaitu 2 GGCucu : 4

GgCucu : 2 ggCucu : 2 GGcucu : 4 Ggcucu : 2 ggcucu. Sedangkan rasio

fenotipeyang dihasilkan yaitu 2 abu abu duri punggung normal : 4 abu abu duri

punggung normal : 2 emas duri punggung normal : 2 abu abu duri punggung

bengkok : 4 abu abu duri punggung bengkok : 2 emas duri punggung bengkok.

Jadi perbedaan fenotip yang muncul ada 4 yaitu abu abu duri punggung normal,

emas duri punggung normal, abu abu duri punggung bengkok, dan emas duri

punggung bengkok.

Pada soal ketujuh yang diketahui bahwa Stok ikan molly didomestikasi

dengan warna MMNn; MmNN; mmNN. Dalam domestifikasi ini, hal yang terjadi

yaitu aksi gen aditif, dimana aksi gen ini termasuk dalam aksi gen otosom ganda

seperti dihibrid, trihibrid, atau lebih. Tidak saja dipengaruhi oleh satu gen(gen
tunggal) tetapi oleh banyak gen yang berinteraksi dan masing-masing

memberikan kontribusinya terhadap ekspresi fenotip (Westra, 1994).

Genotip MMNn memiliki 3 gen +, genotip MmNN memiliki 3 gen +,

sedangkan mmNN memiliki 2 gen +. Dengan aksi gen aditif meskipun terdapat

jumlah gen plus yang sama maka ikan-ikan tersebut masih dapat dibedakan

fenotipnya, khususnya pada usia muda. Pada usia dewasa (mature), maka bila

genotip memiliki jumlah gen plus sama akan memberikan fenotip yang sama.

Jadi pada genotype MMNn dan MmNN yang memiliki jumlah gen plus sama (3

gen +) pada ikan dewasa tidak dapat dibedakan yaitu yang memiliki fenotip hitam

agak gelap dan iris hitam, setelah dewasa semua hitam gelap. Sedang pada ikan

genotip mmNN yang memiliki jumlah gen plus beda (2 gen +) memiliki perbedaan

dengan yang lain yang menghasilkan fenotip bertitik-titik hitam, iris terang setelah

dewasa titik hitam menjadi lebih lengkap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

fenotip yang muncul dari domestifikasi tersebut ada dua yaitu fenotip hitam agak

gelap dan iris hitam, setelah dewasa semua hitam gelap dan fenotip bertitik-titik

hitam, iris terang setelah dewasa titik hitam menjadi lebih lengkap.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam praktikum

anestesi dan pembedahan ikan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Persentase fenotip dominan dan resesif yang muncul pada persilangan ikan

mas berpigmen normal dikawinkan dengan ikan mas bergaris kuning pada

spinal dorsal menghasilkan 100% ikan dengan garis kuning pada spina dorsal.
2. Persentase yang didapatkan dari ikan dengan fenotip spina normal blondi

pada ikan guppy spina normal abu-abu yang dikawinkan dengan ikan guppy

spina bengkok blondi adalah 18,75%


3. Semua ikan (100%) hasil keturunan ikan cupang (Siamese fighting fish) warna

biru gelap yang dikawainkan dengan warna hijau memiliki warna biru logam.
4. Hasil persilangan ikan cupang biru mengkilat dengan ikan cupang hijau

adalah semua ikan (100%) berwarna biru. Ragam silang yang terjadi yaitu SB

(VV) x Hi (vv) yang akan menghasilkan rasio progeni berupa rasio genotip

semua Vv dan rasio fenotip semua Bi (biru)


5. Dari hasil persilangan antara ikan rainbow trout golden yang dipijahkan

dengan ikan rainbow trout palomino diperoleh hasil bahwa 50% ikan bewarna

golden dan 50% ikan berwarna palmino. 50% yang merupakan golden adalah

galur murni. Persilangan tersebut merupakan persilangan alel gen aditif, hal

tersebut terjadi bila tidak ada allele yang dominan, namun memberikan

kontribusi fenotip yang sama terhadap fenotip yang dengan genotip

heterosigous.
6. Dari persilangan ikan guppy GgCucu yang dikawinkan dengan ikan guppy

Ggcucu diperoleh hasil bahwa perbedaan fenotip yang muncul ada 4 yaitu

abu abu duri punggung normal, emas duri punggung normal, abu abu duri

punggung bengkok, dan emas duri punggung bengkok.


7. Fenotip yang muncul dari domestifikasi Stok ikan molly didomestikasi dengan

warna MMNn; MmNN; mmNN ada dua yaitu fenotip hitam agak gelap dan iris

hitam, setelah dewasa semua hitam gelap dan fenotip bertitik-titik hitam, iris

terang setelah dewasa titik hitam menjadi lebih lengkap.

Saran

Laboratorium
Melihat alat dan bahan perlengkapan laboratorium yang kurang memadai,

maka lebih baik jika laboratorium segera menyediakannya agar proses praktikum

dapat berjalan sesuai yang di inginkan.

Asisten

Achmad Fuad Fathurrahman Irwan Yusuf


DAFTAR PUSTAKA

Afiesh. 2013. Ikan Mas (Cyprinus carpio). http://afiesh.blogspot.com. Diakses


pada hari Selasa, 07 Oktober 2014 pukul 19:48 WITA

Hamid, H. Makalah Genetika Dasar. http://zaifbio.wordpress.com. Diakses pada


hari Selasa, 07 Oktober 2014 pukul 20:16 WITA

Hasyim, N. 2012. Ciri morfologi, morfometrik dan meristik pada ikan mas.
http://blognoviahasyim.blogspot.com. Diakses pada hari Selasa, 14
Oktober 2014 pukul 19:39 WITA

Kesuma, W, I. 2013. Kasus Genetika Kualitatif pada Ikan.


http://widiindrakesuma.blogspot.com. Diakses pada hari Selasa, 14
Oktober 2014 pukul 19:19 WITA

Magelang, A. 2013. Macam-macam Gambar Ikan Cupang Hias Ikan Cupang


Laga Ikan Cupang Aduan. http://azollamagelang.blogspot.com. Diakses
pada hari Selasa, 14 Oktober 2014 pukul 20:28 WITA

Razi, F. 2013. Budidaya Ikan Black Molly.


http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com. Diakses pada hari
Selasa, 14 Oktober 2014 pukul 21:03 WITA
Rizki, D. 2014. Ikan Guppy (Poecilia reticulate) . http://d-
guppies.blogspot.com/2014. Diakses pada hari Selasa, 14 Oktober 2014
pukul 20:03 WITA

Sholihah, A. 2013. Pembahasan Pisces. http://anifatussholihah142.blogspot.com.


Diakses pada hari Selasa, 14 Oktober 2014 pukul 20:47 WITA

Sugeng, 2011. Penjelasan Hukum Mendel (Biologi). http://garda-


pengetahuan.blogspot.com. Diakses pada hari Selasa, 14 Oktober 2014
pukul 19:04 WITA

Yuniardi, D. 2011. Potensi Perikanan. http://ekonomi.kompasiana.com. Diakses


pada hari Selasa, 07 Oktober 2014 pukul 20:05 WITA

Anda mungkin juga menyukai