Anda di halaman 1dari 17

A.

DEFINISI ANTIBIOTIK
Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti = lawan, bios = hidup.
Antibiotika adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah,
yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedangkan
toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil.
Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris dr.Alexander Fleming
(Penisilin) pada tahun 1928. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan dalam
terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey. Kemudian banyak zat dengan khasiat antibiotik diisolir
oleh penyelidik-penyelidik lain di seluruh dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa saja
yang dapat digunakan sebagai obat. Antibiotik juga dapat dibuat secara sintetis atau
semisintetis.

B.MEKANISME KERJA ANTIBIOTIK


Mekanisme kerja antibiotika antara lain :
a. Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan
tidak dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, akhirnya sel akan pecah, seperti penisilin
dan sefalosporin.
b. Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan
pembentukannya, hingga bersifak lebih permeabel akibatnya zat-zat penting dari isi sel dapat
keluar seperti kelompok polipeptida.
c. Menghambat sintesa protein sel, akibatnya sel tidak sempurna terbentuk seperti klindamisin,
linkomisin, kloramfenikol, makrolida, tetrasiklin, gentamisin.
d. Mengganggu pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA) akibatnya sel tidak dapat
berkembang seperti metronidasol, kinolon, novobiosin, rifampisin.
e. Menghambat sintesa folat seperti sulfonamida dan trimetoprim.

C. Efek Samping Antibiotika


Efek samping dari antibiotika yaitu :
a. Sensitisasi/hipersensitif, seperti gatal-gatal, kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih
hebat lagi dapat terjadi syok. Contohnya penisilin dan klorampenikol.
b. Resistensi, terjadi bila obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah atau waktu terapi
kurang lama. Untuk mencegah resistensi dianjurkan menggunakan kemoterapi dengan dosis
yang tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat.
c. Superinfeksi, yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan
penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. Selain antibiotik yang
menekan sistem kekebalan tubuh yaitu kortikosteroid dan imunosupressiva lainnya dapat
menimbulkan suprainfeksi.

D. Penggolongan Antibiotik
1. Pengolongan berdasarkan luas aktivitas kerjanya

a. Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow spektrum)


Zat yang aktif terutama terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri gram
positif atau bakteri gram negatif saja). Contohnya eritromisin, kanamisin, klindamisin (hanya
terhadap bakteri gram positif), streptomisin, gentamisin (hanya terhadap bakteri gram negatif
saja).
b. Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spektrum)
Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram positif maupun
gram negatif. Contohnya ampisilin, sefalosporin, dan klorampenikol.

2. Pengolongan berdasarkan daya kerjanya

a. Bakterisid :
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan ini
adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida,
rifampisin, isoniazid dll.
b. Bakteriostatik :
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan
kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya
tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol,
eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll
E. GOLONGAN OBAT ANTIBIOTIK
1. Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum. Antibiotik penisilin secara
historis penting karena mereka adalah obat pertama yang efektif melawan penyakit yang
sebelumnya serius seperti sifilis dan infeksi Staphylococcus. Penisilin bersifat bakterisid dan
bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Pensilin terdiri dari :
a. Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
1) Benzil Penisilin (Penisilin G)
Antibiotik ini hanya dalam bentuk injeksi karena diinaktifkan oleh asam
lambung dan penyerapan dari saluran cerna rendah. Benzilpenisilin diinaktifkan oleh
bakteri penghasil beta laktamase.
Indikasi infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis
kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Kontraindikasi hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Peringatan riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous
pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan
AIDS.
Interaksi obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan
tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Dosis Melalui injeksi intramuskular atau injeksi perlahan melalui
pembuluh darah atau melalui infus :
 2.4 – 4.8 g sehari dibagi dalam 4 kali pemberian, dapat
ditingkatkan pada infeksi berat;
 PREMATUR atau BAYI BARU LAHIR <1 minggu, 50
mg/kg BB sehari dibagi dalam 2 kali pemberian;
 BAYI BARU LAHIR 1-4 minggu, 75 mg/kg BB sehari
dibagi dalam 3 kali pemberian;
 BAYI-ANAK 1 bulan – 12 tahun, 100 mg/kg BB sehari
dibagi dalam 4 kali pemberian. Pemberian melalui
pembuluh darah direkomendasikan pada usia <12 bulan.
 Endokarditis : injeksi lambat melalui pembuluh darah atau
melalui infus, 7.2 g sehari dibagi dalam 6 dosis sampai
14.4 g sehari dibagi dalam 6 dosis.
Efek amping reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada
pemberian per oral.

2) Fenoksimetilpenisilin (Penisilin V)
Fenoksimetilpenisilin adalah penisilin yang aktif secara oral (diberikan melalui mulut).
Obat ini kurang aktif dibandingkan benzilpenisilin. Obat ini hanya sesuai pada
kondisi konsentrasi jaringan tinggi tidak diperlukan
Indikasi tonsillitis, otitis media, erysipelas, tonsilitis, faringitis,
infeksi kulit, profilaksis demam reumatik, gingivitis
sedang hingga parah.
Dosis dewasa 500 mg tiap 6 jam, dapat naik 750 mg tiap 6
jam pada infeksi berat. Anak 0 -1 tahun 62,5 mg tiap
6 jam. Anak 1-5 tahun 125 mg tiap 6 jam.
Efek samping reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada
pemberian per oral, pensilin harus diberi 1 jam
sebelum makan.

b. Pensilin Tahan Penisilinase


1) Kloksasilin
Indikasi infeksi karena stapilokokus yang memproduksi
pensilinase.
Kontraindikasi hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Peringatan riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi
eritematous pada glandular fever, leukemia
limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan
cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak
kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi.
Dosis oral 500 mg tiap 6 jam, diberikan 30 menti sebelum
makan. IM 250 mg taip 4-6 jam. IV lambat infus
500 mg tiap 4 -6 jam. Dalam kasus yang berat
dosis dapat dianaikkan 2 kali.
Efek samping reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada
pemberian per oral.

2) Flukoksasilin
Indikasi infeksi karena stapilokokus yang memproduksi
pensilinase.
Dosis oral 250 mg tiap 6 jam diberikan 30 menit sebelum
makan. IM 250 mg tiap 6 jam. IV lambat atau infus
0,25 – 1 gr tiap 6 jam. Pada infeksi berat dosis
dapat ditingkatkan 2 kali.
Anak kurang dari 2 tahun ¼ dosis dewasa. Anak 2 -
10 tahun ½ dosis dewasa.

c. Pensilin Spectrum Luas


1) Ampisilin
Indikasi infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis,
bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Kontraindikasi hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Peringatan riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi
eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik
kronik, dan AIDS.
Interaksi obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan
cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak
kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi.
Dosis oral 0,25-1 gram tiap 6 jam, diberikan 30 menti
sebeum makan. Untuk gonore 2-3,5 gram dodis
tunggal, ditambah 1gram. Infeksi saluran kemih :
500 mg tiap 8 jam. IM, IV atau infuse : 500 mg tiap
4-6 jam. Anak di bawah 10 tahun : setengah dosis
dewasa.
Efek samping reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada
pemberian per oral.

2) Amoksisilin
Amoksisilin (amoxicillin) adalah antibiotik yang paling banyak digunakan. Hal ini
karena amoksisilin cepat diserap di usus dan efektif untuk berbagai jenis infeksi.
Indikas infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis
i kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Interak Amoksisilin dapat berinteraksi dengan obat lain,
si seperti aspirin, indometasin, sulfinpyrazone, allopurinol,
probenesid,antibiotik aminoglikosida, fenilbutazon, oxyphenbuta
zonedan pil KB (ada kemungkinan mengurangi efektivitas pil
ini).
Dosis oral : dewasa 250-500 mg tiap 8 jam. Infeksi saluran nafas
berat / berulang 3 gram tiap 12 jam. Anak di bawah 10 tahun
125-250 mg tiap 8 jam. Pada infeksi berat dapat diberikan
dua kali lebih tinggi terapi oral jangka pendek.
Abssis gigi : 3 gram diulangi 8 jam kemudian
Infeksi saluran kemih 3 gram diulangi stelah 10- 12 jam
Gonore : 2-3 g dosis tunngal, ditambah 1 gr probenesid.
Otitis media : pada anak 3-10 tahun 750 mg dua kali sehari
selama 2 hari
Injeksi IM : dewasa 500 mg tiap 8 jam
Anak : 50-100 mg/ hari dalam dosis terbagi injeksi IV atau
infus : 500 mg tiap 8 jam, dapat dinaikkan 1 gr tiap 6 jam.

d. Penisilin Anti Pseudomona


1) Tikarsilin
Indikasi infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan
proteus.
Kontraindikasi hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Peringatan riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous
pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan
AIDS.
Interaksi obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan
cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang
baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Dosis injeksi IV lambat atau infuse 15-20 gr perhari dalam
dosis terbagi.
Anak : 200-300 mg/kg/hari dalam dosis
Untuk infeksi saluran kemih secara IM atau IV
lambat : dewasa 3-4 gr perhari dalam dosis.
Anak : 50-100 mg/kg/hari.
Efek samping reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada
pemberian per oral.

2) Piperasilin
Indikasi infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas
aerugenosa.
Dosis IM atau IV lamabt atau infus 100-150 mg/kg/hari.
Pada infeksi berat 200-300 mg/kg/hari. Pada infeksi
lebih berat 16 gr perhari dosis tunggal diatas 2 gr,
hanya diberikan secara IV

3) Sulbenisilin
Indikasi infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas
aerugenosa.
Dosis dewasa 2-4 gr perhari. Anak 40-80 mg/kg/hari
diberikan secara Im atau IV, dibagi dalam dua kali
pemberian

2. Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat
sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama
melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid. Sefalosforin terbagi atas :
a. Sefadroksil
Indikasi infeksi baktri gram (+) dan (-)
Kontraindikasi hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
Peringatan alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan )
fositip palsu untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk
mengurangi jumlah obat)
Interaksi sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-)
tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat
bervariasi.
Dosis berat badan lebih dari 40 kg : 0.5 – 1 gr dua kali sehari.
Infeksi jaringan lunak, kulit, dan saluran kemih tanpa
komplikasi 1gr/hari.
Anak kurang dari 1 thn, 25 mg/kg/hari. Anak 1 – 6 thn
500 mg dua kali sehari.
Efek samping diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic (
penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak
enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll

b. Sefrozil
Indikasi ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis
media.
Dosis ISPA, kulit dan jaringan lunak 500 mg sekali sehari,
biasanya untuk 10 hari. Anak 6 bulan – 12 thn 20 mg/
kg BB ( max. 500mg ) sekali sehari. Eksaserbasi akut
dari bronchitis kronik 500mg setiap 12 jam, biasanya
untuk 10 hari. Otitis media anak 6 bulan – 12 thn 20
mg/kg BB ( max. 500 mg ) setiap 12 jam.

c. Sefotakzim
Indikasi profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena
hemofilus, meningitis.
Dosis pemberian IM, IV atau infuse: 1 gr tiap 12 jam, dapat di
tingkatkan sampai 12 gr/hari dalam 3 – 4 kali pemberian.
( dosis diatas 6 gr/ hari diperlukan untuk infeksi
pseudomonas). Neonatus : 50 mg/kg/hari dalam 2 – 4
kali pemberian. ( pada infeksi berat dapat ditingkatkan
menjadi 150 – 200 mg/kg/hari.
Anak ; 100 – 150 mg/kg/hari dalam 2 – 4 kali pembarian.
( pada infeksi berat dapat ditingkatkan menjadi 200
mg/kg/hari).

d. Sefuroksim
Indikasi profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H.
influenzae dan N gonorrhoeae.
Dosis oral : untuk sebagian besar kasus termasuk infeksi
saluran nafas atas dan bawah : 250 mg 2 kali sehari.
Infeksi saluran kemih : 125 mg dua kali sehari

e. Sefamandol
Indikasi profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan
Dosis injeksi IM atau IV selama 3-5 menti atau infuse 0,5-2 g
tiap 4-8 jam.bayi diatas 1 bulan, 50-100 mg/kg/hari

f. Sefpodoksim
Indikasi infeksi saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis
dan tonsillitis, hanya yang kambuhan, infeksi kronis atau
resisten terhadap antbiotika lain.
Dosis infeksi saluran napas atas; 100 mg “dua kali sehari
bersama makanan (200 mg dua kali sehari pada
sinusitis). infeksi, saluran napas bawah (termasuk
bionkitis dan pneumonia) 100-200 mg dua kali sehari
bersama makanan.
ANAK dibawah 15 hari tidak dianjurkan, ;
15 hari-16 bulan 8 mg/kg per hari terbagi ;
Dalam 2 dosis, 6 bulan-2 tahun 40 mg 2 kali sehari, 3-8
tahun 80 mg 2 kali sehari, diatas 9 tahun 100 mg 2 kali
sehari.
Bahan (Sankyo Co.Lld-Japan/Kimia Farma)
Tablet 100 mg (K).
3. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama
semakin berkurang karena masalah resistansi. Tetrasiklin terbagi atas :
a. Tetrasiklin
Indikasi eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis klamidia, mikoplasma,
dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis, akne
vulganis.
Peringatan gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara i.v), gangguan
fungsi ginjal, kadang-kadang menimbulkan fotosintesis.
Efek samping mual, muntah, diare, eritema.

b. Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi gangguan sekresi hormone antidiuretik
Dosis 150 mg tiap 6 jam atau 300 mg tiap 12 jam.
Efek samping Fotositivtas lebih sering terjadi, pernah dilaporkan
terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.

c. Doksisiklin
Indikasi tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin),
sinusitis kronis, pretatitis kronis, penyakit radang perlvis
(bersama metronidazo)
Dosis L 200 mg pada hari pertama, kemudian 100 mg perhari
pertama, kemudian 100 per hari. Pada infeksi berat 200
mg per hari.
Akne: 50 mg per hari selama 6-12 mingu atau lebih
lama.
Catatan: kapsul harus ditelan dalam bentuk utuh
bersama dengan makanan dan air yang cukup, dalam
posisi duduk atau berdiri.
d. Oksitetrasiklin
Indikasi eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga
keterangan diatas) klamidia, mikoplasma, dan riketsia,
efusi pleura karena keganasan atau sirosis, akne
vulganis.
Kontrsindikasi porfiria.
Dosis Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial. Kapsul
250 mg (K).

4. Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan
gram negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas
aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya
sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.
a. Amikasin
Indikasi infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.
Kontraindikasi kehamilan, miastenia gravis.
Peringatan gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan
dosso, awasi fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler
dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan jangka
panjang.
Dosis injeksi intra muskuler, intravena lambat atau infuse 15
mg/ kg/ hari dibagi dalam 2 kali pemberian. Lihat juga
catatan diatas.
Catatan: Kadar pucak ( 1 jam ) tidak boleh lebih dari 30
mg/ liter dan kadar lembah tidak boleh lebih dari 10 mg /
liter.
Efek samping gangguna vestibuler dan pendengaran, netrotoksista,
hipomagnesemia pada pemberian jangka panjang colitis
karena antibiotic.
Catatan: Kadar pucak ( 1 jam ) tidak boleh lebih dari 30 mg/ liter dan kadar lembah
tidak boleh lebih dari 10 mg / liter.
b. Gentamisin
Indikasi septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan
infeksi SSP lainnya. Infeksi bilier, pielonefritis dan
prostates akut, endokarditis karena Str viridans. Atau str
farcalis (bersama penisilin, pneumonia nosokomial,
terapi tambahan pad meningitis karena listeria.
Dosis injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse, 2-5
mg/ kg/ hari ( dalam dosis terbagai tiap 8 jam) lihat juga
keterangan diatas sesuaikan dosis terbagi tiap 8 jam )
lihat juga keterangan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam
plasma.
Anak dibawah 2 minggu , 3 mg/ kg tiap 12 jam, 2
minggu samapi 2 tahun, 2 mg/ kg tiap 8 jam.
Infeksi intratekal : 1 mg. hari, daapt dinaikkan samai 5
mg / hari disertai pemberian intramuscular 2-4 mg/ kg/
hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam. Profilaksis
endikarditid pada deasa 120 mg. untuk anak dibawah 5
tahun 2 g / kg.
Catatan : kadar puncak ( 1 jam) tidak boleh lebih dari 10 mg/ liter dan kadar lembah
(trough) tidak boleh lebih dari 2 mg/ liter.
c. Neomisin Sulfat
Indikasi Sterilisasi usus sebelum operasi
Kontraindikasi kehamilan, miastenia gravis, obstruksi usus dan
gangguan fungsi ginjal.
Dosis Oral, 1 g tiap 4 jam.

d. Netilmisin
Indikasi berat kuman gram negative yang resisten terhadap
gentainisin.
Dosis Infeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse: 4-6
mg/kg/hari sebagai dosis tunggal atau dosis terbagi tiap
8-12 jam. Pada infeksi berat dosis dapat naik sampai
7,5 mg/kg/hari dalam tiga kali pemberian (dosis segera
diturunkan bila terdapat perbaikan klinis, biasanya
setelah 48 jam). NEONATUS kurang dari 1 minggu 3
mg/kg tiap 12 jam; diatas 1 minggu, 2,5-3 mg/kg tiap 12
jam; ANAK 2-2,5 mg/kg tiap 8 jam
Infeksi saluran kemih, 150 mg/hari (dosis tunggal)
selama 5 hari.
Gonore: 300 mg Dosis tunggal
Catatan : Kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 12 mg/liter dan kadar lembah
tidak boleh lebih dari 2 mg/liter.

5. Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik.
Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman
tifoid, meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya. Karena toksisitasnya,
obat ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik.

Indikasi infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid,


meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya.
Kontraindikasi wanita hamil, penyusui dan pasien porfiria
Peringatan hindari pemberina berulang dan angka panjang. Turunkan
dosis pada gangguan fungsi hati dan ginjal. Lakukan hitung
jenis sel darah sebelum dan secara berkala selaama
pengobatan. Pada neonatus dapat menimbulkan grey baby
syndrome. ( periksa kadar dalam plasma).
Dosis Oral, infeksi intravena atau infuse: 50 mg/ kg/ hari dibagi
dalam 4 dosis pada infeksi berat seperti septicemia dan
meningitis, dosis dapat digandakan dan segera diturunkan
bila terdapat perbaikan klinis).
ANAK: epiglotitis hemofilus, meningitis pululenta, 50-100
mg/ kg/ hari dalam dosis terbagi. BAYI dibawah 2 minggu,
25 mg/ kg hari ( dibagi dalam 4 dosis). 2 minggu- 1 tahun,
500 mg/kg/ hari ( dibagi 4 dosis).
Keterangan : pengukuran kadar dalam plasma harus
dilakukan pada neonatus dan dianjurkan pada anak
dibawah 4 tahun.
Efek samping kelainan darah yang reversible dan irevesibel seperti anemia
anemia aplastik ( dapat berlanjut mejadi leukemia), neuritis
perifer, neuritis optic, eritem multiforme, mual, muntah, diare,
stomatitis, glositits, hemoglobinuria nocturnal.

6. Makrolid
a. Eritromisin
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin,
sehingga obat ini digunakan sebagai alternative penisilin.
Indikasi sebagai alternative untuk pasien yang alergi penisilin untuk
pengobatan enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit
legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, protatitis kronik,
akne vulgaris, dan rpofilaksis difetri dan pertusis.
Kontraindikasi penyakit hati (garam estolat).
Peringatan Ganguan fungsi hati dan porfiria ginjal, perpanjangan
interval QT (pernah dilaporkan takikardi veatrikuler);
porfiria, kehamilan (tidak diketahui efek buruknya) dan
menyusul (sejumlah kecil masuk ke ASI).
Interaksi Aritmia: hindari penggunaan bersama astemizol atau
terfenadin. Hindari juga kombinasi dengan cisaprid.
Dosis oral: Dewasa dan Anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6
jamatau 0,5-1 g tiap 12 jam ( lihat keterangan diatas); pad
infeksi berat dapat dinaikkan sampai 4 g/ hari. Anak
sampai 2 tahun 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6
jam. Untuk infeksi berat dosis dapat digandakan.
Akne: 250 mg dua kali sehari kemudina satu kali sehari
setelah 1 bulan.
Sifilif stadium awal, 500 mg 4 kali sehari selama 14 hari.
Infuse intravera: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50
mg/ kg/ hari secara dewasa dan anak, 50 mg/ kg/ hari
secara infuse kontinu atau dosis terbagi tiap 6 jam; infeksi
ringan 25 mg/ kg/ hari bil pemberina per oral tidak
memungkinkan.
Efek samping mual muntah, nyeri perut, diare; urtikaria, ruam dan reaksi
alergi lainnya; gangguan pendengaran yang reversible
pernah pernah dilaorkan setelah pemberian dosis besar;
ikterus kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri
dada)

b. Azitromisin
Indikasi infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah
genital tanpa kompliasi.
Kontraindikasi gangguan fungsi hati
Dosis 500 mg sekali sehari selama 3 hari
Anak diatas 6 bulan, 10 mg/ kg sekali sehari selama 3 hari;
berat badan 26-35 kg. 300 mg sekali sehari selama 3 hari;
berat badan 30-45 kg 400 mg sekali sehari selama 3 hari
infeksi klamidia genital, 1gram sebagai dosis tunggal.
Efek samping fotosensitivitas dan neutropenia ringan

c. Klaritromisin
Indikasi infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit
dan jaringan lunak; terapi tambahan untuk eradikasi
helicobacter pylori pada tukak duodenum
Peringatan turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal; wanita hamil
dan meyusui; sakit kepada gangguna pengecapan,
stomatitis, glositis, ikterus-johnson; pada pemberian i.v
dapat terjadi nyeri loka dan felbilib
Interaksi Aritmia hindarkan penggunaan bersama astemsol,
terfenadian cisaperid.
Dosis oral : 250 mg tiap 12 jam selama 7 hari, pada infeksi berat
dapat ditingkatkan sampai 500 mg tiap 12 jam selama 14
hari Anak dengan berat badan kurang dari 8 kg, 7,5 mg/ kg
dua kali sehari, 8-11 kg (1-2 tahun), 62,5 mg dua kali
sehari; 12 -19 kg(3-6 tahun), 125 mg dua kali sehari; 20-29
kg (7—9 tahun), 187,5 mg dua kali sehari; 30-40 kg (10-12
tahun), 250 mg dua kali sehari.
Eradikasi H. pylori, lihat bagian 1.1 infus intraverna: 500 mg
dua kali sehari pada vena besar, tidak dianjurkan untuk
anak-anak.

7. Polipeptida
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan
gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas.
Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini
dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-negatif
termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin terhadap kuman Gram-positif.
Khasiatnya berupa bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya (surface-active
agent) dan kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga
permeabilitas sel diperbesar dan akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak tergantung pada
keadaan membelah tidaknya bakteri, maka dapat dikombinasi dengan antibiotika
bakteriostatik seperti kloramfenikol dan tetrasiklin.
Resorpsinya dari usus praktis nihil, maka hanya digunakan secara parenteral, atau oral untuk
bekerja di dalam usus. Distribusi obat setelah" injeksi tidak merata, ekskresinya lewat ginjal.
Antibiotika ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga untuk organ pendengar.
Maka penggunaannya pada infeksi dengan Pseu¬domonas kini sangat berkurang dengan
munculnya antibiotika yang lebih aman (gentamisin dan karbenisilin).
8. Golongan Antimikobakterium
Golongan antibiotika dan kemoterapetka ini aktif te rhadap kuman mikobakterium.
Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin,
INH, dapson, etambutol dan lain-lain.

F. MEKANISME RESISTENSI ANTIOBIOTIK


Transmisi vertikal

Pada transmisi vertikal, bakteri memperoleh kekebalan melalui akumulasi perubahan


genetis selama proses alami duplikasi genom. Transmisi vertikal merupakan proses mendasar,
dimana sel dapat mengakumulasikan kesalahan-kesalahan pada genomnya selama proses
replikasi. Proses akumulasi kesalahan tersebut terjadi dalam jumlah yang sedikit. Satu dari seribu
bakteri yang berkembang akan mengalami kesalahan genom, hal ini dinamakan mutasi. Mutasi
dapat menyebabkan resistensi terhadap antibiotik.

Transmisi horisontal

Pada transmisi horisontal terjadi transfer gen dari bakteri yang mengalami mutasi
menjadi resisten (pada transmisi vertikal). Penelitian terakhir menunjukkan bahwa transmisi
horisontal ini bertanggungjawab terhadap berkembangnya resistensi bakteri terhadap antibiotika.
Proses transmisi horisontal diawali dengan perpindahan gen penyebab resistensi dari satu bakteri
ke bakteri lainnya dengan perantara plasmid. Plasmid merupakan elemen genetik yang dapat
berpindah antar sel. Fragmen DNA ini berpindah menuju sel lain melalui 3 mekanisme, yakni
transformasi, transduksi, dan konjugasi

Beberapa mekanisme yang menyebabkan resistensi antibiotika adalah sebagai berikut:

Memblok antibiotik dengan cara mengubah dinding sel sehingga tidak dapat ditembus

Kelompok bakteri ini secara alami resisten terhadap antibiotik tertentu karena kurangnya
target bagi antibiotik untuk berikatan, dan juga karena membran selnya tidak dapat ditembus.

Perubahan area target yang menurunkan daya ikat antibiotik

Pada mekanisme ini, bakteri memperoleh mutasi gen yang mengubah target antibiotik
sehingga menurunkan efektivitasnya. Masing-masing antibiotika dirancang untuk menyasar
proses penting dalam tubuh bakteri. Sebagai contohnya, antibiotika fluorokuinolon bekerja
dengan cara mengganggu fungsi protein yang terlibat dalam proses replikasi DNA bakteri. Mutasi
yang menyebabkan resistensi terhadap fluorokuinolon seringkali mengubah konformasi protein
ini, sehingga mengurangi pengikatan antibiotik ke sasarannya.

Menghasilkan enzim pengurai antibiotik sehingga antibiotik menjadi tidak aktif

Bakteri ini mengkode gen yang menghasilkan enzim yang mengurai molekul antibiotik
sebelum antibiotik ini membunuh bakteri. Contohnya adalah enzim beta laktamase, enzim ini
akan menguraikan struktur beta laktam pada antibiotik, sehingga antibiotik menjadi tidak aktif
lagi dan tidak dapat membunuh bakteri.

Menurunkan akumulasi antibiotik intraseluler dengan cara menurunkan permeabilitas dan


atau meningkatkan efluks aktif antibiotik

Mekanisme efluks terjadi ketika gen resisten mengkode protein yang secara aktif
mendorong antibiotik keluar dari sel bakteri, sehingga kadar antibiotik di dalam sel menjadi
rendah dan tidak mampu untuk membunuh bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Blair, J.M.A., Webber, M.A., Baylay, A.J., Ogbolu, D.O., dan Piddock, L.J.V., 2015. Molecular
mechanisms of antibiotic resistance. Nature Reviews Microbiology, 13: 42–51.

Dantas, G. dan Sommer, M.O., 2014. How to fight back against antibiotic resistance. American
Scientist, 102: 42–51.

Anda mungkin juga menyukai