Anda di halaman 1dari 43

UNTAD

MIOMA UTERI
REFERAT

Ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan


dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik
Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako – RSU Anutapura

Oleh :
Aisyiah Sarahdita Said, S.Ked
N 111 18 021

Pembimbing Klinik :
1. dr. Dafriana Darwis, M.Kes., Sp.Rad
2. dr. Masyita, M.Kes., Sp. Rad

DEPARTEMEN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:


Nama : Aisyiah Sarahdita Said
No. Stambuk : N 111 18 021
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Judul Referat : Mioma Uteri
Bagian : Radiologi

Bagian Radiologi
RSU ANUTAPURA PALU
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako

Palu, 07 Agustus 2018

Pembimbing Klinik I Pembimbing Klinik II

dr. Dafriana Darwis, M.Kes, Sp.Rad, dr. Masyita, M.Kes, Sp.Rad,

1
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN 1

DAFTAR ISI 2

DAFTAR GAMBAR 3

BAB I. PENDAHULUAN 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 8

A. DEFINISI 8

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI 8

C. EPIDEMIOLOGI 14

D. ETIOLOGI 14

P E. PATOGENESIS 15

F. KLASIFIKASI 16

G. GEJALA KLINIS 18

H. GAMBARAN RADIOLOGI 19

DIAG
I. TATALAKSANA 30

PENA
J. DIAGNOSIS BANDING 31

K PROGNOSIS 34

BAB III. LAPORAN KASUS 35

BAB IV. KESIMPULAN 40

2
DAFTAR PUSTAKA 41

3
DAFTAR GAMBAR

NO NAMA GAMBAR/KETERANGAN GAMBAR HALAMAN


1 Gambar 1. Anatomi genetalia eksterna 7
2 Gambar 2. Tuba uterina dan uterus 10
3 Gambar 3. Skema patofisiologi dari mioma uteri 15
4 Gambar 4. Klasifikasi mioma uteri berdasarkan letak 16
pertumbuhannya

5 Gambar 5. Uterus normal (arrow↑) dan ovarium (arrow → ←) 19


6 Gambar 6. Pemeriksaan USG yang menunjukan dua fibroid yang 20
besar (tanda panah) pada uterus
7 Gambar 7. Mioma uteri 22
8 Gambar 8.Seorang wanita 49 tahun dengan riwayat 22
menorrhagia. USG transabdominal menunjukkan rahim besar
yang menunjukkan fibroid submukosa 10 cm (di antara
cursor)
9 Gambar 9.Seorang wanita 46 tahun dengan riwayat sakit 23

perut. Gambar USG Transvaginal (TV) menunjukkan fibroid


submukosa 1,1 cm (arrow) dengan bayangan akustik
posterior (arrowheads)
10 Gambar 10.Wanita 46 tahun dengan menorrhagia. Gambar 23
USG transabdominal menunjukkan fibroid intramural 7 cm
yang mengandung area kistik (arrows)
11 Gambar 11.Potongan gambar sagital T2W MRIuterus 24
normal (arrows)
12 Gambar 12.Seorang wanita 51 tahun dengan riwayat 25
menorrhagia. Sagital MRI T2W menunjukkan uterus
retroverted besar berisi fibroid intramural multipel dan
fibroid submukosa besar (arrow) memproyeksikan ke dalam
rongga endometrium. Kista indung telur yang kompleks juga

4
secara kebetulan terlihat di posterior uterus (arrowhead)
13 Gambar 13.Seorang wanita 43 tahun dengan menorrhagia. 25
Gambar Sagital MRI MRI menunjukkan beberapa fibroid
intramural (arrow); yang terbesar (arrowhead) terletak di
anterior berukuran 8,5 cm. Ini menunjukkan intensitas sinyal-
rendah yang khas
14 Gambar 14.Seorang wanita 59 tahun dengan massa perut 26
dan ketidaknyamanan. Gambar Sagital MRI T2W
menunjukkan fibroid subpedinculuted 15 cm, fibroid
subserosal yang timbul dari uterus anterior. Ada juga fibroid
intramural kecil yang terletak di posterior
15 Gambar 15. MRI T1 dan T2 yang menunjukan fibroid uterus 26
(arrows)
16 Gambar 16.Seorang wanita 45 tahun dengan massa besar 27
diperut tanpa gejala. Gambar CT scan aksial menunjukkan
massa heterogen 30 cm (arrowheads) yang memanjang
hingga epigastrium. Vena ovarium kanan dilatasi (arrows)
dan ada hidronefrosis kanan ringan. Ada juga cairan bebas
intra-abdominal (curved arrow). Histologi menegaskan ini
menjadi fibroid masif dan sebagian berdegenerasi
17 Gambar 17.Seorang wanita 51 tahun diketahui memiliki 27
fibroid, CT scan aksial menunjukkan beberapa fibroid
dengan kalsifikasi perifer (arrows)
18 Gambar 18. Uterus membesar (arrows) 28
19 Gambar 19. Mioma uterus setelah tindakan operatif 29
20 Gambar 20. USG TVS pada kanker ovarium kanan dan kiri 30
21 Gambar 21. Massa solid dan abnormal vaskularisasi 30
ovarium kanan pada CDI
22 Gambar 22. Gambaran CT scan kanker ovarium pada wanita 31
50 tahun

5
23 Gambar 23. Gambaran MRI kanker ovarium pada wanita 32
usia 49 tahun (arrow)

6
BAB I
PENDAHULUAN

Mioma adalah neoplasma jinak yang paling umum dari organ reproduksi pada
wanita usia reproduksi. Mereka bisa berdampak negatif pada sistem reproduksi dan
dapat tunggal, tetapi lebih sering multipel, menyebabkan morbiditas yang signifikan,
dan penurunan kualitas hidup. 1
Faktor faktor penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa teori yang menjelaskan faktor penyebab terjadinya mioma uteri seperti
stimulasi esterogen, umur, paritas dan usia menarche. Mioma Uteri Sebagian besar
kasus adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan penderita tidak menyadari adanya
kelainan pada rahimnya. Diperkirakan hanya 20%-50% tumor ini yang menimbulkan
gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus
berulang, dan nyeri akibat penekanan massa tumor. Mioma uteri ini menimbulkan
masalah besar dalam kesehatan dan terapi paling efektif masih belum didapatkan,
karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri itu sendiri.Walaupun
jarang menyebabkan mortalitas, namun morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma
uteri ini cukup tinggi karena mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan
perdarahan abnormal, serta diperkirakan dapat menyebabkan infertilitas. 1
Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada
perut bagian bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat
uterus, yang umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, seringkali
teraba berbenjol-benjol. Mioma subserosa dapat mempunyai tangkai yang
berhubungan dengan uterus.Dugaan klinis dapat sangat dibantu oleh pemeriksaan
USG abdominal, USG transvaginal dan bahkan MRI.Dengan menggunakan teknik
pencitraan non-invasif yang lebih canggih, seperti 3D-4D ultrasonografi (USG)
screening pada mioma uteri, telah menjadi lebih akurat selama dua dekade terakhir.
2,3

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos, yang terdiri dari sel-sel jaringan
otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen.Mioma uteri berbatas tegas,
tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous, sehingga mioma uteri
dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi
lunak jika otot rahimnya yang dominan.2,4

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Genetalia Interna

Gambar 1. Anatomi genetalia interna 6

a). Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks kebagian atas vagina.
Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang
dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan dibelakang

8
kandung kemih. Vagina merupakan saluran muskulo membraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva.Jaringan muskulusnya merupakan
kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena
itu dapat dikendalikan.5
Pada dinding vagina terdapat lipatan – lipatan melintang disebut rugae
dan terutama dibagian bawah.Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks
pada bagian uterus.Bagian serviks yang menonjol kedalam vagina disebut
portio.Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen menghasilkan
asam dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap
infeksi.5

b). Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muscular, pipih,
cekung yang terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan
rectum.Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan
teraba padat.5
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu : fundus uteri bagian corpus uteri
yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan
bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan
serviks yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan dan
bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan
dengan kandung kemih.5
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari
usia wanita, pada anak – anak ukuran uterus sekitar 2 – 3 cm, nullipara 6 –
8, cm dan multipara 8 – 9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu
peritoneum, miometrium dan endometrium.5

9
Gambar 2. Tuba uterina dan uterus 6

i). Peritoneum
- Meliputi dinding rahim bagian luar
- Menutupi bagian luar uterus
- Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
- pembuluh darah limfe dan urat saraf
- Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen 5

10
ii). Lapisan otot
Dinding uterus memiliki tiga lapisan utama :
a. Suatu lapisan jaringan ikat luar, perimetrium, yang bersambung dengan
ligamen, yang berupa lapisan adven Lapisan otot (lapisan myometrium),
di tengahtisia, disejumlah area, tetapi kebanyakan berupaserosa yang
dilapisi mesotel lyang disebut apisan serosa (lapisan peritoneum).
b. Lapisan tebal otot polos yang memiliki banyak pembuluh darah (lapisan
myometrium, pada bagian tengah).
c. Suatu mukosa, endometrium yang dilapisi oleh epitel kolumnar selapis.
Ketiga lapisan tersebut bersambung-sambung dengan padanannya dituba
uterina. Ketebalan dan strukturendometrium, yangbahkan melebihi
ketebalan mukosa tuba, dipengaruhi secara siklik oleh perubahan kadar
hormon ovarium. 6

Miometrium
Miometrium adalah lapisan yang paling tebal di uterus, terdiri atas berkas-
berkas serabut yang dipisahkan oleh jaringan ikat dengan banyak pembuluh
darah. Berkas otot polosini membentuk empat lapisan yang tidak berbatas
tegas. Selama kehamilan, miometrium akan mengalami masa pertumbuhan
pesat yang melibatkan hiperplasia (bertambahnya jumlah sel otot polos) dan
hipertrofi (bertambahnya ukuran sel). Setelah kehamilan, banyak sel otot
polos juga aktif menyintesis kolagen. Setelah kehamilan, sejumlah besarsel
otot polos mengerut, dan banyak diantaranya mengalami apoptosis dengan
penghancuran kolagen yang tidakdiperlukan, dan uterus kembali hingga
hampir mencapai ukurannya sebelum kehamilan. 6

Endometrium
Lamina endometrium dapat dibagi menjadi dua zona: (1) lapisan basal yang
berdekatan dengan miometrium mengandung lamina propria yang memiliki
banyak sel dan ujung basal kelenjar uterus. (2) Lapisan fungsional (atau
functionalis) supersial mengandung lamina propria yang berspons dan
memiliki lebih sedikit sel, lebih banyak mengandung substansi dasar,

11
sebagian besar panjang kelenjar, dan epitel permukaan. Lapisan fungsional
mengalami perubahan drastis selama siklus haid, tetapi lapisan basal relatif
tidak berubah. 6

iii). Semakin kearah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan
ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum yang merupakan batas kavum uteri dan kanalis
servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan
selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus.
Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat
persalinan.5

iii). Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot
rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot – otot dasar
panggul, ligamentum yang menyangga uterus adalah ligamentum latum,
ligamentum rotundum ligamentum suspensorium ovarii, ligamentum
machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum uterinum.5

iv). Pembuluh darah uterus


- Arteri uterine asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding
lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasar
endometrium membentuk arteri spinalis uteri.
- Di bagian atas terdapat arteri ovarika untuk memberikan darah pada
tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.5

v). Susunan saraf uterus


Kontraksi uterus rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh
saraf simpatis dan parasimpatis melalui ganglion servikalis yang
terletak pada pertemuan ligamentum sakro uterinum.5

12
c). Tuba fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum
mencapai rongga uterus. Terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan
kearah lateral mulai dari osteum tuba internum pada dinding rahim. Panjang
tuba fallopi 12 cm diameter 3 – 8 cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan
yaitu serosa, muscular, serta mukosa dengan epitel bersilia. Tuba fallopi
terdiri atas :5
- Pars intertitialis (intermularis) terletak diantara otot rahim mulai dari
osteum internum tuba
- Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada diluar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit.
- Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk ‘’S’’
- Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang
disebut fimbriae tubae.5
d). Ovarium
Ukuran ovarium, panjang 2,5-5 cm, lebar 1,5-5 cm, dan tebal 0,6-1 cm.
Setelah menopause ovarium sangat kecil. Normalnya, ovarium terletak pada
bagian atas rongga panggul dan menempel pada lekukan dinding latereral
pelvis diantara iliaka eksternal yang divergen dan pembuluh darah
hipogastrik.Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.5
e). Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar
ligamentum latum. Batasan parametrium 5
- Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
- Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
- Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium
- Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii 5

13
C. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2011-2012,
angka kasus mioma uteri sebesar 20 per 1000 wanita dewasa.Dalam 1 tahun, ada
49.598 wanita mengalami mioma uteri.Angka kejadian gangguan reproduksi di
Negara berkembang mencapai 36% dari total beban sakit yang diderita selama
masa produktif. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20%-35% dari seluruh
wanita di dunia.Di Indonesia pada tahun 2011 kasus mioma uteri di temukan
sebesar 2,39 11,7% pada semua pasien kebidanan yang dirawat. Data statistik
menunjukkan 60% mioma uteri terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil atau
hamil hanya satu kali.1

D. ETIOLOGI
Faktor risiko pertumbuhan mioma uteri adalah kadar hormon estrogen karena
mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Hal ini menyebabkan insidens mioma
uteri meningkat pada usia subur dan pada kondisi kadar estrogen meningkat
seperti pada wanita dengan indeks massa tubuh (IMT) melebihi normal,
polycystic ovarian syndrome (PCOS), dan wanita dengan terapi sulih hormon.
Efek progesteron pada mioma uteri masih belum jelas, bervariasi antara efek
inhibisi dan stimulasi.7
Walaupun mioma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschultz yang megutarakan bahwa terjadi mioma uteri
tergantung pada sel-sel otot imatur yang selanjutnya dapat dirangsang, terus
menerus oleh estrogen.Rangsangan oleh estrogen faktor :2
a. Tak pernah dijumpai sebelum menstruasi
b. Atropi setelah menopause
c. Cepat membesar saat hamil
d. Sebagian besar masa reproduktif 2

14
Mioma uteri memiliki kecenderungan untuk membesar ketika hamil dan
mengecil ketika menopause berkaitan dengan produksi dari hormon
estrogen.Apabila pertumbuhan mioma semakin membesar setelah menopause
maka pertumbuhan mioma ke arah keganasan harus dipikirkan.Pertumbuhan
mioma tidak membesar dengan pemakaian pil kontrasepsi kombinasi karena
preparat progestin pada pil kombinasi memiliki efek anti estrogen pada
pertumbuhannya. Perubahan yang harus diawasi pada leiomioma adalah
perubahan ke arah keganasan yang berkisar sebesar 0,04%. 2
Meskipun belum ada penemuan yang mendasari bahwa estrogen
menyebabkan mioma, tetapi pertumbuhan mioma berkaitan dengan
estrogen.Mioma terdiri dari reseptor estrogen dalam jumlah yang lebih banyak
daripada otot rahim normal.2

E. PATOGENESIS
Mioma mengandung reseptor estrogen dengan konsentrasi lebih tinggi
dibanding miometrium sekitarnya, namun lebih rendah dibanding
endometrium.Hormon progesteron meningkatkan aktivitas mitotik mioma pada
wanita muda, namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak
diketahui pasti. Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara
down-regulation apoptosis tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor
dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler.Walaupun mioma tidak
mempunyai kapsul yang sesungguhnya, jaringannya dapat dengan mudah
dibebaskan dari miometrium sekitarnya, sehingga mudah dikupas (enukleasi).
Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal, berdinding licin, dan apabila
dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar sehingga mengesankan bahwa
permukaan luarnya adalah kapsul. 8

15
Gambar 3.Skema patofisiologi dari mioma uteri 2

Mioma awalnya dipengaruhi oleh faktor hormonal.Hormon yang berpengaruh


adalah estrogen. Estrogen setiap bulannya dikeluarkan oleh GnRH untuk proses
ovulasi dan saat menstruasi. Apabila estrogen dikeluarkan dalam jumlah berlebih
dan mengenai sel-se immatur otot yang ada pada rahim yang terjadi yaitu
munculnya mioma uteri.Maka dari itu, mioma uteri sering ditemukan pada wanita
yang pada masa reproduksi dan sangat jarang ditemui pada wanita saat sebelum
hamil.Selain faktor hormonal, mioma uteri berkembang karena faktor-faktor lain
seperti umur, ras, menarche dini, keturunan, berat badan.2

F. KLASIFIKASI
Klasifikasi mioma uteri dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks
uteri dan korpus uteri.Mioma pada serviks uteri hanya ditemukan sebanyak 3 %
dan pada korpus uteri ditemukan 97% kasus. Berdasarkan tempat tumbuh atau
letaknya, mioma uteri dapat diklasifikasikan menjadi :2

1. Mioma uteri intramural


Mioma terdapat di korpus uteri diantara serabut miometrium.Bila mioma
membesar atau bersifat multiple dapat menyebabkn pembesaran uterus dan
berbenjol-benjol.2

16
2.Mioma uteri submukosa
Mioma tumbuh tepat dibawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus.Kadang mioma uteri submukosadapat tumbuh terus dalam
kavum uteri dan berhubungan dengn tangkai yang dikenal dengan polip.
Karena konraksi uterus, polip dapat melalui kanalis servikalis dan sebgian kecil
atau besar memasuki vagina yang dikenal dengan nama mioma geburt. 2

3. Mioma uteri subserosa


Mioma terletak dibawah tunika serosa, tumbuh kerah luar dan menonjol ke
permukaan uterus.Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma ligamenter yang dapat menekan ligamenter
dan arteri iliaka. Miom jenis ini juga dapat tumbuh menempel pada jaringan
lain misalnya ke omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus
sehingga disebut wandering dan parasite fibroid. 2

4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam
mioma saja dalam satu uterus.Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu
saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.2

Gambar 4.Klasifikasi mioma uteri berdasarkan letak pertumbuhannya 7

17
G. GEJALA KLINIS
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu.Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural,
submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :2

1. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi
penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :2
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai
adeno karsinoma endometrium. 2
b. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa. 2
c. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum. 2
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. 2

2. Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat
dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan,
pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan juga dismenore. 2

3. Gejala dan tanda penekanan


Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat
menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada

18
pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema
tungkai dan nyeri panggul. 2

4. Infertilitas dan abortus


Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan
pars intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan
terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Apabila penyebab lain
infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas
tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.2

H. GAMBARAN RADIOLOGI
Pencitraan mioma uteri memungkinkan klasifikasi berdasarkan lokasi di
uterus dan perencanaan sebelum dilakukan perawatan. Ultrasonografi(USG)
adalah modalitas pencitraan lini pertama karena merupakan pemeriksaan yang
efektifdan biaya terjangkau namun memberikan detail anatomi yang baik tanpa
radiasi. Magnetic resonance imaging(MRI), bagaimanapun adalah alat yang
paling akurat dan diinginkan untuk perencanaan pra-perawatan, dapat dilakukan
jika pencitraan lain sulit, dapat menilai secara akurat ukuran, jumlah, dan lokasi
mioma. Selain kedua modalitas diatas, adapun CT Scannamun bukanlah
modalitas pencitraan yang direkomendasikan untuk evaluasi leiomioma, mereka
sering secara tidak sengaja terlihat, biasanya muncul sebagai massa yang
meningkatkan secara variatif.9

1.Ultrasonografi (USG)
Pada pencitraan USG, uterus dan ovarium dapat divisualisasi dengan baik
melalui pemindaian USG pelvis.Pemeriksaan yang lebih tepat dan terperinci
dapat diperoleh dengan menggunakan probe transvaginal.9

19
Gambar 5. Uterus normal (arrow↑) dan ovarium (arrow → ←)9

a. Uterus : menilai ukuran, tepi, posisi dan kelainan myometrium seperti


leiomioma dan kelainan uterus kongenital.
d. Endometrium : terlihat seperti daerah linear ekogenik, penampakan
bervariasi sesuai dengan siklus menstruasi. Endometrium sulit dievaluasi
pada wanita pascamonopause akibat adanya proses atrofi dan kecurigaan
terhadap karsinoma jika terdapat penebalan atau konfigurasi abnormal.
e. Rongga endometrium :USG dapat melukiskan secara akurat jika terdapat
produk sisa konsepsi dan memperlihatkan adanya polip.
f. Tuba fallopi : secara umum tidak terlihat adekuat, kecuali jika terdapat
hidrosalping.
g. Ovarium : tampak seperi struktur oval dilateral uterus, berukuran kecil dan
atrofik pada wanita pascamonopause. Perkembangan folikular dapat
dimonitor dengan USG.
h. Adneksa : deteksi massa dan cairan bebas.10

20
Gambar 6. Pemeriksaan USG yang menunjukan dua fibroid yang besar
(tanda panah) pada uterus 10

Gambaran radiologis yang dapat terlihat adalah :


a. Kalsifikasi : juga terlihat pada computed tomography (CT).
b. Uterus yang membesar dengan batas luar yang terdistorsi.
c. Massa yang berlobul dan bulat dengan ekogenitas yang bervariasi, baik
bersifat miometrial, pedunculated (bertangkai), maupun subendometrial.
d. Magnetic resonance imaging (MRI) lebih sensitive dalam mendeteksi
fibroid (90%) dibandingkan USG.10

Diagnosis mioma uteri sering didapatkan pada pemeriksaan panggul


berupa pembesaran uterus dan permukaan ireguler.Pemeriksaan USG
mendapatkan variasi hipo- hingga hiperekoik berdasarkan rasio otot polos dan
jaringan ikat. Colour flow Doppler dapat membedakan mioma dengan massa
pelvis lain dengan adanya pola vaskular yang meningkat.7

21
Gambar 7.Mioma uteri

a. Gambaran USG mioma uteri


b. Gambaran colour flow Doppler mioma uteri
c. T2 MRI pelvis menunjukan mioma posterior (lingkar putih)
d. Gambar laparoskopi menunjukkan enucleasi mioma dikelilingi oleh
pseudocapsule. Tanda panah menunjukkan pseudokapsul mioma, sebagai
jaringan penghubung fibrovascular di sekitar mioma
e. Gambaran laparotomik yang menunjukkan mioma uterus besar yang
dikelilingi oleh pseudocapsule saat enukleasi dari miometrium.3

Mioma terutama terdiri dari sel otot polos dan mengandung jumlah
jaringan fibrosa yang berbeda. Selama pertumbuhannya, mioma menekan
struktur sekitarnya (miometrium dan jaringan ikat), menyebabkan
pembentukan progresif semacam pseudocapsule, kaya serat kolagen,
neurofibers dan pembuluh darah (Gambar 7). Kadang-kadang, permukaan
pseudocapsule yang kontinu terganggu oleh jembatan serabut kolagen dan
pembuluh yang mengaitkan mioma ke miometrium. Hal ini menyebabkan
pembentukan batas yang jelas antara mioma dan pseudokapsul. 3

22
Gambar 7. USG mioma uteri (arrows)2

Gambar 8.Seorang wanita 49 tahun dengan riwayat menorrhagia.


USG transabdominal menunjukkan rahim besar yang menunjukkan
fibroid submukosa 10 cm (di antara cursor)11

23
Gambar 9.Seorang wanita 46 tahun dengan riwayat sakit perut. Gambar USG
Transvaginal (TV) menunjukkan fibroid submukosa 1,1 cm (arrow) dengan
bayangan akustik posterior (arrowheads)11

Gambar 10.Wanita 46 tahun dengan menorrhagia. Gambar USG


transabdominal menunjukkan fibroid intramural 7 cm yang mengandung
area kistik (arrows)11

Dengan pemeriksaan USG batas mioma dapat tervisualisasi selama real-


time scanning dengan pergerakan proof vaginal. Akan tetapi USG transvaginal
sering menimbulkan bayangan akustik yang menghalangi penglihatan terhadap
adanya mioma yang lain. Bayangan akustik ini juga dapat terjadi pada mioma
yang besar yang terdapat di rongga pelvis (mioma subserosa).2

24
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Hasil pemeriksaan dengan USG lebih banyak missed (tidak terpetakan)
dengan baik apabila jumlah mioma pada seorang pasien lebih atau sama
dengan 5. Tetapi pada pasien dengan jumlah mioma 1-2 dan 3-4 kemampuan
USG sama baiknya dengan MRI dalam memetakan dan mengukur mioma.
MRI lebih baik dalam mendeteksi mioma dibandingkan dengan USG
transvaginal pada kasus-kasus dimana volume mioma lebih besar atau sama
dengan 375 mL. Sehingga USG memiliki kemampuan yang sama baiknya
dengan MRI dalam hal mengukur diameter mioma apabila mioma pada
seorang pasien jumlahnya antara 1 sampai 4, dan dengan volume uterus
kurang dari 375 mL. 2

Gambar 11.Potongan gambar sagital T2W MRIuterus normal (arrows) 12

25
Gambar 12.Seorang wanita 51 tahun dengan riwayat menorrhagia. Sagital
MRI T2W menunjukkan uterus retroverted besar berisi fibroid intramural
multipel dan fibroid submukosa besar (arrow) memproyeksikan ke dalam
rongga endometrium. Kista indung telur yang kompleks juga secara
kebetulan terlihat di posterior uterus (arrowhead)11

Gambar 13.Seorang wanita 43 tahun dengan menorrhagia. Gambar Sagital MRI


MRI menunjukkan beberapa fibroid intramural (arrow); yang terbesar
(arrowhead) terletak di anterior berukuran 8,5 cm. Ini menunjukkan intensitas
sinyal-rendah yang khas11

26
Gambar 14.Seorang wanita 59 tahun dengan massa perut dan ketidaknyamanan.
Gambar Sagital MRI T2W menunjukkan fibroid subpedinculuted 15 cm,
fibroid subserosal yang timbul dari uterus anterior. Ada juga fibroid intramural
kecil yang terletak di posterior11

Gambar 15. MRI T1 dan T2 yang menunjukan fibroid uterus (arrows) 10

27
Ada beberapa kelebihan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan CT Scan
yaitu :
a. MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak
seperti otak, sumsum tulang serta muskuloskeletal.
b. Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.
c. Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi,
perfusi dan spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan.
d. Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa
merubah posisi pasien.
e. MRI tidak menggunakan radiasi pengion

3. CT (Computed Tomography) Scan


CT scan mampu mendeteksi massa ukuran lebih dari 1 cm dengan
sensitivitas 85-93% dan spesifisitas 91-96%, tetapi sensitivitas turun menjadi
25-50% untuk deteksi massa ukuran kurang dari 1 cm.Beberapa penelitian lain
menyarankan air putih sebagai agen kontras karena metastasis kanker sering
dikaburkan oleh densitas tinggi material kontras. 13
Kelebihan pemeriksaan CT scan antara lain dapat mengetahui ukuran
tumor primer, melihat metastasis ke hepar dan kelenjar getah bening, asites,
serta penyebaran ke dinding perut, resolusi spasial yang tinggi, dan waktu
pemeriksaan cepat.CT scan dapat digunakan untuk staging awal dan follow-up
untuk deteksi persistensi ataupun rekurensi. Kelemahan CT scan ialah jumlah
paparan radiasi tinggi, risiko alergi zat kontras, kurang tegas membedakan
tumor kistik dengan tumor padat, dan serta biaya yang mahal.13

28
Gambar 16.Seorang wanita 45 tahun dengan massa besar
diperut tanpa gejala. Gambar CT scan aksial menunjukkan
massa heterogen 30 cm (arrowheads) yang memanjang
hingga epigastrium. Vena ovarium kanan dilatasi (arrows)
dan ada hidronefrosis kanan ringan. Ada juga cairan bebas
intra-abdominal (curved arrow). Histologi menegaskan ini
menjadi fibroid masif dan sebagian berdegenerasi 11

Gambar 17.Seorang wanita 51 tahun diketahui memiliki fibroid, CT scan


aksial menunjukkan beberapa fibroid dengan kalsifikasi perifer (arrows)11

CT scan bukan pemeriksaan pilihan untuk karakterisasi massa panggul.


Fibroid uterus sering terlihat secara kebetulan pada CT scan yang dilakukan
karena alasan lain. Penemuan khas adalah uterus yang besar dan tidak teratur

29
atau massa kontinuitas dalam uterus. Fibroid degenerasi mungkin tampak
kompleks dan mengandung area redaman cairan. Kalsifikasi terlihat sekitar
4% dari fibroid, biasanya padat dan amorf. Namun, kalsifikasi juga dapat
terlihat pada batas pinggiran fibroid [Gambar 17]. 11

Gambar 18.Uterus membesar (arrows)14

I. TATALAKSANA
Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik di Indonesia pada umumnya
adalah tindakan operasi yaitu histerektomi (pengangkatan rahim) atau pada wanita
yang ingin mempertahankan kesuburannya, miomektomi (pengangkatan mioma)
dapat menjadi pilihan.15
Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American College of
Obstetricians and Gynecologist (ACOG) adalah perdarahan uterus yang tidak
responsif terhadap terapi konservatif, sangkaan adanya keganasan, pertumbuhan
mioma pada masa menopause, infertilitas karena gangguan pada kavum uteri
ataupun oklusi tuba, nyeri, dan penekanan yang sangat mengganggu, gangguan
berkemih, ataupun obstruksi traktus urinarius serta anemia akibat perdarahan.7

30
Gambar 19.Mioma uterus setelah tindakan operatif 7

J. DIAGNOSIS BANDING
Banyak fenomena penting yang dapat mensimulasikan mioma uteri dan
menyebabkan misdiagnosis dan melibatkan kesalahan dalam penanganan, dengan
semua komplikasi medis dan medikolegal.
Kanker ovarium stadium awal umumnya belum menimbulkan keluhan dan
gejala (asimptomatik); gejala muncul saat stadium lanjut hingga bermetastasis
jauh; sekitar 70-80% penderita kanker ovarium datang ke tempat pelayanan
kesehatan dalam stadium lanjut, sehingga penyakit ini sering disebut sebagai silent
killer. Keterlambatan diagnosis akan menyebabkan berbagai masalah antara lain:
komplikasi penyakit, efek samping pengobatan, rasa sakit akibat penyebaran sel
kanker, dan dampak finansial serta psikologis. Harapan hidup penderita kanker
ovarium ditentukan oleh stadium yang menggambarkan tingkat perkembangan
dan penyebaran kanker.13

31
Gambar 20.USG TVS pada kanker ovarium kanan dan kiri 13

Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemeriksaan USG transvaginal


(TVS) saja mampu mendiagnosis keganasan massa adneksa dengan spesifisitas
65-98% dan sensitivitas 48-100%.TVS memiliki tiga kelebihan dibandingkan
dengan TAS: tidak memerlukan kandung kencing penuh, mudah memeriksa
pasien gemuk, dan tranducer probe dapat ditempatkan sedekat mungkin dengan
organ pelvis, sehingga kualitas gambar lebih jernih dan tajam. Keganasan akan
memberikan gambaran kista multiokular atau multipel, bersepta atau dinding
ireguler, tebal, batas tidak tegas, terdapat nodul mural, komponen solid dan
elemen ekogenik (padat) serta dapat ditemukan asites. Untuk meningkatkan
keakuratan pemeriksaan TVS telah dikembangkan sistem skoring kriteria
morfologi.

Gambar 21.Massa solid dan abnormal vaskularisasi ovarium kanan pada


CDI13

32
Pemeriksaan TVS Colour Doppler Imaging (CDI) mampu meningkatkan
sensitivitas dan nilai prediksi positif USG dalam mengevaluasi massa daerah
pelvis.7 Telah diketahui bahwa pertumbuhan tumor terutama tumor ganas
mengakibatkan neovaskularisasi, sehingga perkembangan jaringan tumor ganas
sangat cepat dan tidak terkendali.8 Dinding pembuluh darah tersebut memiliki
lebih sedikit otot polos dibandingkan pembuluh darah normal, sehingga
tahanannya lebih kecil terutama pada arteriola. Penurunan tahanan ini dapat
diketahui menggunakan CDI dengan sensitivitas sebesar 96,4% dan spesifisitas
99,8%.8 Namun, pemeriksaan CDI cukup mahal dan memerlukan pengalaman
operator yang membatasi penggunaan alat ini.13

Gambar 22.Gambaran CT scan kanker ovarium pada wanita 50 tahun13

CT scan merupakan modalitas yang direkomendasikan untuk staging kanker


ovarium dengan memperlihatkan ukuran tumor primer, ukuran, dan lokasi
implantasi peritoneal, serta kelenjar limfe.CT scan banyak digunakan untuk
evaluasi metastasis baik pada jaringan sekitarnya hingga ke hati, ginjal, ataupun
vesika urinaria.Selain itu, CT thorax juga mampu mendeteksi metastasis pleura
dan paru.13

33
Gambar 23. Gambaran MRI kanker ovarium pada wanita usia 49 tahun(arrow) 13

MRI mampu membedakan jaringan dengan sangat baik dan digunakan untuk
mengetahui karakteristik lesi massa intermediate yang terlihat pada CT scan atau
USG. Gambaran MRI suatu keganasan hampir sama dengan hasil CT scan dan
USG; ditemukandinding kista ireguler, nodul intramural, proyeksi papilari, septa,
komplek massa yang berisi komponen padat dan kista, dan berukuran besar.13

K. PROGNOSIS
Mioma uteri umumnya ditemukan pada wanita usia reproduksi, dan belum
pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche, pada masa menopause mioma akan
mengecil seiring dengan penurunan hormon estrogen dalam tubuh. Namun
pertumbuhan mioma uteri yang tetap membesar pada saat menopause dicurigai
terjadi keganasan sehingga tindakan histerektomi perlu dilakukan.15

34
BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny. H
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Morowali utara
Agama : Islam
Ruangan : Merak

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri perut kanan bagian bawah

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien masuk RSU Anutapura pada tanggal 16 juli 2018dengan keluhan nyeri
perut kanan bagian bawah. Nyeri dirasakan hilang timbul(jarang) sejak 4
tahun.Sesak nafas (-), batuk (-), mual (-), muntah (-), BAB (+) lancar, BAK (+)
lancar.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Tidak ada

Riwayat Obstetrik :G3P2A1

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum:
● Kondisi : Baik
● Gizi : Baik

35
● Kesadaran : Kompos Mentis (E4M6V5)

Tanda – tanda Vital


● Tekanan Darah: 130/80 mmHg
● Nadi : 82 kali/menit
● Suhu : 36,5oC
● Pernapasan :20kali/menit
Kepala
- Konjungtiva anemis -/-
- Sklera ikterus -/-
- Pupil bulat isokor
Leher :KGB (-)
Thorax: Vesicular (+/+), Ronchi (-/-), Wheezing (-)
Abdomen: Peristaltic normal, Nyeri tekan (+) di bagian bawah perut,
Hepar/lien sulit dinilai
Ekstremitas: Akral dingin (-), Edema (-)

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM


- Darah lengkap
Pemeriksaan Hasil Normal Range
WBC 8,9 x 103/uL (4,8 – 10,8)

RBC 4,4 x 106/uL (4,7 – 6,1)

HGB 12,2 g/dl (14 – 18)

HCT 38 % (42 – 52)

PLT 229 x 103/L (150 – 450)

36
- Pemerikaan Gula Darah Sewaktu
Pemeriksaan Hasil Normal Range
GDS 169 mg/dl (80 – 199)

- Pemeriksaan fungsi ginjal


Pemeriksaan Hasil Normal Range
Ureum 21 mg/dL 18-55
Creatinin 0,51 mg/dL 0,50-1,20

V. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Telah dilakukan pemeriksaan USG ginekologi dengan hasil sebagai berikut :


Uterus :Antefleksi membesar. Tampak massa solid bentuk bulat batas tegas
yang mendesak endometrium line dengan ukuran 8,9 x 6,8 cm
Adnexa : Echo texture normal, cyst (-)

Kesan: Mioma uteri

37
VI. DIAGNOSIS
Mioma uteri

VII.TERAPI
- Miomektomi

VIII. ANALISA KASUS


Pasien masuk RSU Anutapura pada tanggal 16 juli 2018 dengan keluhan
nyeri perut kanan bagian bawah. Nyeri dirasakan hilang timbul (jarang) sejak 4
tahun.Sesak nafas (-), batuk (-), mual (-), muntah (-), BAB (+) lancar, BAK (+)
lancar.Pasien ini merupakan pasien rujukan dari RSUD Morowali ke RS
Anutapura tanggal 16 Agustus 2018 dengan diagnosis mioma uteri, pada saat
dirujuk keadaan umum pasien kompos mentis dengan GCS (E4V5M6). Alasan
pasien dirujuk karena pasien ingin tindakan medis dilakukan dikota Palu.
Setelah pasien berada di UGD RSU Anutapura pasien melakukan
pemeriksaan dibagian Poli Kebidanan.Pada pemeriksaan fisik di dapatkan
keadaan umum kompos mentis GCS (E4V5M6), tekanan darah 130/80 mmHg,
nadi 82 kali/menit, suhu 36,5oC, pernapasan 20 kali/menit. Pada pemeriksaan
laboratorium, didapatkan penurunan, RBC 4,4 x 106/uL, danHCT 38%. Pada
pemeriksaan fungsi ginjal dan gula darah sewaktu didapatkan hasil dalam batas
normal.

Pada awal masuk rumah sakit dilakukan manejemen pasif.Penanganan


tersebut berupa pemeriksaan USG untuk mengetahui ukuran dan letak dari
mioma uteri dan didapatkan hasil posisi mioma uteri antefleksi membesar.
Tampak massa solid bentuk bulat batas tegas yangmendesak endometrium line
dengan ukuran 8,9 x 6,8 cm. Pada adnexatampak echo texture normal, cyst (-).

Kemudian pasien melakukan penjadwalan untuk tindakan operasi, dan


pada tanggal 28 juli 2018 pasien dirawat di ruangan merak, pasien
direncanakan untuk dilakukan operasi pada tanggal 29 juli 2018.

38
39
BAB IV
KESIMPULAN

1) Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos, yang terdiri dari sel-sel jaringan otot
polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri berbatas tegas, tidak
berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous, sehingga mioma uteri
dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi
lunak jika otot rahimnya yang dominan.
2) Faktor faktor penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa teori yang menjelaskan faktor penyebab terjadinya mioma uteri seperti
stimulasi esterogen, umur, paritas dan usia menarche.
3) Klasifikasi mioma uteri dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks uteri
dan korpus uteri. Berdasarkan tempat tumbuh atau letaknya, mioma uteri dapat
diklasifikasikan menjadi mioma uteri intramural, submukosa, subserosa,
subligamenter.
4) Ultrasonografi(USG) adalah modalitas pencitraan lini pertama karena merupakan
pemeriksaan yang efektifdan biaya terjangkau namun memberikan detail anatomi
yang baik tanpa radiasi. Magnetic resonance imaging(MRI), bagaimanapun adalah
alat yang paling akurat dan diinginkan untuk perencanaan pra-perawatan, dapat
dilakukan jika pencitraan lain sulit, dapat menilai secara akurat ukuran, jumlah,
dan lokasi mioma. Selain kedua modalitas diatas, adapun CT Scannamun
bukanlah modalitas pencitraan yang direkomendasikan untuk evaluasi leiomioma,
mereka sering secara tidak sengaja terlihat, biasanya muncul sebagai massa yang
meningkatkan secara variatif.
5) Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik di Indonesia pada umumnya adalah
tindakan operasi yaitu histerektomi (pengangkatan rahim) atau pada wanita yang
ingin mempertahankan kesuburannya, miomektomi (pengangkatan mioma) dapat
menjadi pilihan.

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi Meyrawati Mustika. dkk. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Mioma Uteri Di Rsu Pku Muhammadiyah Kota Yogyakarta Tahun 2015-
2016. Viewed on 27 July 2018. From
<https://digilib.unisayogya.ac.id/.../NASKAH%20PUBLIKASI%20MEYRAWATI_
%2016101>

2. Supriyatiningsih. 2016. Akurasi Antara Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan


USG Transvaginal Dalam Diagnosis, Pemetaan dan Pengukuran Mioma Uteri.
LP3M : Yogyakarta.

3. Sparic Radmila. et al. 2016. Epidemiology of Uterine Myomas: A Review.


International Journal of Fertility and Sterility Vol 9, No 4, Jan-Mar 2016, Pages:
424-435. Viewed on 31 July 2018. From
<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4793163/>

4. Fahrunniza Nida. dkk. 2015. Kejadian Mioma Uteri Pada Akseptor Hormonal.
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia (Jiki), Volume 1, No. 1, Mei 2015: 69-75.
Viewed on 31 July 2018. From <https://jurnal.poltekkes-malang.ac.id/berkas/43d4-
69-75.pdf>.

5. Harfiah D. 2013. Anatomi Biomedik II Ed.3. Bagian Anatomi Universitas


Hasanuddin Fakultas Kedokteran : Makassar.

6. Mescher Anthony L. 2014. Histologi Dasar Junqueira. EGC : Jakarta

7. Surya Ervan & Muzakkar Musrah. 2017. Mioma Servikal. CDK-249/ vol. 44 no. 2
th. 2017. Viewed on 02 August 2018. From
<www.kalbemed.com/Portals/6/11_249Laporan%20Kasus-
Mioma%20Servikal.pdf>

8. Prastito Thirafi, dkk. 2017. Laparoskopi Miomektomi pada Mioma Uteri Subserosa.
CDK-255/ vol. 44 no. 8 th. 2017. Viewed on 03 August 2018. From
<http://www.kalbemed.com/Portals/6/26_255Teknik-
Laparoskopi%20Miomektomi%20pada%20Mioma%20Uteri%20Subserosa.pdf>

41
9. Arleo Elizabeth Kagan, et al. 2015. Review of Leiomyoma Variants. American
Journal of Roentgenology : 205, October 2015. Viewed on 04 August 2018. From
<http: https://www.ajronline.org/doi/full/10.2214/AJR.14.13946>

10. Patel Pradip R. 2007. Lecture Notes : Radiologi. Erlangga : Jakarta

11. Sue Wilde & SarahScott-Barrett. 2009. Radiological appearances of uterine


fibroids.Indian J Radiol Imaging. 2009 Aug; 19(3): 222–231.. Viewed on 05 August
2018. From <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2766886>

12. Novellas Sébastien, et al. 2011. MRI Characteristics of the Uterine Junctional Zone:
From Normal to the Diagnosis of Adenomyosis. AJR:196, May 2011. Viewed on 05
August 2018. From <https://www.ajronline.org/doi/pdf/10.2214/AJR.10.4877>

13. Suastari Ni Made Putri. 2018. Pemeriksaan Radiologi untuk Deteksi Kanker
Ovarium. CDK-263/ vol. 45 no. 4 th. 2018. Viewed on 05 August 2018. From
<http://www.kalbemed.com/Portals/6/20_263AnalisisPemeriksaan%20Radiologi%2
0untuk%20Deteksi%20Kanker%20Ovarium.pdf>

14. Singh Sweta, et al. 2016. Atypical leiomyoma of the uterus: A case report.
nternational Journal of Case Reports and Images, Vol. 7 No. 1, January 2016. ISSN – [0976-
3198]. Viewed pn 05 August 2018. From
<https://pdfs.semanticscholar.org/e4a3/b6de78a657b6996e461d68322a0497ba81bd.pdf

15. Lilyani Devy Isella. 2012. Hubungan Faktor Risiko dan Kejadian Mioma Uteri di
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012 Viewed on 05 August 2018.
From <http://download.portalgaruda.org/article.php?article=98440&val=5092>

42

Anda mungkin juga menyukai