Anda di halaman 1dari 24

BIOLOGI KELAUTAN

ANTHOZOA

MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Kelautan
yang diampu oleh Ir.Khaidir R.Permana, M.P.

Disusun oleh :

Ai Siti Aisyah (11542002)


4-A

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) GARUT
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Filum Coelenterata lebih dikenal dengan nama Cnidaria. Kata Cnidaria berasal dari bahasa
Yunani, cnido, yang berarti penyengat karena sesuai dengan cirinya yang memiliki sel
penyengat. Sel penyengat tersebut terletak pada tentakel yang terdapat di sekitar mulutnya.
Anthozoa merupakan salah satu kelas yang terdapat dalam filum ini. Ada beberapa hal yang
terkategorikan unik dalam kelas ini, diantaranya karena hewan-hewan pada kelas ini memiliki
banyak tentakel yang berwarna-warni seperti bunga. Selain itu juga terdapat simbiosis unik yang
terjadi antara anemon penyengat dengan damselfishes tertentu, yang sebagian besar termasuk
dalam genus  Amphiprion. Terlihat salah satu jenis dalam genus Amphiprion, yaitu ikan badut
yang sangat nyaman berenang-renang di antara semak anemon laut tapi tidak terkena sengatan
dari anemon laut. Lalu terdapat satu hewan lagi dalam kelas ini yang memiliki banyak manfaat,
yaitu koral atau karang yang merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang.
Berangkat dari fakta-fakta unik yang ada serta rasa keingintahuan saya, maka tercetuslah
pemikiran untuk membuat makalah mengenai kehidupan kelas Anthozoa dan hewan-hewan yang
termasuk dalam kelas Anthozoa.

1.2    Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang tersebut, maka masalah yang dapat di kaji dalam makalah dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.        Bagaimana ciri atau karakteristik dari filum coelenterata dimana di filum tersebut terdapat kelas
anthozoa?
2.        Bagaimana pula karakteristik dari kelas Anthozoa yang menjadi judul besar dalam makalah ini?
3.        Bagaimana karakteristik dari hewan-hewan invertebrata yang termasuk dalam kelas Anthozoa?
4.        Lalu apakah peran hewan-hewan tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Filum Coelenterata


Coelenterata berasal dari bahasa Yunani, yaitu coelenteron yang artinya rongga. Jadi,
Coelenterata adalah hewan invertebrata yang memiliki rongga tubuh. Rongga tersebut digunakan
sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler).
Tubuh Coelenterata yang berbentuk polip, terdiri dari bagian kaki, tubuh, dan mulut.
Coelenterata yang berbetuk medusa tidak memiliki bagian kaki. Coelenterata pada fase polip
umumnya hidup soliter (sendiri), tapi ada pula yang membentuk koloni, melekat pada dasar
perairan, tidak dapat bergerak bebas, sehingga menyerupai tumbuhan yang tertambat. Di dalam
tubuh polip ini terdapat rongga gastrovaskuler yang fungsinya sebagai usus. Di bagian atas
terdapat mulut dan tentakel untuk berperan untuk menangkap mangsa. Tentakel punya sel racun
(knidoblast) atau sel penyengat (nematosis) Polip merupakan fase vegetatif pada coelenterata,
karena bisa melakukan fragmentasi pemutusun bagian dari tubuhnya itu untuk membentuk
individu baru .
Selain fase polip, terdapat pula fase medusa. Fase medusa merupakan fase generatif
(seksual), dimana pada fase ini menghasilkan sel telur dan sel sperma. Medusa dapat melepaskan
diri dari induk dan berenang bebas di perairan. Bentuknya seperti payung dan punya tentakel
yang melambai-lambai. Kita biasa menamakannya dengan ubur-ubur .
Coelenterata mempunyai rongga besar di tengah-tengah tubuhnya yang berfungsi seperti
usus pada hewan-hewan tingkat tinggi. Rongga itu disebut rongga Gastrovaskuler. Simetri
tubuhnya Radial dan terdapat Tentakel disekitar mulutnya yang berfungsi untuk menangkap dan
memasukkan makanan ke dalam tubuhnya. Tentakel vang dilengkapi sel Knidoblas yang
mengandung racun sengat disebut Nematokis (ciri khas dari hewan berongga). Coelenterata
termasuk hewan diploblastik karena tubuhnya memiliki dua lapisan sel, yaitu ektoderm
(epidermis) dan endoderm (lapisan dalam atau gastrodermis). Ektoderm berfungsi sebagai
pelindung sedang endoderm berfungsi untuk pencernaan. Sel-sel gastrodermis berbatasan dengan
coelenteron atau gastrosol.
Sistem saraf terdapat pada mesoglea. Mesoglea adalah lapisan bukan sel yang terdapat
diantara lapisan epidermis dan gastrodermis. Gastrodermis tersusun dari bahan gelatin.
Sebagian besar Coelenterata hidup di laut kecuali hydra sp. dan beberapa jenis lainnya.
Hewan tersebut mempunyai dua fase bentuk tubuh yaitu fase Polip dan fase Medusa. Polip
adalah fase saat hewan melekat pada suatu substrat (tidak dapat berpindah) sedangkan medusa
adalah fase saat hewan dapat bergerak bebas.
Ukuran tubuh Coelenterata beraneka ragam. Ada yang penjangnya beberapa milimeter,
misal Hydra dan ada yang mencapai diameter 2 m, misalnya Cyanea. Tubuh Coelenterata
simetris radial dengan bentuk berupa medusa atau polip. Medusa berbentuk seperti lonceng atau
payung yang dikelilingi oleh “lengan-lengan” (tentakel). Polip berbentuk seperti tabung atau
seperti medusa yang memanjang.
Coelenterata hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil di
air. Mangsa menempel pada knodosit dan ditangkap oleh tentakel untuk dimasukkan kedalam
mulut. Habitat Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik di laut maupun di air tawar.Sebagaian
besar hidup dilaut secara soliter atau berkoloni. Ada yang melekat pada bebatuan atau benda lain
di dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk bentuk polip, sedangkan bentuk medusa dapat
bergerak bebas melayang di air.
Reproduksi Coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dilakukan
dengan pembentukan tunas. Pembentukan tunas selalu terjadi pada Coelenterata yang berbentuk
polip. Tunas tumbuh di dekat kaki polip dan akan tetap melekat pada tubuh induknya sehingga
membentuk koloni. Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (ovum dengan
sperma).G amet dihasilkan oleh seluruh Coelenterata bentuk medusa dan beberapa Coelenterata
bentuk polip. Contoh Coelenterata berbentuk polip yang membentuk gamet adalah hydra.
Coelenterata dibedakan dalam empat kelas berdasarkan bentuk yang dominan dalam siklus
hidupnya, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, Anthozoa, dan Cubozoa. Berikut deskripsi dua kelas dari
filum Coelenterata.
1.      Hydrozoa
Hydrozoa (dalam bahasa yunani, hydro = air, zoa = hewan) sebagian besar memiliki
pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.Hydrozoa dapat hidup soliter. hidup
di dalam air tawar. Ujung tempat letaknya mulut disebut ujung Oral sedangkan yang melekat
pada dasar disebut ujung Aboral. Cara reproduksi hewan disebut adalah dengan cara vegetatif
maupun generatif. Contoh Hydrozoa adalah Hydra, Obelia, dan Physalia.
Untuk Obelia merupakan Hydrozoa yang hidupnya berkoloni di laut.Obelia memiliki bentuk
polip dan medusa dalam siklus hidupnya.
Ciri-ciri :
a. Bentuk tubuhnya seperti ular air
b.   Hidup di air tawar secara polip atau medusa
c.    Hidra bergerak debgab cara melekukkan badannya seperti ulat jengkal
d.    Pencernaan makanan dengan cara ekstraseluler didalam rongga gastrovaskuler dan intraseluler
didalam vakuola sel gastrodermis
e.     Reproduksi secara aseksual yaitu dengan membentuk tunas dan seksual dengan peleburan antara
sperma dan ovum
f.      Bentuk tubuh seperti silinder yang mulutnya terletak pada bagian tubuhnya yang dinamakan
hypostom
2.      Scyphozoa
Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho = mangkuk, zoa = hewan) memiliki bentuk
dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya.Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-
ubur.Medusa umumnya berukuran 2 – 40 cm.Reproduksi dilakukan secara aseksual dan
seksual.Polip yang berukuran kecil menghasilkan medusa secara aseksual hanya pada tingkat
larva. Larva disebut  Planula, kemudian menjadi polip yang disebut Skifistoma. Dari skifistoma
terbentuk medusa yang disebut Efira..Contoh Scyphozoa adalah Cyanea dan Chrysaora
fruttescens.
Ciri-ciri :
      a.       Bentuk tubuh seperti mangkuk
      b.      Hidup dilaut
      c.       Bagian tepi tubuhnya dikelilingi oleh tentakel
      d.      Disekitar mulutnya terdapat empat lengan yang dilengkapi oleh nematikis
      e.       Alat pencernaan berupa saluran bercabang
      f.       System syarafnya berupa anyaman
      g.      Contoh umum di Indonesia adalah Aurelia sp dan obelia sp
Aurelia aurita merupakan anggota filum Coelenterata, kelas Scyphozoa. Mempunyai bentuk
seperti mangkuk dan dikenal sebagai Jelly Fish.
2.2 Kelas Anthozoa
Anthozoa berasal dari bahasa yunani, Anthos yang berarti bunga, dan Zoon yang berarti
hewan. Hewan pada kelas ini memiliki banyak tentakel yang berwarna-warni seperti bunga.
Anthozoa melimpah jumlahnya di laut hangat dangkal secara berkoloni. Sepanjang garis pantai
sampai kedalaman 17.400 kaki. Kelas Anthozoa merupakan kelas yang terbanyak anggotanya
dari filum coelenterate, yaitu sekitar 6.000 spesies. Anthozoa bereproduksi secara aseksual
dengan tunas dan fragmentasi, serta reproduksi seksual menghasilkan gamet. Anthozoa tidak
memiliki bentuk medusa, hanya bentuk polip. Polip Anthozoa berukuran lebih besar dari tiga
kelas Coelenterata lainnya. Hewan pada kelas Anemon ada yang hidupnya soliter seperti
anemone, atau berkoloni seperti karang (koral).
1.      Anemon Laut
Anemon laut ini merupakan salah satu anggota kelas Anthozoa filum Cnidaria yang bentuk
tubuhnya bervariasi dengan kombinasi warna yang indah dipandang (Carson, 1974). Bentuk
anemon laut terlihat seperti tumbuhan, tapi jika diamati lebih jauh, anemon merupakan jenis
hewan. Anemon laut adalah jenis hewan yang biasanya menggunakan sebuah kaki untuk
menempel di batuan. Beberapa anemon laut dapat bergerak. Pergerakan anemon laut seperti
siput, bergerak secara perlahan dengan cara menempel. Beberapa jenis anemon diketahui
melepaskan diri dari tempat menempelnya saat diserang predator atau saat lingkungan
mengalami perubahan dan sumber makanan menipis. Hewan ini terlihat seperti tumbuh-
tumbuhan karena pada umumnya hanya berpindah mengikuti aliran arus air.
Karang dan anemon laut adalah anggota taksonomi kelas yang sama, yaitu Anthozoa.
Perbedaan utama adalah karang menghasilkan kerangka luar dari kalsium karbonat, sedangkan
anemon tidak. Lebih dari 1.000 spesies anemon laut ditemukan di perairan pantai, perairan
dangkal (terumbu karang), dan perairan laut dalam di seluruh dunia.
Anemon laut adalah binatang invertebrata yang tidak memiliki tulang belakang atau tidak
memiliki skeleton pada seluruh tubuhnya. Anemon merupakan hewan predator yang tampak
seperti bunga, memiliki berbagai bentuk, ukuran, dan warna. Tubuhnya radial semetrik,
columnar dan memiliki satu lubang mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Tentakel dapat
melindungi tubuhnya terhadap serangan predator lain dan dapat pula digunakan untuk
menangkap makanannya. Anemon laut biasanya memiliki ukuran diameter tubuh 1-4 inchi (2,5-
10 cm), tetapi beberapa anemon ada juga yang dapat tumbuh mencapai diameter tubuh 6 kaki
(1,8 m).
Menurut Shimek (2006), secara umum anemon laut adalah hewan berkantung yang
mempunyai tentakel dan mulut pada pada bagian atas dan pedal disk pada bagian bawah. Pedal
disk atau kaki jalan ini secara khusus digunakan oleh anemon untuk melengketkan tubunya pada
substrat. Anemon laut tergolong binatang yang dapat memakan binatang apa saja yang hidup di
laut, namun ia lebih bersifat karnivora. Jenis makanan yang bisa disantap adalah moluska,
krustasea, ikan, dan berbagai invertebrata lainnya. Juga dapat memakan detritus, feses, dan
bahan organik.
a. Karakteristik Anemon laut
Anemon adalah kelompok hewan yang tubuhnya memiliki beraneka warna dan lunak. Bentuk
tubuhnya menyerupai bunga apabila anemon tersebut mengembangkan tentakelnya. Tubuh
anemon (di lihat dari bagian luar) terbagi tiga bagian, yaitu keping dasar atau pangkal, batang
dan keping mulut (Hyman, 1940). Sedangkan menurut Brusca and Brusca (2003), tubuh bagian
anemon terbagi lima yaitu keping dasar, batang, tentakel, keeping mulut dan mulut. Hewan ini
siklus hidupnya berbentuk polip yang berukuran kecil, akan tetapi menurut Brusca and Brusca
(2003) ada polip yang besar seperti pada spesies Stichodactyla mertensii yang berada pada
daerah tropik Indo-Pasifik. Menurut Suwignyo et al. (2005), karakteristik anemon laut secara
umum diantaranya:
1. Polip soliter
2. Biasanya mempunyai pedal disk semacam kaki
3. Siphonoglyph biasanya berjumlah 2
4. Tidak mempunyai rangka
5. Hidup menempel tetapi tidak melekat pada batu, pasir, atau hewan avertebrata lain
6. Dapat merayap menggunakan pedal disk semacam kaki
 
Secara umum anemon laut merupakan sejenis coelenterata dengan struktur tubuh berbentuk
polip, hidup secara soliter, mempunyai tinggi antara 1,5-5 cm dengan diameter 1-2 cm. Bagian
ternbesar pada tubuh anemon laut adalah sebuah batang tubuh seperti tabung (column), dibawah
aboral terdapat telapak kaki yang datar (pedal disk), dibagian oral agak melebar terdapat mulut
yang dikelilingi tentakel bolong berjumlah enam helai sampai beberapa ratus helai dan tidak
pernah ada yang hanya delapan helai (Suwignyo et al., 2005).
b. Sel Penyengat (Nematosit) pada Anemon Laut
Bentuk tubuh anemon seperti bunga, sehingga juga disebut mawar laut. Lipatan yang bundar
di antara badan dan keping mulut membagi binatang ini kedalam kapitulum di bagian atas dan
scapus bagian bawah. Di antara lengkungan seperti leher (collar) dan dasar dari kapitulum
terdapat "fossa". Keping mulut bentuknya datar, melingkar, kadang-kadang mengkerut, dan
dilengkapi dengan tentakel kecuali pada jenis Limnactinia, keping mulut tidak dilengkapi dengan
tentakel. Beberapa anemon laut dapat bergerak seperti siput, bergerak secara perlahan dengan
cara menempel. Sebagian besar anemon laut memiliki sel penyengat yang berguna untuk
melindungi dirinya dari predator.
Menurut Mebs (2009), anemon memiliki tentakel yang berisi sel penyengat (nematosit) yang
mengandung racun yang terdiri dari zat kimia peptida dan protein yang berfungsi untuk
melumpuhkan dan menangkap mangsa. Dikatakan lebih lanjut oleh Mebs, tentakel anemon
berfungsi sebagai pertahan dan perlindungan oleh ikan anemon terhadap predator. Jumlah
tentakel bervariasi dan umumnya menutupi keping mulut. Kebanyakan nematosit mengandung
racun yang berbeda-beda dalam kekuatan dan aktifitasnya.
Menurut Hadi dan Sumadiyo (XVII), jumlah tentakel bervariasi dengan kelipatan dari enam
dan tersusun dalam dua deret lingkaran berturut-turut di mulai dari lingkaran yang paling dalam.
Tentakel tersusun melingkar atau berderet radial dengan jumlah kelipatan enam tentakel pertama,
enam tentakel kedua, dua belas tentakel ketiga, dua puluh empat tentakel ke empat dan
seterusnya.
Beberapa anemon mengandung bisa yang beracun yang terkonsentrer pada tentakel. Sengat
atau bisa penyengat dari anemon ini mengandung dua jenis protein aktif dan yang lemah, salah
satu dari protein ini (yang aktif) tampaknya dapat menghalangi penyaluran ion-ion pada sel-sel
saraf mang-sanya, sehingga menghentikan sinyal saraf. Kedua protein ini secara bersama-sama
berfungsi sinergis dan menyerang daerah sel-sel darah merah sedemikian rupa dan raksinya
seperti pada bisa lebah dan ular.
c. Reproduksi Anemon Laut
Reproduksi anemon laut umumnya dilakukan baik secara seksual maupun aseksual.
Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara memutuskan bagian kakinya, yaitu bagian dari
lingkar kaki yang ditinggalkan pada saat binatang tersebut berpindah tempat. Jenis anemon lain
dengan cara merangkak perlahan ke arah yang berlawanan hingga tubuhnya terputus menjadi dua
bagian. Bagian tersebut kemudian membulat dan hidup menjadi anemon-anemon baru. Tiga jenis
anemon laut dari famili Stichodactylidae melakukan reproduksi secara aseksual dengan
pembelahan longitudinal dan transversal. Ketiga jenis anemon ini adalah Stichodactyla
helianthus, Entacmaea quadricolor (longitudinal) dan Heteractis maginifica (transversal) (Dunn
(1981). Sedangkan reproduksi seksual terjadi di dalam air. Sperma dan telur keluar melalui
mulut dan bersatu membentuk zigot kemudian berkembang menjadi larva. Larva ini akan
berenang dan mencari makan sendiri hingga akhirnya melekat di dasar sebagai bentik dan
tumbuh menjadi anemon dewasa (Boolootian and Stiles, 1976). Anemon laut dapat juga bersifat
hermaprodit. Telur dan sperma dari jenis yang hermaprodit ini dihasilkan dari gonad-gonad yang
terletak dalam gastroderm pada waktu yang berbeda. Peristiwa ini dikenal sebagai protandri dan
umum terjadi pada invertebrata.
d. Habitat dan Penyebaran Anemon Laut
Penyebaran anemon laut sangat luas mulai perairan sub tropis hingga perairan tropis. Di alam
bebas anemon ditemukan hidup secara soliter dan bergerombol membentuk koloni. Anemon
yang hidup soliter termasuk dalam bangsa atau ordo Actinaria, sedang yang hidup bergerombol
termasuk dalam bangsa atau ordo Zoanthidea. Anemon hidup di dasar laut menempel pada benda
keras, pecahan karang, pasir. Ada pula yang sedikit membenamkan bagian tubuhnya ke dasar
tanah yang agak berlumpur. Anemon umumnya dijumpai pada daerah terumbu karang yang
kurang subur dan dangkal, di goa atau di lereng terumbu. Namun ada juga yang hidup di tepian
padang lamun.

e. Klasifikasi Anemon Laut


Klasifikasi anemon menurut Daly M et.al (2007), sebagai berikut:
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Sub Kelas : Hexacorallia (Zoantharia)
Ordo : Actiniaria
Famili : Actiniidae, Edwardsiidae, Bathyphelliidae,
Stichodactylidae, Minyadidae
Anemon Laut
f.      Simbiosis Anemon dan Clownfish (Ikan Badut)
Istilah “simbiosis” berarti “hidup bersama.” Banyak contoh yang terjadi didalam terumbu
karang tetapi salah satu contoh klasik adalah simbiosis antara anemon penyengat dengan
damselfishes tertentu, yang sebagian besar termasuk dalam genus Amphiprion. Ada 10 jenis host
anemon laut di dunia dan semua itu ditemukan di Asia Tenggara. Separuh dari 28 jenis ikan
anemon di dunia juga terdapat di daerah ini.
Baik anemon laut maupun ikan yang hidup didalamnya merupakan mitra yang saling
menguntungkan dengan melakukan hubungan timbal balik. Ikan anemon membutuhkan anemon
laut sebagai perlindungan, dan juga dengan menggesek-gesekkan tubuhnya pada tentakel agar
tetap sehat. Suatu kesalahpahaman jika menganggap ikan anemonlah yang memberi makan
anemon laut. Perilaku ini terjadi bila mereka hidup didalam kolam pemeliharaan, namun jarang
terlihat di alam. Anemon laut menangkap makanan mikroskopiknya sendiri.
Bagaimana ikan mampu hidup di antara anemon laut dengan cara berenangnya yang tidak
biasa dan dengan adanya zat kimia tertentu didalam mantel lendir yang melindunginya dari
nematocyst (sel penyengat) tanpa merasa terbakar? Ini yang disebut kekebalan yang diperoleh
dalam masa beberapa jam manakala postlarva yang kecil dapat bertahan di terumbu karang. Jika
ikan muda cukup beruntung untuk menemukan sebuah anemon laut sebelum diikuti oleh proses
aklimatisasi yang membuat kontak secara gradual dengan tentakel. Secara cepat perubahan zat
kimia terjadi di dalam mantel lendir ikan dan sel penyengat tidak lagi menyakitinya.
Ikan-ikan anemon tidak pernah ditemukan tanpa rumahnya. Tentakel, yang akan menyengat
semua makhluk yang melewatinya, menawarkan tempat perlindungan. Beberapa jenis ikan
anemon benar-benar masuk ke mulut anemon laut dalam waktu singkat. Anemon, yang tampak
sehat, kadang-kadang ditemui tanpa adanya ikan, dan mereka lebih membutuhkan mitra ikannya
dibandingkan asosiasiny
Simbiosis mutualisme Amphiprion percula dengan Heteractis magnifica

Anemon akan melindungi ikan badut dan ikan badut akan menangkal ikan kupu-kupu
(Butterfly Fish) yang suka memakan anemon. Ikan badut juga akan memakan invertebrata kecil
yang melekat di tentakel anemon yang membahayakan anemon (parasit) dan membantu
membersihkan anemon dari kotoran seperti pasir dsb. Di sisi lain kotoran dari ikan badut
memberikan nutrisi untuk anemon.
Anemon memiliki sengatan beracun yang hanya dapat ditahan oleh ikan badut. Mekanisme
tersebut dapat terjadi karena lapisan lendir pada ikan badut (berbahan dasar gula). Hal ini akan
menjadikan anemon tidak mengenali ikan badut sebagai musuh sehingga anemon tidak
menyengat ikan badut.
Ikan badut akan membela mati-matian anemon tempat mereka tinggal, ikan badut tidak
pernah menyimpang lebih jauh dari 30 cm/lebih dari inangnya seumur hidup mereka. Tubuh ikan
badut mengalami koevolusi dengan spesies anemon spesifik yang biasa ditempati sehingga
tubuhnya membentuk semacam kekebalan dari sengatan anemon yang ditempati. Sebuah
penelitian yang dilakukan terhadap Amphiprion percula menunjukkan spesies ini dapat
mengembangkan resistensi terhadap racun dari Heteractis magnifica, tetapi ia tidak sepenuhnya
terlindungi, karena telah ditunjukkan secara eksperimental ikan tersebut mati ketika kulit
tubuhnya yang tidak berlendir tersengat oleh anemon.
Anemon yang biasa menjadi inang clownfish, diantaranya yaitu:
1.        Bubble Tip Anemon (Entacmaea quadricolor)
2.        Magnificent Sea Anemon (Heteractis magnifica)
3.        Giant Carpet Anemon (Stichodactyla gigantea)
4.        Saddle Carpet Anemon (Stichodactyla haddoni)
5.        Marten’s Carpet Sea Anemon (Stichodactyla mertensii)
6.        Sebae anemon (Heteractis crispa)

2.      Karang (Koral)


Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang mampu mensekresi kalsium karbonat
(CaCO3 atau limestone).  Hewan ini termasuk ke dalam filum Coelenterata (hewan berongga)
atau Cnidaria.  Karang atau coral mencakup karang dari ordo Scleractinia dan sub kelas
Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa.  Satu individu karang atau polip karang
memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari yang sangat kecil 1 mm hingga yang sangat besar
yaitu lebih dari 50 cm.  Pada umumnya polip karang berukuran kecil, sedangkan polip dengan
ukuran besar hanya dijumpai pada karang yang soliter.
Karang berkembang biak baik secara seksual maupun aseksual. Pembiakan secara seksual
terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan betina untuk membentuk larva bersilia yang disebut
planula. Planula akan menyebar kemudian menempel pada substrat yang keras dan tumbuh
menjadi polip. Kemudian polip tersebut akan melakukan pembiakan aseksual. Pembiakan
aseksual dilakukan dengan cara fragmentasi, sehingga terbentuk polip-polip baru yang saling
menempel sampai terbentuk koloni yang besar, dengan bentuk yang beragam sesuai jenisnya.
Secara umum, ciri-ciri koral diantaranya yaitu:
1.      Tubuh silinder dan pendek
2.      Pada permukaan atas sekitar permukaan mulut terdapat tentacle
3.      Bagian dasar berfungsi melekatkan diri pada substrat
4.      Makanan anemone laut berupa Mollusca, crustaceae, dan invertebrate lainnya
5.      Alat reproduksinya adalah berumah dua dengan fertilisasi eksternal
Contohnya yaitu dari spesies Calcigorgia spiculifera (koral), yang memiliki ciri:
1.      Tubuh membentuk masa kaku yang kuat
2.      Menjadi tempat hidup beberapa jenis hewan lain
3.      Organisme koral mirip dengan polip anemone laut hanya ukutannya jauh lebih kecil
4.      Memiliki tentakel
5.      Sedikit berotot
6.      Tidak memiliki pedal disk
7.      Generasi dari karang polip-polip ini membentuk karang kapur
Karang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu karang keras dan karang lunak. Perbedaan
yang sangat mendasar antara antara karang keras dan karang lunak yakni rangka tubuhnya.
Karang keras memiliki rangka tubuh yang lebih keras dibanding dengan karang lunak (Allen,
2000). Tidak seperti karang keras, tubuh Alcyonaria lunak tetapi disokong oleh sejumlah besar-
duri-duri yang kokoh, berukuran kecil dan tersusun sedemikian rupa sehingga tubuh Alcyonaria
lentur dan tidak mudah putus. Duri-duri mengandung karbonat kalsium dan disebut spikula
(Manuputty, 2002).
Karang Keras dan Karang Lunak
a.    Karang Keras (Zoantharia)
Polip kecil, yang terdapat bagian yang berbentuk piala skeleton, tentakel biasanya 6, tidak
memiliki siphonoglyph, otot lemah, hidup berkoloni dan ada pula yang soliter, terdapat dalam air
laut yang hangat (Jasin, 1992).
Polip Zoantharia
Sub kelas zoantharia dibagi menjadi beberapa ordo yaitu (1) Actinarida (Anemon laut); (2)
Madreporiada; (3) Zoanthida; (4) Anthipathida (karang hitam); dan (5) Ceriantharida (Jasin,
1992).
Sub Kelas Zoantharia
Karang keras dapat hidup optimal sampai pada kedalaman 40 m dengan suhu berkisar antara
25-300C dan salinitas sekitar 27-40. Substrat yang keras dan bersih diperlukan untuk perlekatan
dan pertumbuhan karang. Jika substrat banyak mengandung partikel terlarut seperti limpur dapat
mengganggu pertumbuhan polip karang (Notji, 2002).
Bentuk nematosit yang dapat dijumpai di beberapa jenis pada kelas Anthozoa ada empat jenis
yang ditemukan, yaitu:
1)    Penetrant  tipe nematosit yang menusuk
2)    Glutinant tipe nematosit yang menempel
3)    Volvent tipe nematosit yang menjerat
4)    Ptychocyst tipe nematosit yang unik dan ditemukan pada anemon
Sistem kerja nematosit dibawah pada bagian paling kiri nematosit berada pada kapsul seluler.
Dalam sel tersebut terdapat benang yang berpilin yang terbungkus dan memiliki tekanan (Seperti
per). Saat mangsa menyentuh tentakel polip, nematosit terpicu. Penutup pada jaringan sel pada
operculum tersebut langsung terbuka. Saat operculum terbuka benang-benang yang ada
didalamnya langsung keluar. Pada bagian paling kanan benang tersebut kemudian menyebar.
Benang tersebut bentuknya seperti jarum yang langsung menyuntikkan racun pada mangsanya.
Saat mangsa telah lumpuh polip mengerakkan mangsa kemulutnya kemudian nematosit tersebut
kembali kedalam kapsul.
b.    Karang Lunak (Alcyonaria)
Sub klas Alcyonaria memiliki ciri-ciri yakni memiliki 8 tentakel bercabang yang berduri dan
memiliki 8 septa tunggal yang sempurna; memiliki satu siphonogluph ventralis, memiliki
endoskeleton, dan hidup secara berkoloni (Jasin, 1992).

Ada beberapa ordo dari karang ini yakni Stoloniferida, Telestacida, Alcynacida,
Coenothecalia, Gorgonacida, dan Pennatulacida (Jasin, 1992).

Karang lunak dapat ditemukan diberbagai habitat karang. Pertumbuhan optimal karang lunak
yakni pada kedalaman antara 10-30 meter (Allen, 2000). Jenis-jenis karang lunak hidup di
daerah pasang surut sampai kedalaman 200 m. Umumnya syarat-syarat hidup karang lunak sama
dengan karang batu. Hewan ini menyukai perairan yang hangat atau sedang terutama di Indo-
Pasifik. Ada beberapa jenis yang dapat hidup sampai kekedalaman 3000 m (Manuputty (1),
2002).
Terumbu atau reef merupakan endapan masif batu kapur (limestone) terutama kalsium
karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi
kapur (algae berkapur dan moluska), dan dijadikan sebagai tempat hidup hewan karang.
Terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan
oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo
Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae
berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat.

Terumbu karang atau coral reefs adalah ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun
terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) yang dihasilkan oleh organisme karang
pembentuk terumbu (karang hermatipik) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur,
bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia
yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta
organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat. Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan
tropis ekosistem laut.  Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan
merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat
tinggi.  Salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut utama, disamping hutan
mangrove dan padang lamun.
Karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) hidup berkoloni, dan tiap individu karang
yang disebut polip menempati mangkuk kecil yang dinamakan koralit. Tiap mangkuk koralit
mempunyai beberapa septa yang tajam dan berbentuk daun yang tumbuh keluar dari dasar
koralit, dimana septa ini merupakan dasar penentuan spesies karang. Tiap polip adalah hewan
berkulit ganda, dimana kulit luar yang dinamakan epidermis dipisahkan oleh lapisan jaringan
mati (mesoglea) dari kulit dalamnya yang disebut gastrodermis. Dalam gastrodermis terdapat
tumbuhan renik bersel tunggal yang dinamakan zooxantellae yang hidup bersimbiosis dengan
polip. Zooxantellae dapat menghasilkan bahan organik melalui proses fotosintesis, yang
kemudian disekresikan sebagian ke dalam usus polip sebagai pangan.
Berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan
(land masses) terdapat tiga klasifikasi tipe terumbu karang yang sampai sekarang masih secara
luas dipergunakan. Ketiga tipe tersebut adalah:
a.    Terumbu Karang Tepi (Fringing Reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-
pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas
dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk
melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang
mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara
vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
b.    Terumbu Karang Penghalang (Barrier Reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah
laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk
lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya
karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan
pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Great Barrier Reef (Australia), Spermonde (Sulawesi
Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah).
c.    Terumbu Karang Cincin (Atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulaupulau vulkanik
yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu
karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman
rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau
Dana (NTT), Mapia (Papua). Namun demikian, tidak semua terumbu karang yang ada di
Indonesia bisa digolongkan ke dalam salah satu dari ketiga tipe di atas. Dengan demikian, ada
satu tipe terumbu karang lagi yaitu:

d.    Terumbu Karang Datar/ Gosong Terumbu (Patch Reefs)


Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island).
Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis,
membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal
atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta),
Kepulauan Ujung Batu (Aceh).

2.3 Peranan Anthozoa


Coelenterata terutama kelas Anthozoa yaitu koral atau karang merupakan komponen utama
pembentuk ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup
beragam jenis hewan dan ganggang. Keanekaragaman organisme terumbu karang yang paling
tingg terdapat di Asia Tenggara, dari Filipina dan Indonesia hinggaq Great Barier Reef di
Australia. Dua puluh lima persen ikan yang dikonsumsi manusia juga hidup pada ekosistem ini.
Selain itu, terumbu karang sangat indah sehingga dapat di jadikan objek wisata. Karang di pantai
sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencengah pengikisan pantai, tempat
berkembangbiak berbagai jenis ikan, ada yang dipakai sebagai perhiasan, misalnya bakar bakar
dank oral, ada yang dipakai sebagai bahan kapur misalnya batu karang, dan sebagai taman laut
untuk rekreasi.
Fungsi dan manfaat terumbu karang bagi kehidupan manusia sangat penting antara lain
adalah sebagai tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan
dan tumbuhan; sebagai sumber obat – obatan; sumber daya laut yang memilki nilai potensi
ekonomi tinggi; laboratorium alam untuk penunjang pendidikan dan penelitian; pelindung pantai
dari erosi dan abrasi; dan memiliki potensi untuk wisata bahari.  Akan tetapi terumbu karang
merupakan ekosistem yang amat peka dan sensitif.  Proses pertumbuhan terumbu karang
memerlukan waktu yang sangat lama untuk tumbuh dan berkembang biak. Terumbu karang,
khususnya terumbu karang tepi dan penghalang, berperan penting sebagai pelindung pantai dari
hempasan ombak dan arus kuat yang berasal dari laut. Selain itu, terumbu karang mempunyai
peran utama sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makanan (feeding ground), tempat
asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi berbagai
biota yang hidup di terumbu karang atau sekitarnya.

BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Coelenterata adalah hewan invertebrata yang memiliki rongga tubuh. Rongga tersebut
digunakan sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler). Coelenterata memiliki organisasi jaringan
sangat sederhana, dengan hanya dua lapisan sel, eksternal dan internal. Coelenterata dibedakan
dalam empat kelas berdasarkan bentuk yang dominan dalam siklus hidupnya, yaitu Hydrozoa,
Scypozoa, Anthozoa dan Cubozoa.
Anthozoa berasal dari bahasa yunani, Anthos yang berarti bunga, dan Zoon yang berarti
hewan. Hewan pada kelas ini memiliki banyak tentakel yang berwarna-warni seperti bunga.
Karang dan anemon laut adalah anggota taksonomi kelas yang sama, yaitu Anthozoa. Perbedaan
utama adalah karang menghasilkan kerangka luar dari kalsium karbonat, sedangkan anemon
tidak. Lebih dari 1.000 spesies anemon laut ditemukan di perairan pantai, perairan dangkal
(terumbu karang), dan perairan laut dalam di seluruh dunia.
Koral atau karang merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang.
Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup beragam jenis hewan dan ganggang. Fungsi
dan manfaat terumbu karang bagi kehidupan manusia sangat penting antara lain adalah sebagai
tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan dan tumbuhan.

3.2    Saran
Makalah ini tentu masih mempunyai banyak kekurangan dan kesalahan, karena itu kepada
para pembaca untuk berkenan menyumbangkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
bertambahnya wawasan kami di bidang ini. Akhirnya kepada Allah jualah kami memohon taufik
dan hidayah. Semoga usaha kami ini mendapat manfaat yang baik, serta mendapat ridho dari
Allah SWT. Amin ya rabbal ‘alamin.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Mengenal Filum Coelenterata. http://www.gudangmateri.com/2011/04/filum-


coelenterata.html/. Diakses tanggal 26 Oktober 2012
Ahsin, Rifa’I Muhammad. 2009. Nilai dan Fungsi Anemon Laut. http://www.referensienemonlaut-
muhammadahsin.wordpress.com/. Diakses tanggal 26 Oktober 2012
Efendi, Eko. 2009. Terumbu Karang. http://www.efendieko-menyelamikehidupanbahari.html/.
Diakses tanggal 31 Oktober 2012
Garnisah, Icha. 2011. Coelenterata. http://www Referensi/coelenterata.html. diakses tanggal 31
Oktober 2012
Hadi N dan Sumadiyo. Anemon Laut (Coelenterata, Actiniaria), Manfaat dan Bahayanya. Oseana.
XVII:167-175.
Nganro N.R. 2009. Metoda Ekotoksikologi Perairan Laut Terumbu Karang. Bandung: Sekolah
Ilmu dan Teknologi Hayati ITB
Sa’adah, Sumiyati. 2010. Materi Pokok Zoologi Invertebrata. Bandung: Fakultas Tarbiyah dan
Kegururan UIN SGD
Shimek, R.L. 2006. Main Attraction. Be A Host To Your Anemone. Reef Hobbyis Online. A
Reefland Community. http://www.reefland.com. Diakses tanggal 31 Oktober 2012
Suwignyo, Sugiarti, dkk. 2005. Avertebrata Air. Jakarta: Penebar Swadaya
Phylum Coelenterata  Sahabat Pustakers, pada kesempatan kali ini Pustaka Sekolah akan
share artikel mengenai Phylum coelenterata atau Cnidaria.  Phylum Coelenterata
merupakan pylum hewan yang memiliki tubuh sangat sederhana. Kata Coelenterata berasal
dari kata coelos yang berarti rongga dan enteron yang berarti usus. Jadi, Coelenterata adalah
hewan yang memiliki rongga di dalam tubuhnya yang sekaligus berfungsi sebagai organ
pencernaan makanan. Coelenterata disebut sebagai hewan sederhana karena jaringan
tubuhnya hanya terdiri dari dua lapis sel, yaitu sel internal dan eksternal. Karang yang ada di
pantai tebentuk dari kerangka luar tubuh salah satu jenis coelenterata. Coelenterata (dalam
bahasa yunani, coelenteron = rongga) adalah invertebrata yang memiliki rongga tubuh.
Rongga tubuh tersebut berfungsi sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler). Coeleanterata
disebut juga Cnidaria (dalam bahasa yunani, cnido = penyengat) karena sesuai dengan cirinya
yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat terletak pada tentakel yang terdapat disekitar
mulutnya.

Klasifikasi Coelenterata

Coelenterata terdiri dari tiga kelas utama, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa.

 Hydrozoa. Beberapa jenis hidrozoa mengalami dua siklus hidup yaitu tahap polip yang
aseksual dan tahap medusa yang seksual. Contohnya adalah spesies Obelia sp. Ada pula
yang selama hidupnya hanya berbentuk polip saja, misalnya Hydra. Sebagian besar hydra
hidup di perairan secara soliter (sendiri-sendiri). Pada ujung tubuh hydra terdapat mulut
yang dilengkapi oleh tentakel yang berfungsi untuk menangkap makanan. Tentakel-tentakel
ini dilengkapi dengan sel knidosit yang mengandung nematosista, yaitu racun berbentuk
sengat untuk memburu mangsa. Hydra dapat bereproduksi secara seksual maupun aseksual.
Perkembangbiakan seksual terjadi saat sel sperma jantan membuahi sel telur betina.
Sedangkan perkembangbiakan aseksual terjadi dengan tunas (kuncup) yang tumbuh di sisi
tubuh hydra yang nantinya akan tumbuh menjadi individu baru.
 ;Scyphozoa Contoh spesies yang termasuk dalam kelas ini adalah Aurelia aurita (ubur-ubur).
Hewan ini memiliki bentuk seperti mangkuk, kadang mempunyai tubuh berwarna namun
ada beberapa spesies yang tubuhnya transparan. Tubuh Scyphozoa dilengkapi dengan
tentakel yang mempunyai sel penyengat. Seluruh spesies Scyphozoa hidup di perairan, baik
tawar maupun laut.
 Anthozoa Memiliki ciri-ciri khusus yaitu tubuh yang menyerupai bunga. Contoh spesies yang
termasuk dalam kelas ini adalah Metridium (anemon laut). Anthozoa hidup sebagai polip,
salah satu ujung tubuhnya mempunyai mulut yang dikelilingi tentakel lengkap dengan
penyengatnya, sedangkan ujung yang lain merupakan bagian tubuh yang berfungsi untuk
melekatkan diri pada dasar perairan.

Struktur Tubuh

Coelenterata merupakan hewan diploblastik karena tubuhnya memiliki dua lapisan sel, yaitu
ektoderm (epidermis) dan endoderm (lapisan dalam atau gastrodermis).Ektoderm berfungsi
sebagai pelindung sedang endoderm berfungsi untuk pencernaan.Sel-sel gastrodermis
berbatasan dengan coelenteron atau gastrosol.Gastrosol adalah pencernaan yang berbentuk
kantong.Makanan yang masuk ke dalam gastrosol akan dicerna dengan bantuan enzim yang
dikeluarkan oleh sel-sel gastrodermis.Pencernaan di dalam gastrosol disebut sebagai
pencernaan ekstraseluler.Hasil pencernaan dalam gasrosol akan ditelan oleh sel-sel
gastrodermis untuk kemudian dicerna lebih lanjut dalam vakuola makanan.Pencernaan di
dalam sel gastrodermis disebut pencernaan intraseluler.Sari makanan kemudian diedarkan ke
bagian tubuh lainnya secara difusi.Begitu pula untuk pengambilan oksigen dan pembuangan
karbondioksida secara difusi.Coelenterata memiliki sistem saraf sederhana yang tersebar
benrbentuk jala yang berfungsi mengendalikan gerakan dalam merespon rangsangan. Sistem
saraf terdapat pada mesoglea.Mesoglea adalah lapisan bukan sel yang terdapat diantara
lapisan epidermis dan gastrodermis.Gastrodermis tersusun dari bahan gelatin. Tubuh
Coelenterata yang berbentuk polip, terdiri dari bagian kaki, tubuh, dan mulut. Mulut
dikelilingi oleh tentakel.Coelenterata yang berbetuk medusa tidak memiliki bagian
kaki.Mulut berfungsi untuk menelan makanan dan mengeluarkan sisa makanan karena
Coelenterata tidak memiliki anus.Tentakel berfungsi untuk menangkap mangsa dan
memasukan makanan ke dalam mulut.Pada permukaan tentakel terdapat sel-sel yang disebut
knidosit (knidosista) atau knidoblas.Setiap knidosit mengandung kapsul penyengat yang
disebut nematokis (nematosista).

Manfaat Coelenterata Bagi Kita

Coelenterata terutama kelas Anthozoa yaitu koral atau karang merupakan komponen utama
pembentuk ekosistem terumbu karang.Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup
beragam jenis hewan dan ganggang. Keanekaragaman organisme terumbu karang yang
paling tingg terdapat di Asia Tenggara, dari Filipina dan Indonesia hinggaq Great Barier Reef
di Australia.Dua puluh lima persen ikan yang dikonsumsi manusia juga hidup pada ekosistem
ini.Selain itu, terumbu karang sanga indah sehingga dapat di jadikan objek wisata. Karang di
pantai sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencengah pengikisan pantai.

Demikianlah artikel mengenai Phylum Coelenterata semoga artikel ini dapat memberikan


informasi yang bermanfaat bagi kita semua.[ps]
Tags:

contoh hewan coelenterata, manfaat coelenterata, siklus hidup hydra, manfaat hydrozoa, daur
hidup hydra, pengertian nematosista, siklus hidup coelenterata, hewan yang termasuk
coelenterata, sistem saraf yang terjadi pada obelia, hewan coelenterata




 0

Artikel Terkait Dengan: "Coelenterata"

Anthozoa
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Anthozoa adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam
filum Cnidaria. Anthozoa berasal dari bahasa Yunani, anthos berarti bunga, dan zoon berarti
hewan. Anthozoa berarti hewan yang bentuknya seperti bunga atau hewan bunga, yang
meliputi anemon laut serta hewan-hewan karang. Anthozoa hidup sebagai polip. Contoh
anemone laut adalah Metridium. [1]

Daftar isi
 1 Struktur Tubuh
 2 Klasifikasi
o 2.1 Hexacorallia
o 2.2 Octocorallia
 3 Referensi

Struktur Tubuh
Tubuh Anthozoa berbentuk silinder pendek. Pada salah satu ujungnya terdapat mulut berupa
celah yang dikelilingi oleh tentakel yang mengandung nematosista. Ujung yang lain berupa
lempeng untuk melekatkan diri pada suatu dasar. Di bawah mulut terdapat kerongkongan
yang disebut stomodeum. Sepanjang stomodeum, pada satu sisi atau pada kedua sisi terdapat
saluran sempit yang bersilia dan disebut sifonoglifa yang merupakan alat pernapasan yang
paling sederhana. Di bawah stomodeum terdapat rongga gastrovaskuler yang terbagi menjadi
ruang-ruang kecil oleh sekat-sekat yang berasal dari dinding kerongkongan. Pada sekat ini
terdapat nematosista yang mengeluarkan racun untuk melumpuhkan mangsanya.
Makanannya berupa udang-udangan kecil dan invertebrata lain. [2]

Klasifikasi
Berdasarkan banyaknya sekat-sekat di dalam rongga tubuh, kelas Anthozoa dibedakan
menjadi dua subkelas, yaitu Hexacorallia (bersekat enam) dan Octocorallia (bersekat
delapan).

Hexacorallia

Hexacorallia memiliki sedikit tentakel yang kadang-kadang bercabang. Selain memiliki


tentakel, ada Hexacorallia memiliki enam sekat yang masing-masing terdiri dari dua lembar.
Ada Hexacorallia yang tidak memiliki rangka kapur, misalnya Metridium sp. (mawar laut).
Kebanyakan Hexacorallia berkoloni dan membentuk karang, misalnya Fungia sp., Acropora
sp., Oculina, Meandrina sp., dan Epiactis sp.

Octocorallia

Octocorallia memiliki delapan tentakel yang bercabang-cabang seperti bulu dan memiliki
delapan sekat. Selain itu, Octocarallia juga memiliki satu sifonogfila ventralis.

Rangka Octocarallia terbuat dari kapur dan zat induk. Contohnya karang suling (Tubipora
musica), karang kulit (Alcyonium sp.), akar bahar (Euplexaura sp.), dan koral (Coralium
medea). [3] [4]

Referensi
1. ^ D. A. Pratiwi; Maryati, Sri; Srikini; Suharno; S, Bambang. 2007. Biologi Jilid 1
untuk SMA Kelas X hal 177. Jakarta. Penerbit Erlangga Diakses 23 Januari 2011
2. ^ D. A. Pratiwi; Maryati, Sri; Srikini; Suharno; S, Bambang. 2007. Biologi Jilid 1
untuk SMA Kelas X hal 178. Jakarta. Penerbit Erlangga
3. ^ Purves, W.K., D. Sadava, G.H. Orians, & H.C. Heller. 2004. Life: The Science of
Biology. 7th ed. Sunderland. Sinauer Associates, Inc. & W.H. Freeman and
Company.
4. ^ Solomon, E.P., L.R. Beg, & D.W. Martin. 2005. Biology. 7th ed. Southbank.
Thomson & Brooks / Cole.

Anda mungkin juga menyukai