Anda di halaman 1dari 9

REVIEW JURNAL

PEMODELAN MATEMATIKA

Dosen Pengampu:
Dr. I Gede Suweken, M.Sc.
Putu Kartika Dewi, S.Pd., M.Sc.

Oleh:
I Putu Dimas Fajar Doniartha
2013011083
5A Pendidikan Matematika

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2022
Judul Kestabilan Populasi Model Lotka-Volterra Tiga Spesies dengan Titik
Kesetimbangan.
Penulis Ritania Monica, Leli Deswita, dan Rolan Pane
Sumber JOM FMIPA
Volume, Nomor, Vol. 1, No. 2, Hal. 133-141.
Halaman
Tahun 2014.
Reviewer I Putu Dimas Fajar Doniartha
Tanggal 29 November 2022.
Tujuan Untuk mengetahui kestabilan populasi pada model Lotka-Volterra tiga
spesies.
Abstrak Artikel ini membahas stabilitas populasi dalam model Lotka-
Volterra dengan tiga spesies. Kekuatan pada titik ekuilibrium dan
bidang koordinat tercakup dalam pembahasan menggunakan
analisis linier. Setelah itu, beberapa contoh numerik ditampilkan.
Pendahuluan Para ilmuwan menjadi semakin tertarik untuk mempelajari dan
meneliti berbagai masalah lingkungan seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan. Model Lotka-Volterra, yang mempelajari
pemangsa mangsa, adalah salah satu dari banyak masalah ilmiah
dan teknologi yang dapat dijelaskan dalam persamaan
matematika. Sistem ini memperhitungkan interaksi keduanya,
yang diperkenalkan secara terpisah oleh Alfred J. Lotka dan Vito
Volterra sekitar tahun 1920. Rantai makanan merupakan interaksi
yang mempengaruhi masing-masing spesies. Proses penyimpanan
energi makanan dari sumber daya tumbuhan melalui tahapan
makan dikenal dengan nama rantai makanan. Hantu ular-tikus-
burung merupakan ilustrasi rantai makanan. Model Lotka-
Volterra tradisional, yang menggabungkan sistem reduksi
diferensial, adalah model predator-predator yang terkenal.
Model Lotka- Dalam model Lotka-Volterra, dua spesies yang berinteraksi
Volterra bersaing satu sama lain untuk mendapatkan makanan atau sumber
daya alam lainnya. Model Lotka-Volterra klasik, model dua
spesies, memiliki sistem persamaan diferensial berikut:
dx
=hx−ixy …(1)
dt
dy
=− jy +kxy … ( 2 )
dt
Dimana:
x ( t ): jumlah populasi mangsa pada waktu t
y ( t ) : jumlah populasi pemangsa pada waktu t
h : laju pertumbuhan alami mangsa tanpa adanya pemangsa
i : pengaruh predasi terhadap mangsa
j :laju kematian alami pemangsa tanpa adanya mangsa
k : laju penyebaran pemangsa.
Dalam model Lotka-Volterra tradisional, dua spesies bersaing
satu sama lain untuk mendapatkan makanan dalam jumlah
terbatas, yang diperoleh dari lingkungan. Persamaan integral
digunakan untuk menyelesaikan persamaan (1) dan (2) menjadi:
dy y (− j+kx )
= …( 3)
dx x (h−iy)
Dengan mengintegralkan kedua ruas pada persamaan (3),
diperoleh:
h ln y−iy + j ln x−kx =C
Dimana:
C : konstanta integrasi.
Dalam model predator-predator tiga spesies yang disajikan,
spesies x adalah mangsa terendah yang dikonsumsi spesies y pada
tingkat kedua. Selain itu, spesies z memangsa spesies y pada level
tertinggi. Model tiga spesies Lotka-Volterra dibuat dengan
mempertimbangkan faktor lingkungan dan populasi lainnya.
Persamaan (1) dan (2) diubah, persamaan ketiga ditambahkan
untuk memperhitungkan spesies ketiga, dan beberapa asumsi
dibuat untuk membuat model Lotka-Volterra tiga spesies. Asumsi
yang dibuat antara lain:
1. Model yang digunakan adalah model interaksi tiga spesies
yang terdiri dari spesies mangsa, pemangsa pertama, dan
pemangsa kedua.
2. Siklus rantai makanan terjadi secara seimbang antar spesies.
3. Interaksi antara mangsa dan pemangsa berlangsung secara
alami.
4. Laju kelahiran dan kehidupan mangsa bergantung pada
ketersediaan makanan, yaitu mangsanya.
Dari keempat asumsi Model Lotka-Volterra tiga spesies,
diperoleh:
dx
=hx−ixy …(4)
dt
dy
=− jy +kxy−lyz …(5)
dt
dz
=−mz+ nyz …(6)
dt
Dimana:
x (t): jumlah populasi spesies x pada level pertama pada waktu t
y ( t ) : jumlah populasi spesies y pada level kedua pada waktu t
z (t ) : jumlah populasi spesies z pada level kedua pada waktu t
h : laju pertumbuhan alami mangsa tanpa adanya pemangsa
i : pengaruh predasi terhadap mangsa
j : laju kematian alami pemangsa tanpa adanya mangsa
k : laju penyebaran pemangsa
l : efek predasi terhadap spesies y oleh spesies z
m: laju kematian alami pemangsa tanpa adanya mangsa
n : laju penyebaran pemangsa.
Kestabilan Populasi Bidang koordinat invarian sistem pembelian dan penjualan adalah (1)
pada Bidang dan model Lotka-Volterra tiga spesies mengambil bentuk berikut pada
Koordinat dan Titik bidang −xy , yaitu z=0 :
Kesetimbangan dx
=hx−ixy
dt
dy
=− jy +kxy
dt
yang orbitnya pada bidang -xy dan lintasannya berbentuk sirkulasi
tertutup dengan parameter h=i= j=k =1 dapat dilihat jika
digambarkan pada bidang koordinat. Model Lotka-Volterra tiga spesies
mengambil bentuk berikut dalam bidang −xz , di mana y=0:
dx
=h x
dt
dy
=0
dt
dz
=−mz
dt
Lintasan bidang – xz diperoleh menggunakan persamaan terpisahkan
dz −mz
= … (7)
dx hx
Dengan mengintegralkan kedua ruas persamaan (7) maka akan
diperoleh,
−m
h
z=K x
Dimana laju pertumbuhan eksponensial spesies X pada waktu t akan
ditampilkan jika digambar dalam bidang koordinat. Dengan tidak
adanya spesies y, spesies x dapat tumbuh dengan kecepatan berapa pun.
Oleh karena itu, spesies x tidak dimangsa, dan spesies z tidak memiliki
persediaan makanan. Model Lotka-Volterra tiga spesies adalah sebagai
berikut pada bidang − yz , atau bidang x=0 :
dx
=0
dt
dy
=− jy−lyz
dt
dz
=−mz+ nyz
dt
Lintasan bidang – yz diperoleh menggunakan persamaan terpisahkan
dz z (−m+ ny)
= … (8)
dy y (− j−lz)
Dengan mengintegralkan kedua ruas persamaan (8) akan
diperoleh,
− jln z−lz+ mln y−ny=C
Dimana:
C : konstanta integrasi.
Jika digambarkan pada bidang koordinat akan menunjukkan
bahwa spesies z dapat eksis sesaat selama spesies tersebut masih
ada tetapi juga akan punah ketika tidak ada lagi sumber makanan.
Akibatnya, ketiadaan spesies x akan menyebabkan kepunahan
semua spesies.
Titik kesetimbangan (x , y , z) dari persamaan (4), (5), dan (6):
dx
=x ( h−iy )=0 …(9)
dt
dy
= y (− j+kx−lz )=0 …(10)
dt
dz
=z (−m+ny )=0 …(11)
dt
T 1=(0 ,0 , 0) menghasilkan matriks Jacobi sebagai berikut:
Persamaan (9) pembelian titik ekuilibrium (0,0,0), Persamaan (10) titik
j h
ekuilibrium di ( , ,0), dan persamaan (11) titik ekuilibrium di
k i

(0 , mn ,− kj ). Karena jumlah populasi dalam kehidupan nyata tidak


boleh negatif, T 1 dan T 2 digunakan sebagai titik ekuilibrium.
Linearisasi sistem penjualan (4), (5), dan (6) menentukan kestabilan
titik ekuilibrium (6). Matriks Jacobi dihasilkan dengan linierisasi sistem
penjualan diferensial pada ekuilibrium, T 1=(0,0,0), dan adalah sebagai
berikut:

[ ]
h 0 0
J 1= 0 − j 0
0 0 −m
Karena

[ ] [ ]
h 0 0 1 0 0
J 1−λ 1 I = 0 − j 0 −λ1 0 1 0
0 0 −m 0 0 1

[ ]
h− λ1 0 0
J 1−λ 1 I = 0 − j−λ1 0 =0
0 0 −m−λ 1

Sehingga persamaan karakteristik dari J1 adalah


det ( J 1−λ 1) =( h−λ1 ) (− j−λ 1) −(−m−λ1 )=0.
Jadi nilai eigen untuk J 1 adalah (λ 11=h , λ12=− j, λ13 =−m) .
Karena λ 11 >0 , λ 12<0 , dan λ 13=−m maka titik kesetimbangan T 1
mempunyai sifat stabil dan tidak stabil. Untuk memperoleh titik
kesetimbangan T 1 yang bersifat stabil asimtot maka ketiga nilai
eigennya harus bernilai negatif. Linearisasi sistem persamaan diferensial
j h
pada titik kesetimbangan T 2=( , , 0) menghasilkan matriks Jacobi
k i
yaitu

[ ]
−ij
0 0
k
hk −hl
J 2= 0
i i
hn
0 0 −m+
i

Karena

[ ][
−ij
0 0

]
k
1 0 0
hk −hl
J 2 − λ2 I = 0 − λ2 0 1 0
i i
0 0 1
hn
0 0 −m+
i
[ ]
−ij
λ2 0
k
hk −hl
J 2 − λ2 I = λ2 =0
i i
hn
0 0 −m+ − λ2
i

Sehingga persamaan karakteristik dari J 2adalah

det ( J 2−λ 2 I )=λ 32−λ 22 −m+( hn


i )
+h j λ2 −hj −m+
hn
i (
=0. )
hn−ℑ
Jadi nilai-nilai eigen untuk J 2 adalah (λ 21,22=± √ hj , λ23= ).
i
Karena λ 21 <0 , λ 22>0 , dan λ 23> 0 maka titik kesetimbangan T 2
mempunyai sifat stabil dan tidak stabil. Untuk memperoleh titik
kesetimbangan T 2 yang bersifat stabil asimtot maka ketiga nilai
eigennya harus bernilai negatif.
Perbandingan 1) Contoh 1
Numerik Kasus hn=ℑ, dengan menggunakan sistem persamaan (4),
(5), dan (6) dimana nilai parameter h=i= j=k =l=m=n=1,
jika digambarkan akan diperoleh gambar yang menyatakan
perubahan pertumbuhan populasi ketiga spesies. Solusi
dengan kondisi awal (x , y , z)=( 0.5 ,1 , 2 ) dengan
menunjukkan puncak pertama adalah populasi mangsa paling
bawah x (t), diikuti populasi spesies level kedua y (t ) , dan
populasi predator paling atas z (t) merupakan puncak paling
rendah. Semua spesies tetap bertahan dengan jumlah populasi
yang berubah-ubah secara periodik sepanjang waktu dengan
periode yang sama. Hal ini disebabkan setiap spesies saling
bergantung terhadap jumlah populasi spesies sebelumnya
yang digunakan sebagai sumber makanan.
2) Contoh 2
Kasus hn< ℑ, dengan menggunakan sistem persamaan (4),
(5), dan (6) dimana nilai parameter
h=i= j=k =l=m=1 , dan n=0.88, jika digambarkan akan
diperoleh gambar yang menunjukkan bahwa spesies x , y , dan
z saling berikatan hingga pada periodet=30. Spesies z
mengalami fluktuasi turun menuju nol, sedangkan spesies x
dan y terus berikatan secara periodik. Secara biologis,
spesies z akan mengalami kepunahan saat spesies x dan y
menunjukkan perilaku periodik dari model Lotka-Volterra
klasik saat ketiadaan spesies z .
Kasus hn> ℑ, dengan menggunakan sistem persamaan (4),
(5), dan (6) dimana nilai parameter
h=i= j=k =l=m=1 , dan n=1.6 , jika digambarkan akan
diperoleh gambar dengan kondisi awal ( x , y , z)=(0.5 , 1 ,2)
akan menunjukkan bahwa ketika ketika populasi spesies x
dan z menuju + ∞. Populasi spesies y mengalami fluktasi
yang lebih besar. Selagi spesies x masih ada maka spesies z
dapat bertahan hidup. Sehingga dapat dikatakan spesies y
sebagai penyalur sumber makanan.

Kekuatan Pembahasan dan juga penjelasan pada artikel ini sangat jelas
karena disertai dengan gambar
Kekurangan Penjelasan berupa gambar di artikel ini kurang di perbesar, namun
untuk yang sekarang memang sudah dapat di lihat, namun tetap
saja untuk semua orang pasti ada yang bisa dan juga tidak jelas
melihatnya.

Anda mungkin juga menyukai