Anda di halaman 1dari 9

1.

Candida albicans
NISTATIN Nystatin merupakan antibiotik yang digunakan sebagai anti jamur, diisolasi dari Streptomyces nourse pada tahun 1951 dan merupakan antibiotik group poliene. Untuk pengobatan candida spesies, nystatin dapat digunakan secara topikal pada kulit atau membran mukosa (rongga mulut, vagina) dan dapat juga diberikan secara oral untuk pengobatan kandidosis gastrointestinal. Nystatin biasanya tidak bersifat toksik tetapi kadang-kadang dapat timbul mual, muntah dan diare jika diberikan dengan dosis tinggi. Untuk pengobatan kandidosis oral, diberikan tablet nystatin 500000 unit setiap 6 jam dan untuk pengobatan kandidosis vaginalis diberikan 1 atau 2 vaginal suppositories (100000 setiap unit) yang diberikan selama lebih kurang 14 hari.. Suspensi nystatin oral terdiri dari 100000 unit / ml yang diberikan 4 kali sehari dengan dosis pada bayi baru lahir (newborn) : 1 ml, infant yang usianya lebih tua : 2 ml dan dewasa : 5 ml.

KETOKONAZOL
Ketokonazol diperkenalkan untuk pertama kalinya pada tahun 1977 dan di Amerika Serikat pada tahun 1981. Ketokonazol merupakan antijamur golongan imidazol yang pertama diberikan secara oral. Mekanisme kerja Ketokonazol bekerja menghambat biosintesis ergosterol yang merupakan sterol utama untuk mempertahankan integritas membran sel jamur. Bekerja dengan cara menginhibisi enzim sitokrom P-450, C-14--demethylase yang bertanggungjawab merubah lanosterol menjadi ergosterol, hal ini akan mengakibatkan dinding sel jamur menjadi permiabel dan terjadi penghancuran jamur. Aktifitas spektrum Ketokonazol mempunyai spekrum yang luas dan efektif terhadap Blastomyces dermatitidis, Candida spesies, Coccidiodes immitis, Histoplasma capsulatum, Malassezia furfur, Paracoccidiodes brasiliensis. Ketokonazol juga efektif terhadap dermatofit tetapi tidak efektif terhadap Aspergillus spesies dan Zygomycetes. Farmakokinetik Ketokonazol yang diberikan secara oral, mempunyai bioavailabilitas yang luas antara 37% - 97% di dalam darah. Puncak waktu paruh yaitu 2 jam dan berlanjut 7-10 jam. Ketokonazol mempunyai daya larut yang optimal pada pH dibawah 3 dan akan lebih mudah diabsorbsi. Pasien yang menderita achlorhydia, harus mengkonsumsi ketokonazol bersama dengan cairan yang asam dan pada pasien yang mendapat obat - obat seperti antasid, antikolinergik, antiparkinson dan antagonis H2 reseptor, sebaiknya mengkonsumsi ketokonazol 2 jam sebelumnya oleh karena dapat mengurangi absorbsi ketokonazol. 10Ketokonazol mempunyai ikatan yang kuat dengan keratin dan mencapai keratin dalam waktu 2 jam melalui kelenjar keringat eccrine. Penghantaran akan menjadi lebih lambat ketika mencapai lapisan basal epidermis dalam waktu 3 - 4 minggu. Konsentrasi ketokonazol masih tetap dijumpai, sekurangnya 10 hari setelah obat dihentikan. Ketokonazol mempunyai distribusi yang luas melalui urin, saliva, sebum, kelenjar keringat eccrine, serebrum, cairan pada sendi dan serebrospinal fluid (CSF). Namun,

ketokonazol 99% berikatan dengan plasma protein sehingga level pda CSF rendah. Ketokonazol dimetabolisme di hati dan diubah menjadi metabolit yang tidak aktif dan diekskresi bersama empedu ke dalam saluran pencernaan Dosis Dosis ketokonazol yang diberikan pada orang dewasa 200 mg / hari, dosis tunggal dan untuk kasus yang serius dapat ditingkatkan hingga 400 mg / hari sedangkan dosis untuk anak-anak 3,3 6,6 mg / kg BB, dosis tunggal. Lama pengobatan untuk tinea korporis dan tinea kruris selama 2 - 4 minggu, tinea versikolor selama 5 -10 hari sedangkan untuk tinea kapitis dan onikomikosis biasanya tidak direkomendasikan. Efek samping Anoreksia, mual dan muntah, efek hepatotoksik yang ringan tetapi kerusakan hepar yang serius jarang terjadi. Peninggian transaminase sementara, dan idiosinkratik. Dosis tinggi ketokonazol (>800 mg/hari) dapat menghambat sintesis human adrenal dan testikular steroid yang dapat menimbulkan alopesia, ginekomasti dan impoten. Klotrimazol Klotrimazol dapat digunakan untuk pengobatan dermatofitosis, kandidosis oral, kutaneus dan genital. Untuk pengobatan oral kandidosis, diberikan oral troches (10 mg) 5 kali sehari selama 2 minggu atau lebih. Untuk pengobatan kandidosis vaginalis diberikan dosis 500, 200 atau 100 mg yang dimasukkan kedalam vagina selama 1, 3, atau 6 hari berturu-turut. Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan klotrimazol cream 1%, dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari.

2. Chlamidia trachomatis
Metronidazole Indikasi: Metronidazole efektif untuk pengobatan : 1. Trikomoniasis, seperti vaginitis dan uretritis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. 2. Amebiasis, seperti amebiasis intestinal dan amebiasis hepatic yang disebabkan oleh E. histolytica. 3. Sebagai obat pilihan untuk giardiasis. Kontra Indikasi: Penderita yang hipersensitif terhadap metronidazole atau derivat nitroimidazol lainnya dan kehamilan trimester pertama. Komposisi: Tiap tablet mengandung metronidazol 250 mg. Tiap tablet salut selaput mengandung metronldazol 500 mg. Cara Kerja: Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik derivat nitroimidazoi yang mempunyai aktifitas bakterisid, amebisid dan trikomonosid.

Dalam sel atau mikroorganisme metronidazole mengalami reduksi menjadi produk polar. Hasil reduksi ini mempunyai aksi antibakteri dengan jalan menghambat sintesa asam nukleat. Metronidazole efektif terhadap Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Gierdia lamblia. Metronidazole bekerja efektif baik lokal maupun sistemik. Dosis: Trikomoniasis: Pasangan seksual dan penderita dianjurkan menerima pengobatan yang sama dalam waktu bersamaan. Dewasa : Untuk pengobatan 1 hari : 2 g 1 kali atau 1 gram 2 kali sehari. Untuk pengobatan 7 hari : 250 mg 3 kali sehari selama 7 hari berturut-turut. Efek Samping: Mual, sakit kepala, anoreksia, diare, nyeri epigastrum dan konstlpasi. Interaksi Obat: Metronidazole menghambat metabolisme warfarin dan dosis antikoagulan kumarin lainnya harus dikurangi. Pemberian alkohol selama terapi dengan metronidazole dapat menimbulkan gejala seperti pada disulfiram yaitu mual, muntah, sakit perut dan sakit kepala. Dengan obat-obat yang menekan aktivitas enzim mikrosomal hati seperti simetidina, akan memperpanjang waktu paruh metronidazole. Perhatian: Metronidazole tidak dianjurkan untuk penderita dengan gangguan pada susunan saraf pusat, diskrasia darah, kerusakan hati, ibu menyusui dan dalam masa kehamilan trimester II dan III. Pada terapi ulang atau pemakaian lebih dari 7 hari diperlukan pemeriksaan sel darah putih. Eritromisin Eritromisin merupakan antibiotik golongan makrolid. Antibiotika golongan makrolida mempunyai persamaan yaitu terdapatnya cincin lakton yang besar dalam rumus molekulnya. AKTIVITAS MIKROBA Golongan makrolid menghambat sintesis protein kuman dengan jalan berikatan secara reversible dengan ribosom subunit 50S, dan bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari jenis kuman dan kadarnya. Spektrum antimikroba. In vitro, efek terbesar eritromisin terhadap kokus gram positif, seperti Str. Pyogenes dan Str. Pneumoniae. Str. Viridans mempunyai kepekaan yang bervariasi terhadap eritromisin. S. aureus yang resisten terhadap eritromisin serin dijumpai di rumah sakit (strain nosokmial). Batang gram positif yang pka terhadap eritromisin ialah Cl. Perfringens, C. Diphtheriae, dan L. monocytogenes.

RESISTENSI Resistensi terhadap eritromisin terjadi melalui 3 mekanisme yang diperantarai oleh plasmid yaitu : 1.Menurunnya permeabilitas dinding sel kuman, 2.Berubahnya reseptor obat pada ribosom kuman, dan 3.Hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu (Enterobacteriaceae) FARMAKOKINETIK 1.Pemberian Eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung sehingga obat ini diberikan dalam bentuk tablet salut enterik atau ester. Semua obat ini diabsorpsi secara adekuat setelah pemberian per-oral. 2.Distribusi Distribusi eritromisin ke seluruh cairan tubuh baik kecuali ke cairan sebrospinal. Obat ini merupakan satu diantara sedikit antibiotika yang bedifusi ke dalam cairan prostat da mempunyai sifat akumulasi unit ke dalam makrofag. Obat ini berkumpul di hati. Adanya inflamasi menyebabkan penetrasinya ke jaringan lebih baik. 3.Metabolisme Eritromisin dimetabolisme secara ekstensif dan diketahui menghambat oksidasi sejumlah obat melalui interaksinya dengan sistemsitokrom P-450. 4.Ekskresi Eritromisin terutama dikumpulkan dan diekskresikan dalam bentuk aktif dalam empedu. Reabsorpsi parsial terjadi melalui sirkulasi enterohepatik. EFEK SAMPING 1.Gangguan epigastrik Efek samping ini paling sering dan dapat mengakibatkan ketidakpatuhan pasien terhadap eritromisin. 2.Ikterus Kolestatik Efek samping ini terjadi terutama pada eritromisin estolat. Reaksi ini timbul pada hari ke 10-20 setelah dimulainya terapi. Gejalanya berupa nyeri perut yang menyerupai nyeri pada kolestasis akut, mual, muntah, kemudian timbul ikterus, demam, leukositosis dan eosinofilia; transaminase serum dan kadar bilirubin meninggi; kolesitogram tidak menunjukkan kelainan. 3.Ototoksisitas Ketulian sementara berkaitan dengan eritromisin terutama dalam dosis tinggi. 4.Reaksi Alergi Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksantem yang cepat hilang bila terapi dihentikan. cara pemberian Keterangan Eritromisin Kapsul/tablet 250 mg dan 500 mg Dewasa : 1-2 g/hari, dibagi dalam 4 dosis Anak : 30-50 mg/kg berat badan sehari dibagi dalam 4 dosis Dosis dapat ditingkatkan 2x lipat pada infeksi berat Obat diberikan sebelum makan Eritromisin stearat Kapsul 250 mg dan tablet 500 mg Suspensi oral mengandung 250 mg/5 ml Dewasa : 250-500 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 12 jam

Anak : 30-50 mg/kg berat badn sehari dibagi dalam beberapa dosis Idem Eritromisin etilsuksinat Tablet kunyah 200 mg Suspensi oral mengandung 200 mg/5 ml dalam botol 60 ml Tetes oral mengandung 100 mg/2,5 ml dalam botol 30 ml Dewasa : 400-800 mg tiap 6 jam atau 800 m tiap 12 jam Anak: 30-50 mg/kg berat badan sehari dibagi dalam beberapa dosis Obat tidak perlu diberikan sebelum makan PENGGUNAAN KLINIK Sifilis Untuk penderita sifilis stadium diniyang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan eritromisin per oral dengan dosis 2-4 g sehari selama 10-15 hari. Gonore Eritromisin mungkin bermanfaat untuk gonore diseminata pada wanita hamil yang alergi tehadap penisilin. Dosis yang diberikan ialah 4 kali 500 mg sehari yang diberika selama 5 hari per oral. Angka relaps hampir mencapai 25 %

3. Trichomonas vaginalis
Metronidazole gel vagina, 0,75% adalah bentuk sediaan intravaginal dari agen antibakteri sintetik, metronidazol, USP dg konsentrasi 0,75%. Metronidazol adalah anggota kelas imidazol sbagai agen antibakteri dan diklasifikasikan sebagai antiprotozoal dan agen antibakteri.nama Kimia,metronidazol adalah 2-methyl-5-nitroimidazole-1-etanol. Ia memiliki rumus kimia dari C6H9N3O3, berat molekul 171,16, dan memiliki struktur sebagai berikut:

Metronidazole gel vagina, 0,75% adalah solusi, air gel dimurnikan, yang mengandung metronidazol pada konsentrasi 7,5 mg / g(0,75%). Gel tersebut dirumuskan pada pH 5,5. Gel juga mengandung 934P basis carbomer, NF; dinatrium edetate, USP, metil, NF,propilen glikol, USP, propil, NF, dan sodium hidroksida, NF.Setiap aplikator penuh 5 gram gel vagina mengandung sekitar 37,5 mg metronidazol. Pasien dengan Bacterial Vaginosis:dosis tunggal 5 gram dari vagina gel metronidazole untuk 4 pasien dengan vaginosis bakteri, maksimum rata-rata serum metronidazol dari 214 ng / mL pada sehari dan 294 ng / mL (kisaran: 228-349 ng / mL) pada lima hari.Konsentrasi serum metronidazol dosis oral 400 sampai 500 mg BID berkisar antara 6.000 sampai 20.000 ng / mL.

MIKROBIOLOGISasaran intraseluler metronidazol pada anaerob sangat tidak dikenal. Kelompok 5-nitro dari metronidazol berkurang oleh metabolik anaerob yang aktif, dan studi telah menunjukkan bahwa bentuk pengurangan obat berinteraksi dengan DNA bakteri.Namun, tidak jelas apakah interaksi dengan DNA sendiri merupakan komponen penting dalam aksi bakterisidal metronidazol padaorganisme anaerobik.uji kepekaan bakteri tidak secara rutin dilakukan untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakteri. Metronidazol adalah agen antimikroba aktif in vitro terhadap sebagian besar strain organisme berikut yang sudah dilaporkan dikaitkan dengan vaginosis bakteri: Bacteroides spp. Gardnerella vaginalis Mobiluncus spp. Peptostreptococcus spp.

INDIKASI & PENGGUNAANMetronidazol gel vagina, 0,75% diindikasikan dalam pengobatan vaginosis bakteri (dahulu disebut sebagai Haemophilus vaginitis,Gardnerella vaginitis, spesifik vaginitis,Corynebacterium vaginitis, atau vaginosis anaerob). CATATAN: Untuk tujuan indikasi ini, diagnosis klinis vaginosis bakteri biasanya ditentukan oleh adanyacairan vagina homogen bahwa (a) memiliki pH lebih besar dari 4,5, (b) memancarkan amis bau amina bila dicampur dengan 10%Larutan KOH, dan (c) mengandung sel petunjuk pada pemeriksaan mikroskopis. Gram stain hasil yang konsisten dengan diagnosis vaginosis bakteri termasuk (a) morfologi Lactobacillus nyata berkurang atau tidak ada, (b) dominasi Gardnerella morphotype, dan (c) tidak ada atau sedikit sel darah putih.Patogen lain yang umumnya terkait dengan vulvovaginitis, misalnya, vaginalis Trichomonas, Chlamydia trachomatis,N.gonorrhoeae,Candida albicans, dan virus Herpes simplex harus disingkirkan. KONTRA Metronidazole gel vagina, 0,75% merupakan kontraindikasi pada pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap metronidazole, parabens,lain bahan perumusan, atau turunan nitroimidazole lainnya.

PERINGATAN Kejang kejang dan Neuropati perifer:Kejang kejang dan neuropati perifer, yang terakhir ditandai terutama oleh mati rasa atau paresthesia dari ekstremitas, telah dilaporkan pada pasien yang diobati dengan metronidazol oral atau intravena. Munculnya tanda-tanda neurologis abnormal tuntutan prompt penghentian terapi metronidazol gel vagina. Metronidazol gel vagina harus diberikan dengan hati-hati untuk pasien dengan penyakit sistem saraf pusat. Reaksi psikotik: Reaksi psikotik telah dilaporkan pada pasien alkohol yang menggunakan metronidazol oral dan disulfiram secara bersamaan.Metronidazol gel vagina tidak boleh diberikan kepada pasien yang telah mengambil disulfiram dalam dua minggu terakhir.

5. Neisseria gonorhoeae
Penicilin Farmakokinetik: Penicilin bervariasi dalam hal resistansinya kepada asam lambung dan sebab itu bervariasi dalam bioavailabilitas oralnya. Mereka adalah senyawa polar dan tidak dimetabolisasi secara ekstensif. Mereka biasanya diekskreasi tidak berubah dalam urin via filtrasi glomer dan sekresi tubular, yang mana proses selanjutnya dihambat oleh probenecid. Ampicillin dan nafcillin sebagian diekskresi pada empedu. Paruh-umur plasma penicilin bervariasi dari setengah jam sampai 1 jam. Procain dan bentuk benthamine penicilin G diberikan secara intramuskular dan memiliki paruhumur yang panjang karena obat aktif dilepaskan dengan sangat lambat kedalam aliran darah. Sebagian besar penicilin melintas rintangan blood-brain hanya bilamana meninges mengalami peradangan. Mekanisme Aksi dan Resistansi. Antibiotik beta-lactam adalah obat-obat baktericida. Antibiotik ini beraksi menghambat sintesis dinding sel dengan tahap-tahapan berikut (1) pengikatan obat ke reseptor khusus (protein pengikat-penicilin, PBP) yang terletak dalam membran cytoplasmik; (2)penghambatan enzim transpetidase yang beraksi untuk mengcross-link rantai linier peptidoglycan yang membentuk bagian dinding sel; (3) aktivasi enzim autoklatik yang menyebabkan lesi pada dinding sel bakteri. Efek Samping Penisilin Reaksi hipersensitif, mulai ruam dan gatal sampai serum sickness dan reaksi alergi sistemik yang serius. Nyeri tenggorokan atau lidah, lidah terasa berbulu lembut, muntah, diare. Mudah marah, halusinasi, kejang Penisilin

Yang efektif adalah penisilin G prokain akua. Dosis 3-4,8 juta unit + 1 gram probenesid. Kontraindikasi pada alergi penisilin. Ampisilin dan amoksisilin Dosis ampisilin 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan dosis amoksisilin 3 gram + 1 gram probenesid. Kontraindikasi pada alergi penisilin. Untuk daerah dengan PPNG yang tinggi, penisilin, ampisilin, dan amoksisilin tidak dianjurkan. Sefalosporin Seftriakson cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m, Sefoperazon dengan dosis 0,5-1 gram i.m, dan Sefiksim 400 mg merupakan obat pilihan baru dari golongan sefalosporin yang dapat diberikan secara oral. Tiamfenikol Dosisnya 2,5-3,5 gram secara oral. Tidak dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan. Kuinolon Obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, siprofloksasin 500 mg, secara oral. Di Asia (termasuk Indonesia) dan Amerika Utara sudah mulai dijumpai kepekaan yang menurun terhadap kuinolon. Levofloksasin generasi terbaru kuinolon dapat dianjurkan untuk pengobatan gonore dengan dosis 250 mg per oral dosis tunggal. Kuinolon tidak boleh diberikan untuk wanita hamil dan menyusui.

6. Herpes simplex virus


Acyclovir Indikasi Untuk mengobati genital Herpes Simplex Virus, herpes labialis, herpes zoster, HSV encephalitis, neonatal HSV, mukokutan HSV pada pasien yang memiliki respon imun yang diperlemah (immunocompromised), varicella-zoster. Kontraindikasi Hipersensitifitas pada acyclovir, valacyclovir, atau komponen lain dari formula. Bentuk Sediaan Tablet 200 mg, 400 mg. Dosis dan Aturan Pakai Pengobatan herpes simplex: 200 mg (400 mg pada pasien yang memiliki respon imun yang diperlemah/immunocompromised atau bila ada gangguan absorbsi) 5 kali sehari, selama 5 hari. Untuk anak dibawah 2 tahun diberikan setengah dosis dewasa. Diatas 2 tahun diberikan dosis dewasa. Pencegahan herpes simplex kambuhan, 200 mg 4 kali sehari atau 400 mg 2 kali sehari, dapat diturunkan menjadi 200 mg 2atau 3 kali sehari dan interupsi setiap 6-12 bulan. Pencegahan herpes simplex pada pasien immunocompromised, 200-400 mg 4 kali sehari. Anak dibawah 2 tahun setengah dosis dewasa. Diatas 2 tahun dosis sama dengan dosis orang dewasa.

Efek Samping Pada sistem saraf pusat dilaporakan terjadi malaise (perasaan tidak nyaman) sekitar 12% dan sakit kepala (2%).pada system pencernaan (gastrointestinal) dilaporkan terjadi mual (2-5%), muntah (3%) dan diare (2-3%). Resiko Khusus Penggunaan Acyclovir pada wanita hamil masuk dalam kategori B. Efek teratogenik dari Acyclovir tidak diteliti pada studi dengan hewan percobaan. Acyclovir terbukti dapat melewati plasenta manusia. Acyclovir juga dapat masuk ke dalam air susu ibu, karena itu penggunaan pada ibu menyusui harus disertai peringatan. DAFTAR PUSTAKA : www.apoteker.info www.farmasiku.com www.infopenyakit.com

Anda mungkin juga menyukai