Anda di halaman 1dari 26

ASPEK BIOLOGIS DAN BENTUK

ADAPTASI ORGANISME
INTERSTISIAL/MEIOFAUNA

MARHAYANA S., S.KEL, M.SI

A. DEFINISI
Meiofauna

atau organisme interstisial


adalah organisme/hewan yang hidup dalam
ruang di antara butir-butir sedimen.
Ruang antara butir atau partikel-partikel
sedimen
biasa
juga
disebut
ruang
interstisial.
Meiofauna meliputi seluruh hewan yang
lolos saringan ukuran 0,5 mm tetapi
tertahan oleh saringan 62 m.

Meiobenthos

meliputi hewan dan tumbuhan


seukuran meiofauna
Endobenthos organisme yang berukuran lebih
besar dari meiofauna yang dapat bergerak dan
hidup dalam sedimen.
Mesobenthos
merujuk
pada
organisme
meiofauna yang hidup dan bergerak dalam
ruang interstisial.
Epibenthos adalah organisme yang hidup pada
permukaan sedimen.

B. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN
1. Ukuran butir sedimen
Menentukan besarnya ruang interstisial yang
terbentuk.
Makin besar ukuran butir sedimen makin besar
volume ruang interstisial dan makin besar pula
organisme meiofauna yang bisa hidup didalamnya.
Merupakan
pembatas pergerakan organisme
meiofauna
Dapat membuat zonasi kecil berdasarkan ukuran
butir sedimen spt butir sedimen <125 m
didominasi organisme penggali spt Kinoryncha,
dan partikel di atas 125 m didominasi oleh
bentuk yang bergerak dalam ruang interstisial.

Ukuran

butir sedimen juga dapat mengontrol


kemampuan sedimen untuk menahan dan
mengalirkan air dalam ruang interstisial.
Meiofauna tergolong organisme aquatik shg
memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya.
Sirkulasi air dalam ruang interstisial sangat
penting untuk suplai oksigen, pd sedimen yang
kasar sirkulasi air bagus sebaliknya sedimen
halus sirkulasi air kurang shg dapat
menyebabkan
lapisan
anoksigen
dalam
sedimen.

Jumlah

maksimum organisme meiofauna


ditemukan pada ukuran butiran sedimen
antara 0,175 dan 0,275 mm, dan cenderung
tidak ada pada ukuran butir sedimen
dibawah 0,1 mm.
Selain ukuran butir sedimen, kandungan
mineral dalam sedimen juga menentukan
komposisi organisme meiobenhtos.

2. OKSIGEN TERLARUT
Seluruh

organisme membutuhkan oksigen


Seluruh
sedimen laut pada lapisan
permukaan memiliki oksigen yang cukup,
dibawah permukaan sedimen terdapat
lapisan yang betul-betul anoksigen dengan
komposisi kimia sedimen yang berbeda.
Ketebalan
lapisan
sedimen
yang
teroksigenasi tergantung beberapa faktor
diantaranya ukuran butir sedimen, jumlah
bahan organik , turbulensi air dan
metabolisme bakteri

3. SUHU
Menentukan distribusi organisme meiofauna.
Kisarannya lebih ekstrim di daerah pasang surut, dan
minimal di daerah subtidal dan di daerah pasang surut
pada kedalaman 10-15 cm dalam sedimen.
Lapisan permukaan sedimen suhunya dapat berubah
tergantung pada suhu udara, pengaruh angin dan
hujan, jumlah cahaya matahari yang memanaskan
permukaan sedimen, dan suhu air laut.
Di daerah temperate yang suhu dingin dan di daerah
kutub
suhu
permukaan
dapat
membekukan
permukaan air, beberapa organisme meiofauna telah
beradaptasi untuk bertahan hidup di daerah yang
beku tersebut (cth: turbelaria, gastrotricha, oligochaeta
dan kopepoda.

4. SALINITAS
Salinitas

dapat turun di daerah pasang


surut akibat runoff air tawar saat hujan.

Pada

lapisan sedimen sebelah dalam


salinitas cenderung stabil karena aksi
kapiler dari butir sedimen dan lapisan
sebelah atas selalu berubah salinitasnya.

5. AKSI GELOMBANG
Aksi

ombak terjadi di daerah pasang surut


dan dibawah pasang surut (sub tidal),
namun sangat dramatis di daerah pasang
surut.
Bergerak dan pecahnya ombak menyebabkan
resuspensi lapisan atas sedimen dan secara
musiman dapat memindahlan pasir dalam
jumlah besar.
Jika ombak pecah seluruh ruang antara
sedimen terporak poranda dan organisme
didalamnya juga bisa hilang atau pindah.

6. CAHAYA
Cahaya

jarang menembus lebih dari 5-15


mm kedalam sedimen sehingga tumbuhan
mikroskopik
terbatas
hanya
pada
permukaan sedimen sebelah atas saja.
Diatom pernah dilaporkan didapatkan pada
kedalaman lebih dari 15 mm.
Kebanyakan mikroflora dan meioflora hidup
menempel di permukaan butiran pasir dam
merupakan sumber makanan penting bagi
beragam meiofauna yang herbivora

C. KOMPOSISI KELOMPOK ORGANISME


INTERSTISIAL
Terdiri

dari beragam phyla avertebrata


Pada umumnya organisme meiofauna mirip
dengan kisaran ukuran mesoplankton dan
mikroplankton.
Phylum protozoa, klas ciliophora memiliki
kelimpahan spesies yang tinggi.
Klas turbellaria dari phylum platyhelminthes
juga melimpah yang diwakili oleh cacing
berbentuk rata, memanjang dan berukuran
kecil.

Beberapa

phyla hewan yg tidak begitu dikenal


seperti Gastrotricha, Kinorhyncha, Tardigrada,
dan Rotifera ukuran mereka yg memang kecil
masuks ebagai kelompok meiofauna.
Cacing Oligochaeta dan polychaeta anggota
dari phylum annelida juga banyak yang hidup
sebagai meiofauna dan cukup melimpah.
Crustacea yg meiofauna adalah harpacticoid
kopepoda, ostracoda dan beberapa kelompok
kecil lainnya seperti Mystacocarida.

Phyla

hewan yang berukuran besar


dan hidupnya menetap/sesile sgt
sedikit sbg meiobenhtos.

Kelompok

hewan yg sama sekali tdk


ada sbg meiobenthos adalah phyla
Phoronida,
Echiura,
Pogonophora,
Porifera, Ctenophora, Hemichordata
dan Chaetognatha

D. ADAPTASI MEIOFAUNA
Kondisi

lingkungan meiofauna yang dinamis,


sedimen sering mengalami resuspensi karena
hempasan ombak, shg meiofauna dapat
terangkat keluar ke dalam kolom air yg
banyak predatornya.
Mengatasi masalah diatas seluruh meiofauna
adalah berukuran kecil, memiliki badan yg
rata/pipih, memanjang untuk memudahkan
mereka bergerak dlm ruang interstisial.
Badan yang rata cocok untuk ruang yg sempit
dan memiliki luas permukaan yg besar untuk
memegang pada butir-butir sedimen.

Sbg

kompensasi dari bentuk tubuh yg kecil maka


meiofauna telah mengalami reduksi sejumlah
sistem organ badan spt polychaeta makrofauna
memiliki apparatus pharingeal yg kompleks
tetapi hilang pada spesies meiofauna.
Untuk bisa hidup pada lingkungan yg sering
mengalami
resuspensi,
meiofauna
telah
mengembangkan berbagai tipe dinding badan
seperti spikula pada ciliata dan turbellaria.
Pada hewan-hewan yang sangat kecil yg tidak
memiliki spikula namun memiliki kemampuan
gerak memanjang dan memendekan badan
dengan cepat menghindari pecahnya ombak.

Bentuk

adaptasi yg lain adalah dengan


tetap tinggal didalam ruang interstisial
agar tidak tersapu ombak. Kelompok ini
memiliki zat pelekat pada partikel sedimen
cth Cacing pipih dan Gastrotricha.
Bergerak naik dan turun di dalam sedimen,
hewan ini memiliki statocyst untuk
mendeteksi kedalaman melalui deteksi
gravitasi.

E. ADAPTASI REPRODUKSI
Ada

dua kelompok meiofauna yaitu meiofauna


yg bersifat sementara berupa juvenil dari
organisme
makrofauna,
dan
permanen
meiofauna yaitu organisme yg seluruh siklus
hidupnya sebagai meiofauna.
Meiofauna yg permanen ukurannya sangat
kecil, maka jumlah gamet yg bisa mereka
hasilkan juga sangat terbatas.
Makrofauna menghasilkan ratusan ribu telur
sedangkan meiofauna kurang dari 100 butir
telur per individu bahkan hanya berkisar
antara 1-10 butir telur.

Ketika

jumlah telur sedikit maka


hewan tersebut sulit menghindari
kehilangan akibat pemangsaan atau
bahkan akan hilang generasinya.
Organisme
yg
demikian
mengembangkan sejumlah adaptasi
untuk
bisa
memiliki
generasi
penerus.

Mereka
harus
menjamin
keberhasilan
fertilisasi/pembuahan sel telur oleh sel sperma,
melalui:
1. Transfer langsung sperma ke tubuh betina (spt:
kopepoda),
2. Membungkus sperma kedalam suatu unit tunggal
yang disebut spermatophora yg dilekatkan pada
tubuh (polychaeta dan acochlidiacea moluska).
3. Beberapa spesies adalah hermafrodit, dalam satu
tubuh terdapat kelamin jantan dan betina untuk
menjamin fertilisasi (gastrotricha, hydroid, dan
beberapa polychaeta).

SETELAH FERTILISASI TERJADI, MAKA


EMBRYONYA HARUS DILINDUNGI AGAR
BERHASIL MENJADI INDIVIDU DEWASA,
MEREKA MENGEMBANGKAN ADAPTASI:
Organisme

makrobenthos menghasilkan larva


planktonik, sedangkan meiofauna sangat
sedikit menghasilkan larva planktonik kecuali
meiofauna yang memiliki banyak telur.
Kebanyakan meiofauna memiliki perlindungan
embrio (brood protection) dimana telur yg
dibuahi disimpan pd tubuh hewan betina
hingga mereka bisa hidup mandiri (Cnidaria
dan gastrotricha)

BAGI YG TIDAK MEMILIKI BROOD


PROTECTION,
MEMILIKI
BENTUK
PENYELAMAT KHUSUS:
larva

yang ditetaskan memiliki zat pelengket


shg bisa melengket dg cepat pada sedimen.
Atau larva berada dalam suatu kepompong yang
melengket.
Pada
beberapa
kasus
mereka
tidak
menghasilkan larva planktonik dimana telur
menetas langsung menjadi juvenil
Atau mereka menghasilkan larva yg tidak
pelagis/tdk berenag bebas tetapi menetap pd
ruang interstisial.

INTERAKSI MEIOFAUNAMAKROFAUNA
Semula dianggap meiofauna merupakan suatu sistem
sendiri yg tidak ada hubungannya dgn makrofauna.
Biomassa meiofauna 1/5-1/10 biomassa makrofauna
Rasio meiofauna dan makrofauna mendekati 1:1 di
daerah lumpur pasang surut dan laut dalam yg
menandakan bawah meiofauna berperanan penting.
Karena ukurannya kecil, aktivitas metabolismenya
tinggi dan laju pembalikannya (turnover) besar shg
produktivitas perunit biomassa lebih tinggi dibanding
makrofauna

Makrofauna

pemakan deposit ternyata mereka


memakan juga meiofauna.
Juvenil
ikan salmon predator terhadap
meiobenthik.
Udang rumput Palaemonetes pugio tidak hanya
memakan organisme meiofauna tetapi juga
dapat mengontrol jumlah populasi dan struktur
komunitasnya
Ikan-ikan lainnya, khususnya stadia muda dari
ikan sebelah, ikan gobi, dan ikan belanak
terdapat sejumlah besar organisme meiofauna
dalam perut mereka yang mengindikasikan
bahwa meiofauna merupakan komponen penting
dari unsur makanan mereka

TUGAS

Anda mungkin juga menyukai