Model Pemangsa-Mangsa
Pada Bab ini akan dipelajari model matematis dari masalah dua spesies hidup
dalam habitat yang sama, yang dalam hal ini keduanya berinteraksi dalam hubungan
pemangsa dan mangsa.
Dari sifat hubungannya dan keadaan populasi kedua spesies tersebut, maka
kita akan memperkirakan bagaimana populasi kedua spesies diwaktu yang akan
datang.
Apabila populasi pemangsanya lebih sedikit dibanding dengan populasi
mangsa, maka populasi mangsanya berkembang lebih cepat. Hal ini akan
mengakibatkan sumberdaya alam yang dimakan oleh mangsa akan lebih cepat
berkurang daripada kecepatan pertumbuhannya.
Sebaliknya apabila populasi pemangsanya jauh lebih besar dibanding dengan
populasi mangsa, maka populasi mangsanya semakin cepat berkurang (dibanding
pertumbuhannya), bahkan lama-kelamaan akan menunju kepunahan. Ini akan
berakibat pula populasi pemangsanya akan berkurang juga dan juga lama kelamaan
akan punah.
Contoh 1.
Sebagai contoh 2(dua) spesies yang interaksi kehidupannya dipandang sebagai
pemangsa dan mangsa adalah (i) serigala dan kelinci, (ii) ular dan tikus sawah, (iii)
cicak dan nyamuk, (iv) ikan dan plankton (lumut), (v) dan sebagainya.
1
Gambar 1. Serigala dan kelinci
Pada Gambar 1, diberikan serigala dan kelinci yang hidup dalam suatu habitat
tertutup. Untuk kelangsungan hidupnya serigala memakan mangsa, sedangkan kelinci
memakan makanan lain yang ada di alam sekitarnya (misal rumput-rumputan)
2
Gabungan antara kedua hal di atas memberikan laju pertumbuhan populasi
mangsa.
Secara matematis dapat dinyatakan sebagai
dx dx
~ x dan ~ - xy
dt dt
memberikan
dx
= ax - bxy .. (2)
dt
dihambat
dx
= ax - bxy
dt
laju pertumbuhan mangsa pertumbuhan mangsa interaksi mangsa dan pemangsa
Ruas kiri :
dx
menyatakan laju pertumbuhan mangsa
dt
Ruas kanan :
x menyatakan populasi mangsa
xy menyatakan interaksi populasi mangsa dan pemangsa
Tanda - menyatakan bahwa laju pertumbuhan mangsa dihambat (berkurang)
karena adanya interaksi mangsa dan pemangsa.
Selanjutnya perhatikan,
Dalam hal y = 0 (tidak ada pemangsa), maka diperoleh persamaan diferensial (1),
yang berarti bahwa populasi mangsa tumbuh secara tak terbatas.
Secara matematis,
3
dy
~ y atau
dt
dy
= - cy .... (3)
dt
c : tetapan kesebandingan atau tetapan peluruhan pemangsa
Cobalah Anda jelaskan setiap suku dalam ruas kiri dan ruas kanan dari (4) seperti
yang telah dijelaskan di atas dalam (i).
Oleh karena mangsa dan pemangsa hidup dalam habitat yang sama, maka
model matematis dari masalah pemangsa dan mangsa merupakan gabungan antara (2)
dan (4), yaitu
dx
dt ax bxy
dy ... (5)
cy dxy
dt
Sesuai dengan observasi yang dilakukan, pada awal observasi ditentukan populasi
mangsa dan pemangsa :
Populasi awal dari hasil observasi ini merupakan syarat awal dari (5), yaitu
4
x(t0) = xt0 dan y(t0) = y t0 ...(5)
atau untuk mudahnya,
x(0) = x0 dan y(0) = y0. ...(5)
Perhatikan bentuk model matematis masalah (5) dengan syarat awalnya seperti
ditulis di atas.
Dilihat dari bentuknya, (5) merupakan suatu
sistem persamaan diferensial (atau secara lengkap disebut dengan sistem
persamaan diferensial) non linear orde satu (dengan koefisien tetapan)
Di sini dikatakan non linear karena adanya suku non linear, yaitu xy dan xy.
Bentuk (5) dilengkapi dengan syarat awal (5) atau (5) disebut dengan sistem
persaman diferensial dengan syarat awal.
Sistem persamaan diferensial (5) di atas disebut juga dengan Model Matematis
Masalah Pemangsa dan Mangsa (Predator and Prey) atau singkatnya Model
Pemangsa Mangsa atau dapat juga disebut Model Mangsa Pemangsa. Sistem
persamaan diferensial (5) tersebut sering disebut juga dengan persamaan Lotka-
Volterra.
5
(1)Titik kritis
Nyatakan sistem persamaan (5) sebagai
dx
dt f ( x, y )
dy ... (6)
g ( x, y )
dt
dengan f(x) = ax bxy dan g(x,y) = -cy + dxy
Dari (i) dan (ii) diperoleh titik kritisnya yaitu (0,0) dan (c/d, a/b)
a by bx
J =
dy c dx
6
Nilai eigen matriks tersebut adalah i ac dan i ac , yaitu berupa dua bilangan
kompleks (dengan bagian real yang sama) berbeda tanda.
Dalam hal ini titik kritis (c/d, a/b) berjenis pusat, bersifat stabil
Yang dipertimbangkan selanjutnya adalah titik kritis kedua yaitu yang memberikan
kestabilan sistem.
Memberikan,
a ln |y| by = -c ln |x| + dx + K (K : tetapan pengintegralan)
Persamaan terakhir memberikan penyelesaian (implisit) yaitu:
y a xc
K ..... (7)
eby dx
Pada persamaan di atas, K merupakan parameter.
Persamaan (7) di atas disebut dengan trayektori (atau disebut juga potret) dari x(t) dan
y(t) pada bidang fase xy.
Dinamika sistem :
Perilaku hubungan pertumbuhan x(t) dan y(t) dari sistem persamaan (5)
merupakan bagian pembahasan dinamika sistem. Untuk mengetahui pembahasan
secara menyeluruh yang berhubungan dengan dinamika sistem, termasuk klasifikasi
jenis titik kritis serta kestabilannya, Anda dapat mempelajarinya dalam literatur yang
di dalamnya dibahas materi-materi tersebut.
7
Di dalam Bab ini pembahasan terbatas hanya pada penentuan titik kritis
berikut visualisasi pertumbuhan x(t) dan y(t) serta hubungan pertumbuhannya pada
bidang fase.
Contoh 1
Diberikan sistem persamaan (5) dengan
a = 0,5 ; b = 0,01 ; c = 0,5 ; d = 0,01
Kita ketahui bahwa pada titik kritis pertama, nilai eigennya adalah dua bilangan real
yang sama yatu 0,5. Terhadap titik kritis ini sistem adalah tidak stabil.
Pada titik kritis kedua, nilai eigennya adalah i 0,25 dan - i 0,25 . Terhadap titik
kritis kedua tersebut sistem adalah stabil.
Grafik trayektori pada bidang fase xy diberikan pada Gambar 1. di bawah ini.
8
Pada gambar 2 tersebut diberikan grafik trayektori untuk 4 buah parameter K yang
berbeda.
Contoh 2.
Dengan x(t) : populasi kelinci (sebagai mangsa)
y(t) : populasi serigala (sebagai pemangsa)
dan pada awalnya terdapat 80 ekor kelinci dan 100 ekor serigala.
Dengan melihat kembali (5), maka dalam contoh ini kita ketahui bahwa
a = 0,5 ; b = 0,01 ; c = 0,5 ; d = 0,01
Kita ketahui dari contoh 1, titik kritis pertama adalah (0,0) sedangkan titik kritis
kedua adalah (50, 50).
9
Gambar 3 . kurva pertumbuhan populasi kelinci dan serigala, padaawalnya terdapat
80 ekor kelinci dan 100 ekor serigala
Pada Gambar 3 di atas terlihat bahwa pertumbuhan x(t) (yaitu kelinci) dan y(t) (yaitu
serigala) mengikuti pertumbuhan sinusoidal secara periodik. Hal ini karena
matriksnya adalah mempunyai nilai eigen bilangan kompleks.
(ii) Sedangkan populasi serigala pada awalnya 100 ekor, naik mencapai populasi
maksimal 112 ekor (pada saat yg sama populasi kelinci adalah 48 ekor). Selanjutnya
turun sampai mencapai 16 ekor (pada saat yang sama populasi kelinci adalah 51
ekor). Kemudian naik lagi sampai mencapai populasi maksimal 112 ekor. Demikian
seterusnya populasinya menurun dan naik secara periodik.
Secara lebih jelas perilaku pertumbuhan tersebut dapat dilihat dalam diagram bidang
fase sebagai berikut:
10
II I
(50,50)
III IV
Gambar 4. Bidang fase : Potret hubungan pertumbuhan pop kelinci dan pop
serigala
Lengkungan (di sini disebut dengan trayektori) tertutup dalam gambar 4 di atas
merupakan potret hubungan pertumbuhan populasi kelinci dan populasi serigala yang
disajikan dalam bidang fase. Pada bidang fase tsb, sumbu mendatar menyatakan
populasi kelinci, sedangkan sumbu tegak menyatakan populasi serigala.
Berdasarkan titik kritis yang diperoleh yaitu (50,50), bidang fase tersebut terbagi
menjadi 4 daerah atau kuadran, yaitu kuadran I, II, III, dan IV.
Terlihat pada Gambar 4 di atas, dengan melihat arah panah dan kurvanya dapat
diperiksa bahwa pada,
Kuadran I : populasi kelinci menurun, populasi serigala naik,
Kuadran II : populasi kelinci dan populasi serigala menurun
Kuadran III : populasi kelinci naik, populasi serigala menurun
Kuadran IV : populasi kelinci dan populasi serigala naik.
Contoh 3.
Pada contoh ini diberikan bahwa model matematis masalahnya adalah sama dengan
contoh sebelumnya. Akan tetapi syarat awalnya berbeda yaitu :
Untuk t = 0, populasi kelinci 100 ekor, populasi serigala 80 ekor.
Diperoleh bahwa grafik kurva pertumbuhan kedua populasi adalah sebagai berikut:
11
Gambar 5 . kurva pertumbuhan populasi kelinci dan serigala, dengan awalnya
terdapat 100 ekor kelinci dan 80 ekor serigala
Terlihat pada Gambar 5 di atas bahwa seperti pada contoh 3 sebelumnya, pada
awalnya populasi serigala naik dan populasi kelinci menurun. Populasi maksimal dan
minimal kedua populasi juga sama yaitu 112 (ekor) dan 16 (ekor).
Contoh 4.
Pada contoh ini model matematis yang diberikan juga sama, dengan syarat awal yang
berbeda juga, yaitu
Populasi kelinci 40 ekor (jauh lebih kecil dari contoh sebelumnya) dan
populasi serigala adalah 100.
Grafik kurva pertumbuhan kedua populasi yang diperoleh adalah sebagai berikut:
12
Gambar 6 . kurva pertumbuhan populasi kelinci dan serigala, dengan awalnya
terdapat 40 ekor kelinci dan 100 ekor serigala
Dalam hal ini populasi maksimal yang dapat dicapai oleh kedua populasi adalah 100
ekor (lebih kecil daripada pada Contoh sebelumnya), sedangkan populasi minimalnya
adalah 19 ekor (lebih besar daripada pada Contoh sebelumnya).
Pada gambar terlihat bahwa pada awalnya kedua populasinya menurun. Populasi
kelinci lebih dahulu mencapai populasi minimal (yaitu 19), juga dalam mencapai
populasi maksimalnya (yaitu 100).
I IV
(50,50)
II III
Gambar 7. Bidang fase : Hubungan pertumbuhan populasi kelinci dan populasi serigala
13
Sedangkan hubungan pertumbuhan kedua populasi diberikan pada Gambar 7 di atas.
Terlihat bahwa bentuk trayektorinya sama seperti sebelumnya, berbeda dalam
populasi maksimal dan minimalnya.
Di sini, kuadran I (awal pertumbuhan) letaknya berbeda dengan contoh sebelumnya.
Contoh 5.
Model sama, pada awalnya populasi kelinci sama dengan populasi serigala yaitu 60
ekor
Dalam hal ini populasi maksimal dan minimal yang dapat dicapai oleh kedua
populasi adalah 64 ekor dan 38 ekor.
Gambar 8. kurva pertumbuhan populasi kelinci dan serigala, dengan awalnya terdapat
60 ekor kelinci dan 60 ekor serigala
Pada gambar 8 terlihat bahwa pada awalnya populasi serigala naik dan populasi
kelinci menurun. Dengan demikian, susunan setiap kuadrannya diberikan pada
gambar di bawah ini.
II I
III IV
Gambar 7. Bidang fase : Hubungan pertumbuhan populasi kelinci dan populasi serigala
14
Ragam lain model matematis pemangsa dan mangsa
Perhatikan kembali model matematis masalah mangsa dan pemangsa yang telah
dipelajari, yaitu (5). Model matematis (5) tersebut sering disebut dengan model dasar
dari masalah pemnagsa dan mangsa. Disamping model dasar tersebut terdapat ragam
lain dari model matematis pemangsa dan mangsa, yaitu
dx / dt ax bx 2 cxy
dy / dt dy ey fxy
2
Pada model matematis tersebut, tanpa adanya interaksi kedua spesies tumbuh atau
meluruh menurut fungsi logistik. Oleh karena itu model ini disebut dengan model
logistik pemangsa dan mangsa. Selain model tersebut, masih terdapat banyak lagi
ragam model hubungan mangsa dan pemangsa dalam bentuk lanjut.
Latihan
Bagian A.
Cicak dan nyamuk hidup bersama dalam habitat tertutup. Pada awalnya
populasi nyamuk dan cicak masing-masing adalah 100 ekor dan 40 ekor.
Ditinjau dari sisi populasi nyamuk :
Apabila tak ada cicak, populasi nyamuk tumbuh dengan tetapan laju
pertumbuhan pertumbuhan sebesar 0,04. Apabila ada cicak, pertumbuhan populasi
nyamuk menurun dengan tetapan laju peluruhan sebesar 0,02.
Dari sisi populasi cicak :
Apabila tak ada nyamuk, populasi cicak meluruh (menurun) dengan tetapan
laju peluruhannya sebesar 0,8. Apabila ada nyamuk, pertumbuhan populasi cicak naik
dengan tetapan laju pertumbuhannya sebesar 0,01
15
Dari perhitungan diperoleh bahwa :
populasi maksimal dan minimal nyamuk masing-masing adalah 138 dan 41,
populasi maksimal dan minimal cicak masing-masing adalah 42 dan 7.
Nyatakan letak titik kritis, arah trayektori, kemudian nyatakan letak kuadran I, II, III,
dan IV pada bidang fase dari trayektori yang diperoleh di bawah ini :
Pada gambar di atas, sumbu mendatar : populasi nyamuk dan sumbu tegak : populasi
cicak
Bagian B.
Petunjuk : Pilihlah satu jawaban yang benar.
16
1.Tanpa adanya Q populasi P akan tumbuh tanpa batas
Model matematis masalah populasi P adalah
A. dp/dt = -ap
B. dp/dt = ap
C. dq/dt = -ap
D. dq/dt = ap
(a : tetapan positif)
2. Dengan model matematis masalah pada soal nomor 1 diatas, model matematis
penyelesaiannya adalah
A. p(t) = Ceat
B. p(t) = Ce-at
C. q(t) = Ceat
D. q(t) = Ce-at
(C : tetapan)
3. Dengan adanya Q, populasi P akan terhambat karena adanya interaksi antara P dan
Q Model matematis masalah populasi P adalah
A. dp/dt = -aq + bpq
B. dp/dt = aq - bpq
C. dp/dt = ap bpq
D. dp/dt = -ap + bpq
(a, b : tetapan positif)
5. Dengan model matematis masalah pada soal nomor 4 diatas, model matematis
penyelesaiannya adalah
A. p(t) = Ced.t
B. p(t) = Ce-d.t
C. q(t) = Ce d.t
D. q(t) = Ce-d.t
(C : tetapan)
17
7. Oleh karena P dan Q hidup dalam habitat yang sama, maka model matematis
pertumbuhan P dan Q adalah
dp / dt ap bp 2 cpq
A.
dq / dt dq eq fpq
2
dp / dt ap bp 2 cpq
B.
dq / dt dq eq fpq
2
dp / dt ap bpq
C.
dq / dt cq dpq
dp / dt ap bq
D.
dq / dt cp dq
(a, b, c, dan d : tetapan positif)
8. Dari bentuk matematisnya, model matematis masalah pada soal nomor 7 berupa
A. Sistem persamaan diferensial biasa orde satu non linear
B. Sistem persamaan diferensial biasa orde satu linear
C. Sistem persamaan diferensial biasa orde dua non linear
D. Sistem persamaan diferensial biasa orde dua linear
9. Yang dicari pada model matematis masalah pada soal nomor 7 adalah
A. a, b, c, dan d
B. p(t) dan q(t)
C. dp/dt dan dq/dt
D. matriks Jacobian
10. Model matematis masalah yang diperoleh pada soal no 1 s/d no 7 di atas disebut
dengan
A. Model kerjasama dua spesies
B. Model mangsa pemangsa
C. Model kompetisi dua spesies
D. Model saling menyerang dua spesies
11. Titik kritis pertama dan kedua dari sistem persamaan di atas adalah
A. (0,0) dan (100,60)
B. (0,0) dan (80, 20)
C. (0,0) dan (20,20)
D. (0,0) dan (20, 60)
18
12. Matriks Jacobian J dari sistem persamaan di atas adalah
0,02 x 0,4 0,02 y
A.
0,2 0,01x 0,01y
0,02 x 0,02 y
C.
0,2 0,01y
19
x(t) menurun dan y(t) naik maka susunan setiap kuadran adalah
A. B.
C. D.
A. B.
C. D.
20
A. B.
C. D.
C. D.
21