Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT

PERCOBAAN II
UBUR-UBUR (SCYPHOZOA)

OLEH :

NAMA : IKHVA RISKIANI


STAMBUK : F1D120057
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN PEMBIMBING : RITA ISNAWATI

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makhluk hidup atau organisme, yang dalam bahasa Yunani merupakan

organon atau alat adalah kumpulan molekul-molekul yang saling mempengaruhi

sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi secara stabil dan memiliki sifat hidup.

Makhluk hidup adalah struktur biologis yang merespon perubahan lingkungan

atau dalam entitas tersendiri. Makhluk hidup memiliki organisasi biokimia

kompleks yang memungkinkan mereka untuk memproses zat dan memanfaatkan

energi untuk merespon perubahan di sekitar lingkungan hidup.

Cnidaria dikelompokkan dengan Ctenophora dalam filum Coelenterata,

akan tetapi setelah lebih disadari perbedaan mereka mengakibatkan mereka

diselesaikan pada filum yang terpisah. Cnidaria diklasifikasikan dibuat menjadi

empat kelompokan utama: Anthozoa yang sesil terdiri dari anemon laut, koral,

dan pena laut; serta Scyphozoa (ubur-ubur), Cubozoa (ubur-ubur kotak) dan

Hydrozoa yang ketiganya perenang, kelompokan beranekaragam yang termasuk

cnidaria cairan tawar dan juga cnidaria laut, dan memiliki berpihak kepada yang

benar anggota yang sesil seperti Hydra(genus) dan perenang berkoloni seperti

ubur-ubur kapal perang portugis. Staurozoa baru-baru ini diakui sebagai satu kelas

tersendiri dan bukan segi kelompokan Scyphozoa, dan benar perdebatan tentang

apakah Myxozoa dan Polypodiozoa merupakan cnidaria atau lebih tidak jauh pada

bilateria (hewan yang lebih kompleks).


Ubur-ubur salah satu spesies purba yang telah hidup sejak zaman

dinosaurus. Hewan air yang juga disebut Jelly Fish ini merupakan biota laut yang

tidak memiliki tulang belakang Secara fisik bentuknya ada kemiripin dengan

struktur fisik gurita, namun tentakel ubur-ubur lebih kecil, berserabut dan

bertubuh transparan. Karakteristik morfologi inilah yang membuat binatang dari

kelas Schypozoa ini terlihat begitu indah. Akan tetapi dibalik keindahan tersebut

juga ada bahaya yang bisa ditimbulkan. Ubur-ubur memiliki kemampuan

menyengat yang membahayakan manusia bahkan dapat berujung kematian. Oleh

sebab itu, dibeberapa lokasi wisata pantai yang dihuni oleh ubur-ubur beracun

akan diberi tanda larangan berenang.

Ubur-ubur adalah istilah yang merujuk untuk binatang tak bertulang

belakang dari kelas Schyphozoa yang kemudian juga disebut sebagai ubur-ubur

sejati. Disebut ubur-ubur sejati karena ada beberapa species lain yang juga disebut

ubur-ubur namun berasal dari kelas berbeda. stilah ubur-ubur digunakan untuk

menyebut kelompok satwa yang berada dalam kelas Schyphozoa. Adapun spesies

yang lebih spesifik biasanya akan diberi tambahan nama belakang, seperti ubur-

ubur meriam (Stomolophus meleagris) dan jelantang laut (Chrysaora

quinquecirrha). Berdasarkan uraian tersebut maka dilaksanakan praktikum hewan

pada ubur-ubur.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana mengetahui ciri

morfologi dan anatomi hewan pada ubur-ubur ?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang akan dicapai pada praktikum ini adalah mengetahui ciri

morfologi dan anatomi hewan pada ubur-ubur.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh pada praktikum ini adalah dapat mengetahui ciri

morfologi ciri morfologi dan anatomi hewan pada ubur-ubur.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Cnidaria

Nama Cnidaria diambil dari nama sel yaitu Cnidocytes yang

mengandung sel-sel penyengat yaitu nematocyts. Adanya sel penyengat

(nematocyts merupakan ciri khas dari phylum ini). Terdiri atas sekitas 9000

spesies Nama lain dari phylum ini adalah Coelenterata, tetapi jarang

digunakan. Cnidaria ditemukan kebanyakan di laut yang dangkal khususnya

pada suhu hangat dan daerah tropis., tidak ditemukan di darat. Koloni

hidroid selalu ditemukan menempel pada cangkang molluska, batu-batuan

dan hewan lain di daerah dangkal tetapi ada beberapa spesies yang dapat

ditemukan di daerah yang dalam. Medusa yang berenang bebas dapat

ditemukan di laut terbuka dan di danau. Cnidaria kadang-kadang hidup

bersimbiose dengan hewan lain, biasanya hidup menempel pada permukaan

tubuh hewan lain (Suartini, 2014).

B. Ubur-ubur (Scyphozoa)

Ubur-ubur (jellyfish) merupakan invertebrata laut yang termasuk

dalam filum Cnidaria (dahulu disebut dengan Coelenterata). Physalia physalis

merupakan salah satu jenis ubur-ubur dari kelas Hydrozoa. Physalia physalis

inilah yang banyak ditemukan di pantai selatan Indonesia seperti pernah

ditemukan di Pantai Papuma Jember. Indonesia ini merupakan salah satu

negara yang memiliki faktor resiko yang tinggi karena letak Indonesia yang
terbuka dengan Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Envenomasi toksin

Physalia physalis ini sangat berbahaya karena bersifat kardiotoksik,

neurotoksik, muskulotoksik, menyebabkan nyeri kutaneus, dan transpor ion

melewati membran plasma menjadi abnormal serta dapat menimbulkan

kematian bagi penderitanya. Karena frekuensi terjadinya sengatan Physalia

physalis meningkat, penulis ingin mengetahui derajat kekuatan dari toksin ini

melalui salah satu aktivitas fisiologik seperti aktivitas hemolitik dari sel–sel

darah. Dengan mempelajari aktivitas hemolitik dari toksin ini, dapat

mengetahui efek toksin terhadap sel darah dan besar konsentrasi yang

membuat sel darah menjadi lisis sehingga dapat membantu untuk mengetahui

komponen toksin dari penelitiannya. Komponen toksin ini dibutuhkan untuk

pengembangan antitoksin lebih lanjut sehingga dapat digunakan sebagai

perawatan terhadap sengatan dari Physalia physalis (Hellen, 2011).

Ubur-ubur atau Scyphozoa merupakan koelen terata yang hidup dilaut

baik dalam bentuk polip yang melekat didasar maupun berenang bebas

dalam bentuk medusa. Tubuhnya lunak seperti gelatin, transparan, dan

mengandung banyak air. Phylum coelenterate merupakan hewan tingkat

rendah yang memiliki jaringan ikat yang terdiri dari dua lapisan dan dua

bentuk polip yang berbentuk tabung. Satu ujung tertutup dan merupakan

tempat untuk melekat pada subtract sedang lainnya dengan mulut yang

terletak ditengah-tengah biasanya dikelilingi oleh tentakel lunak, sedangkan

medusa merupakan individu yang berenang bebas dengan tubuh seperti

gelatin, bentuk yang mirip payung dan memiliki mulut yang menonjol
ditengah pada daerah cekung bawah. Sengatan ubur-uburyang berbahaya

pernah terjadi yang di prediksi disebabkan oleh Chrysaora quinquecirhha dan

Physalia physalis (Junaidi dkk., 2015).

C. Sistem Pencernaan Makanan

Sistem pencernaan ubur-ubur terdiri atas pencernaan intrasel dan

ekstrasel. Pada pencernaan ekstrasel, flagel akan menyapu zooplankton yang

melekat atau terkumpul di bawah tubuh dan selanjutnya akan ditangkap

oleh tangan mulut untuk dimasukkan ke dalam mulut yang mana bulu-bulu

getar yang berada pada tangan mulut cukup selektif untuk memilih

makanan. Setelah bahan makanan dapat maka kemudian akan dimasukkan ke

dalam rongga gastrovaskuler melalui manbrium. Di dalam rongga tersebut,

makanan yang belum mati akan dilumpuhkan oleh nematokist, yang

selanjutnya makanan akan dicerna dengan bantuan enzim yag dihasilkan oleh

sel-sel kelenjar. Berbeda pada ekstrasel, pada pencernaan intrasel zat pada

pencernaaan zat makanan yang belum berubah bentuk menjadi molekul

makanan.molekul sederhana akan dicerna lebih lanjut di dalam vakuola

makanan (Rahmadina, 2019).

D. Siklus Hidup

Siklus hidup ubur-ubur terbagi menjadi dua bagian, yaitu bentuk

aseksual berupa polip dan bentuk seksual berupa medusa. Organ reproduksi

terletak di dalam gastrodermis. Dalam proses reproduksinya, ubur-ubur jantan

mengeluarkan sperma melalui mulut lalu dikeluarkan ke air, sperma masuk


ke dalam mulut betina dan terjadi fertilisasi. Pembelahan menghasilkan

blastula berlekuk, kemudian menjadi larva planula. Planula keluar dari tubuh

betina ke air utuk menempelkan tubuhnya pada karang di dasar laut dan

tumbuh menjadi larva polip yang disebut scyphistoma. Scyphistoma

menggunakan tentakelnya untuk mencari makan berupa organisme

mikroskopis. Scyphistoma dapat memperbanyak diri dengan reproduksi

aseksual. Medusa terbentuk dari pembelahan transversal ujung oral

scyphistoma, yang disebut stobilisasi, kemudian terbentuk setumpuk medusa

muda yang disebut epifera. Kemudian medusa muda melepaskan diri dan

berenang bebas. Dalam beberapa minggu, epifera akan tumbuh menjadi

ubur-ubur dewasa yang disebut medusa dan menyelesaikan siklus hidupnya.

Setelah strobilisasi selesai, scyphistoma akan tumbuh menjadi polip lagi

untuk kemudian membentuk epifera pada tahun berikutnya (Intansari, 2019).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Oktober 2021 pukul

07.30-selesai WITA dan bertempat di Laboratorium Biologi unit Ekologi,

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Halu Oleo.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel

1.

Tabel 1. Bahan dan Kegunaan


No Bahan Kegunaan

1 2 3
1 Ubur-ubur (scypozoa) Sebagai objek pengamatan

2 Tissue Untuk membersihkan residu bahan

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Kegunaan


No Alat Kegunaan

1 2 3
1 Cutter/pisau bedah Untuk membelah obek pengamatan
2 Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
3 sterofom Untuk menyimpan ubur-ubur
D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Karakter specimen berdasarkan ciri-ciri morfologi diamati,

digambar dan dideskripsikan

2. Specimen dibedah menggunakan cutter atau pisau bedah

3. Mengamati anatomi hewan uji

4. Mencatat hasil pengamatan

5. Mendokumentasikan hasil penagamatan


DAFTAR PUSTAKA

Suartini M., 2014, Modul Mata Kuliah Taksonomi Invertebrata (Phylum


Cnidaria), Laboratorium Taksonomi Hewan Universitas Udayana, Bali.

Junaidi, Rudi K., Silvia U. dan Tri W., 2015, Rancang Bangun Mesin Penepung
Ubur-ubur, Jurnal ELKHA, 7(2): 43

Hellen S.H., 2011, Skripsi Efek Toksin Ubur-ubur Berbagai Kosentrasi Terhadap
Hemolisis Eritrosit Manusia, Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

Rahmadina, 2019, Buku Biologi Taksonomi Invertebrata, Medan.

Intansari A., 2019, Skripsi Potensi Ekstrak Etanol Kakao (Theobroma Cacao L.)
Dalam menghambat Kerusakan Eritrosit Yang Diinduksi Racun Physalia
Utriculus Secara In Vitro, Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai