Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN TUTORIAL

MODUL IV
KEPUTIHAN

DISUSUN OLEH:
TUTOR: dr. Arimaswati M.Sc
KELOMPOK 10
1. Lilis Suriani (K1A113029)
2. Jumadil Rahmat (K1A115021)
3. Laode Mujahidin Marjan (K1A115022)
4. Sitti Naiman Ayu Muliana Aksa (K1A115132)
5. Natasya Kartika Maharani (K1A116067)
6. Nurmadina (K1A116086)
7. I Dewa Ayu Meyta Putri S (K1A117041)
8. Indira Kusuma Wardani (K1A117042)
9. Maulidya Makmur (K1A117043)
10. Miftahul Jannah (K1A117044)
11. Muh Rivan Fadillah (K1A117045)
12. Indah Sari Putri Wekoila (K1A117012)
13. Rizki Aji Nugroho (K1A117087)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2018
LAPORAN TUTORIAL 2019
UNIVERSITAS HALU OLEO

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Keputihan

Nama Anggota Kelompok :

LILIS SURIANI JUMADIL RAHMAT


LAODE MUJAHIDIN MARJAN NATASYA KARTIKA
MAHARANI NURMADINA I DEWA AYU MEYTA PUTRI
S INDIRA KUSUMA WARDANI MAULIDYA MAKMUR
MIFTAHULJJANAH MUH. RIVAN FADILLAH
SITTI NAIMAN AYU MULIANA AKSA INDAH SARI PUTRI WEKOILA
RIZKI AJI NUGROHO

Laporan ini telah disetujui dan disahkan oleh:

Kendari, 15 Mei 2019

Dosen Pembimbing

dr. Arimaswati M.Sc


I. SKENARIO KASUS
Seorang perempuan, 29 tahun, P2A0, dating ke poliklinik dengan keluhan
keputihan berwarna putih seperti susu disertai rasa gatal.

II. KATA SULIT


 P2A0 : Partu 2x, Abortus 0
 Keputihan (Flour Albos) : Keluarnya cairan dari organ genitalia wanita yang
abnormal

III. KATA KUNCI


1. Perempuan 29 tahun
2. P2A0
3. Keluhan keputihan berwarna putih seperti susu disertai rasa gatal

IV. PERTANYAAN
1. Jelaskan Anatomi dan Histologi organ terkait ?
2. Jelaskan keputihan fisiologis dan patalogis ?
3. Jelaskan tanda dan gejala dari penyakit infeksi penyebab keputihan ?
4. Jelaskan penyebab dari penyakit-penyakit yang menyebabkan keputihan ?
5. Jelaskan bagaimana pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis ?
6. Jelaskan penatalaksanaan penyakit dan gejala keputihan ?
7. Jelaskan komplikasi infeksi dengan keputihan ?
8. Jelaskan pencegahan penyakit yang menyebabkan gejala keputihan ?
V. JAWABAN

1. Jelaskan Anatomi dan Histologi organ terkait ?

ANATOMI
 Vagina
Saluran vagina mempunyai hubungan dengan cavitas uteri, dan ke
arah caudal bermuara pada vestibulum vaginae, suatu ruangan yang
terletak di antara kedua labia minora pudendi, melalui ostium vaginae.
(Basri, dkk. 2016)
Vagina sangat elastis, terutama bagian yang berada disebelah cranial
diaphragma pelvis. Lumen vagina berbentuk huruf “H” pada penampang
melintang. Facies interna dinding anterior (= paries anterior) dan facies
interna dinding posterior (= paries posterior) letak saling bersentuhan.
Baik pada paries anterior maupun paries posterior terdapat tonjolan
longitudinal, disebut columna rugarium anterior dan columna rugarium
posterior. Ujung caudal columna rugarium anterior membentuk
penonjolan yang disebut carina urethralis vaginae. Mucosa dinding vagina
membentuk lipatan-lipatan horizontal yang dinamakan rugae vaginales.
(Basri, dkk. 2016)

Gambar 3. Struktur Dalam Vagina. (Paulsen & Waschke. 2011)


Cekungan yang terbentuk antara portio vaginalis cervicis dan
dinding vagina, disebut fornix vaginae, yang dapat dibagi menjadi fornix
anterior, fornix posterior dan fornix lateral. Fornix posterior membentuk
cekungan yang paling dalam dan dindingnya berhubungan dengan
peritoneum yang membatasi excavatio rectouterina. Pada fornix lateral
terdapat ligamentum latum uteri, arteria uterina dan ureter. (Basri, dkk.
2016)
Vagina mendapatkan vascularisasi dari: (Basri, dkk. 2016)
1. Percabangan arteria uterina, mensuplai vagina pars cranialis;
2. Arteria vaginalis memberi percabangan kepada dinding ventral dan
dorsal vagina, mengadakan anastomose pada linea mediana,
membentuk arteria azygos anterior dan arteria azygos posterior;
3. Percabangan dari arteria bulbi vaginae yang mensuplai darah kepada
bagian caudal vagina.
Arteria uterina dan arteria vaginalis adalah cabang dari arteria iliaca
interna. Arteria bulbi vaginae dipercabangkan oleh arteria pudenda
interna, sedangkan arteria pudenda interna adalah cabang dari arteria iliaca
interna. (Basri, dkk. 2016)
Pembuluh vena berkumpul membentuk plexus venosus vaginalis,
mengadakan anostomose dengan plexus venosus uterinus serta plexus
venosus vesicalis. (Basri, dkk. 2016)
Vagina mendapat innervasi symphatis dari plexus hypogastricus,
dan serabut-serabut afferen berada dalam nervus pudendus. Persarafan
parasymphatis berpusat pada medulla spinalis segmen sacralis 2 - 3, yang
membawa komponen vasodilator untuk arteri. Pars caudalis vaginae
dipersarafi oleh nervus pudendus. (Basri, dkk. 2016)
 Uterus

Gambar 4. Uterus Potongan Longitudinal. (Paulsem & Waschke. 2011)


Uterus adalah organ muscular berdinding tebal, mempunyai bentuk
seperti buah peer. Mempunyai ukuran panjang 7,5 cm, lebar 5 cm dan
tebal 3 – 4 cm. Pada wanita yang pernah melahirkan maka ukuran-ukuran
tersebut menjadi lebih besar. (Basri, dkk. 2016)

Gambar 5. Uterus. (Paulsen & Waschke. 2011)


Uterus dibagi menjadi 4 bagian sebagai berikut:
1. Fundus uteri yang letaknya dibagian cranial dan mempunyai
permukaan yang bundar; (Basri, dkk. 2016)
2. Corpus uteri, merupakan bagian yang palaing utama, terletak
menghadap ke arah caudal dan dorsal. Facies vesicalis uteri
dipisahkan dari vesica urinaria oleh spatium uterovesicalis. Facies
intestinalis uteri dipisahkan dari colon sigmoideum di bagian cranial
dan dorsal oleh excavatio rectouterina. Pada margo lateralis melekat
ligamentum latum uteri; (Basri, dkk. 2016)
3. Cervix uteri, letak mengarah ke caudal dan dorsal. Merupakan
bagian yang terletak di antara isthimus uteri dan vagina. Dibagi dua
bagian oleh dinding anterior vagina menjadi portio supravaginalis
(cervicis) dan portio vaginalis (cervicis). (Basri, dkk. 2016)
(a) Portiosupravaginalisdipisahkandarivesicaurinariaolehjaringanik
atlonggar, dandari rectum olehexcavatiorectouterina (=
cavumDouglassi). disebelahlateralnyaterdapat ureter danarteria
uterina. (Basri, dkk. 2016)
(b) Portio vaginalis meluas kedalam vagina. Di ujungnya terdapat
orificium externum uteri. Bagian anteriornya membentuk
labium anterius dan bagian posterior membentuk labium
posterius. (Basri, dkk. 2016)

Gambar 6. Uterus. (Paulsen & Waschke. 2011)


Di dalam cervix terdapat canalis cervicis uteri yang sempit di bagian
caudal. Pada dinding anterior dan dinding posterior terdapat lipatan
mucosa yang dinamakan plica palmata, letaknya sedemikian rupa
sehingga tidak saling bertemu. (Basri, dkk. 2016)
Mesosalpinx adalah bagian dari ligamentum latum uteri yang berada
di antara tuba uterina dan tempat peralihan ligamentum latum uteri yang
membentuk mesosalpinx. (Basri, dkk. 2016)
Suplai darah uterus diperoleh dari arteria uterina, yang
dipercabangkan oleh arteria iliaca interna, seringkali juga dipercabangkan
oleh arteria vesicalis superior. Arteri ini berjalan ke arah medial pada
facies superior ligamentum cervicale laterale, memberi percabangan
kepada cervix dan vagina bagian cranial, lalu membelok ke cranial,
berjalan didalam ligamentum latum uteri dekat pada sisi cranial uterus,
dan memberi cabang-cabang pada kedua permukaan corpus uteri. Selama
gravid arteri ini menjadi besar, dan sesudah partus arteri ini menjadi
berkelok-kelok. Mengadakan anastomose dengan ramus uterinus
a.ovarica. Vena uterina berjalan mengikuti arteria uterina, bermuara
kedalam vena iliaca interna. (Basri, dkk. 2016)
Innervasi sympathis diperoleh dari medulla spinalis segmental
thoracalis XII – lumbalis I. Serabut parasympathis berasal dari medulla
spinalis segmental sacralis. Serabut-serabut efferent sympathis dan
parasympathis mencapai uterus melalui plexus nervosus hypogastricus dan
plexus nervosus pelvicus. (Basri, dkk. 2016)

 Tuba Uterina
Gambar 7. Tuba Uterina dalam Penampang Melintang: Struktur Dinding.
(Paulsen & Waschke. 2011)

Tuba uterina terletak pada margo superior ligamentum latum uteri


dan berada di antara kedua lembaran ligamentum tersebut, mempunyai
ukuran panjang kira-kira 11-14cm, berjalan ke lateral dari uterus menuju
ke extremitas uterina ovarii. Lalu berjalan di cranialis margo mesovarium,
melengkung di sebelah cranial extremitas tubaria ovarii, berakhir pada
margo liber dan faciess medialis ovarii. (Basri, dkk. 2016)
Terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Pars uterina, berada didalam dinding uterus, berakhir didalam
cavitas uteri, di tempat ini terdapat ostium uterinum tubae; (Basri,
dkk. 2016)
2. Isthmus tubae uterinae adalah bagian yang paling sempit dan
mempunyai dinding yang lebih tebal daripada ampulla; (Basri, dkk.
2016)
3. Ampulla tubae uterinae, merupakan bagian yang paling panjang dan
paling lebar, bentuk berkelok-kelok, mempunyai dinding yang
relatif tipis, di tempat ini terjadi fertilisasi; (Basri, dkk. 2016)
4. Infudibulum tubae uterinae, pada ujung terminalnya terdapat
ostium abdominale tubae uterinae, mempunyai diameter 2 cm, dilalui oleh
ovum, melalui ostium ini terjadi hubungan antara cavitas peritonealis
dengan dunia luar. Tuba uterina mendapat suplai darah dari ramus tubarius
a.ovarica dan cabang-cabang kecil dari arteria ovarica. Pembuluh vena
berjalan mengikuti arteri menuju ke plexus venosus ovaricus dan vena
uterina. (Basri, dkk. 2016)
Tuba uterina dipersarafi oleh serabut saraf sympathis dan
parasympathis. Saraf sympathis berasal dari plexus hypogastricus, dan
komponen parasympathis dari N.vagus mempersarafi tuba uterina bagian
lateral, sedangkan bagian medial dan tuba uterina dipersarafi oleh nervus
splanchinicus pelvicus. Serabut-serabut afferen menuju ke medial spinalis
thoracal XI – lumbal II. (Basri, dkk. 2016)

 Ovarium
Ada dua buah yang memproduksi oocyte sesudah usia pubertas.
Selain itu ovarium menghasilkan dua jenis hormon, yaitu:
1. Oestrogen (= follicular hormone) yang dihasilkan oleh sel-sel
follicle pada ovarium; hormon ini mempengaruhi tanda-tanda sex
secunder, seperti pembesaran mamma, timbunan lemak pada regio
glutea, pertumbuhan rambut pada pubis dan axilla, selain itu juga
mempengaruhi pertumbuhan endomentrium selama siklus
menstruasi berlangsung; (Basri, dkk. 2016)
2. Progesteron (hormon copus luteum), dihasilkan oleh corpus luteum,
yang berperan pada saat implantasi aacyte yang telah mengalami
fertilisasi, serta pertumbuhan awal dari embryo. (Basri, dkk. 2016)
Produksi kedua hormon tersebut di atas dipengaruhi oleh hormon
gonadotropin yang dihasilkan oleh hypophyse pars distalis. Masih ada
hormon yang ketiga, yakni relaxin, yang dihasilkan oleh ovarium pada
masa hamil. Hormon ini berfungsi menghalangi otot uterus berkontraksi
sebelum waktunya. (Basri, dkk. 2016)
Ukuran panjang ovarium adalah kira-kira 4 cm, lebar 2 cm dan tebal
1 cm, berat 7 gram, dipengaruhi oleh usia dan cyclus menstruasi2.
Ovarium terletak dikiri dan kanan uterus.tepatnya pada lapisan belakang
ligamentum latum. Ovarium dihubungkan dengan uterus melalui
ligamentum ovari proprium
Ovarium mendapatkan vascularisasi dari: (Basri, dkk. 2016)
1. Arteria ovarica, berjalan di dalam ligamentum suspensorium ovarii,
berada di antara kedua lembaran ligamentum latum uteri, mencapai
mesovarium dan masuk kedalam ovarium melalui hilus;
2. Ramus ovaricus a.uterina, berjalan ke arah lateral di dalam
ligamentum latum uteri menuju ke mesovarium, dan mengadakan
anatomose dengan arteria ovarica;
3. Vena ovarica sinistra bermuara kedalam vena renalis sinistra;
4. Vena ovarica dextra bermuara kedalam vena inferior.
Pembuluh lymphe dari ovarium berjalan bersama-sama dengan vasa
ovarica menuju ke lymphnodus lumbalis. (Basri, dkk. 2016)
Ovarium mendapat persarafan dari percabangan plexus ovaricus
yang mengandung komponen vasomotoris. (Basri, dkk. 2016)

HISTOLOGI

Ovarium

Hormon FSH (Folicle Stimulating Hormone) merupakan


hormon yang dilepaskan oleh hipofisis pars anterior. Hormon
ini akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan folikel
mulai dari folikel primer hingga folikel De Graaf. (Jusuf,
Ahmad Aulia. 2011)

Di bawah pengaruh hormon FSH sel granulosa akan


berproliferasi dan meningkatkan jumlah reseptor FSH sambil
mengaktifkan enzim aromatase yang penting bagi pembentukan
hormon estradiol. Folikel yang berkembang memproduksi
estrogen (dalam bentuk estradiol) yang kadar puncaknya pada
pertengahan siklus menimbulkan umpan balik negatif pada
produksi FSH (Gb-5). Keadaan ini memicu lonjakan kadar LH,
yang mengendalikan tahap akhir pematangan folikel, memicu
ovulasi, dan mengendalikan pembentukan dan mempertahankan
korpus luteum. Korpus luteum membentuk estrogen dan
progesteron. Kadar progesteron yang tinggi menghambat
pembentukan LH sehingga korpus luteum akan berdegenerasi
setelah 14 hari jika tidak terjadi pembuahan.Jika terjadi
fertilisasi dan berimplantasi didalam uterus,sinsitiotrofoblas
plasenta yang sedang berkembang akan menghasilkan hormon
gonadotropin korion yang akan mempertahankan korpus luteum
hingga usia kehamilan 4 bulan. Pada saat itu plasenta telah
terbentuk sempurna dan menghasilkan hormon progesteron.
(Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)

Hormon esterogen mempunyai pengaruh: (1) penebalan


epitel vagina, (2) mitosis dan pembentukan silia tuba fallopii,
(3) proliferasi endometrium, (4) pengembangan stroma dan
duktus serta pembentukan jaringan adiposa payudara, (5)
peningkatan aktivitas osteoblas dan (6) penumpukan lemak
tubuh. (Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)
Hormon progesteron akan menyebabkan: (1) fase sekresi
endometrium, (2) penurunan kontraksi uterus, (3) peningkatan
gerakan silia tuba fallopii, (3) proliferasi alveolus dan sekresi
kelenjar payudara dan (6) deposit glikogen. (Jusuf, Ahmad
Aulia. 2011)

Medula Ovarium

Medula ovarium disusun oleh jaringan stroma yang


merupakan jaringan ikat longgar dan kaya akan pembuluh darah
dan pembuluh limfe. Medula ovarium terletak dibagian tengah
ovarium dan dikelilingi oleh korteks. (Jusuf, Ahmad Aulia.
2011)

SALURAN TELUR (TUBA FALLOPII/OVIDUCT)

Merupakan tabung muskular yang pangkalnya menyatu


dengan uterus dan ujung distalnya terbuka terbuka kedalam
rongga peritoneum melingkupi ovarium.Saluran ini bertugas
untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi,
menyiapkan suasana yang baik untuk ovum, spermatozoa,
tempat pembuahan dan perkembangan zigot serta membawa
ovum yang sedang berkembang kedalam uterus. (Jusuf, Ahmad
Aulia. 2011)

Saluran ini dibagi menjadi 4 bagian yaitu :

1. Pars intramural/interstisial yaitu bagian tuba yang


menyatu dan menembus dinding rahim. Bagian ini
mempunyai lipatan mukosa yang paling sedikit dan
pendek. (Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)

2. Istmus merupakan bagian saluran yang sempit tidak jauh


dari uterus dan juga mempunyai lipatan mukosa yang
pendek. (Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)

3. Ampula yaitu bagian saluran yang terlebar dan


mempunyai lipatan mukosa yang banyak dan bercabang-
cabang. Fertilisasi (pembuahan ovum oleh sperma)
terjadi pada bagian ini. (Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)

4. Fimbriae yaitu bagian ujung saluran yang berbentuk


seperti corong dan lipatan mukosa pada bibirnya
menjulur seperti jari-jari ke arah ovarium untuk
menangkap ovum pada saatovulasi. (Jusuf, Ahmad
Aulia. 2011)
Secara histologis tuba uterina tersusun oleh 3 lapisan yaitu :

1. lapisan mukosa

Lapisan ini terdiri atas epitel yang merupakan epitel


selapis silindris bersilia yang dialasi oleh lamina propria. .
Epitelnya berupa epitel silindris selapis yang terdiri atas
dua jenis sel yaitu:

a. Sel Peg yang akan mensekresikan medium dengan


nutrisi untuk sperma dan embrio

b. Sel silia yaitu sel yang mengandung banyak silia.


Silia pada permukaannya akan melecut
bergelombang ke arah uterus sehingga sangat
membantu transport ovum. Lapisan mukus yang
dihasilkannya di dorong ke arah uterus oleh silia
sehingga membantu transport ovum dan sekaligus
mencegahinvasi bakteri ke ronggaperitoneum. (Jusuf,
Ahmad Aulia. 2011)

2. lamina propria terdiri atas jaringan ikat yang


mengandung serat retikular, fibroblas, sel mast dan
limfosit. (Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)
3. lapisanmuskularis terdiri atas jaringan otot polos dengan lapisan
muskularis interna tersusun melingkar sedangkan lapisan
muskularis eksterna tersusun memanjang. Kontraksinya yang
mirip gelombang peristaltik bergerak ke arah uterus. (Jusuf,
Ahmad Aulia. 2011)

4. lapisan serosa merupakan lapisan paling luar yang


terdiri atas peritoneum viseral. Lapisan dibatasi oleh
epitel selapisgepeng. (Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)

Tuba Uterina/tuba Fallopii

UTERUS
Uterus (Gb-7) merupakan organ berongga yang dindingnya
terutama terdiri atas
jaringanotot,terletakdidalamronggapanggul,danberbentuksepertib
uahalpukat. (Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)

Dalam keadaan tidak hamil ukurannya kurang lebih sebesar


jempol kaki yang akan dapat bertambah sampai sebesar buah
nangka besar. (Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)

Secara garis besar terdiri atas 3 bagian yaitu: korpus, fundus,


dan serviks (leher rahim). Korpus menjadi bagian utama yang
membulat bagian tengahnya.Fundus merupakan perluasan korpus
di atas muara tuba uterina dan berbentuk seperti kubah.Serviks
merupakan leher rahim yang sempit dan ujungnya menjorok ke
dalam puncak vagina. (Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)

Secara histologis dinding uterus terdiri atas 3 lapisan yaitu


mukosa (endometrium), muskularis (miometrium), dan serosa
atau adventisia(perimetrium). (Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)
1. Lapisan mukosa(endometrium)

Lapisan ini merupakan mukosa uterus (rahim) yang


berupa epitel silindris selapis disokong oleh lamina
prorpia.Kelenjar endometrium menjulur dari permukaan
luminal masuk ke dalam lamina propria yang lebih sering
disebut stroma.Epitel kelenjar ini merupakan lanjutan epitel
permukaan. Fungsi utama endometrium adalah untuk:
(Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)

a. menyiapkan tempat dan suasana yang baik untukimplantasi

b. menyediakan nutrisi bagiblastosis

c. membentuk plasenta parsmaternal. (Jusuf, Ahmad


Aulia. 2011)

Endometrium dapat dibedakan menjadi 2 lapisan yaitu :

a. Stratum fungsional

Lapisan ini mencakup dua per tiga atas tebal


endometrium yang merupakan lapisan sementara yang
berbatasan dengan lumen uterus.Di bawah pengaruh
hormon ovarium, lapisan ini menebal dan mengelupas
mengikuti irama siklus haid.Pada akhir setiap siklus,
jika tidak ada ovum yang dibuahi, lapisan ini
mengelupas.Peristiwa itu menyebabkan darah keluar
yang bersama serpih kelenjar dan stroma membentuk
darah haid.Pengelupasan ini terjadi selama 3-5
hari.Lapisan ini mendapat perdarahan dari arteri yang
berkelok (coiled artery) yang berasal dari miometrium.
(Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)
b. Stratum basal

Lapisan ini lebih tipis, hanya mencakup sepertiga


tebal endometrium, akan tetapi permanen dan tidak
ikut terkelupas pada saat menstruasi. Di dalamnya juga
terkandung kelenjar yang epitelnya menjadi sumber
regenerasi epitel pascahaid.Epitel kelenjar basal inilah
yang berproliferasi menutup permukaan endometrium
yang terkelupas pada waktu menstruasi.Proliferasi
terjadi segera setelah mengelupas dan terjadi tidak
serentak karena pengelupasan endometrium pun tidak
terjadi serentak. Dengan kata lain pada saat satu daerah
endometrium sedang mengelupas, daerah lainnya
sudah mulai regenerasi.Lapisan ini mendapat
perdarahan dari arteri tak berkelok (straight artery)
yang berasal dari miometrium. (Jusuf, Ahmad Aulia.
2011)

Sesuai siklus haid endometrium (Gb-8) dapat dibedakan


atas 4 fase yaitu:

1. Endometrium fasemenstruasi

Pada fase ini tampak stroma endometrium yang


hancur (panah) dan bersama darah tumpah ke
permukaanendometrium. (Jusuf, Ahmad Aulia.
2011)

2. Endometrium fase proliferasiawal


Pada fase ini tampak epitel permukaan yang
masih berupa epitel kuboid selapis. Kelenjar-
kelenjar masih tampak lurus, (Jusuf, Ahmad Aulia.
2011)

3. Endometrium fase proliferasilanjut

Pada fase ini tampak kelenjar-kelenjar sudah


mulai berkelok-kelok dengan dindingnya yang
masih belum berlipat-lipat. (Jusuf, Ahmad Aulia.
2011)

4. Endometrium fase sekresiawal

Pada fase ini tampak kelenjar yang lumennya


melebar dengan dinding berlipat- lipat dan mulut
kelenjar di permukaan endometrium. (Jusuf, Ahmad
Aulia. 2011)

5. Endometrium fase sekresilanjut

Pada fase ini tampak sel epitel kelenjar dan


stroma yang sudah tampak lembung karena
menyimpan glikogen.Dinding kelenjar tampak
berlipatan dan getah kelenjar sudah tampak di
dalam lumen kelenjar. (Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)

2. LapisanMiometrium

Lapisan miometrium disusun oleh otot polos yang


tebal. Lapisan otot ini tersusun dari lapis longitudinal luar
dan dalam dengan lapis sirkular di antaranya
Ukuran serat otot uterus sangat dipengaruhi
estrogen ovarium.Pajangnya berkisar antara 40-90 m,
bervariasi sepanjang siklus, dengan yang terpendek
terjadi segera setelah menstruasi. Bila tidak ada estrogen
otot uterus akan atrofi. (Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)

Tingginya kadar estrogen pada waktu kehamilan,


menjadikan serat otot 10 kali lebih panjang dan volume
uterus menjadi 24 kali lebih besar. Hal itu menandakan
bahwa pertambahan volume uterus bukan hanya
disebabkan hipertrofi dan hiperplasi otot saja melainkan
juga pertambahan jaringan ikat di antaranya.Selama
kehamilan itu, serat otot miometrium tumbuh sangat
pesat secara hipertrofi dan hiperplasi, sekalipun
hiperplasinya itu tidak jelas akibat hasil mitosis sel otot
polos atau diferensiasi sel mesenkim setempat. (Jusuf,
Ahmad Aulia. 2011)

Pada saat persalinan lonjakan oksitosin memicu


kontraksi miometrium yang kuat untuk mendorong janin
ke luar.Pascasalin, miometrium kembali ke ukuran
semula dengan pengertian sebagian sel ukurannya
mengecil dan sebagian lainnya mengalami apoptosis
atau kematian sel yang terprogram secara genetik.
(Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)

Pada uterus tidak hamil, terjadi juga kontraksi


lemah berjeda yang tidak menimbulkan sensasi
subyektif.Kontraksi yang lebih kuat dapat terjadi pada
saat rangsangan seksual atau selama menstruasi yang
menimbulkan rasa nyeri kejang.Mekanisme yang
mengontrol kontraksi ini masih belum jelas. (Jusuf,
Ahmad Aulia. 2011)

Sekalipun belum jelas persarafan yang mengatur


kontraksi uterus, agaknya organ ini mempunyai
persarafan jenis viseral.Seperti pada dinding usus yang
juga mendapat persarafan viseral, di antara sel-sel otot
polos terdapat taut imbas atau neksus atau “gap
junction”.Neksus ini meningkat jumlahnya menjelang
persalinan sebagai persiapan untuk yang memungkinkan
gerak kontraksi ritmis dalam upaya mendorong janin ke
luar. (Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)

3. Lapisan serosa atau adventisia(perimetrium)

Uterus mempunyai dua jenis pembungkus.Fundus


diliputi tudung serosa dan korpus dikelilingi adventisia
yang terdiri atas jaringan ikat longgar. (Jusuf, Ahmad
Aulia. 2011)

VAGINA

Vagina (Gb-12) merupakan tabung muskular yang terentang


antara serviks sampai genitalia eksterna. Dindingnya tidak
mengandung kelenjar dan sebagai pelincirnya berupa mukus
(lendir) yang berasal getah kelenjar serviks dan kelenjar Bartholin
serta kelenjar mukosa kecil di vestibulum. (Jusuf, Ahmad Aulia.
2011)
1. Kelenjar Bartholini

Ada dua buah kelenjar kecil berbentuk bundar,berada


disebelah dorsal bulbus vestibule. Saluran keluar dari kelenjar
ini bermuara pada celah yang terdapa diantara labium minus
pudenda dantepi hymen. Glandulaini homolog dengan
glandula bulbo uretralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada
waktu koitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi
(melicini) permukaan vagina dibagian caudal. (Jusuf, Ahmad
Aulia. 2011)

Vaskularisasi diperoleh dari:

 Arteri bulbu vestibuli vagina member vaskularisasi kepada


bulbus vestibule dan glandula vestibularis mayor
(bartholin). (Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)
2. Kelenjar skene

Kelenjar skene atau kelenjar para urethral, ditemukan


dikedua sisi urethra. Mereka adalah homolog dengan prostat
pada pria dan timbul dari sinus urogenital. Dan kelenjar skene
secara structural dapat mengeluarkan cairan. (Jusuf, Ahmad
Aulia. 2011)

Pada wanita normal, flora yang paling banyak dan


merupakan kelompok umum adalah golongan dari genus
Lactobasillus. Bakteri dari jenis ini diketahui merupakan
kelompok yang memberikan proteksi pada vagina terutama
penjagaan kadar pH dan bioindikator yang dapat menekan
pertumbuhan bakteri pathogen 3 seperti Bacteroides fragilis,
Eschercia coli, Gradnerella vaginalis, Mobiluncus spp,
Neisseria gonorrhoeae, Peptostreptococcus anaerobius, P.
bivia dan Staphylococcus aureus. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Graver dan Wade (2011)
menemukan bahwa beberapa spesies Lactobacillus (L.
crispatus., L. gasseri., L. jensenii) memiliki peranan anti
microbial terutama pada kelompok bakteri dari genus Coccus
(Neisseriria gonorrhea) dengan cara meningkatkan pH vagina
dengan cara mensekresikan asam laktat. Lebih lanjut pada
penelitian ini juga menemukan dalam keadaan anaerob
kelompok bakteri dari golongan Lactobacillus memiliki
peranan penting dalam memberikan proteksi pada sel epitelial
vagina dengan memberikan bantuan pada hubungan antar sel
serta sekresi bakteriosida berupa Hidrogen Perioksida. (Jusuf,
Ahmad Aulia. 2011)

Dinding vagina terdiri atas 3 lapisan: (Jusuf, Ahmad Aulia.


2011)

1. Lapis mukosa

Epitel yang meliputinya berupa epitel gepeng berlapis


tanpa lapisan tanduk yang kaya akan glikogen dan dialasi oleh
lamina propria yang kaya akan serat elastis. Secara normal di
dalam lumen vagina terdapat mikroorganisme komensal.Hasil
metabolisme glikogen yang berasal dari sel-sel epitel yang
terlepas oleh bakteri vagina, menghasilkan asam laktat
sehingga menurunkan pH vagina.Pleksus kapiler yang banyak
terdapat di dalam lamina propria juga menghasilkan banyak
cairan yang merembes ke dalam lumen selama rangsangan
seksual.Mukosa vagina hanya sedikit mengandung serat saraf.
(Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)

2. Lapis muskularis

Lapisan muskular polos dinding vagina bagian luar


terutama terdiri atas otot polos yang tersusun memanjang
selain juga ada beberapa yang melingkar di dekat lapisan
mukosa. (Jusuf, Ahmad Aulia. 2011)
3. Lapisan adventisia

Vagina diliputi selubung jaringan ikat padat yang kaya


akan serat elastis. Di dalamnya terdapat banyak pleksus vena
yang luas, berkas saraf dan kelompokan sel neuron. (Jusuf,
Ahmad Aulia. 2011)

Gambar-12 Vagina.

2. Jelaskan keputihan fisiologis dan patalogis ?

A. Fisiologi Keputihan
Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang menstruasi,
pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi. Keputihan yang
fisiologis terjadi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang
dihasilkan selama proses ovulasi. Setelah ovulasi, terjadi peningkatan
vaskularisasi dari endometrium yang menyebabkan endometrium menjadi
sembab.Kelenjar endometrium menjadi berkelok-kelok dipengaruhi oleh
hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum sehingga
mensekresikan cairan jernih yang dikenal dengan keputihan (Marhaeni,
2016).

Hormon estrogen dan progesteron juga menyebabkan lendir servik


menjadi lebih encer sehingga timbul keputihan selama proses ovulasi.
Pada servik estrogen menyebabkan mukus menipis dan basa sehingga
dapat meningkatkan hidup serta gerak sperma, sedangkan progesteron
menyebabkan mukus menjadi tebal, kental, dan pada saat ovulasi menjadi
elastis.Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa
mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang.Ciri-
ciri dari keputihan fisiologis adalah cairan berwarna bening, kadang-
kadang putih kental, tidak berbau, dan tanpa disertai dengan keluhan,
seperti rasa gatal, nyeri, dan terbakar serta jumlahnya sedikit (Marhaeni,
2016).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keputihan fisiologis adalah 1)


Bayi yang baru lahir kirakira 10 hari, keputihan ini disebabkanoleh
pengaruh hormon estrogen dari ibunya; 2) Masa sekitar menarche atau
pertama kalinya haid datang, keadaan ini ditunjang oleh hormon estrogen;
3) Masa di sekitar ovulasi karena poduksi kelenjarkelenjar rahim dan
pengaruh dari hormon estrogen serta progesterone; 4) Seorang wanita
yang terangsang secara seksual. Ransangan seksual ini berkaitan dengan
kesiapan vagina untuk menerima penetrasi senggama, vagina
mengeluarkan cairan yang digunakan sebagai pelumas dalam senggama;
5) Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke vagina
dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina;
6) Akseptor kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron yang dapat meningkatkan lendir servik menjadi lebih encer;
7) Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang
menderita penyakit kronik (Marhaeni, 2016).

B. Keputihan Patologis

. Keputihan patologis yaitu keputihan yang terjadi pada semua infeksi


alat kelamin ( infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim,
jaringan penyangga, dan pada infeksi karena penyakit menular seksua).
(Ayu, 2016)

Ciri-ciri keputihan patologik

 Terdapat banyak leukosit


 Jumlahnya banyak
 Timbul terus menerus
 Warnanya berubah ( biasanya kuning, hijau, abu-abu dan
menyerupai susu)
 Disertai dengan keluhan gatal, panas, dan nyeri, serta berbau amis
dan busuk. (Ayu, 2016)

3. Jelaskan tanda dan gejala dari penyakit infeksi penyebab keputihan ?

Tanda dan Gejala


a. Bacterial vaginosis keluhan dan gejala . ciri-ciri keputihan VB adalah
tipis, homogen, warna putih abu-abu, dan berbau amis. Keputihannya bisa
banyak sekali pada pemeriksaan dengan speculum lengket di dinding
vagina. (Prabowo, 2011)
b. Trikomonas, keluhan dan gejala. Cairan vagina yang berbuih, tipis,
berbau tidak enak, dan banyak. Warnanya bisa abu-abu, putih, atau
kuning kehijauan. Terdapat eritema atau edema vulva dan vagina.
Mungkin serviks juga tampak eritematosus rapuh. (Prabowo, 2011)
c. Kandida, keluhan dan gejala. Pruritus, seringkali disertai iritasi vagina,
disuria, atau keduanya. Cairan vagina berwarna putih seperti susu yang
menjedal dan tidak berbau. Pemeriksaan speculum seringkali
memperlihatkan eritema dinding vulva dan vagina, kadang-kadang
dengan plak yang menempel. (Prabowo, 2011)
d. Gonore, tanda dan gejala. Disuria, perdarahan uterus abnormal, keluar
cairan vagina bercak darah, perdarahan pasca senggama. Pada
pemeriksaan serviks tampak erosi dan rapuh, terdapat cairan
mukopurulen. (Prabowo, 2011)

4. Jelaskan penyebab dari penyakit-penyakit yang menyebabkan


keputihan ?

Keputihan yang abnormal disebabkan oleh kelainan alat kelamin sebagai


akibat cacat bawaan seperti rektovaginalis dan fistel vesikovaginalis, cedera
persalinan dan radiasi kanker genitalia, benda asing yang tertinggal di dalam
vagina seperti tertinggalnya kondom dan pesarium untuk penderita hernia,
berbagai tumor jinak yang tumbuh ke dalam lumen, pada menopause
dikarenakan vagina yang mengering sehingga sering timbul gatal dan mudah
luka, dan beberapa penyakit kelamin yang disebabkan oleh beberapa jenis
mikro organisme dan virus tertentu, diantaranya adalah: (Marhaeni, 2015)
 Bakteri

a. Gardnerella

Keputihan yang timbul berwarna putih keruh keabu-abuan, agak


lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan panas pada
vagina. Menimbulkan peradangan pada vagina yang tidak spesifik dan
menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi senyawa amin.
Peradangan yang ditimbulkan oleh bakteri ini disebut Vaginosis
bakterial. (Marhaeni, 2015)

b. Gonococcus
Ada beberapa macam bakteri golongan coccus.Salah satunya
Neisseria Gonorrhea, suatu bakteri yang dilihat dengan mikroskop
tampak diplokok (berbentuk biji) intraseluler dan ekstraseluler, bersifat
tahan asam dan bersifat “gram negatif”.Bakteri ini menyebabkan
penyakit akibat hubungan seksual (PHS/PMS/STD) yang paling sering
ditemukan yaitu Gonorrhea.Pada laki-laki, penyakit ini menyebabkan
kencing nanah.Sedangkan pada perempuan menyababkan keputihan.
(Marhaeni, 2015)

c. Chlamydia Trachomatis
Bakteri ini sudah lebih dahulu dikenal sebagai penyebab penyakit
mata yang disebut Trakoma, namun ternyata bisa juga ditemukan
dalam cairan vagina yang menyebabkan penyakit uretritis non-spesifik
(non-gonore).Keputihan yang ditimbulkan bakteri ini tidak begitu
banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan Gonorrhea.Namun,
bila infeksinya terjadi bersamaan dengan bakteri gonococcus, bisa
menyebabkan peradangan panggul yang berat, kemandulan, hingga
kehamilan diluar kandungan. (Marhaeni, 2015)
d. Jamur Candida
Keputihan yang timbul berwarna putih susu, bergumpal seperti
susu basi, di sertai rasa gatal dan kemerahan pada kelamin dan di
sekitarnya. Keputihan yang disebabkan oleh jamur candida, paling
sering oleh spesies albicans.Peradangan yang ditimbulkan oleh jamur
ini disebut Kandidosis vaginalis.Pada keadaan normal jamur ini
terdapat di rongga mulut, usus besar maupun dalam liang kemaluan
wanita. Namun, pada keadaan tertentu, jamur ini meluas sehingga
menimbulkan keputihan. Beberapa faktor dapat mempermudah
seseorang terinfeksi jamur ini, seperti saat haid, hamil, minum
antibiotika dalam jangka waktu lama, kontrasepsi oral (pil KB), obat
kortikosteroid, dan penyakit kencing manis (diabetes mellitus).
(Marhaeni, 2015)

e. Parasit
Keputihan jenis ini bersifat khas yaitu jumlah banyak, warna
kuning kehijauan, bau tak sedap, sakit saat melakukan hubungan
seksual dan gatal.Penularan terjadi melalui hubugan
seksual.Peradangan yang ditimbulkan oleh parasit ini disebut
Trichomoniasis. (Marhaeni, 2015)

f. Virus
Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus
Herpes Simplex (VHS) tipe-2 dan Human Papilloma Virus
(HPV).Infeksi HPV dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks,
penis, dan vulva.Sedangkan HPV tipe-2 dapat menjadi faktor
pendamping. HPV dapat menimbulkan penyakit Kondiloma
akuminata yang disebut juga genital warts, kutil kelamin, veneral
warts ( jengger ayam). (Marhaeni, 2015)
g. Herpes Genitalia
Herpes genitalia disebabkan oleh tipe 2 herpes virus hominis, yang
dekat hubungannya dengan tipe 1 herpes virus simpleks, penyebab
herpes labialis.Jika penyakit timbul, di tengah-tengah daerah dengan
radang dan edema tampak sejumlah vesikel yang biasanya berlikasi
pada labia minora, bagian dalam labia 27 mayora dan prepusium
klitoridis. Selain pada vulva, penyakit juga ditemukan paula vagina
dan serviks uteri yang menyebabkan leukorea, perdarahan dan dysuria.
(Wiknjosastro H. 2009)

h. Kandiloma Akuminatum
Kandiloma akuminatum berbentuk seperti kembang kubis
(cauliflower) dengan ditengahnya jaringan ikat dan ditutup terutama
dibagian atas oleh epitel dengan hyperkeratosis.Kandiloma
akuminatum kiranya disebabkan oleh suatu jenis virus yang banyak
persamaannya dengan veruka vulgaris. Adanya leukorea oleh sebab
lain memudahkan tumbuhnya virus dan kandiloma akuminata.
(Wiknjosastro H. 2009)

i. Trikomoniasis Vulvo vaginitis


Ini disebabkan oleh trikomonas vaginalis.Vaginitis karena
trikomonas menyebabkan leukorea yang encer sampai berwarna
kekuningan dan agak berbau.Penderita mengeluh tentang fluor yang
menyebabkan rasa gatal dan membakar.(Wiknjosastro H. 2009)

j. Kandidiasis Kandidiasis
Disebabkan oleh infeksi dengan candida albikans, suatu jenis
jamur gram positif yang mempunyai benang-benang pseudomeselia
yang terbagibagi dalam kelompok blastospores.Vulvo vaginitis karena
infeksi dengan candida albikans menyebabkan leukorea berwarna
keputih-putihan dan perasaan sangat gatal. (Wiknjosastro H. 2009)

k. Hemofilus Vaginalis Vaginitis


90% dari kasus kasus yang dahulu disebut vaginitis non spesifik,
kini ternyata disebabkan oleh hemofilus vaginalis, suatu basil kecil
yang gram negatif.Gejala vaginitis ialah leukorea yang berwarna putih
bersemu kelabu, kadangkadang kekuning-kuningan dengan bau yang
kurang sedap.Vaginitis ini menimbulkan pula perasaan sangat
gatal.Penyakit ini ditularkan oleh hubungan seksual.(Wiknjosastro H.
2009)

l. Vulvo-Vaginitis Atrovikans
Sesudah menopouse (atau sesudah fungsi ovarium ditiadakan
dengan jalan pembedahan atau penyinaran) epitel vagina menjadi
atrofi dan hanya tertinggal lapisan sel basal.Epitel demikian mudah
terkena infeksi dan radang-radang dapat menjalar ke jaringan bawah
epitel.Penyakit ini menyebabkan leukorea dan rasa perih serta
pedih.Vaginitis ini juga dinamakan vaginitis senilis.(Wiknjosastro H.
2009)

m. Servisitis Akut Servititis akut


Dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di
endoserviks dan ditemukan pada gonore dan pada infeksi post abortum
atau post partum, yang disebabkan oleh streptokokus, stapilokokus dan
lain-lain. Dalam hal ini serviks merah dan membengkak dengan
mengeluarkan cairan mukopurulen.(Wiknjosastro H. 2009)

n. Servisitis Kronik
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah
melahirkan.Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus atau
abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endoserviks
dan kelenjar-kelenjarnya. (Wiknjosastro H. 2009)

o. Endometritis Akut
Pada endometritis akut, endometrium mengalami edema dan
hiperemi.Sebab-sebabnya yaitu infeksi gonore dan infeksi pada abortus
dan partus. Sebab lain yaitu tindakan yang dilakukan dalam uterus
diluar partus dan abortus, seperti kerokan, memasukkan radium
kedalam uterus, memasukkan IUD (Intra Uterine Device) kedalam
uterus dan sebagainya. Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini
diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam hal
keseluruhannya.Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar
leukorea yang bernanah dan uterus serta daerah disekitarnya nyeri
pada perabaan. (Wiknjosastro H. 2009)

p. Endometritis Kronik
Endometritis kronik tidak seberapa sering terdapat, oleh karena
infeksi yang tidak dalam masuknya pada myometrium, tidak dapat
mempertahankan diri karena pelepasan lapisan fungsional dari
endometrium pada waktu haid.Gejalagejala klinis yaitu leukorea dan
menoragi. (Wiknjosastro H. 2009)

q. Gonore
Gonore adalah suatu penyakit kelamin yang disebabkan oleh
Neisseria Gonoroea.Gejala-gejala infeksi gonore akut adalah
perasaan sakit sewaktu kencing dan sering kencing, gatal pada vulva,
sekret yang purulen dari urethra, kelenjar para-urethralis dan kelenjar
bartholini dan sekresi yang mukopurulen dari serviks. (Wiknjosastro
H. 2009)

r. Karsinoma serviks uterus


Diantara tumor ganas ginekologik, kanker serviks uterus masih
menduduki peringkat pertama di Indonesia.karsinoma serviks timbul
di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio) dan
endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai Squamo-Columnar
Junction (SCJ). Keputihan merupakan gejala yang sering
ditemukan.Getah yang keluar dari vagina ini makin lama makin
berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.Perdarahan yang
dialami segera sehabis senggama merupakan gejala karsinoma
serviks. (Wiknjosastro H. 2009)

5. Jelaskan bagaimana pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk


menegakkan diagnosis ?

1. Pemeriksaan laboratorium biasa


Tidak selalu, akan tetapi bila dianggap perlu , dilakukan pemeriksaan darah
dan air seni. Jumlah leukosit dan laju endap darah perlu diperiksa pada
proses peradangan, ini penting pula untuk membedakan apakah suatu
proses dalam pelvis disebabkan oleh peradangan atau oleh
neoplasma/retensi. (Prabowo R. 2011)
2. Whiff test

Whiff test dinyatakan positif bila bau amis atau bau amin terdeteksi dengan
penambahan satu tetes KOH 10-20% pada sekret vagina. Bau muncul
sebagai akibat pelepasan amin dan asam organik hasil alkalisasi bakteri
anaerob. Whiff test positif menunjukkan bakterial vaginosis. (Indiriana, p.
2016)

3. Tes lakmus untuk Ph

Kertas lakmus ditempatkan pada dinding lateral vagina. Warna kertas


dibandingkan dengan warna standar. pH vagina normal 3,8 - 4,2. Pada 80
90% bakterial vaginosis ditemukan pH > 4,5. (Indiriana, p. 2016)

4. Pewarnaan gram sekret vagina

Pewarnaan gram sekret vagina dari bakterial vaginosis tidak ditemukan


Lactobacillus sebaliknya ditemukan pertumbuhan berlebihan dari
Gardnerella vaginalis dan atau Mobilincus sp. dan bakteri anaerob lainnya.
(Indiriana, p. 2016)

5. Kultur vagina

Kultur Gardnerella vaginalis kurang bermanfaat untuk diagnosis bakterial


vaginosis. Kultur vagina positif untuk G. vaginalis pada bakterial vaginosis
tanpa grjala klinis tidak perlu mendapat pengobatan. (Indiriana, p. 2016)

6. Uji H2O2

Pemberian setetes H2O2 (hidrogen peroksida) pada sekret vagina diatas


gelas objek akan segera membentuk gelembung busa ( foaming bubbles)
karena adanya sel darah putih yang karakteristik untuk trikomoniasis atau
pada vaginitis deskuamatif, sedangkan pada vaginosis bakterialis atau
kandidiasis vulvovaginal tidak bereaksi. (Indiriana, p. 2016)
6. Jelaskan penatalaksanaan penyakit dan gejala keputihan ?

A. Trichomonas vaginalis

Dosis tunggal Metronidazole 2 per oral atau 2x500 mg per hari selama
7 hari merupakan pilihan utama.Dosis dapat ditingkatkan pada pasien yang
tidak memberikan respon terhadap Metronidazole dosis standar atau diganti
dengan pemeberian parenteral.Untuk wanita hamil Metronidazole aman
diberikan pada Trimester kedua dan ketiga.Pasangan dari penderita harus
diobati bersama sama untuk menghindari efek bola ping pong. (Wahyuni S.
2014)

B. Vaginosis Bakterial

Antimikroba berspektrum luas terhadap sebagian besar bakteri


anaerob,biasanya efektif untuk mengatasi vaginosis
bakterial.Metronidazole dan klindamisin merupakan obat utama,serta aman
diberikan kepada ibu hamil.Tinidazole, merupakan derovate
nitromidazole,dengan aktivitas anti bakteri dan antiprotozoa telah disetujui
sebagai obat untuk vaginosis bakterial.(Indriatmi,wresti. 2015)

Obat yang diberikan secara intravagina menunjukan efikasi yang sama


dengan metronidazole oral,namun efek samping lebih sedikit.
(Indriatmi,wresti. 2015)

Pilihan rejimen pengobatan:

a. Metronidazole dengan dosis 2x500 mg setiap hari selama 7 hari


b. Metronidazole 2 gram dosis tunggal
c. Klindamisin 2x300 mg per oral sehari selama 7 hari
d. Tinidazole 2x500 mg setiap hari selama 5 hari
e. Ampisilin atau amoksisilin dengan dosis 4x500 mg per oral selama 5
hari. (Indriatmi,wresti. 2015)

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa pengobatan untuk laki-


laki seksual pasien vaginosis bakterial ternyata tidak mengurangi angka
kesembuhan atau kekambuhan.dengan demikian pedoman penanganan
tidak menganjurkan untuk secara rutin mengobati laki-laki pasangan
seksual pasien vaginosis bakterial.ketidaksesuaian antara data yang
menunjukkan penularan vaginosis bakterial melalui hubungan seksual
dengan ketiadaan manfaat pengobatan laki-laki pasangan seksual,masih
menimbulkan pertanyaan sampai saat ini. (Indriatmi,wresti. 2015)

C. Candidiasis Vulvovaginitis

Terapi terdiri dari aplikasi topikal imidasol atau triasol, seperti


mikonasol, klotrimasol, butokonasol, atau terjonasol.Obat-obat ini dapat
diresepkan sebagai krim, supposutoria, atau keduanya. Lama pengobatan
bervariasi tergantung obat yang dipilih. Dosis tunggal flukonasol 150 mg
per oral mempunyai tingkat kemanjuran tinggi. (Harnindya D, Agusni I. 2016)

7. Jelaskan komplikasi infeksi dengan keputihan ?

a) Wanita tidak hamil\


 Salfingitis
 Abses kelenjar bartholin
 Penyakit radang panggul
 Infetilitas
 neoplasma
 memudahkan terinfeksi HIV melalui jalur seksual
 peningkatan risiko infeksi pasca histeroktomi. (Adhi Djuanda, dkk.2015)

b) wanita hamil
 peningkatan risiko persalinan prematur
 BBLR
 Abortus
 Infeksi cairan amnion
 Korioamnionitis
 Penyakit radang panggul pasca abortus
 Endometritis post partum. (Adhi Djuanda, dkk.2015)

8. Jelaskan pencegahan penyakit yang menyebabkan gejala keputihan ?

1. Pencegahan keputihan yang terpenting harus dilakukan adalah menjaga


kebersihan organ reproduksi dengan cara yang benar, menyeimbangkan
antara aktifitas dan istirahat, mengurangi ketegangan psikis yang dialami.
Tujuan dari penulisan ini untuk menemukan factor penyebab keputiha
Menurut Army (2007), hal yang dapat dilakukan dalam mencegah
keputihan antara lain menjaga kebersihan daerah vagina. Mencuci bagian
vulva (bagianluar vagina) setiaphari dan menjaga agar tetap kering harus
dilakukan untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur. Remaja juga
sebaiknya menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah
timbulnya iritasi pada vagina. (Johar, WE, dkk.2013)

2. Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang mengandung


deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal itu dapat
mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang munculnya
jamur atau bakteri. (Johar, WE, dkk.2013)
3. Menjaga kuku tetap bersih dan pendek merupakan salah satu cara untuk
mencegah keputihan pada remaja. Kuku dapat terinfeksi Candida akibat
garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun dibawah kuku
tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok (Army, 2007).
(Johar, WE, dkk.2013)
4. Tidak mengguanakan pakaian yang ketat. Pakaian yang ketat akan
menimbulkan keadaan sekitar vagian lebih gerah dan peredaran darah
tidak lancer. (Johar, WE, dkk.2013)

5. Sering menggant ipembalut 4-5 kali sehari untuk menghin dari dari
pertumbuhan bakteri. (Johar, WE, dkk.2013)
DAFTAR PUSTAKA

Adhi, dkk.2015.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ayu, G. 2016.Keputihan pada wanita .jakarta

Basri, MI, Djayalangkara H, Lisal JI, dkk. 2016. DIKTAT Anatomi Biomedik
2. Makassar: Departemen Anatomi FK UNHAS.

Harnindya, D., Agusni, I. 2016.Studi Retrospektif: Diagnosis dan


Penatalaksanaan Kandidiasis Vulvovaginalis. Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin – Periodical of Dermatology and
Venereology (BIKKK).Vol. 28, No. 1.

Indriatmi,wresti. 2015.Ilmu penyakit kulit dan kelamin Edisi ke


Tujuh,Vaginosis Bakterial.Jakarta :Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Indiriana, p. 2016. Keputihan. Jurnal eprints undip.

Johar, WE., Rejeki, S., Khayatu, N. 2013.Persepsi dan Upaya Pencegahan


Keputihan Pada Remaja Putri di SMA Muhamadiyah 1
Semarang. Jurnal Keperawatan Maternitas : 37-45

Jusuf & Aulia. 2011. Diktat Histologi Sistem Reproduksi Wanita, FKUI
Jakarta

Marhaeni, G.A. 2015. Keputihan pada Wanita. Jurnal Kebidanan Politeknik


Kesehatan Denpasar

Marhaeni, G.A. 2016. Keputihan Pada Wanita. Jurnal Skala Husada. 13(1):
30-38.

Paulsen, F., Waschke, J. 2011. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Ed. 15.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Prabowo, R. 2011. Ilmu Kandungan Ed. 3. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Wahyuni, S. 2014. Parasit pada Organ Urogenitalia dan Parasit yang
Mengganggu Kelamin. Jurnal Parasit Urogenitalia dan
Kehamilan: 1-6
.
Wiknjosastro, H. 2009. Ilmu Kandungan Ed. 2. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai