Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun unutk seorang dokter
ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan,
diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat
mengakibatkan berbagai gejala penyakit.

Antiboitika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain.
Antibiotik juga dapar dibuat secara sintesis.
Antimikroba diartikan sebagai obat pembasmi mikroba khususnya yang merugikan manusia.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan kami membuat makalh ini adalah :
1. untuk mengetahui dan memahami tentang golongan obat antibiotic.
2. untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi
3. sebagai pedoman dalam pembuatan makalah selanjutnya.

1.3 Metode Penulisan


Adapun metode penulisan serta bahan pembuatan makalah ini bersumber dari buku-buku dan
media elektornik, serta orang-orang yang ahli dibidang farmasi.

1.4 Sistimatika Penulisan


Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode penulisan
1.4 Sistimatika penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Pembuatan antibiotika
2.3 Aktifitas
2.4 Mekanisme kerja
2.5 Penggunaan lainnya
BAB III GOLONGAN OBAT ANTIBIOTIKA
3.1 Penisilin
3.2 Sefalosforin
3.3 Aminoglikosida
3.4 Tetra sikilin
3.5 Kloramfenikol
3.6 Makrolida dan linkomisin
3.7 Polipeptida
3.8 Serba-serbi
BAB IV PENTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar pustaka

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba lain.
Antibiotika ( latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalah xzat-zat kimia yang dihasilkan miro
organisme hidup tertuam fungi dan bakteri ranah. Yang memiliki kahsiat mematikan atau
mengahambat pertumbuahn banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya
bagi manusia relative kecil.

2.2 Pembuatan Antibiotika


Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana mikro
organisme dibiak dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus. Kedalam cairan
pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna mempercepat pertumbuhan jamur
sehingga produksi antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotika
dimurnikan dan ditetapkan aktifitasnya beberapa antibiotika tidak dibuat lagi dengan jalan
biosintesis ini, melakukan secara kimiawi, antara lain kloramfenikol

2.3 Aktivitas
Umumnya dinyatakan dalam suatu berat (mg),kecuali zat yang belum sempurna
pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya polimiksin B basitrasin, atau
karena belum diketahui struktur kimianya, seperti, nistatin

2.4 Mekanisme Kerja


Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel ( penisilin dan sefalosforin ) atau membran
sel ( kleompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting adalah perintangan
selektif metabolisme protein bakteri sehingga sintesis protein bakteri, sehingga sintesis
protein dapat terhambat dan kuman musnah atau tidak berkembang lagi misalnya
kloramfenikol dan tetrasiklin

2.5 Penggunaan Lainnya


Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat gizi tambahan
guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi penisilin, tetrasiklin
erithomisin atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam sehari harinya, bertumbuh lebih
besar dengan jumlah makanan lebih sedikit.

BAB III
GOLONGAN OBAT ANTIBIOTIKA

3.1 PENISILIN
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jemis yang
dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata paling
aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943)
penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel. Pensilin
terdiri dari :
1) Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
benzil penisilin
indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis
invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
Dosis : injeksi intravena lambat, intra muskuler atau infuse: 1.2 g/hari dalam dosis terbagi 4,
jika diperlukan dapat ditingkatkan 2.4 g/hari atau lebih. BAYI PREMATUR dan
NEONATAL, 50 mg/ kg dalam dosis terbagi 3; ANAK 1-12 tahun: 100 mg/kg/hari dalam
dosis terbagi 4 ( dosis lebih tinggi mungkin dibutuhkan )
Endokarditis bakterialis : infuse atau injeksi intravena lambat 7,2 gr/hari dalam dosis terbagi
4 samapi 6.
Meningitis meninukokus : injeksi intravena lambat ata infuse, 2,4 gr/setiap 4 - 6 jam : BAYI
PREMATUR dan NEONATAL, 100 mg / kg/ hari dalam dosis terbagi 2 bayi 1 – 4minggu
150 mg/ kg/ hari, dalam dosis ternbagi 3 : anak 1- 12 tahun 180- 300 mg/kg/hari, dalam dosis
terbagi 4 – 6.
Penting : jika diduga menderita penyakit meningokokus dokter dianjurkan untuk
memberikaninjeksi tunggal benzyl pensilin secara IM atau IV sebelum membaa pasien
kerumah sakit.
Fenoksimetilpenisilin
Indikasi : tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksisinfeksi
pneumokokus.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral, pensilin harus diberi 1 jam sebelum makan.
Dosis : dewasa 500 mg tiap 6 jam, dapat naik 750 mg tiap 6 jam pada infeksi berat. Anak 0 -1
tahun 62,5 mg tiap 6 jam. Anak 1-5 tahun 125 mg tiap 6 jam.
2) Pensilin Tahan Penisilinase
Kloksasilin
indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
Dosis : oral 500 mg tiap 6 jam, diberikan 30 menti sebelum makan. IM 250 mg taip 4-6 jam.
IV lambat infus 500 mg tiap 4 -6 jam. Dalam kasus yang berat dosis dapat dianaikkan 2 kali.
Anak kuarang dari 2 tahun ¼ dari dosis dewasa. Anak 2-10 tahun ½ dosis dewasa.
Flukoksasilin
indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
Dosis : oaral 250 mg tiap 6 jam diberikan 30 menit sebelum makan. IM 250 mg tiap 6 jam.
IV lambat atau infus 0,25 – 1 gr tiap 6 jam. Pada infeksi berat dosis dapat ditingkatkan 2 kali.

Anak kurang dari 2 tahun ¼ dosis dewasa. Anak 2 -10 tahun ½ dosis dewasa.

3) Pensilin Spectrum Luas


Ampisilin
indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis
invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
Dosis : oral 0,25-1 gram tiap 6 jam, diberikan 30 menti sebeum makan. Untuk gonore 2-3,5
gram dodis tunggal, ditambah 1gram. Infeksi saluran kemih : 500 mg tiap 8 jam. IM, IV atau
infuse : 500 mg tiap 4-6 jam. Anak di bawah 10 tahun : setengah dosis dewasa.
Amoksisilin
indikasi : lihat ampisilin
interaksi : lihat ampisilin
efek samping : lihat ampisilin
kontra indikasi : lihat ampisilin
dosis : oral : dewasa 250-500 mg tiap 8 jam. Infeksi saluran nafas berat / berulang 3 gram tiap
12 jam. Anak di bawah 10 tahun 125-250 mg tiap 8 jam. Pada infeksi berat dapat diberikan
dua kali lebih tinggi terapi oral jangka pendek.
Abssis gigi : 3 gram diulangi 8 jam kemudian
Infeksi saluran kemih 3 gram diulangi stelah 10- 12 jam
Gonore : 2-3 g dosis tunngal, ditambah 1 gr probenesid.
Otitis media : pada anak 3-10 tahun 750 mg dua kali sehari selama 2 hari
Injeksi IM : dewasa 500 mg tiap 8 jam
Anak : 50-100 mg/ hari dalam dosis terbagi injeksi IV atau infus : 500 mg tiap 8 jam, dapat
dinaikkan 1 gr tiap 6 jam.
Bekampisilin
indikasi : lihat ampisilin
interaksi : lihat ampisilin
efek samping : lihat ampisilin
kontra indikasi : lihat ampisilin
dosis : 400 mg 2- 3 kali sehari
pada infeksi berat dapat diberikan dua kali lebih tinggi.
Anak : lebih dari 5 tahun 200 mg 3 kali sehari
Gonore tanpa komplikasi 1,6 gr dosisi tunngal ditambah 1 gr probenisid
4) Penesiln Anti Pseudomona
Tikarsilin
indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus spp
interaksi : lihat benzil pensilin
efek samping : lihat benzil pensilin
kontra indikasi : lihat benzil pensilin
Dosis : injeksi IV lambat atau infuse 15-20 gr perhari dalam dosis terbagi.
Anak : 200-300 mg/kg/hari dalam dosis
Untuk infeksi saluran kemih secara IM atau IV lambat : dewasa 3-4 gr perhari dalam dosis.
Anak : 50-100 mg/kg/hari.
Piperasilin
indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa
interaksi : lihat benzil pensilin
efek samping : lihat benzil pensilin
kontra indikasi : lihat benzil pensilin
Dosis : IM atau IV lamabt atau infus 100-150 mg/kg/hari. Pada infeksi berat 200-300
mg/kg/hari. Pada infeksi lebih berat 16 gr perhari dosis tunggal diatas 2 gr, hanya diberikan
secara IV
Sulbenisilin
indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa
interaksi : lihat benzil pensilin
efek samping : lihat benzil pensilin
kontra indikasi : lihat benzil pensilin
dosis : dewasa 2-4 gr perhari. Anak 40-80 mg/kg/hari diberikan secara Im atau IV, dibagi
dalam dua kali pemberian

3.2 SEFALOSFORIN
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis
dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama melalui
ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosforin terbagi atas :
1) Sefaklor
indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan menyusui
( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk
mengurangi jumlah obat
interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti mikroba
masing-masng derrivat bervariasi.
efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis tinggi)
mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll
kontra indikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
Dosis : 250 mg tiap 8 jam,k dosis digandakan pada infeksi berat, maksimum 4 gr perhari.
Bayi diatas 1 bulan 20 mg/kg/hari di bagi dalam 3 dosis, maksimum 1 gr perhari. Bayi 1
bulan – 1 tahun 62 mg tiap 8 jam. Anak berusia 1-5 thun 125 mg. diatas 5 tahun 250 Mg,
untuk infeksi berat dapat dianaikkan 2 kali lipat dosisnya.
2) Sefadroksil
indikasi : lihat sefaklor
peringatan : lihat sefaklor
interaksi : lihat sefaklor
efek samping : lihat sefaklor
kontra indikasi : lihat sefaklor
dosis : berat badan lebih dari 40 kg : 0.5 – 1 gr dua kali sehari. Infeksi jaringan lunak, kulit,
dan saluran kemih tanpa komplikasi 1gr/hari.
Anak kurang dari 1 thn, 25 mg/kg/hari. Anak 1 – 6 thn 500 mg dua kali sehari.
3) Sefeksim
indikasi : lihat sefaklor
peringatan : lihat sefaklor
interaksi : lihat sefaklor
efek samping : lihat sefaklor
kontra indikasi : lihat sefaklor
dosis : dewasa dan anak diatas 10 thn: 200 – 400 mg/ hari sebagai dosis tunggal atau dibagi
dua dosis. Bayi di atas 6 bulan: 8 mg/kg/hari. Sebagai dosis tunggal atau dua dosis. Bayi 6
bln- 1 thn 75 mg/hari. Anak 1 – 4 thn 100 mg/hari.

4) Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
peringatan : lihat sefaklor
interaksi : lihat sefaklor
efek samping : lihat sefaklor
kontra indikasi : lihat sefaklor
dosis : ISPA, kulit dan jaringan lunak 500 mg sekali sehari, biasanya untuk 10 hari. Anak 6
bulan – 12 thn 20 mg/ kg BB ( max. 500mg ) sekali sehari. Eksaserbasi akut dari bronchitis
kronik 500mg setiap 12 jam, biasanya untuk 10 hari. Otitis media anak 6 bulan - 12 thn 20
mg/kg BB ( max. 500 mg ) setiap 12 jam.
5) Sefodizim
Indikasi : ISPA, infeksi saluran kemih atas, dan bawah.
peringatan : lihat sefaklor
interaksi : lihat sefaklor
efek samping : lihat sefaklor
kontra indikasi : lihat sefaklor
dosis : pemberian injeksi IM atau IV lambat atau infuse 1gr tiap 12 jam ( pd ISPA ).
Infeksi saluran kemih atas dan bawah ( termasuk pielonefritis akut dan kronis dan sistitisa ) 1
gr tiap 12 jam atau 2 gr /hari dalam dosis tunggal.
6) Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
peringatan : lihat sefaklor
interaksi : lihat sefaklor
efek samping : lihat sefaklor
kontra indikasi : lihat sefaklor
dosis : pemberian IM, IV atau infuse: 1 gr tiap 12 jam, dapat di tingkatkan sampai 12 gr/hari
dalam 3 – 4 kali pemberian. ( dosis diatas 6 gr/ hari diperlukan untuk infeksi pseudomonas ).
Neonatus : 50 mg/kg/hari dalam 2 – 4 kali pemberian. ( pada infeksi berat dapat ditingkatkan
menjadi 150 - 200 mg/kg/hari.
Anak ; 100 – 150 mg/kg/hari dalam 2 – 4 kali pembarian. ( pada infeksi berat dapat
ditingkatkan menjadi 200 mg/kg/hari).
7) Sefripom
indikasi : lihat sefaklor
peringatan : lihat sefaklor
interaksi : lihat sefaklor
efek samping : lihat sefaklor
kontra indikasi : lihat sefaklor
dosis : pemberian injeksi IV atau infuse.
Infeksi saluran kemih atas dan bawah dengan komplikasi, infeksi kulit dan jaringan lunak : 1
gr tiap 12 jam, dapat naik sampai 2gr tiap 12 jam pada infeksi sangat berat.
Infeksi saluran pernafasan bawah : 1 -2 gr tiap 12 jam.
Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 12 tahun.
8) Seftazidim
indikasi : lihat sefaklor
peringatan : lihat sefaklor
interaksi : lihat sefaklor
efek samping : lihat sefaklor
kontra indikasi : lihat sefaklor
dosis : pemberian injeksi IM, IV atau infuse.
1 gr tiap 8 jam, 2 gr tiap 12 jam pada infeksi berat : 2 gr tiap 8 – 12 jam. Pemberian lebih dari
1 gr hanya secara IV.
USILA : dosis max. 3 gr/hari. BAYI sampai 2 bulan : 25 – 60 mg/kg/hari dalam 2 kali
pemberian. Di atas 2 bulan : 30 – 100 mg/kg/ hari dibagi dalam 2 kali pemberian. Pada
meningitis atau imunodefisiensi ; max. 6 gr/hari dibagi dalam 2 kali pemberian.
Infeksi saluran kemih dan infeksi yang tidak terlalu berat : 0.5 – 1 gr tiap 12 jam. Anak :
150mg/kg/hari ( max. 6 gr/hari ) dibagi dalam 3 kali pemberian. Profilaksis pada operasi
prostate : 1 gr pada saat induksi anestesi, dapat diulangi pada saat pengangkatan kateter.

9) Seftibuten
indikasi : lihat sefaklor
peringatan : lihat sefaklor
interaksi : lihat sefaklor
efek samping : lihat sefaklor
kontra indikasi : lihat sefaklor
dosis : dewasa dan anak di atas 10 thn. ( berat badan lebih dari 45 kg ) : 400 mg/hari dosis
tunggal.
anak di atas 6 bln : suspensi oral, 9 mg/kg/hari dosis tunggal.

10) Seftriakson
indikasi : lihat sefaklor
peringatan : lihat sefaklor
interaksi : lihat sefaklor
efek samping : lihat sefaklor
kontra indikasi : lihat sefaklor
dosis : pemberian secara injeksi IM dalam, bolus IV atau infus. 1gr/hari dalam dosis tunggal
dosis lebih dari 1 gr hars diberikan pada dua tempat atau lebih. Anak diatas 6 minggu : 20-50
mg/kg/hari, dapat naik sampai 80 mg/kg/hari. Diberikan dalam dosis tunggal, bila lebih dari
50 mg/kg hanya diberikan secara infus. Gonore tanap komplikasi : 250 mg dosis tunggal.

11) Sefuroksim
indikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N gonorrhoeae,
lihat juga sefaklor.
peringatan : lihat sefaklor
interaksi : lihat sefaklor
efek samping : lihat sefaklor
kontra indikasi : lihat sefaklor
dosis : oral : untuk sebagian besar kasus termasuk infeksi saluran nafas atas dan bawah : 250
mg 2 kali sehari.
Infeksi saluran kemih : 125 mg dua kali sehari
12) Sefaleksin
indikasi : lihat sefaklor
peringatan : lihat sefaklor
interaksi : lihat sefaklor
efek samping : lihat sefaklor
kontra indikasi : lihat sefaklor
dosis : 250 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 8-12 jam. Dapat dinaikkan sampai 1-1,5 gr tiap 6-
8 jam untuk infeksi berat. Anak : 25 mg/kg/hari dalam dosis terbagi. Dapat dinaikkan dua
kali lipat untuk infeksi bera ( max 100 mg/kg/hari ). Dibawah1 tahun: 125 mg tiap 12 jam. 1-
5 tahun 125 mg tiap 8 jam ; 6 sampai 12 tahun 250 mg tiap 8 jam.untuk profilaksis infeki
saluran kemih berulang pada dewasa 125 mg pada malam hari.
13) Sefamandol
indikasi : profilaksis tindakan bedah,lihat juga sefaklor
peringatan : lihat sefaklor
interaksi : lihat sefaklor
efek samping : lihat sefaklor
kontra indikasi : lihat sefaklor
dosis : injeksi IM atau IV selama 3-5 menti atau infuse 0,5-2 g tiap 4-8 jam.bayi diatas 1
bulan, 50-100 mg/kg/hari
14) Sefodixim
Indikasi: lihal pada dosis
Peringatan; Kontraindikasi;Efek samping: lihat sefaklor.
Dosis: infeksi saluran napas bawah,pemberian injeksi intramuscular atau intravena lambat
atau infuse: 1 g tiap 12 jam
Infeksi saluran kemis atas dan bawah (termasuk pielonefritis atau kronis dan sistitis): I g tiap
112 jam atau 2 g per hari dalam dosis tunggal.
15) Sefotaksim
Indikasi: lihal juga sefaktor
Profilasi pada pembedahan epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
Peringatan; Kontraindikasi; Efek Samping: lihat sefakklor
Dosis: pemberian injeksi intramuskuler, intravena atau infus: 1 g tiap 12 jam, dapat
ditingkatkan sampai 12 g perhari dalam 3-4 kali pemberian. Pada infeksi. (Dosis di atas 6
g/hari diperlukan untuk infeksi pseudomenas).
NEONATUS: 50 mg/kg/hari dalam 2-4 kali pemberian. Pada infcksi berat, dapat
ditingkatkan 150-200 mg/kg/hari.
ANAK: 100-150 mg/kg/hari dalam 2-4 kali pemberian. (pada infcksi berat dapat ditingkatkan
menjadi 200 mg/kg/hari).
Gonore: 1 g dosis tunggal.

16) Sefpirom
Indikasi : Peringatan; Kontraindikasi; Efek Samping: lihat sefaklor
Dosis: pemberian injeksi intramuskuler, intravena atau infus
Injeksi saluran kemih dan bawah dengan komplikasi , infeksi kulit dan jaringan lunak: 1 g
tiap 12 jam, dapat naik sampai 2 g per 12 jam hari sangat berat.
Infeksi saluran napas bawah : 1-2 g tiap 12 jam.
Infeksi berat, termasuk bakteremia: 2 g tiap12 jam.
Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 12 tahun.
17) Seftibuten
Indikasi Peringatan; Kontraindikasi; Efek Samping: lihat sefaklor
Dosis: Dewasa dari anak di atas 10 tahun (beratbadan lebih dari 45 Kg): 400mg/ hari dosis
tunggal.
Anak diatas 6 bulan: suspensi oral. 9 mg/Kg/ hari dosis Tunggal.
Cedax (Schering Ploigh italy), kapsul 200 mg, 400 mg; suspensi 36 Mg/ ml (K)
18) Seftriakson
Indikasi Peringatan; Kontraindikasi; Efek Samping: lihat sefaklor
Pada gangguan fungsi hati yang disertai gangguan fungsi ginjal dapat terjadi penggeseran
bilirubin dari ikatan plasma.
Kontrandiksi untuk bayi dibawah 6 bulan seftriakson kalsium dapat menimbulkan presipitasi
di ginjal atau empedu.

Dosis: pemberian secara infeksi intramuskuler dalam, bolus intravena atau infuse. 1 g/ hari
dalam dosis: tunggal. Pada infeksi berat: 2-4 Mg/ hari dosis tunggal. Dosis lebih dari 1 g
halus diberikan pada dua tempat atau lebih.
ANAK di atas 6 minggu: 20-50 mg/kg/hari, dapat naik sampai 80 mg/kg/ hari.diberikan
dalam dosis tungggal. Bila lebih dari 50 mg/
kg, hanya diberikan sccara infus intravena.
Gonore tanpa komplikasi: 250 mg dosis tunggal.
Profilaksis bedah: I g dosis tunggal.
Profilaksis bedah kolorek: 2 g
19) Sifuroksim
Indikasi: prolilaksis tindakan bcdah, lebih-akif terhadap H. Influenzae dan N- gonorrboeae.
Lihar juga sefaktor
Peringatan: Kontrandikasi ; Efek samping: lihat sefaktor
Dosis: oral: untuk sebagian besar kasus, termasuk infeksi saluran napas atas dan bawah: 250
mg dua kali sehari. Untuk kasus berat, dapat ditingkatkan dua kali lipat.
Infeksi saluran kemih: 125 mg dua kali sehari. Untuk pielonefritis 250 mg dua kali. Gonore:
1 gram dosis tunggal
ANAK diatas 3 bulan: 125 mg dua kali sehari. Untuk otitis media pada anakl ebih dari 2
tahun dapat diberikan 250 mg dua kali sehari.
Parenteral: injeksi intramuscular, bous intravena atau infuse 750 mg tiap 6-8 jam. Pada
infeksi berat: 1,5 g tiap 6-8 jam pemberina lebih dari 750 mg hanya boleh secara intravena.’

ANAK: 30- 100 mg /kg/ hari ( rata-rata 60 mg / kg/ hari) dibagi dalam 3-4 dosis.
Gonore: 1,5 g injeksi intravena intramuskuler, dosis tunggal, pada dua tempat suntikan.
Profilaksis bedah: 1,5 injeksi intravera pda saat induksi. Dapat ditambahkan 750 mg
intramuskuler 8-16 jam kemudian (bedah abdomen, pelvis dan ortopedi), 750 mg, i.m tiap 8
jam selama 24-48 jam berikutnya ( bedah jantung, padi dan esophagus).(meringis : 3 g,
injeksi intravena, tiap 8 jam.
ANAK: 200 240 mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis diturunkan menjadi 100
mg/kg/hari setelah 3 hari atau setelah adanya perbaikan klinis. NEONATUS, 100 mg/kg/
hari, kemudian diturunkan mejadi : 50 mg/ kg/ hari.

20) Sefaleksin
Indikasi; peringatan; kontraindikasi; Efek Samping: lihat sefaklor. Dosis: 250 mg tiap 6 jam
atau 500 mg tiap 8-12 jam. Dapat dinaikkan sampai 1-1,5 g tiap 6-8 jam untuk infeksi berat.
ANAK: 25 mg/kg/hari dalam dosis terbagai. Dapat dinaikkan dua kal lipat untuk infeksi berat
( maksimum 100 mg / kg/ hari). Dibawah 1 than: 125 mg tiap 12 jam. 1 sampai 5 tahun, 125
mg tiap 8 jam, 6 sampai 12 tahun 250 tiap 8 jam
Untuk profilaksis infeksi saluran kemih berulang pada dewasa, 125 mg pada malam hari.
21) Sefamandol
Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan. Lihat juga sefaklor. Peringatan;
Kontraindikasi; Efek Samping: lihat sefaklor.
Dosis: lnjeiksi inframuskuler atau intravena selama 3-5 menit atau infuse intravena 0,5-2 tiap
4-8 jam.
22) Sefradin
Indikasi : profilaksis bedah. Lihat juga sefaktor
peringatan;kontraindikasi; efek samping: lihat sefaktor.
Dosis, oral 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5 – 1 g tiap 12 jam.
ANAK, 25-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi.
Injeksi intramuskuler atau intravena: 0,5 – 1 g tiap 6 jam. Pada infeksi berat dapat
ditingkatkan sampai 8 g/ hari. ANAK. 50-100 mg/ kg/ hari dibagi dalam 4 kali pemberian.
Profiklaksis beda, 1-2 g segera sebelum operasi.
23) Sefazolin
Indikasi: lihat Sefaklor; profilaksis bedah.
Peringatan, kontraindikasi; efek samping: lihar sefaktor.
Dosis: injeksi intramuscular atau injeksi intravena atau infuse. 0,5 g – 1 g setiap 6 – 12 jam,
ANAK 25-50 mg setiap hari ( dalam dosis terbagai,)dapat ditingkatkan sampai 100 mg / kg
perhari pada infeksi berat.

24) Sefpodoksim
Indikasi: infeksi saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis dan tonsillitis, hanya yang
kambuhan, infeksi kronis atau resisten terhadap antbiotika lain.
Kontraindikasi; Efek samping : lihat sefaktor
Dosis: infeksi saluran napas atas; 100 mg "dua kali sehari bersama makanan (200 mg dua kali
sehari pada sinusitis). infeksi, saluran napas bawah (termasuk bionkitis dan pneumonia) 100-
200 mg dua kali sehari bersama makanan.
ANAK dibawah 15 hari tidak dianjurkan, ;
15 hari-16 bulan 8 mg/kg per hari terbagi ;
Dalam 2 dosis, 6 bulan-2 tahun 40 mg 2 kali sehari, 3-8 tahun 80 mg 2 kali sehari, diatas 9
tahun 100 mg 2 kali sehari.
Bahan (Sankyo Co.Lld-Japan/Kimia Farma)
Tablet 100 mg (K).

3.3 Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama
semakin berkurang karena masalah resistansi.
1. Tetrasiklin
Indikasi: eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga keterangan diatas) klamidia,
mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis, akne vulganis.
Peringatan: gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara i.v), gangguan fungsi ginjal (lihat
Lampiran 3), kadang-kadang menimbulkan fotosintesis.
Interaksi: lihat lampiran I (tetrasiksin).
Efek samping: mual, muntah, diare, eritema.
2. Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretik
Perhatinak : kontaindikasi; efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi
pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.
Dosis : 150 mg tiap 6 jam atau 300 mg tiap 12 jam.
3. Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis
kronis, penyakit radang perlvis (bersama metronidazo)
Dosis : L 200 mg pada hari pertama, kemudian 100 mg perhari pertama, kemudian 100 per
hari. Pada infeksi berat 200 mg per hari.
Akne: 50 mg per hari selama 6-12 mingu atau lebih lama.
Catatan: kapsul harus ditelan dalam bentuk utuh bersama dengan makanan dan air yang
cukup, dalam posisi duduk atau berdiri.
4. Oksitetrasiklin
Indikasi ; peringatan; kontaindikasi; efek samping; lihat tetrasilin; hindari pada porfiria.
Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).

3.4 Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram
negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas
aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya
sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.
1. Amikasin
Indikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.
Peringatan; komtraindikasil efek samping: lihat gentamisin Dosis: injeksi intra muskuler,
intravena lambat atau infuse 15 mg/ kg/ hari dibagi dalam 2 kali pemberian. Lihat juga
catatan diatas.
Catatan: Kadar pucak ( 1 jam ) tidak boleh lebih dari 30 mg/ liter dan kadar lembah tidak
boleh lebih dari 10 mg / liter.

2. Gentamisin
Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya. Infeksi
bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis karena Str viridans. Atau str farcalis
(bersama penisilin, pneumonia nosokomial, terapi tambahan pad meningitis karena listeria.
Peringatan : gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan dosso, awasi fungsi
ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan jangka
panjang. Lihat juga keterangan diatas, interaksi: lampiran 1 ( aminoglikosida)
Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
Efek samping : gangguna vestibuler dan pendengaran, netrotoksista, hipomagnesemia pada
pemberian jangka panjang colitis karena antibiotic.
Dosis : injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse, 2-5 mg/ kg/ hari ( dalam dosis
terbagai tiap 8 jam) lihat juga keterangan diatas sesuaikan dosis terbagi tiap 8 jam ) lihat juga
keterangan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam plasma.
Anak dibawah 2 minggu , 3 mg/ kg tiap 12 jam, 2 minggu samapi 2 tahun, 2 mg/ kg tiap 8
jam.
Infeksi intratekal : 1 mg. hari, daapt dinaikkan samai 5 mg / hari disertai pemberian
intramuscular 2-4 mg/ kg/ hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam. Profilaksis endikarditid pada
deasa 120 mg. untuk anak dibawah 5 tahun 2 g / kg.
Catatan : kadar puncak ( 1 jam) tidak boleh lebih dari 10 mg/ liter dan kadar lembah (trough)
tidak boleh lebih dari 2 mg/ liter.
3. Kanamisin
Indikasi : lihat catatan diatas
Peringatan; kontraindikasi ; efeks samping; lhat getaminsin
Dosis: infeksi intramuskuler, 250 mg tiap 6 jam atau 500 mg tia 12 jam. Lihat juga
keterangan diatas.
Injeksi intavena: 15-30 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 8-12 jam
Catatan : kadar puncak tidak boleh lebih dari 30 mg/liter dan kadar lembah tidak boleh lebih
dari 10 mg/liter
Kanamycin (Generic) serbuk Ijn. g/vial, 2 g/vial (K).
Kanamycin Meiji (Meiji Indonesia) serbuk Inj. 1 g/vial (K)
4. Neomisin Sulfat
Indikasi: Sterilisasi usus sebelum operasi lihat juga keterangan diatas.
Peringatan; Kontraindikasi; Efek Samping: gentamisin. Terlalu toksis untuk penggunaan
sistemik. Lihat juga keterangan diatas. Hindarai penggunaan pada obstruksi usus dan
gangguan fungsi ginjal.
Dosis : Oral, 1 g tiap 4 jam.
5. Netilmisin
Indikasi: infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin.
Peringatan : Kontraindikasi: efek samping : lihat gentamisin.
Dosis : Infeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse: 4-6 mg/kg/hari sebagai dosis
tunggal atau dosis terbagi tiap 8-12 jam. Pada infeksi berat dosis dapat naik sampai 7,5
mg/kg/hari dalam tiga kali pemberian (dosis segera diturunkan bila terdapat perbaikan klinis,
biasanya setelah 48 jam). NEONATUS kurang dari 1 minggu 3 mg/kg tiap 12 jam; diatas 1
minggu, 2,5-3 mg/kg tiap 12 jam; ANAK 2-2,5 mg/kg tiap 8 jam
Infeksi saluran kemih, 150 mg/hari (dosis tunggal) selama 5 hari.
Gonore: 300 mg Dosis tunggal
Catatan : Kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 12 mg/liter dan kadar lembah tidak
boleh lebih dari 2 mg/liter.
6. Tobramisin
Indikasi : lihat gentamisin dan catatan di atas.
Peringatan; kontraindikasi; efek samping: lihat gentamisin.
Dosis: infeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse 3 mg/kg/hari dalam dosis terbagi
tiap 8 jam. Pada infeksi berat dapat ditingkatkan dampai 5 mg/kg/hari dalam dosis terbagi
tiap 6-8 jam (turunkan menjadi 3 mg/kg/hari setelah terjadi perbaikan klinis). NEONATUS 2
mg/kg tiap 12 jam. BAYI/ANAK di atas 1 minggu 2-2,5 mg/kg tiap 8 jam.
Infeksi saluran kemih, 2-3 mg/kg/hari intramuscular, dosis tunggal.
Catatan: kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 10 mg/liter dan kadar lembah tidak
boleh lebih dari 2 mg/liter.
3.5 KLORAMFENIKOL
Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik. Obat ini
seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid,
meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya.
Karena toksisitasnya, obat ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik, kecuali untuk
keadaaan yang disebutkan diatas ( lihat 13.1.3.1)
1. Kloramfenikol
Indikasi: lihat keterangan di atas
Peringatan: hindari pemberina berulang dan angka panjang. Turunkan dosis pada gangguan
fungsi hati dan ginjal. Lakukan hitung jenis sel darah sebelum dan secara berkala selaama
pengobatan. Pada neonatus dapat menimbulkan grey baby syndrome. ( periksa kadar dalam
plasma). Interaksi: lihat lampiran 1(kloramfenikol).
Kontraindikasi: wanita hamil, penyusui dan pasien porfiria
Efeks samping : kelainan darah yang reversible dan irevesibel seperti anemia anemia aplastik
( dapat berlanjut mejadi leukemia), neuritis perifer, neuritis optic, eritem multiforme, mual,
muntah, diare, stomatitis, glositits, hemoglobinuria nocturnal.
Dosis Oral, infeksi intravena atau infuse: 50 mg/ kg/ hari dibagi dalam 4 dosis pada infeksi
berat seperti septicemia dan meningitis, dosis dapat digandakan dan segera diturunkan bila
terdapat perbaikan klinis).
ANAK: epiglotitis hemofilus, meningitis pululenta, 50-100 mg/ kg/ hari dalam dosis terbagi.
BAYI dibawah 2 minggu, 25 mg/ kg hari ( dibagi dalam 4 dosis). 2 minggu- 1 tahun, 500
mg/kg/ hari ( dibagi 4 dosis).
Keterangan : pengukuran kadar dalam plasma harus dilakukan pada neonatus dan dianjurkan
pada anak dibawah 4 tahun.

3.6 MAKROLID
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin, sehingga obat
ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran
napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakter.
1. Eritromisin
Indikasi: sebagai alternative untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis
kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, protatitis
kronik, akne vulgaris, dan rpofilaksis difetri dan pertusis.
Peringatan: Ganguan fungsi hati dan porfiria ginjal, perpanjangan interval QT (pernah
dilaporkan takikardi veatrikuler); porfiria (lihat seksi 11.8.2); kehamilan (tidak diketahui efek
buruknya) dan menyusul (sejumlah kecil masuk ke ASI).
Interaksi: lampiran 1 (eritromisin dan makrolid lain).
Aritmia: hindari penggunaan bersama astemizol atau terfenadin. Hindari juga kombinasi
dengan cisaprid.
Kontraindikasi: penyakit hati (garam estolat).
Efek samping: mual muntah, nyeri perut, diare; urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainnya;
gangguan pendengaran yang reversible pernah pernah dilaorkan setelah pemberian dosis
besar; ikterus kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada)
Dosis: oral: Dewasa dan Anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jamatau 0,5-1 g tiap 12 jam
( lihat keterangan diatas); pad infeksi berat dapat dinaikkan sampai 4 g/ hari. Anak sampai 2
tahun 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat dosis dapat
digandakan.
Akne: 250 mg dua kali sehari kemudina satu kali sehari setelah 1 bulan.
Sifilif stadium awal, 500 mg 4 kali sehari selama 14 hari.
Infuse intravera: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50 mg/ kg/ hari secara dewasa dan
anak, 50 mg/ kg/ hari secara infuse kontinu atau dosis terbagi tiap 6 jam; infeksi ringan 25
mg/ kg/ hari bil pemberina per oral tidak memungkinkan.
2. Azitromisin
Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa kompliasi.
Peringatan dan efek samping : lihat di eritromisin; wanita hamil atau menyusui; pernah
dilaporkan fotosensitivitas dan neutropenia ringan.
Interaksi : lampiran 1 (eritrimisin dan makrolid lain)
Kontraindikasi: gangguna fungsi hati.dosis: 500 mg sekali sehari selama 3 hari
Anak diatas 6 bulan, 10 mg/ kg sekali sehari selama 3 hari; berat badan 26-35 kg. 300 mg
sekali sehari selama 3 hari; berat badan 30-45 kg 400 mg sekali sehari selama 3 hari infeksi
klamidia genital, 1gram sebagai dosis tunggal.
3. Klaritromisin
Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak;
terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak duodenum ( lihat bagian 1.1)
Peringatan dan efek samping: lihar juga eritromisin; turunkan dosis pada gangguan fungsi
ginjal; wanita hamil dan meyusui; sakit kepada gangguna pengecapan, stomatitis, glositis,
ikterus-johnson; pada pemberian i.v dapat terjadi nyeri loka dan felbilib : interaksi : lampiran
1 (eritrmisin dan makrolid lain)
Arimia hindarkan penggunaan bersama astemsol, terfenadian cisaperid.
Dosis: oral : 250 mg tiap 12 jam selama 7 hari, pada infeksi berat dapat ditingkatkan sampai
500 mg tiap 12 jam selama 14 hari Anak dengan berat badan kurang dari 8 kg, 7,5 mg/ kg
dua kali sehari, 8-11 kg (1-2 tahun), 62,5 mg dua kali sehari; 12 -19 kg(3-6 tahun), 125 mg
dua kali sehari; 20-29 kg (7—9 tahun), 187,5 mg dua kali sehari; 30-40 kg (10-12 tahun), 250
mg dua kali sehari.
Eradikasi H. pylori, lihat bagian 1.1 infus intraverna: 500 mg dua kali sehari pada vena besar,
tidak dianjurkan untuk anak-anak.

3.7 POLIPEPTIDA
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan gramisidin,
dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas. Berlainan
dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini dihasilkan
oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-negatif termasuk
Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin terhadap kuman Gram-positif.
Khasiatnya berupa bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya (surface-active agent) dan
kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga permeabilitas sel
diperbesar dan akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak tergantung pada keadaan membelah
tidaknya bakteri, maka dapat dikombinasi dengan antibiotika bakteriostatik seperti
kloramfenikol dan tetrasiklin.
Resorpsinya dari usus praktis nihil, maka hanya digunakan secara parenteral, atau oral untuk
bekerja di dalam usus. Distribusi obat setelah" injeksi tidak merata, ekskresinya lewat ginjal.
Toksisltas. Antibiotika ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga untuk organ pendengar.
Maka penggunaannya pada infeksi dengan Pseu¬domonas kini sangat berkurang dengan
munculnya antibiotika yang lebih aman (gentamisin dan karbenisilin).
1. Polimiksin B
Diperoleh dari Bacillus polymyxa, tidak dari jamur seperti antibiotika lainnya. Kini masih
digunakan hanya secara lokal, dalam salep (0,2%) (Terramycin dengan polimiksin, Pfizer),
kerapkali bersama antibiotika lain, misalnya dengan neomisin dan basitrasin (Neosporin,
B.W.) atau tetes-mata (0,05% sulfat) dalam kombinasi dengan neomisin dan gramisidin
(Neosporin Eye Drops). Aktivitasnya masih dinyatakan dalam kesatuan karena belum dapat
diisolasi secara murni: 1 mg Polimiksin B= 10.000
2. Kolistin (= Polimiksin E): Colistine (Dumex)
Berasal dari suatu bakteri juga, yaitu Aerobacillus colistinus (Jepang, 1957). Terutama
digunakan i.m. pada infeksi saluran-kemih dan empedu dengan Pseudomonas, juga oral pada
infeksi-infeksi usus oleh kuman-kuman Gram-negatif untuk terapi setempat. Penggunaannya
terbatas karena neuro- dan nefrotoksisitasnya, meskipun lebih ringan daripada polimiksin B.
Dosis: oral 3-4 kali sehari 1-2 tablet dari 1,5 MU (million units).
3. Basitrasin
Dihasilkan oleh Bacillus subtilis (Inggris, 1945). Nefrbtoksis pada penggunaan parenteral,
maka terutama digunakan dalam salep kulit dan mata, atau tetes-mata bersama antibiotika
lain, misalnya Nebacetin (Byk): basitrasin dan neomisin, Cutinolone (Labaz).: dengan
neomisin dan triamsinolon. Aktivitasnya dinyatakan Juga dalam units, yaitu 1 mg basitrasin =
± 40 U.I.
Gramisidin
Bacillus brevis menghasilkan dua antibiotika, yaitu gramisidin dan tirosidin, yang bersama
dinamakan thirotrisin (A.S. 1941). Hanya aktif terhadap bakteri Gram-positif,
penggunaannya juga khusus dalam salep dan tetes mata/kuping atau tablet isap untuk sakit
leher. Terlalu toksis untuk penggunaan sistemis. Preparat-preparat lainnya adalah antara lain:
Topifram (Roussel) : Salep dengan desoksimetason, gramisidin, framisetin dan garam Hg.
Kenacomb (Squibb) : Salep dengan triamsinolon, gramisidin, neomisin dan nistatin.
Sofradex (Roussel) : Tetes-mata dengan deksametason, gramisidin dan framisetin.
3.8 SERBA-SERBI
1. Rifampisin
Lihat Bab 8, Obat-obat tuberculosis.
2. Asam fusidat: Fucidin (Leo)
Dihasilkan oleh jamur antara lain Fusidium coccineum (Denmark, 1961) dan merupakan
antibiotikum satu-satunya dengan rumus steroida, lihat juga rumus hormon kelamin,
kortikosteroida, glikosida digitalis dan vitamin D. Aktivitasnya mirip penisilin, tetapi
spektrumnya lebih sempit dan khasiat bakteriostatik berdasarkan penghambatan sintesis
protein bakteri. Daya penetrasinya ke dalam cairan-cairan tubuh baik sekali, juga ke dalam
nanah dan bagian-bagian jaringan atau tulang yang sudah mati. Maka khususnya dianjurkan
pada radang sumsum tulang (osteomyelitis).
Berhubung resistensi dapat timbul dengan cepat, maka biasanya obat ini dikombinasi dengan
eritromisin atau penisilin. Efek-efek sampingnya ringan. Antibiotika pilihan kedua ini
terutama digunakan terhadap stafilo-koki yang resisten untuk penisilin dengan dosis oral: 3
kali sehari 0,5 g -1 g, bersama eritromisin 3 kali sehari 250-500 mg. Salep 2%.
3. Spektinomisin: Trobicin (Upjohn)
Dihasilkan oleh Streptomyces spectabilis (1961). Aktivitasnya bersifat bakterisid dan
meliputi beberapa bakteri Gram-positif dan -negatif, termasuk Pseudomonas, Gonococci,
Proteus dan Klebsiella. Khususnya di¬gunakan sebagai injeksi pada penyakit kelamin
gonorrea sebagai obat pilihan ketiga (setelah pen-G/amoksisilin dan tetrasiklin), misalnya
pada infeksi dengan suku-suku kuman gonokok yang membentuk penisilinase dan yang
jumlahnya setiap tahun meningkat dengan cepat sekali. Efek-efek samping tidak sering:
gangguan-gangguan lambung-usus, sakit kepala, gatal-gatal, dan sebagainya. Resistensi
belum dilaporkan.
Dosis: i.m. pria single-dose 3,2 g, wanita 4 g garam di-HCl pentahidrat (= 1,6/3,2 g basa).
4. Novobiosin: Komb. Albamycin T (Upjohn).
Berasal dari Streptomyces niveus. Berkhasiat bakterisid terhadap ter¬utama bakteri Gram-
positif dan khususnya stafilokoki resisten. Berbeda dengan antibiotika lain yang bersifat basa,
novobiosin ialah asam lemah (dibasis) dan membentuk garam dengan senyawa-senyawa
basa, yang umumnya tak dapat larut.
Resorpsinya dari usus cukup baik, kadar darah sangat tinggi dan bertahan lama. Karena PP-
nya tinggi sekali (lebih kurang 99%), difusinya ke dalam CCS buruk. Ekskresi terutama
melalui empedu (siklus enterohepatik) dan tinja, setengahnya dalam bentuk tak aktif.
Efek samping agak sering terjadi dan berupa reaksi-reaksi alergi: nau¬sea dan muntah-
muntah, urtikaria, dermatitis dan derham, kadang-kadang leukopenia. Resistensi dapat timbul
menurut prinsip satu tingkat (seperti streptomisin).
Penggunaannya sebagai garam kalsium khusus pada infeksi-infeksi sta¬filokoki dan Proteus
kini jarang sekali, dengan dosis biasa: 4 kali sehari 250 mg oral. Albamycin T (Upjohn)
adalah suspensi untuk anak-anak de¬ngan novobiosin Ca + tetrasiklin HC1 masing-masing
125 mg yang di-anjurkan untuk infeksi saluran pernafasan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah
1. Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jemis
yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata
paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl dari sicilia
(1943).
2. Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat
sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama
melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
3. Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama
semakin berkurang karena masalah resistansi.
4. Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram
negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas
aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya
sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.
5. Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik. Obat ini
seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid,
meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya.
6. Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin, sehingga
obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi
saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakter.
7. Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan
gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas.
Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini
dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-negatif
termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin terhadap kuman Gram-positif.
8. Serba-serbi

4.2 SARAN
Diharapkan kepada para pembaca agar dalam pembuatan tugas selanjutnya dapat lebih baik
lagi karena kami akui masih banyak kekurangan dalam penyusunan

ANTIBIOTIK

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan
atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh
bakteri. Literatur lain mendefinisikan antibiotik sebagai substansi yang dalam konsentrasi rendah
dapat menghambat pertumbuhan dan reproduksi bakteri dan fungi.

Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua:

1. Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap
bakteri.
2. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat
pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.
Mekanisme kerja antibiotik dalam menghambat proses biokimia di dalam organisme dapat dijadikan
dasar untuk mengklasifikasikan antibiotik sebagai berikut:

A. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Yang termasuk ke dalam golongan ini
adalah Beta-laktam, Penicillin, Polypeptida, Cephalosporin, Ampicillin, Oxasilin.

1. Beta-laktam menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan pada enzim DD-
transpeptidase yang memperantarai dinding peptidoglikan bakteri, sehingga dengan
demikian akan melemahkan dinding sel bakteri. Hal ini mengakibatkan sitolisis karena
ketidakseimbangan tekanan osmotis, serta pengaktifan hidrolase dan autolysins yang
mencerna dinding peptidoglikan yang sudah terbentuk sebelumnya. Namun Beta-laktam
(dan Penicillin) hanya efektif terhadap bakteri gram positif, sebab keberadaan membran
terluar (outer membran) yang terdapat pada bakteri gram negatif membuatnya tak mampu
menembus dinding peptidoglikan.
2. Penicillin meliputi natural Penicillin, Penicillin G dan Penicillin V, merupakan antibiotik
bakterisidal yang menghambat sintesis dinding sel dan digunakan untuk penyakit-penyakit
seperti sifilis, listeria, atau alergi bakteri gram positif/Staphilococcus/Streptococcus. Namun
karena Penicillin merupakan jenis antibiotik pertama sehingga paling lama digunakan telah
membawa dampak resistansi bakteri terhadap antibiotik ini. Namun demikian Penicillin
tetap digunakan selain karena harganya yang murah juga produksinya yang mudah.
3. Polypeptida meliputi Bacitracin, Polymixin B dan Vancomycin. Ketiganya bersifat
bakterisidal. Bacitracin dan Vancomycin sama-sama menghambat sintesis dinding sel.
Bacitracin digunakan untuk bakteri gram positif, sedangkan Vancomycin digunakan untuk
bakteri Staphilococcus dan Streptococcus. Adapun Polymixin B digunakan untuk bakteri gram
negatif.
4. Cephalosporin (masih segolongan dengan Beta-laktam) memiliki mekanisme kerja yang
hampir sama yaitu dengan menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri.
Normalnya sintesis dinding sel ini diperantarai oleh PBP (Penicillin Binding Protein) yang
akan berikatan dengan D-alanin-D-alanin, terutama untuk membentuk jembatan
peptidoglikan. Namun keberadaan antibiotik akan membuat PBP berikatan dengannya
sehingga sintesis dinding peptidoglikan menjadi terhambat.
5. Ampicillin memiliki mekanisme yang sama dalam penghancuran dinding peptidoglikan,
hanya saja Ampicillin mampu berpenetrasi kepada bakteri gram positif dan gram negatif. Hal
ini disebabkan keberadaan gugus amino pada Ampicillin, sehingga membuatnya mampu
menembus membran terluar (outer membran) pada bakteri gram negatif.
6. Penicillin jenis lain, seperti Methicillin dan Oxacillin, merupakan antibiotik bakterisidal yang
digunakan untuk menghambat sintesis dinding sel bakteri. Penggunaan Methicillin dan
Oxacillin biasanya untuk bakteri gram positif yang telah membentuk kekebalan (resistansi)
terhadap antibiotik dari golongan Beta-laktam.
7. Antibiotik jenis inhibitor sintesis dinding sel lain memiliki spektrum sasaran yang lebih luas,
yaitu Carbapenems, Imipenem, Meropenem. Ketiganya bersifat bakterisidal.

B. Antibiotik yang menghambat transkripsi dan replikasi. Yang termasuk ke dalam golongan ini
adalah Quinolone, Rifampicin, Actinomycin D, Nalidixic acid, Lincosamides, Metronidazole.

1. Quinolone merupakan antibiotik bakterisidal yang menghambat pertumbuhan bakteri


dengan cara masuk melalui porins dan menyerang DNA girase dan topoisomerase sehingga
dengan demikian akan menghambat replikasi dan transkripsi DNA. Quinolone lazim
digunakan untuk infeksi traktus urinarius.
2. Rifampicin (Rifampin) merupakan antibiotik bakterisidal yang bekerja dengan cara berikatan
dengan β-subunit dari RNA polymerase sehingga menghambat transkripsi RNA dan pada
akhirnya sintesis protein. Rifampicin umumnya menyerang bakteri spesies Mycobacterum.
3. Nalidixic acid merupakan antibiotik bakterisidal yang memiliki mekanisme kerja yang sama
dengan Quinolone, namun Nalidixic acid banyak digunakan untuk penyakit demam tipus.
4. Lincosamides merupakan antibiotik yang berikatan pada subunit 50S  dan banyak digunakan
untuk bakteri gram positif, anaeroba Pseudomemranous colitis. Contoh dari golongan
Lincosamides adalah Clindamycin.
5. Metronidazole merupakan antibiotik bakterisidal diaktifkan oleh anaeroba dan berefek
menghambat sintesis DNA.

C. Antibiotik yang menghambat sintesis protein. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah
Macrolide, Aminoglycoside, Tetracycline, Chloramphenicol, Kanamycin, Oxytetracycline.

1. Macrolide, meliputi Erythromycin dan Azithromycin, menghambat pertumbuhan bakteri


dengan cara berikatan pada subunit 50S ribosom, sehingga dengan demikian akan
menghambat translokasi peptidil tRNA yang diperlukan untuk sintesis protein. Peristiwa ini
bersifat bakteriostatis, namun dalam konsentrasi tinggi hal ini dapat bersifat bakteriosidal.
Macrolide biasanya menumpuk pada leukosit dan akan dihantarkan ke tempat terjadinya
infeksi. Macrolide biasanya digunakan untuk Diphteria, Legionella mycoplasma, dan
Haemophilus.
2. Aminoglycoside meliputi Streptomycin, Neomycin, dan Gentamycin, merupakan antibiotik
bakterisidal yang berikatan dengan subunit 30S/50S sehingga menghambat sintesis protein.
Namun antibiotik jenis ini hanya berpengaruh terhadap bakteri gram negatif.
3. Tetracycline merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit ribosomal
16S-30S dan mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom, sehingga
dengan demikian akan menghambat translasi protein. Namun antibiotik jenis ini memiliki
efek samping yaitu menyebabkan gigi menjadi berwarna dan dampaknya terhadap ginjal dan
hati.
4. Chloramphenicol merupakan antibiotik bakteriostatis yang menghambat sintesis protein dan
biasanya digunakan pada penyakit akibat kuman Salmonella.

D. Antibiotik yang menghambat fungsi membran sel. Contohnya antara lain Ionimycin dan
Valinomycin. Ionomycin bekerja dengan meningkatkan kadar kalsium intrasel sehingga mengganggu
kesetimbangan osmosis dan menyebabkan kebocoran sel.

E. Antibiotik yang menghambat bersifat antimetabolit. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah
Sulfa atau Sulfonamide, Trimetophrim, Azaserine.

1. Pada bakteri, Sulfonamide bekerja dengan bertindak sebagai inhibitor kompetitif terhadap
enzim dihidropteroate sintetase (DHPS). Dengan dihambatnya enzim DHPS ini menyebabkan
tidak terbentuknya asam tetrahidrofolat bagi bakteri. Tetrahidrofolat merupakan bentuk
aktif asam folat, di mana fungsinya adalah untuk berbagai peran biologis di antaranya dalam
produksi dan pemeliharaan sel serta sintesis DNA dan protein. Biasanya Sulfonamide
digunakan untuk penyakit Neiserria meningitis.
2. Trimetophrim juga menghambat pembentukan DNA dan protein melalui penghambatan
metabolisme, hanya mekanismenya berbeda dari Sulfonamide. Trimetophrim akan
menghambat enzim dihidrofolate reduktase yang seyogyanya dibutuhkan untuk mengubah
dihidrofolat (DHF) menjadi tetrahidrofolat (THF).
3. Azaserine (O-diazo-asetyl-I-serine) merupakan antibiotik yang dikenal sebagai purin-
antagonis dan analog-glutamin. Azaserin mengganggu jalannya metabolisme bakteri dengan
cara berikatan dengan situs yang berhubungan sintesis glutamin, sehingga mengganggu
pembentukan glutamin yang merupakan salah satu asam amino dalam protein.

Yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotik adalah dosis serta jenis antibiotik yang
diberikan haruslah tepat. Jika antibiotik diberikan dalam jenis yang kurang efektif atau dosis yang
tanggung maka yang terjadi adalah bakteri tidak akan mati melainkan mengalami mutasi atau
membentuk kekebalan terhadap antibiotik tersebut.
Posted by Judhi Rachmat at 4:18 PM

Antibiotika  berasal dari dua kata yaitu anti : lawan dan bios  : hidup. Antibiotik adalah zat-zat kimia
yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.

Kegiatan antibiotik untuk pertama kalinya ditemukan secara kebetulan oleh dr. Alexander Fleming
(Inggris, 1928, penisilin). Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan di tahun 1941
(perang Dunia II), ketika obat-obat antibakteri sangat diperlukan untuk menanggulangi infeksi dari
luka-luka akibat pertempuran.

Penyebab timbulnya resistensi antibiotika yang terutama adalah : 

1. Tidak tepat sasaran, salah satunya adalah pemberian antibiotika pada pasien yang bukan
menderita penyakit infeksi bakteri. Walaupun menderita infeksi bakteri, antibiotika yang
diberikan pun harus dipilih secara seksama. Tidak semua antibiotika ampuh terhadap bakteri
tertentu. Setiap antibiotika mempunyai daya bunuh terhadap bakteri yang berbeda-beda.
Karena itu, antibiotika harus dipilih dengan seksama.
2. Tidak tepat dosis dapat menyebabkan bakteri tidak terbunuh, bahkan justru dapat
merangsangnya untuk membentuk turunan yang lebih kuat daya tahannya sehingga resisten
terhadap antibiotika.
3. Karena itu, jika dokter memberikan obat antibiotika, patuhilah petunjuk pemakaiannya dan
harus diminum sampai habis.
4. Pemakaian antibiotika tidak boleh sembarangan, baik untuk anak-anak maupun orang
dewasa. Itu sebabnya, antibiotika tidak boleh dijual bebas melainkan harus dengan resep
dokter.
5. Terlalu sering mengonsumsi antibiotika juga berdampak buruk pada ''bakteri-bakteri baik''
yang menghuni saluran pencernaan kita. Bakteri-bakteri tersebut dapat terbunuh, padahal
mereka bekerja membuat zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan kita.

10 Hal Tentang Antibiotika


Antibiotika tentu bukan sesuatu yang asing. Namun, bagaimana antibiotika selayaknya digunakan,
tak semua orang tahu.

1. Apa sebetulnya manfaat antibiotika? Antibiotika adalah senyawa kimia yang dibuat untuk
melawan bibit penyakit, khususnya kuman. Ada beragam jenis kuman, ada kuman yang
besar, ada yang kecil, dengan sifat yang beragam pula. Kuman cenderung bersarang di organ
tertentu di tubuh yang ditumpanginya. Ada yang suka di otak, di paru-paru, di usus, saraf,
ginjal, lambung, kulit, atau tenggorok, dan lainnya. Di organ-organ tempat bersarangnya itu,
kuman tertentu menimbulkan infeksi. Kuman tipus menimbulkan penyakit tipus di usus,
kuman TBC di paru-paru, selain bisa juga di tulang, ginjal, otak, dan kulit. Kuman lepra di
saraf dan kulit, kuman difteria di tenggorokan, tetanus di saraf, dan banyak lagi. Awalnya,
ditemukan jenis antibiotika penisilin, lalu sulfa, yang digunakan untuk mengobati semua
penyakit infeksi. Sekarang, sudah berpuluh-puluh jenis antibiotika ditemukan, baik dari
rumpun yang sama, maupun dari jenis yang lebih baru. Setiap antibiotika memiliki
kemampuannya sendiri dalam melawan kuman. Itu sebab, setiap rumpun kuman memiliki
penangkalnya masing-masing yang spesifik. Namun, kebanyakan antibiotika bersifat serba
mempan atau broadspectrum. Artinya, semua kuman dapat dibasminya. Selain itu, ada pula
jenis antibiotika yang sempit pemakaiannya, spesifik hanya untuk kuman-kuman tertentu
saja. Misalnya, antibiotika untuk kuman TBC (mycobacterium tuberculosis), untuk lepra atau
kusta (mycobaterium leprae), atau untuk tipus (salmonella tyhphi).
2. Kapan antibiotika digunakan? Antibiotika digunakan jika ada infeksi oleh kuman. Infeksi
terjadi jika kuman memasuki tubuh. Kuman memasuki tubuh melalui pintu masuknya
sendiri-sendiri. Ada yang lewat mulut bersama makanan dan minuman, lewat udara napas
memasuki paru-paru, lewat luka renik di kulit, melalui hubungan kelamin, atau masuk
melalui aliran darah, lalu kuman menuju organ yang disukainya untuk bersarang. Gejala
umum tubuh terinfeksi biasanya disertai suhu badan meninggi, demam, nyeri kepala, dan
nyeri. Infeksi di kulit menimbulkan reaksi merah meradang, bengkak, panas, dan nyeri.
Contohnya bisul. Di usus, bergejala mulas, mencret. Di saluran napas, batuk, nyeri
tenggorok, atau sesak napas. Di otak, nyeri kepala. Di ginjal, banyak berkemih, kencing
merah atau seperti susu. Namun, gejala suhu tubuh meninggi, demam, nyeri kepala, dan
nyeri, bisa juga bukan disebabkan oleh kuman, melainkan infeksi oleh virus atau parasit. Dari
keluhan, gejala dan tanda, dokter dapat mengenali apakah infeksi disebabkan oleh kuman,
virus, atau parasit. Penyakit yang disebabkan bukan oleh kuman tidak mempan diobati
dengan antibiotika. Untuk virus diberi antivirus, dan untuk parasit diberi antinya, seperti
antimalaria, antijamur, dan anticacing. Jika infeksi oleh jenis kuman yang spesifik, biasanya
dokter langsung memberikan antibiotika yang sesuai dengan kuman penyebabnya. Misal
bisul di kulit, tetanus, difteria, tipus, atau infeksi mata merah. Untuk infeksi yang meragukan,
diperlukan pemeriksaan khusus untuk memastikan jenis kuman penyebabnya. Caranya
dengan melakukan pembiakan (kultur) kuman. Bahan biakannya diambil dari darah atau air
liur, dahak, urine, tinja, cairan otak, nanah kemaluan, atau kerokan kulit. Dengan biakan
kuman, selain menemukan jenis kumannya, dapat langsung diperiksa pula jenis antibiotika
yang cocok untuk menumpasnya (tes resistensi). Dengan demikian, pengobatan infeksinya
lebih tepat. Jika tidak dilakukan tes resistensi, bisa jadi antibiotika yang dianggap mampu
sudah tidak mempan, sebab kumannya sudah kebal terhadap jenis antibiotika yang dianggap
ampuh tersebut.
3. Kenapa semakin banyak kuman yang kebal antibiotika? Pemakaian antibiotika di negara-
negara sedang berkembang sering tidak terkontrol dan cenderung serampangan. Antibiotika
yang bisa dibeli bebas, ketidaktahuan pemakaian, dan tidak dipakai sampai tuntas,
menimbulkan generasi kuman yang menjadi kebal (resisten) terhadap antibiotika yang
digunakan secara tidak tepat dan serampangan itu. Pemakaian antibiotika yang tidak
dihabiskan, atau menebusnya setengah resep, misalnya. Semakin sering dan banyak
disalahgunakan suatu antibiotika, semakin cepat menimbulkan kekebalan kuman yang biasa
ditumpasnya. Pemakaian antibiotika golongan erythromycine yang paling banyak dan luas
dipakai di dasawarsa 80-an, semakin banyak melahirkan generasi kuman yang kebal
terhadapnya. Lalu, dibuat generasi baru dari rumpun yang sama. Setiap beberapa tahun,
lahir jenis generasi antibiotika baru untuk membasmi jenis kuman yang sudah kebal. Tentu,
dengan harga yang lebih mahal.
4. Apa efek samping antibiotika? Seperti obat umumnya, antibiotika juga punya efek samping
masing-masing. Ada yang berefek buruk terhadap ginjal, hati, ada pula yang mengganggu
keseimbangan tubuh. Dokter mengetahui apa efek samping suatu antibiotika, sehingga tidak
diberikan pada sembarang pasien. Pasien dengan gangguan hati, misalnya, tidak boleh
diberikan antibiotika yang efek sampingnya merusak hati, sekalipun ampuh membasmi
kuman yang sedang pasien idap. Dokter perlu memilihkan antibiotika lain, mungkin kurang
ampuh, namun tidak berefek pada hati.Namun, jika suatu antibiotika tidak ada
penggantinya, antibiotika tetap dipakai, dengan catatan, bahaya efek samping pada seorang
pasien memerlukan monitoring oleh dokter, jika dipakai untuk jangka waktu yang lama.
Antibiotika untuk TBC, misalnya, yang diminum sedikitnya 6 bulan, perlu pemeriksaan fungsi
hati secara berkala, agar jika sudah merusak hati, obat dipertimbangkan untuk diganti.
5. Apa bahaya terlalu sering menggunakan antibiotika? Pemakaian antibiotika yang terlalu
sering tidak dianjurkan. Di negara kita, orang bebas membeli antibiotika dan memakainya
kapan dianggap perlu. Sedikit batuk pilek, langsung minum antibiotika. Baru mencret sekali,
langsung antibiotika. Padahal belum tentu perlu. Kenapa? Belum tentu batuk pilek
disebabkan oleh kuman. Awalnya oleh virus. Jika kondisi badan kuat, penyakit virus
umumnya sembuh sendiri. Yang perlu dilakukan pada penyakit yang disebabkan oleh virus
adalah memperkuat daya tahan tubuh dengan cukup makan, istirahat, dan makanan bergizi.
Pemberian antibiotika pada batuk pilek yang disebabkan oleh virus hanya merupakan
penghamburan dan merugikan badan, sebab memikul efek samping antibiotika yang
sebetulnya tak perlu terjadi.Kasus batuk pilek virus yang sudah lama, yang biasanya sudah
ditunggangi oleh kuman, baru membutuhkan antibiotika untuk membasmi kumannya, bukan
untuk virus flunya. Tanda batuk pilek membutuhkan antibiotika adalah dengan melihat
ingusnya. Yang tadinya encer bening sudah berubah menjadi kental berwarna kuning-hijau.
Selama ingusnya masih encer bening, antibiotika tak diperlukan. Minum antibiotika kelewat
sering juga mengganggu keseimbangan flora usus. Kita tahu, dalam usus normal tumbuh
kuman yang membantu pencernaan dan pembentukan vitamin K. Selain itu, di bagian-
bagian tertentu tubuh kita juga hidup kuman-kuman jinak yang hidup berdampingan dengan
damai dengan tubuh kita. Di kemaluan wanita, di kulit, di mulut, dan di mana-mana bagian
tubuh ada kuman yang tidak mengganggu namun bermanfaat (simbiosis). Terlalu sering
minum antibiotika berarti membunuh seluruh kuman jinak yang bermanfaat bagi tubuh. Jika
populasi kuman jinak yang bermanfat bagi tubuh terbasmi, keseimbangan mikroorganisme
tubuh bisa terganggu, sehingga jamur yang tadinya takut oleh kuman-kuman yang ada di
tubuh kita berkesempatan lebih mudah menyerang. Itu maka, banyak orang yang setelah
minum antibiotika yang kelewat lama, kemudian terserang penyakit jamur. Bisa jamur di
kulit, usus, seriawan di mulut, atau di mana saja. Keputihan sebab jamur pada wanita, antara
lain lantaran vagina kelewat bersih oleh antisepsis yang membunuh kuman bermanfaat di
sekitar vagina (Doderlein).
6. Berapa lama seharusnya konsumsi antibiotika? Lama pemakaian antibiotika bervariasi,
tergantung jenis infeksi dan kuman penyebabnya. Paling sedikit 4-5 hari. Namun, jika
infeksinya masih belum tuntas, antibiotika perlu dilanjutkan sampai keluhan dan gejalanya
hilang. Pada tipus, perlu beberapa minggu. Demikian pula pada difteria, tetanus. Pling lama
pada TBC yang memakan waktu berbulan-bulan. Termasuk pada kusta.Pada infeksi tertentu,
setelah pemakaian antibiotika satu kir, perlu dilakukan pemeriksaan biakan kuman ulang
untuk memastikan apakah kuman sudah terbasmi tuntas. Infeksi saluran kemih, misalnya,
setelah selesai satu kir antibiotika dan keluhan gejalanya sudah tiada, biakan kuman
dilakukan untuk melihat apa di ginjal masih tersisa kuman. Jika masih tersisa kuman dan
antibiotikanya tidak dilanjutkan, penyakit infeksinya akan kambuh lagi.Termasuk pada
infeksi gigi. Sakit gigi biasanya disebabkan oleh adanya kuman yang memasuki gusi dan
tulang rahang melalui gigi yang bolong atau keropos. Dalam keadaan demikian, gusi
membengkak dan gigi nyeri. Antibiotika diberikan sampai keluhan nyeri gigi hilang. Jika
antibiotika hanya diminum sehari-dua, kuman di dalam gusi belum mati semua, sehingga
infeksi gusi dan sakit gigi akan kambuh lagi.
7. Kenapa antibiotika bisa tidak mempan?Antibiotika tidak mempan karena dua hal. Yang
paling sering, kuman penyebab penyakitnya sudah kebal terhadap antibiotika tersebut.
Untuk itu perlu dicari antibiotika jenis lain yang lebih sensitif. Biasanya perlu dilakukan tes
resistensi mencari jenis antibiotika yang tepat.Yang kedua karena tidak dilakukan tes
resistensi dulu dan langsung diberikan antibiotika secara acak, sehingga kemungkinan pilihan
antibiotikanya tidak tepat untuk jenis kuman penyebab penyakitnya. Antibiotikanya memang
tidak mempan terhadap kuman penyebabnya. Kita mengenal ada kuman jenis gram-negatif.
Untuk itu perlu antibiotika untuk jenis kuman itu. Jika diberikan antibiotika untuk jenis
kuman gram-positif, tentu tidak akan mempan, sebab antibiotikanya salah sasaran. Atau bisa
oleh karena infeksinya bukan disebabkan oleh kuman, melainkan oleh virus atau parasit.
Jamur kulit tak mempan diberi salep atau krim antibiotika, misalnya. 
8. Apa artinya antibiotika yang keras? Artinya tidak perlu antibiotika dari generasi yang baru,
kalau dengan antibiotika klasik (golongan penicillin) masih mempan. Namun, untuk infeksi
ringan saja (flu), seringkali diberikan antibiotika generasi mutakhir. Selain jauh lebih mahal,
tubuh pun memikul efek samping yang biasanya lebih berat. Semakin ampuh antibiotika,
biasanya semakin keras pula efek sampingnya. Membunuh lalat tak perlu pakai panah,
cukup ditepuk. Begitu pula untuk infeksi enteng. Kalau bisa, jangan lekas-lekas memakai
antibiotika. Tubuh kita memiliki perangkat antibodi. Setiap bibit penyakit, apa pun jenisnya,
yang masuk ke dalam tubuh, akan dibasmi oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. Tubuh baru
menyerah kalah jika bibit penyakitnya sangat ganas, jumlahnya banyak, dan dayatahan
tubuh sedang lemah. Tidak setiap kali dimasuki bibit penyakit, tubuh kita akan jatuh sakit.
Jika kekebalan tubuh prima, bibit penyakit yang sudah memasuki tubuh akan gagal
menginfeksi, dan kita batal jatuh sakit. Infeksi umumnya baru terjadi jika tubuh sedang
lemah. Untuk itu, perlu bantuan zat anti yang dikirim dari luar. Kiriman zat anti dari luar
itulah yang diperankan oleh antibiotika.
9. Kenapa orang bisa pingsan usai minum atau disuntik antibiotika? Adakalanya, sehabis
minum atau disuntik antibiotika bisa pingsan. Orang-orang tertentu yang berbakat alergi,
umumnya tidak tahan terhadap antibiotika golongan penisilin, baik yang diminum maupun
yang disuntikkan. Beberapa menit sampai beberapa jam sesudahnya muncul reaksi alergi.
Rasa tebal dan gatal di bibir, pusing, mual, muntah, lalu pingsan. Jika ringan hanya gatal-
gatal mirip biduran. Reaksi hebat bisa menimbulkan reaksi kulit melepuh, berbisul-bisul
(Steven-Johnson syndrome). Bagi yang berbakat alergi, perlu dites dulu sebelum mendapat
suntikan antibiotika golongan penisilin. Jika positif, jangan diberikan. Atau jika pernah ada
riwayat gatal sehabis minum atau disuntik antibiotika, buatlah catatan, agar lain kali dapat
mengingatkan dokter kalau tidak tahan antibitioka tersebut. Sekarang reaksi alergi terhadap
antibiotika sudah jarang terjadi, sebab tersedia banyak pilihan antibiotika yang lebih unggul
dari penisilin tanpa risiko alergi.
10. Apakah semua antibiotika hanya untuk diminum? Tidak. Selain dalam bentuk obat minum
(oral), ada juga dalam bentuk suntikan (parenteral), salep, krim, supositoria (dimasukkan ke
liang dubur atau vagina); lotion, dan tetes. Infeksi kulit memakai salep atau krim antibiotika,
infeksi mata merah memakai tetes atau salep mata, infeksi telinga tengah memakai tetes
kuping antibiotika, keputihan kuman dipakai antibiotika berbentuk peluru yang dimasukkan
ke dalam vagina (bagi yang sudah menikah, tidak buat yang masih gadis). Antibiotika
streptomycine, garamycine, hanya dalam bentuk suntikan, tidak tersedia dalam bentuk
tablet atau kapsul. Sebaliknya, kebanyakan antibiotika yang diminum belum tentu ada dalam
bentuk suntikannya. Tapi, ada juga antibiotika baik dalam bentuk suntikan maupun yang
diminum. Membubuhi serbuk antibiotika pada lubang gigi yang sakit seperti kebiasaan
sementara orang atau pada luka, tidak terlalu tepat. Efek penembusan antibiotika ke
jaringan gusi yang terinfeksi tidak sebaik jika diminum, atau bisa menyerap optimal seperti
antibiotika yang sudah dalam bentuk salep atau krim jika untuk dipakai pada kulit.

Posted 13th October 2010 by Yusnita A.,S.farm, Apt


Labels: antibiotik

KUMPULAN ARTIKEL FARMASI

Semua artikel diambil dari berbagai sumber terpercaya

 Classic
 Flipcard
 Magazine
 Mosaic
 Sidebar
 Snapshot
 Timeslide

Jun

18

Istilah dalam Farmakologi


n      Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik
sifat kimiawi, fisika, kegiatan fisiologi, resorpsi dan nasibnya dalam organisme hidup

n      Farmakognosi : cabang ilmu yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan, mineral dan hewan yang
merupakan sumber obat.

n      Biofarmasi : cabang ilmu yang mempelajari pengaruh pembuatan sediaan farmasi terhadap efek
terapeutik obat.

n      Farmaceutical availability (ketersediaan farmasi) : ukuran waktu yang diperlukan oleh obat
untuk melepaskan diri dari bentuk sediaannya dan siap untuk proses absorpsi.
n      Biological availability (ketersediaan hayati) : prosentasi obat yang diresorpsi tubuh dari suatu
dosis yang diberikan dan tersedia untuk melakukan efek terapetiknya.

Apr

19

Istilah yang sering jumpa pada obat dan farmasi


BSO = Bentuk Sediaan Obat

BS = Bentuk Sediaan

Inst.

Apr

19

OBAT PALSU
Obat palsu adalah yang dengan sengaja dan curang diberi label identitas dan/atau sumber yang
salah. Menurut WHO, terdapat beberapa tipe obat palsu yang semuanya membahayakan keamanan
pasien. Obat palsu ini dapat dikelompokkan menkadi kategori yang berbeda.

Tipe-tipe obat palsu :

1.      Produk tanpa bahan aktif

2.      Produk dengan bahan aktif yang kurang kadarnya

3.      Produk dengan bahan aktif yang tidak benar

4.

Apr

3
Zinc Untuk Influenza, Sangat Bermanfaat Jika Diberikan Dalam 24 Jam Pertama Dari
Munculnya Gejala
Influenza biasa sering disebabkan oleh Rhinovirus. Ini adalah salah satu penyakit yang paling luas dan
merupakan penyebab utama kunjungan ke dokter dan ketidakhadiran dari sekolah dan bekerja.
Komplikasi dari influenza termasuk otitis media (infeksi telinga tengah), sinusitis dan eksaserbasi
penyakit saluran napas. Tidak ada pengobatan terbukti manjur untuk influenza ini.

Apr

Makanan Banyak Mengandung vitamin B Mungkin Menurunkan Risiko Keluhan PMS


(Pre-Menstrual Syndrome)
Wanita yang mengkonsumi makanan kaya vitamin B mempunyai risiko premenstrual syndrome
(PMS) lebih rendah, kata para peneliti. Wanita yang mengkonsumsi makanan banyak mengandung
vitamin B seperti bayam dan sereal yang diperkaya dengan vitamin B memiliki risiko 25% lebih
rendah menderita keluhan PMS, menurut penelitian yang diterbitkan American Journal of Clinical
Nutrition secara online bulan Februari 2011.

Mar

29

MANTOUX TEST
DEFINISI

Uji tuberkulin (tuberculin skin test/TST) merupakan alat diagnostik yang sampai saat ini mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi untuk mendiagnosis adanya infeksi tuberkulosis. Pertama
kali Robert Koch membuat filtrat dari kultur Mycobacterium tuberculosis dengan tujuan sebagai
terapi.

Mar

PENYIMPANAN OBAT
Masa penyimpanan  semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun obat akan
terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat obat akan
berkurang. Tanda2 kerusakan obat kadangkala tampak dengan jelas, misalnya bila larutan bening
menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya ataupun berjamur. Akan
tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

Feb

21

Quinolon
Asam Nalidiksat adalah prototip antibiotika golongan Kuinolon lama yang dipasarkan sekitar tahun
1960. Walaupun obat ini mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram negatif,
tetapi eliminasinya melalui urin berlangsung terlalu cepat sehingga sulit dicapai kadar pengobatan
dalam darah.Karena itu penggunaan obat Kuinolon lama ini terbatas sebagai antiseptik saluran
kemih saja.

Feb

17

SINDROMA STEVENS-JOHNSON
Stevens-Johnson adalah suatu variasi berat sekaligus fatal dari eritema multiform. Merupakan
sindroma yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium (muara/lubang) dan mata, dengan keadaan
umum yang bervariasi dari yang ringan sampai berat

Penyebab

Penyebab yang pasti belum diketahui. Salah satu penyebabnya adalah alergi obat, biasanya secara
sistemik, diantaranya adalah beberapa jenis antibiotika, antipiretik/analgetik dan jamu.

Feb

17

ANTRAX
Anthrax biasanya mengenai hewan-hewan di hutan atau mengenai hewan ternak, tetapi dapat pula
mengenai manusia jika terpapar terhadap binatang yang terinfeksi oleh kuman B. anthracis

Penyebab

Anda mungkin juga menyukai