Anda di halaman 1dari 2

Gejala-Gejala yang Menyertai Batuk

Gejala yang menyertai batuk pada umumnya disebabkan oleh influenza. Gejala tersebut
antara lain demam yang tinggi disertai otot tubuh yang kaku, bersin-bersin, hidung tersumbat,
dan sakit tenggorokan. Namun batuk berdahak juga timbul akibat peradangan pada paru-paru.

sumber :
Wirjodiarjo, Muljono. 2008. Penyebab Batuk dan Tips Pengobatannya.
http://tbmcalcaneus.org/index.php? option=com_content&task=view&id=176&Itemid=87 (27
Desember 2009)

Manifestasi klinis
Gejala umum dari sesak nafas:
a. Angina (nyeri dada) Penderita sesak nafas maupun penderita penyakit jantung kerap dan
sering kali mengalami nyeri di bagian dada ketika mengambil maupun menghela nafas.
Sehingga membuat penderita sesak nafas sudut pandang lateral dan melintang. Radiograf yang
dihasilkan memberikan informasi sebagai berikut:
o Status rangka toraks termasuk iga, pleura dan kontur diafragmadan saluran
napas atas pada waktu memasuki dada.
o Ukuran, kontur dan posisi mediastinum dan hilus paru,temasuk jantung, aorta,
kelenjar limfe dan percabangan bronkus.
o Tekstur dan derajat aerasi parenkim paru Ukuran, bentuk, jumlah dan lokasi lesi
paru termasuk kavitasi tanda fibrosis dan daerah konsolidasi.
o Penampilan radiografi dada yang normal bervariasi dalam beberapa hal
bergantung pada jenis kelamin, usia dan keadaan pernapasan.
c) Tomografi computer (CT Scan)
Yaitu suatu teknik gambaran dari suatu "irisan paru" yang diambil sedemikian rupa
sehingga dapat diberikan gambaran yang cukup rinci. CT scan dipadukan dengan radiograf
dada rutin. CT scan berperan penting dalam:
o Mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta cabang utama brronkus.
o Menentukan lesi pada pleura atau mediastinum (nodus, tumor, struktur
vaskular).
o Dapat mengungkapkan sifat serta derajat kelaianan bayangan yang terdapat
pada paru dan jaringan toraks lain
o CT scan bersifat tidak infasif sehingga CT scan mediastinum sering digunakan
untuk menilai ukuran nodus limfe mediastinum dan stadium kanker paru,
walaupun tidak seakurat bila menggunakan mediastisnokopi.
e) Ultrasounds
Tidak dapat mengidentifikasi penyakit parenkim paru. Namun, ultrasound dapat
membantu mendeteksi cairan pleura yang akan timbul dan sering digunakan dalam menuntun
penusukan jarum untuk mengambil cairan pleura pada torakosentesis.
f) Angiografi Pembuluh Paru
Memasukkan cairan radoopak melalui kateter yang dimasukkan lewat vena lengan ke
dalam atrium kanan, ventrikel kanan lalu ke dalam arteri pulmonalis utama. Teknik ini
digunakan untuk menentukan lokasi emboli massif atau untuk menentukan derajat infark
paru. Resiko utama dalam angiografi yaitu timbulnya aritmia jantung saat kateter dimasukkan
dalam bilik jantung.
g) Pemindaian Paru
Pemindaian paru dengan menggunakan isotop, walaupun merupakan metode yang
kurang dapat diandalkan untuk mendeteksi emboli paru, tetapi prosedur ini lebih aman
dibandingkan dengan angiografi.
h) Endoskopi
Merupakan suatu teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trakea dan cabang-
cabang utamanya. Cara ini paling sering digunakan untuk memastikan diagnosis karsinoma
bronkogenik, tetapi dapat juga digunakan untuk mengangkat benda asing.
i) Pemeriksaan biopsy
Biopsi pleural diselesaikan dengan biopsi jarum pleural atau dengan pleuroskopi, yang
merupakan eksplorasi visual bronkoskopi serat optik yang dimasukka kedalam spasium pleural.
Biopsi pleural dilakukan ketika terdapat kebutuhan untuk kultur atau pewarnaan jaringan
mengidentifikasi tuberkulosis atau fungi. Prosedur untuk diagnostik Radioisotop (pemindaian
paru) Terdapat 3 pemindaian paru yaitu pemindaian perfusi, pemindaian ventilasi, dan
pemindaianinhalasi. Prosedur ini digunkan untuk mendetekasi fungsi normal paru, suplai
vaskuler pulmonal, dan pertukaran gas.
j) Sputum.
Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisms yang berkembang
dalam sputum. Suatu sputum kultur dan sensitivitas sputum (C dan S) mengidentifikasi
mikroorganisme tertentu dan resistansi serta sensitivitasnya terhadap obat. Spesimen sputum
dapat diambi I untuk mengidentifikasi adanya tuberkel basilus (TB), sputum untuk basilus
cepat-asam (sputum for acid-fast bacillus [AFB]). Spesimen AFB diperoleh riga hari berturut-
turut pada awal pagi hari. Sputum untuk sitologi adalah spesimen sputum yang diambil untuk
mengidentifikasi kanker paru abnormal dengan tipe set. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
melakukan serangkaian pengumpulan spesimen riga hari berturut-turut pada awal pagi hari.
Perawat harus memastikan spesimen sputum yang mengandung lendir dari bagian
dalam bronkus dan bukan saliva. Carat warna, konsistensi, jumlah, dan bau sputum dan
dokumentasi tanggal dan waktu spesimen dikirim ke laboratorium khusus untuk dianalisis.

sumber :
manurung, santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : salemba medika

Anda mungkin juga menyukai