Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BIOLOGI LAUT

BENTUK ADAPTASI LINGKUNGAN, ENERGI DAN REPRODUKSI ORGANISME


YANG HIDUP DI SUBSTRAT LUNAK

Oleh :

Nama : Farahdiba Nurul Anugrah

Nim : L111 16 307

Kelas : Biologi laut A

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
 Adapatasi Lingkungan
Salah satu bentuk adaptasi lingkungan yang dilakukan adalah membuat lubang
ke dalam Lumpur. Ada dua keuntungan yang didapatkan dari organisme yang
beradaptasi seperti ini. Pertama, adalah dalam pengaturan osmosis. Keberadaan di
dalam lubang berarti mempunyai kesempatan untuk berhubungan dengan air
interstitial yang mempunyai variasi salinitas dan suhu lebih kecil dari pada air di
atasnya. Kedua, membenamkan diri ke dalam substrat berarti lebih kecil
kemungkinan organisme ini dimakan oleh pemangsa yang hidup di permukaan
substrat atau di kolam air. Adaptasi lingkungan lainnya adalah dengan cara bergerak
ke hulu atau ke hilir. Tingkah laku ini akan menjaga organisme tetap berada pada
daerah dengan kisaran toleransinya. Contohnya beberapa species kepiting seperti
Rajungan (Calinectessapidus), ikan belanak (Mugil mugil), Ikan bandeng dan lain-
lain.
Organisme yang mendiami substrat berlumpur sering kali beradaptasi dengan
membentuk rumbai-rumbai halus atau rambut atau setae yang menjaga jalan masuk
keruang pernapasan agar permukaan ruang pernapasan tidak tersumbat oleh
partikel lumpur. Organisme yang memiliki kemampuan adaptasi seperti ini adalah
kepiting estuaria, dan beberapa anggota dari Gastropoda. Adaptasi yang lain adalah
ukuran tubuh. Organisme estuaria umumnya mempunyai ukuran tubuh lebih kecil
dibandingkan dengan kerabatnya yang hidup dilaut. Contohnya adalah kepiting
(Ucha) yang memiliki ukuran kecil, hal ini terjadi karena sebagian besar energi yang
dimilikinya dipergunakan untuk beradaptasi menyesuaikan dengan kadar garam
lingkungan.
Adaptasi yang diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme adalah
berhubungan dengan keseimbangan ion cairan tubuh menghadapi fluktuasi salinitas
eksternal. Kemampuan osmoregulasi sangat diperlukan untuk dapat bertahan
hidup.Organisme yang memiliki kemampuan osmoregulasi dengan baik disebut
osmoregulator, contohnya Copepoda, Cacing Polychaeta dan Mollusca. Organisme
yang memiliki kemampuan osmoregulasi rendah disebut osmokonformer.
Kemampuan mengatur osmosis menurut beberapa ahli sangat dipengaruhi
olehsuhu. Di daerah tropic dengan suhu air lebih tinggi dan perbedaan suhu antara
air tawar dan air laut kecil, biasanya dihuni oleh species estuaria lebih banyak, dan
species lautan yang stenohalin dapat masuk lebih jauh ke hulu.
 Adaptasi makanan
Rantai makanan yang didefinisikan berdasarkan bentuk makanan atau
bagaimana makanan tersebut dikonsumsi : grazing, detritus dan osmotik. Fauna
diestuaria, seperti udang, kepiting, kerang, ikan, dan berbagai jenis cacing
berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai dan jaring makanan yang
kompleks (Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa
garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai
cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan
laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju
habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata
semi air, yaitu unggas air.
Ada dua tipe dasar rantai makanan:
1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan
2. Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme
(detrivora = organisme pemakan sisa) predator.
3. osmotik
Dari ketiga macam rantai makanan ini, akan mempengaruhi organisme satu
dengan lainnya. suatu rantai makanan adalah suatu kelompok organisme yang
melibatkan perpindahan energi dari sumber utamanya (cahaya matahari,
phytoplankton, zooplankton, larva ikan, ikan kecil, ikan besar, binatang menyusui).
Jenis dan variasi rantai makanan adalah sama banyak seperti jenis/spesies di antara
mereka dan tempat kediaman yang mendukung mereka.
Dalam bagian ini, diuraikan tiga bagian terbesar dalam rantai makanan yaitu:
phytoplankton, zooplankton, dan infauna benthic. Sebab phytoplankton dan
zooplankton adalah komponen rantai makanan utama dan penting, dimana bagian
ini berisi informasi yang mendukung keberadaan organisme tersebut. Sedangkan,
infauna benthic adalah proses yang melengkapi pentingnya rantai makanan di dalam
ekosistem pantai berlumpur. Selanjutnya, pembahasan ini penekananya pada
bagaimana mata rantai antara rantai makanan dan tempat berlindungnya (tidal flat;
pantai berlumpur).
Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan bakteri dan algae yang
kemudian menjadi sumber makanan penting bagi organisme pemakan suspensi dan
detritus. Suatu penumpukan bahan makanan yang dimanfaatkan oleh organisme
estuaria merupakan produksi bersih dari detritus ini. seperti ikan, kepiting, kerang,
dan berbagai jenis cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai
makanan yang kompleks.
Infauna didominasi oleh oleh annelida, crustacea dan moluska baik sebagai Tipe
makanan organisme substrat lunak
1. Umumnya berupa detritus
2. Beberapa diatom di permukaan membentuk lapisan  sumber makanan efektif
3. Plankton yang terbawa arus pasang surut
Infauna didominasi oleh annelida, crustacea dan moluska baik sebagai
suspension feeder atau sebagai filter feeder, Cadangan makanan dalam bentuk
glikogen. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa larva kepiting hanya
mengkonsumsi fitoplankton beberapa saat setelah menetas dan segera setelah itu
lebih cenderung memilih zooplankton sebagai makanannya Deposit feeder:
 Memakan sedimen sambil menggali/mengebor
 Terdapat banyak pada daerah lumpur
 Menggunakan kaki tabung, hanya di permukaan
Plankton feeder
 Menggunakan siphon panjang
 Polychaeta dengan tentakel lengket
 Polychaeta dengan lendir
Suspension feeder
 Menggunakan siphon
 Menggunakan tentakel/cilia
 Menggunakan jaring mukus  siput
 Menggunakan jaring  kepiting
 Adaptasi Reproduksi
Salah satuh contoh adaptasi reproduksi yaitu Meiofauna interstisial permanen
memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil, sehingga gamet yang dihasilkannya pada
suatu waktu terbatas jumlahnya. Produksi telur yang dihasilkan meiofauna hampir
selalu kurang dari 100 per individu dan biasanya antara satu dan sepuluh telur.
Karena jumlah telur yang dihasilkan sangat sedikit, maka suatu genus tak boleh
kehilangan banyak telur agar dapat menghasilkan generasi penerusnya. Untuk
dapat menjamin kelangsungan hidup generasinya, maka meiofauna telah
mempunyai berbagai strategi adaptasi, yaitu: 1) adaptasi yang menjamin terjadinya
fertilisasi dengan cara: (i) berkopulasi, dalam hal ini terjadi pemindahan sperma
langsung kepada meiofauna betina (misalnya pada Copepoda harpacticoid), (ii)
membungkus semua sperma dalam satu unit spermatophora dan melekatkannya
pada meiofauna betina, dengan demikian tersedia sperma untuk membuahi telur
yang dikeluarkan (misalnya pada Polychaeta), dan (iii) genus meiofauna yang
bersifat hermafrodit memiliki sistem jantan dan betina, sehingga dapat menjamin
fertilisasi (misalnya Gastrotricha dan Polychaeta); dan 2) adaptasi pemeliharaan
telur dan perlindungan anak-anaknya.
Selain itu, strategi adaptasi yang dikembangkan oleh meiofauna adalah
melengkapi perekat pada telur yang dikeluarkannya sehingga dengan cepat
menempel pada substrat atau terbungkus dalam kokon yang mudah melekat. Ketika
telur menetas mengeluarkan larva, maka larva tersebut tetap berada pada ruangan
antarbutiran sedimen karena larva yang dihasilkannya tidak bersifat planktonik.
Kebanyakan jenis kerang memiliki organ reproduksi terpisah dan dapat
dibedakan secara jelas Beberapa jenis ada yang hermaphrodit seperti Crassostera
spp. Ada juga yang memiliki gonad yang berfungsi sebagai ovarium dan testis pada
saat yang bersamaan (Tridacna sp.) Pemijahan biasanya dilakukan secara
eksternal. Telur yang telah dibuahi kemudian menjadi trocophore, kemudian
berkembang menjadi veliger yang bersifat planktonik dan beberapa minggu
kemudian bentuknya sudah menyerupai induknya, kemudian menetap pada substrat
tertentu. Reproduksi kepiting terjadi di luar tubuh. Kepiting betina biasanya segera
melepaskan telur sesaat setelah kawin. Betina memiliki kemampuan untuk
menyimpan sperma hingga beberapa bulan lamanya. Daur hidup kepiting meliputi
telur, larva (zoea dan megalopa), post larva atau juvenil, anakan dan dewasa. Larva
yang baru ditetaskan (tahap zoea) bentuknya lebih mirip udang dari pada kepiting.
Oligochaeta Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae =
rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit. Oligochaeta tidak memiliki
parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen. Contoh
Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah.Jenis cacing tanah antara lain
adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima),
cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster
longmani).Umumnya bersifat hermafrodit, tetapi cacingini tidak melakukan
pembuahan sendiri, melainkan secara silang. Alat kelamin jantan mengeluarkan
sperma dan diterima oleh klitelium cacing pasangannya.Pada saat bersamaan
klitelium mengeluarkan mukosa kemudian membentuk kokon. Sperma bergerak ke
alat reproduksi betina dan disimpan di reseptakel seminal. Ovumyang dikeluarkan
dari ovarium akan dibuahi oleh sperma. Selanjutnya, ovum yang telahdibuahi masuk
ke dalam kokon. Telur bersama kokon akan keluar dari tubuh cacing danmenjadi
individu yang baru.
Kebanyakan organisme intertidal hidup menetap atau bahkan melekat, sehingga
dalam penyebarannya mereka menghsailkan telur atau larva yang terapung bebas
sebagai plankton. Adaptasi reproduksi kedua yang diakibatkan oleh posisi intertidal
adalah bahwa hampir semua organisme mempunyai daur perkembangbiakan yang
seirama dengan munculnya arus pasang surut tertentu, seperti misalnya pada waktu
pasang purnama. Contohnya Mytilus edulis, gonad menjadi dewasa selama pasang
purnama dan pemijahannya berlangsung ketika pasang perbani. Pada Littorina
neritoides, telurnya diletakkan pada saat pasang purnama

Anda mungkin juga menyukai