KELOMPOK 7
Anggota:
Eldo Kusuma Wijaya ( 702018004 )
Salsabila Putri Aqilah ( 702018024 )
Vinna Ezka Chairunnisa ( 702018043 )
Dinda Putri Kencana Ningrum ( 702018045 )
Suci Dwi Cahya ( 702018056 )
Ahmad Rosihan ( 702018065 )
Natasya Viana Permata S ( 702018066 )
Yolanda Fitriyani ( 702018070 )
Laila Rahmawati ( 702018087 )
Mona Regita Utami ( 702018095 )
FAKULTAS KEDOKTERAN
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial
skenario D blok Sistem Sensoris dan Integumentum yang berjudul “Bercak
merah di tubuhku” sebagai tugas kompetensi kelompok. Shalawat dan
salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya hingga akhir
zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna
perbaikan di masa mendatang. Selain itu, Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada dr. Otchi Putri Wijaya selaku dosen pembimbing kelompok 7
blok 16 angkatan 2018 karena atas bimbingan beliau akhirnya penulis dapat
menyelesaikan laporan tutorial ini. Penulis juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan laporan ini, karena jika tidak ada kerja sama yang baik penulis
kira laporan ini tidak akan terselesaikan dengan baik.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga
laporan tutorial skenario D ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin
Palembang, 28 Desember 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1
BAB II
PEMBAHASAN
Peraturan :
1. Alat komunikasi dinonaktifkan
5. Tidak boleh membawa makanan dan minuman pada saat proses tutorial
berlangsung
6. Dilarang memotong pembicaraan ketika ada yang sedang memberikan
pendapat
7. Dilarang berbisik-bisik dengan teman
2
2.2 Skenario Kasus
3
2.3 Klarifikasi istilah
No Istilah Makna
4
3. Patch Eritema Merupakan kemerahan pada kulit atau
selaput lender, yang disebabkan oleh
hiperemia ( peningkatan aliran darah )
pada kapiler supervisial. ( Dorland,
2015)
5
2.4 Identifikasi Masalah
6
2.5 Prioritas Masalah
7
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan merupakan
proteksi terhadap organ-organ yang terdapat dibawahnya dan
membangun sebuah barier yang memisahkan organ-organ internal
dengan lingkungan luar dan turut berpartisipasi dalam banyak fungsi
tubuh yang vital.
• Luas kulit orang dewasa 1,5-2 m2 dengan berat kira-kira 15%
dari berat badan manusia
• Tebal bervariasi antara ½ - 3 mm
• Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif bervariasi pada
keadaan iklim, umur, sex, ras dan juga bergantung pada lokasi
tubuh. (Guyton, 2017)
8
- Lapisan paling luar terdiri dari sel-sel gepeng dan
tidak berinti lagi, sudah mati dan protoplasmanya
telah berubah menjadi keratin.
- Makin keatas makin halus dan lama-lama terlepas
dari kulit berupa sisik-sisik yang sangat halus.
- Diperkirakan, tubuh melepaskan 50-60 milyar
keratinosit (korneosit) setiap hari.
• Stratum Lucidum
- Hanya terdapat pada kulit yang tebal.
- Mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel-selnya
sejenis dengan sel-sel yang berada di stratum
corneum.
• Stratum Granulosum
- Terdiri dari tiga sampai empat lapisan atau
keratocytes yang dipipihkan.
- Keratocytes ini berperan besar terhadap susunan
keratin di dalam lapisan atas epidermis.
• Stratum Spinosum
- Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk
poligonal yang besarnya berbeda-beda, karena
adanya proses mitosis.
- Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung
glikogen dan inti terletak ditengah-tengah.
- Diantara sel spinosum terdapat sel langerhans yang
mengaktifkan sistem imun.
• Stratum Basale
- Lapisan terdalam epidermis
- 10-20 % sel di stratum basale adalah melanocytes
sehingga melanin, sel warna untuk kulit (pigmen).
- Butiran melanin berkumpul pada permukaan setiap
keratinocytes. (Eroschenko, V.P,2015)
9
2. DERMIS
• Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan
memberikan kekuatan dan struktur pada kulit. Lapisan ini
tersusun dari dua lapisan yaitu :
- Lapisan papillaris yaitu bagian yang menonjol ke
epidermis merupakan jaringan fibrous tersusun
longgar yang berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.
- Lapisan retikularis yaitu bagian di bawah lapisan
papilaris yang menonjol ke arah subcutan, lebih
tebal dan banyak jaringan ikat.
• Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe,
serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar
rambut.
(Eroschenko, V.P,2015)
3. HIPODERMIS
Merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama
berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan
kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan subcutan
dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor penting dalam
pengaturan suhu tubuh. (Eroschenko, V.P,2015)
10
Fungsi utama kulit ialah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi,
pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen,
pembentukan vitamin D, dan keratinisasi. Penjelasan sebagai berikut :
11
lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal
tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan, metabolisme, dan jenis
vehikulum. Penyerapan dapat berlangsunng melalui celah
antar sel, menembus sel-sel epidermis daripada yang melalui
muara kelanjar.
3) Fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-
zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalm tubuh
berupa NaCl, urea, asam urat, dan ammonia. Kelenjar lemak
pada fetus atas pengaruh hormone androgen dari ibunya
memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya terhadap
cairan amnion, pada waktu lahir dijumpai sebagai vernix
caseosa. Sebum (kelenjar minyak) yang diproduksi
melindungi kulit karena lapisan sebum ini selain meminyaki
kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga
kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan
keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-
6,5.
4) Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf
sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas
diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang
terletak di dermis. Badan taktil Meissner terletak di papilla
dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan
Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan
terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di
epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak
jumlahnya di daerah erotic.
12
5) Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), kulit
melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat
dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit.
Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan
kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vascular
dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi
biasanya dinding pembuluh darah belum terbentuk
sempurna, sehingga terjadi ekstravasasi cairan, karena itu
kulit bayi tampak lebih edematosa karena lebih banyak
mengandung air dan Na.
6) Fungsi pembentuk pigmen, sel pembengtuk pigmen
(melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari
rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal:melanosit adalah
10:1. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran
pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ran maupun
individu. Pada pulasan H.E. sel ini jernih berbentuk bulat dan
merupakan sel dendrite, disebut pula sebagai clear cell.
Melanosom dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan enzim
tirosinase, ion Cu dan O2. Pajanan terhadap sinar matahari
mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke
epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangakn ke
lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh sel melanofag
(melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh
pigmen kulit, melainkan juagoleh tebal tipisnya kulit,
reduksi Hb, oksi Hb, dan karoten.
7) Fungsi keratinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai
3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel Langerhans, melanosit.
Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan,
sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah
bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi
semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum.
13
Makin lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi sel
tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus-menerus
seumur hidup, dan sampai sekarang belum sepenuhnya
dimengerti. Matoltsy berpendapat mungkin keratinosit
melalui proses sintesis dan degradasi menjadi lapisan
tanduk. Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 14-
21 hari, dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi
secara mekanis fisiologik.
8) Fungsi pembentukan Vitamin D, dimungkinkan dengan
mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar
matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidaj
cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin
D sistemik masih tetap di perlukan.
(Guyton, 2017)
14
umur lebih dari lima tahun. Sebaliknya, pada orang dewasa disebabkan
karena lebih seringnya orang dewasa berkontak dengan bahan
antigenik. Berdasarkan kelompok usia, didapatkan EOA terbanyak
mengenai kelompok usia 25 - 44 tahun (37%) (Farshchian et al,2015).
15
FR: Asam
FR: Riwayat Atopi FR: Amoksisilin mefenamat
16
Rasa gatal (pruritus)
(Keumala, 2017)
17
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah kapiler sehingga tampak
eritema dan seperti keluhan dialami Tn. Tintin.
Etiologi dari keluhan bercak kemerahan disertai bintik-bintik, merah
dan sisik putih secara umum yaitu
1) Reaksi alergi
2) Infeksi
3) Inflamasi
4) Keganasan
(Baratawidjaja,2018;Budianti,2019)
g. Mengapa lesinya tersebar di punggung, dada, kedua lengan dan telapak
tangan serta kedua tungkai ?
Jawab:
Tn Tintin mengalami erupsi maculopapular dimana adanya lesi
eritematosa dimulai dari batang tubuh kemudian menyebar ke perifer
secara simetris dan generalisata sehingga lesi akan tersebar di
punggung, dada, kedua lengan dan telapak tangan serta kedua tungkai.
(Farshchian et al,2015; Adhi Djuanda,2019; Keumala, 2017)
2. Ada demam dan sedikit gatal beberapa jam setelah minum obat. Keluhan
tersebut muncul setelah konsumsi obat sakit gigi amoksisilin dan asam
mefenamat dari puskesmas.
a. Apa makna ada demam dan sedikit gatal beberapa jam setelah minum
obat ?
Jawab:
Makna ada demam dan sedikit gatal beberapa jam setelah minum obat
ialah sudah mulai timbul reaksi sistemik yang diakibatkan oleh alergi
obat. Obat amoksisilin dan asam mefenamat merupakan penyebab
timbulnya reaksi erupsi pada kulit akibat alergi obat. Adanya respon
imun yang berlebihan atau hipersensivitas terhadap obat tersebut akan
mengaktivasi sel T dan menyebabkan reaksi inflamasi mengeluarkan
18
mediator kimiawi seperti histamin,bradykinin,prostagladin dan
leukotriene yang menyebabkan demam dan sedikit gatal.
( Baratawidjaja,2018; Hidajat et al,2019; Keumala, 2017)
b. Apa makna keluhan tersebut muncul setelah konsumsi obat sakit gigi
amoksisilin dan asam mefenamat dari puskesmas ?
Jawab:
Kemungkinan keluhan yang dialami Tn. Tintin dicetuskan oleh obat
tersebut. Rata-rata waktu paparan obat sebelum timbulnya erupsi pada
penelitian ini adalah 6 hari. Hal itu sesuai dengan studi yang lain, yang
menyebutkan bahwa rata-rata paparan obat sebelum erupsi adalah
sekitar 2-4 minggu terakhir, sehingga obat yang digunakan dalam 2-4
minggu terakhir harus diduga sebagai obat penyebab dan harus segera
dihentikan penggunaan (Damayanti, 2017).
Tn.Tintin mengalami erupsi alergi obat melalui mekanisme
imunologik. Pemberian obat pada pasien yang sudah memiliki
hipersensivitas terhadap obat tersebut disebabkan oleh berat
molekulnya yang rendah,biasanya obat itu berperan pada mula nya
sebagai antigen yang tidak lengkap atau hapten sehingga obat tersebut
akan berikatan dengan protein dari membrane sel untuk membentuk
kompleks antigen yaitu kompleks hapten protein sehingga obat tersebut
menyebabkan keluhan yang dialami oleh Tn. Tintin.
(Baratawidjaja,2018;Budianti,2019;Hidajat et al,2019; Rahmania et
al,2017; Verdi et al,2018)
c. Apa hubungan keluhan ada demam dan sedikit gatal beberapa jam
setelah minum obat dan keluhan tersebut muncul setelah konsumsi obat
sakit gigi amoksisilin dan asam mefenamat dari puskesmas dengan
keluhan utama ?
Jawab:
19
Obat tersebut menyebabkan terjadi reaksi hipersensivitas tipe IV.
Hipersensivitas tipe IV diperantarai sel . Terdapat 2 patomekanisme
pengenalan obat oleh sel T. Pertama, konsep hapten/prohapten.
Umumnya obat adalah prohapten, tidak bersifat reaktif bila tidak
berikatan dengan protein. Pada konsep ini obat dimetabolisme untuk
membentuk ikatan kovalen dan menjadi imunogenik sehingga dapat
menstimulasi respon imun. Konsep kedua adalah konsep
pharmacological interaction (p-i), sel-sel T teraktivasi langsung dengan
berikatan pada sel T reseptor. Antigen spesifik sel T ini berproliferasi,
menginfiltrasi kulit dan melepaskan sitokin-sitokin, kemokin-kemokin,
dan mediator inflamasi lain yang bertanggung jawab untuk tanda dan
gejala dari erupsi obat alergi.(Farshchian et al,2015; Verdi et al,2018)
20
bergantung pada bentuk sediaan, dimana waktu puncak akan dicapai
dalam 2 hari untuk obat bentuk kapsul, 3 hari untuk obat bentuk
tablet extended release, dan 1 hari untuk obat bentuk suspensi. Karena
amoxicillin diekskresikan terutama di ginjal, konsentrasi dalam serum
akan meningkat pada penderita gangguan ginjal. Absorpsi per oral pada
neonatus lebih lambat dibandingkan anak-anak yang lebih besar.
Konsentrasi puncak dalam serum pada neonatus, didapat dalam 3─4,5
jam.
Metabolisme
Bio transformasi amoxicillin terjadi di hepar. Waktu paruh amoxicillin
kurang lebih 1 jam pada orang dewasa. Waktu paruh pada anak bisa
lebih singkat. Pada neonatus, waktu paruh berkisar 3-4jam jam untuk
neonatus cukup bulan. Pada infant dan anak-anak, berkisar antara 1-2
jam. Waktu paruh akan memanjang pada penderita dengan gagal ginjal.
Eliminasi
Amoxicillin diekskresikan melalui urine. Sekitar 50-80% dosis
amoxicillin diksresikan ke urine tanpa berubah bentuk. Ekskreasi obat
ke ginjal akan lebih lama pada neonatus dan infant karena fungsi ginjal
yang belum berkembang sempurna. (Lacy et al, 2018; Goodman &
Gilman, 2012).
Asam mefenamat
Farmakodinamik : Asam mefenamat, turunan asam anthranil,
merupakan NSAID prototipikal yang secara reversibel menghambat
enzim siklooksigenase-1 dan siklooksigenase-2 (COX-1 dan COX-2),
sehingga menghasilkan sintesis prekursor prostaglandin yang
berkurang. Asam mefenamat memiliki sifat analgesik dan antipiretik
dengan aktivitas antiinflamasi ringan (Lacy dkk, 2018).
21
Farmakokinetik :
Absorbsi
Asam mefenamat cepat terserap oleh saluran pencernaan. Waktu untuk
mencapai konsentrasi plasma puncak sekitar 2-4 jam dan memiliki
durasi kerja sekitar 6 jam (Lacy dkk, 2018; McEvoy, 2011).
Distribusi
Asam mefenamat memiliki volume distribusi obat adalah 1,06
liter/kgBB dan terikat protein plasma sebesar > 90%
(McEvoy, 2011).
Metabolisme
Asam mefenamat dimetabolisme melalui reaksi konjugasi dihepar oleh
isoenzim CYP2C9 menjadi asam 3- hidroksimetil mefenamat, yang
kemudian dapat dioksidasi menjadi asam 3-karboksimetamin (McEvoy,
2011).
Ekskresi
Asam mefenamat terekskresikan melalui urin sebanyak 52% sebagai
konjugat glukoronat dari obat dan metabolitnya dan melalui feses (<
20%). Asam mefenamat memiliki waktu paruh eliminasi sekitar 2 jam,
hasil metabolitnya asam 3'-hidroksimetil mefenamat dan asam 3'-
karboksimefenamat memiliki waktu paruh eliminasi yang lebih lama
dari senyawa induk (McEvoy, 2011).
22
individu yang terpapar; reaksi anafilaksis terjadi pada kurang dari 0,05%
pasien yang mendapat penisilin. Pasien dengan riwayat alergi atopik
(seperti asma, eksim, hay fever) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengalami reaksi anafilaktik jika mendapat penisilin. Individu dengan
riwayat anafilaksis, urtikaria, atau ruam yang langsung muncul setelah
pemberian penisilin, memiliki risiko hipersensitif yang segera langsung
muncul setelah pemberian penisilin. Pasien yang demikian ini tidak
boleh diberi penisilin, sefalosporin atau antibiotik beta- laktam lainnya.
Pasien yang alergi terhadap suatu penisilin biasanya alergi terhadap
semua turunan penisilin karena hipersensitivitas berkait dengan struktur
dasar penisilin. (Purwanti, 2016)
Asam mefenamat
Efek samping : Efek samping mefinal adalah gangguan dan perdarahan
pada saluran cerna dan tukak peptic. Gangguan sistem darah dan
limpatik berupa agranulositosis, anemia aplastika, anemia hemolitika
autoimun, hipoplasia sumsum tulang, penurunan hematokrit,
eosinofilia, leukopenia, pansitopenia, dan purpura trombositopenia.
Dapat terjadi reaksi anafilaksis. Pada sistem syaraf dapat
mengakibatkan meningitis aseptik, pandangan kabur; konvulsi,
mengantuk. Diare, ruam kulit (hentikan pengobatan), kejang pada
overdosis (McEvoy, 2011; Lacy dkk, 2018).
23
FR: Asam
FR: Riwayat Atopi FR: Amoksisilin
mefenamat
Sel-sel teraktivasi
Pelepasan sitokin, kemokin
dan mediator inflamasi
Berikatan dengan sel T reseptor
Aktivasi makrofag
Berproliferasi menjadi Th2 melalui
MHC kelas II & menginfiltrasi kulit
Merangsang
Th2 menghasilkan sitokin (IL- pelepasan asam
3, IL 4, IL-5, IL-13) arakidonat
24
(Baratawidjaja,2018;Budianti,2019;Hidajat et al,2019; Rahmania et
al,2017; Verdi et al,2018)
g. Golongan obat apa saja kah yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada
tubuh ?
Jawab:
Obat Antibakteri
Sulfonamid
Tetrasiklin
Penisilin
Ampisilin
Amoksisilin
Trimethoprim
Nistatin
Griseofulvin
Dapson
Arsen
P amino salicylicacid
Thiacetazone
Kuinin
Metronidazol
Clioquinol
Barbiturat dan tranquilizer lainnya
Derivat Barbiturat
Opiat
Kloral hidrat
Benzodiazepin
Chlordiazepoxid
Antikonvulsan
Dextromethoephan
25
Obat anti inflamasi non steroid
Aspirin
Oxyphenbutazon
Phenazon
Metimazol
Parasetamol
Ibuprofen
Obat jenis lainnya
Phenolphthalein
Nystatin
Kuinin
Kuinidin
Kontrasepsi oral
(Verdi et al,2018)
h. Apa saja faktor resiko yang dapat memicu timbulnya keluhan ( keluhan
utama dan tambahan ) pada kasus ini ?
Jawab:
1) Riwayat konsumsi obat( jumlah,jenis,dosis, cara
pemberian,pengaruh pajanan sinar matahari, atau kontak obat
pada kulit terbuka).
2) Riwayat atopi diri dan keluarga
3) Riwayat alergi obat sebelumnya
4) Usia
5) Jenis kelamin
6) Pasien yang imunokompramais
7) gangguan metabolisme dan lingkungan
(Pendapotan et al, 2016; Makmur et al, 2018).
26
Demam dan sedikit gatal disebabkan karena terjadi reaksi inflamasi
akibat aktivasi dari sel T yang dimana adanya reaksi hipersensivitas.
Demam disebabkan karena aktivasi sel T menyebabkan pelepasan
sitokin dan aktivasi makrofag yang menyebabkan pengeluaran
prostaglandin sehingga akan terjadi peningkatan suhu tubuh.
(Baratawidjaja,2018;Budianti,2019;Hidajat et al,2019; Rahmania et
al,2017; Verdi et al,2018)
j. Golongan obat apa saja yang dapat diberikan untuk menggantikan obat
yang menyebabkan reaksi hipersensitifitas atau alergi ?
Jawab:
Golongan eritromisin
Golongan sefalosporin
(Makmur et al,2018)
27
generalisata dan simetris, dan dapat terdiri atas eritema, makula yang
berkonfluens, atau papul yang tersebar di wajah, telapak tangan dan
kaki. Lebih dari 90% erupsi obat yang ditemukan berbentuk erupsi
eksantematosa. (Adhi Djuanda,2019)
3. Tn Tintin juga memilki riwayat asma, dan sering bersin di pagi hari.
a. Apa makna Tn Tintin juga memiliki riwayat asma, dan sering bersin di
pagi hari ?
Jawab:
Riwayat asma dan sering bersin dipagi hari memiliki Riwayat atopi
dimana merupakan factor resiko Tn Tintin mengalami erupsi alergi
obat. Pada pasien yang memiliki riwayat atopi dapat meningkatkan
jumlah IgE dibandingkan pasien normal, sehingga hal itu dapat
memfasilitasi terjadinya respon alergi terhadap obat.
Sintesis:
Dalam studi yang dilakukan oleh para oleh ilmuwan telah diketahui
bahwa masyarakat pada negara-negara maju mempunyai
kecenderungan memproduksi IgE dalam jumlah besar terhadap paparan
bahan alergen. Kondisi demikian ini disebut atopi, yang sangat
dipengaruhi oleh kekerabatan dan dipengaruhi oleh banyak lokus gen.
Individu atopi mempunyai jumlah IgE yang lebih banyak pada sirkulasi
darah demikian juga level eosinofilnya jika dibandingkan orang normal.
Individu atopi mempunyai kerentanan terhadap penyakit alergi seperti
halnya asma dan alergi serbuk bunga. Faktor genetik dan lingkungan
masing-masing berkontribusi 50% pada kejadian penyakit alergi seperti
asma. Pada penelitian genom manusia telah ditemukan sejumlah gen
kerentanan yang berbeda pada penyakit alergi dermatitis atopi dan asma
meskipun terdapat tumpang tindih gen yang menyandi penyakit
tersebut. Umumnya setiap etnik mempunyai ketahanan yang berbeda
terhadap suatu penyakit. Beberapa bagian kromosom yang berasosiasi
dengan alergi atau asma juga berasosiasi dengan penyakit inflamsi
28
psoriasis dan penyakit autoimun. Gen yang mengkode kerentanan
terhadap asma dan atopi dermatitis berada pada kromosom 11q12-13.
Gen tersebut mengkode pembentukan reseptor subunit β IgE (FcεRI).
(Baratawidjaja,2018;Bunker,2015; Menaldi,2015; wolff,2017)
4. Pemeriksaan Fisik:
29
Keadaan umum Nilai Normal Interpretasi
30
Kreatinin: 0,91 mg/dl. 0,7-1,5 mg/dl Normal
Sel-sel teraktivasi
Vasodilatasi pembuluh Pelepasan sitokin, kemokin
darah perifer dan mediator inflamasi
Berikatan dengan sel T reseptor
eosinofilia
Stratumakibat
Trauma korneum terlepas
garukan
32
a. Bagaimana interpretasi dari hasil status dermatologikus ?
Jawab:
Status dermatologikus: tampak pada trunkus anterior dan posterior,
kedua ekstremitas superior, dan kedua ekstremitas inferior dijumpai
patch eritem ukuran lentikuler sampai dengan plakat diatasnya terdapat
papul papul eritem dan skuama yaitu efloresensi : eritema
maculopapular.
Patch eritem ukuran lentikuler sampai dengan plakat : perubahan warna
kulit menjadi merah akibat pelebaran pembuluh darah kapiler yang
reversible dengan ukuran lentikuler (sebesar biji jagung) sampai plakat
(lebih besar dari koin logam). Diatasnya terdapat papul papul eritem :
penonjolan diatas permukaan kulit dengan diameter <1/2 cm disertai
pelebaran pembuluh darah kapiler dibawahnya. Skuama: lapisan statum
korneum yang terkelupas atau terlepas dari kulit.
33
Berikatan dengan sel T reseptor
Sel-sel T teraktivasi
Membentuk
plakat
34
(Baratawidjaja,2018;Budianti,2019;Hidajat et al,2019; Rahmania et
al,2017; Verdi et al,2018)
1) Makula
Makula merupakan lesi datar, secara jelas terlihat sebagai daerah
dengan warna yang berbeda dengan jaringan di sekitarnya atau
membrane mukosa.
Contoh: Tinea vesikolor, morbus Hansen, melanoderma,
leukoderma, purpura, petekie, ekimosis.
Makula tidak dapat dipalpasi. Bentuknya bervariasi dan pinggirnya
tidak jelas. Makuloskuamosa merupakan suatu istilah baru untuk
menggambarkan makula yang tidak dapat dipalpasi, yang hanya
dapat jelas terlihat setelah dibuat goresan ringan.
2) Papul
35
ditekan dan hilang (lupus, sifilis). Letak papul dapat epidermal atau
kutan.
3) Plak (Plaque)
9) Kista
36
Ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista
terbentuk bukan akibat peradagan, walaupun kemudian dapat
meradang. Dinding kista merupakan selaput yang terdiri atas
jaringan ikat dan biasanya dilapisi sel epitel atau endotel. Kista
terbentuk dari kelenjar yang melebar dan tertutup, saluran kelenjar,
pembuluh darah , saluran getah bening, atau lapisan epidermis. Isi
kista teriri dari atas hasil dindingnya, yaitu serum, getah bening,
keringat, sebum, sel-sel epitel, lapisan tanduk, dan rambut.
Efloresensi sekunder yaitu kelainan kulit yang terjadi selama
perjalanan penyakit:
1) Skuama
Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama dapat
halus sebagai taburan tepung, maupun lapisan tebal dan luas
sebagai lembaran kertas. Dapat dibedakan, misalnya
pitiriasiformis (halus), psoriasiformis (berlapis-lapis),
iktiosiformis (seperti ikan), kutikular (tipis), lamellar (berlapis),
membranosa atau eksfoliativa (lembaran-lembaran), dan keratorik
(terdiri atas zat tanduk).
2) Krusta
Cairan badan yang mengering. Dapat bercampur dengan jaringan
nekrotik, maupun benda asing (kotoran, obat, dan sebagainya).
Warnanya ada beberapa macam: kuning muda berasal dari serum,
kuning kehijauan berasal dari pus, dan kehitaman berasal dari
darah.
3) Erosi
Kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak
melampaui stratum basal. Contoh bila kulit digaruk sampai stratum
spinosumm akan keluar cairan sereus dari bekas garukan.
37
4) Ulkus
Hilangnya jarigan yang lebih dalam dari eksoriasi. Ulkus dengan
demikian mempunyai tepi, dinding, dasar, dan isi. Termasuk erosi
dan ekskoriasi dengan entuk liniar ialah fisura atau rhagades, yakni
belahan kulit yang terjadi oleh tarikan jaringan jaringannya di
sekitarnya, terutama terlihat pada sendi dan batas kulit dengan
selaput lendir.
5) Sikatriks
Terdiri atas jaringan tidak utuh, relief kulit tidak normal,
permukaan kulit tidak licin dan tidak terdapat adneksa kulit.
Sikatriks dapat atrofik, kulit mencekung dan dapat hipertrofik,
yang secara klinis terlihat menonjol karena kelebihan jaringan
ikat. Bila sikatriks hipertrofik menjadi patologik, pertumbuhan
melampaui batas luka disebut keloid ( sikatriks yang
pertumbuhhan selnya mengikuti pertumbuhan tumor), da nada
kecenderungan untuk terus melebar.
(Adhi Djuanda,2019)
38
6. Bagaimana cara mendiagnosis?
Jawab:
Keluhan Utama :
Keluhan Tambahan :
• Ada demam dan sedikit gatal beberapa jam setelah minum obat.
Riwayat :
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum Nilai Normal Interpretasi
39
Hb : 14 mg/dl 13-17 mg/dl Normal
40
7. Bagaimana differential diagnosis pada kasus?
Jawab:
Eritema + + +
makulopapular Eritema saja
Mukosa Tidak terkena Tidak terkena terkena
Bula - - +
Demam + + +
Riwayat obat + + +
(Adhi Djuanda,2019)
41
Gejala Erupsi Dermatitis atopi Morbilli Rubella
klinis makulop
apular
Lesi Makula Plak Macula dan Macula
Kulit eritema hiperpigmentasi papula dan
disertai ,hiperkeratosis, eritematosa( papula
papul( likenifikasi,eros eksantema) berwarn
eksante i dan skuama a merah
ma) muda(ek
santema
)
Penyeba Dari Kedua telapak Dahi dan Daerah
ran batang tangan,jari,perg belakang telinga wajah
tubuh elangan menyebar menyeb
menyeb tangan,bibir,leh leher,badan,ekst ar leher
ar ke er bagian remitas ,badan
perifer anterior,kulit dan
secara kepala ekstremi
simetris tas
dan
generali
sata
Demam + - + +
Gatal + ++ - -
(Adhi Djuanda,2019;Menaldi,2015; wolff,2017)
Jawab:
42
dilihat dari adanya eosinofil dan edema jaringan. Akan tetapi
pemeriksaan ini tidak dapat menentukan obat penyebab erupsi.
2) Pemeriksaan uji tempel dan uji provokasi Uji tempel (patch test)
memberikan hasil yang masih belum dapat dipercaya. Uji provokasi
(exposure test) dengan melakukan pemaparan kembali obat yang
dicurigai adalah yang paling membantu untuk saat ini, tetapi risiko dari
timbulnya reaksi yang lebih berat membuat cara ini harus dilakukan
dengan cara hati-hati dan harus sesuai dengan etika maupun alasan
mediko legalnya.
3) Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan alergi obat juga diperlukan
dalam menegakkan diagnosis. Pemeriksaan yang penting diantaranya
adalah tes kulit untuk reaksi hipersensitivitas cepat (lgE), tes RAST,
pengukuran lgG atau lgM yang spesifik untuk obat, pengukuran
aktivasi komplemen, pengukuran penglepasan histamin atau mediator
lain dari basophil. Pemeriksaan laiinya yaitu pengukuran mediator
seperti histamin, prostaglandin, leukotrin, triptase, transformasi
limfosit, esai toksisitas leukosit dan evaluasi dengan bantuan computer.
(Adhi Djuanda,2019;Menaldi,2015; Pendapotan et al, 2016).
Jawab:
Jawab:
43
1) Terapi sistemik: antihistamin chlorpheniramine maleat 4 mg setiap
malam dan deksametason 3 mg setiap 8 jam → antihistamin golongan
sedatif untuk mengatasi rasa gatal, cetirizine 1x10 mg/hari
2) Dermatoterapi: topikal Bethametasone dipropionate 0,05% →
glukokortikoid topikal dapat mengurangi tanda dan gejala ruam,
bedak salisilat 2% + menthol 0,5%-1%
3) Kortikosteroid sistemik diyakini dapat mengurangi kematian. Lama
pengobatan preparat kortikosteroid kira-kira berlangsung selama 10
hari → Prednisone 0,5-1 mg/KgBB
Jawab:
Jawab:
Prognosis erupsi obat alergik tipe ringan baik bila obat penyebab dapat
diidentifikasi dan segera dihentikan. Pada erupsi obat alergik tipe berat,
misalnya eritroderma dan nekrolisis epidermal toksik prognosis dapat
44
menjadi buruk, disebabkan karena komplikasi yang terjadi misalnya sepsis
(Budianti, 2015).
Jawab:
SKDU = 4A
Tingkat Kemampuan 4 : Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik
dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan
tuntas. (Konsil Kedokteran Indonesia. 2012)
Jawab:
2.7 Kesimpulan
45
lengan dan telapak tanga n serta kedua tungkai sejak 1 pekan yang lalu karena
mengalami erupsi alergi obat tipe maculopapular et causa golongan penicillin.
Leukotriene
Prostaglandin
Histamin
Neutrofil
Eosinophil meningkat
meningkat
Mengubah thermostat
point di hipotalamus
Gatal &
bercak
kemerahan Eosinofilia Neutrofilia
Demam
46
DAFTAR PUSTAKA
Adhi Djuanda, dkk. 2019. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Akhavan BJ, Khanna NR, Vijhani P. 2020. Amoxicillin. [Updated 2020 Aug 27]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-.
NBK482250.
Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi dasar edisi 12. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2018.
Budianti, W. K. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Erupsi Obat Alergik.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Damayanti. 2017. Studi Epidemiologi: Erupsi Obat Berat. Berkala Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin Vol. 29 / No. 2.
Djuanda, A dkk. 2019. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
East-Innis AD, Thompson DS. Cutaneous drug reactions in patients admitted to
dermatology unit at the University Hospital of the West Indies, Kingston,
Jamaica. West Indian Med J. 2016;58(3):227-30.
Eroschenko, V.P. 2015. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta:
EGC.
Goodman & Gilman, 2012, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, Editor Joel. G.
Hardman & Lee E. Limbird, Konsultan Editor Alfred Goodman Gilman,
Diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Harien. 2010. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Malang. Universitas
Muhammadiyah Malang.
Hasan R, Akhtar N, Begum M, Ali ME, Paul HK, Zakaria ASM, dkk. Cutaneous
morphological patterns of adverse drug reaction: a study of 50 cases. J Pakistan
Assoc Dermatol.2010;20:206-11.
Jawetz, Melnick, & Adelberg. 2013. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
47
Keumala, B, Windy. 2017. Erupsi Obat Alergik. Dalam: Menaldi LS, Bramono
K,Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 7. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. P.190-194.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta:
Konsil Kedokteran Indonesia.
Lee DJ, Rea TH, and Modlin RL. Leprosy. 2012. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K (editors). Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. 8th ed. New York: Mc Graw Hill, p.2253-62. 9.
Martini, F. 2006. Fundamentals of Anatomy and Physiology. Pearson Education Inc.
Menaldi SL, Bramono K,Indriatmi W. Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin Edisi
7, Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.2015.
Nayak, S. & Acharjya, B. 2018. Adverse Cutaneus Drug Reactions. Indian Journal of
Dermatology, Venereology and Leprology; Vol: 53(1):2-8.
Pangalila K, Wowor PM, Hutagalung BSP. 2016. Perbandingan Efektivitas
Pemberian Asam Mefenamat dan Natrium Diklofenak Sebelum Pencabutan Gigi
Terhadap Durasi Ambang Nyeri Setelah Pencabutan Gigi. Jurnal e-GiGi (eG),
Volume 4 Nomor 2, Juli-Desember 2016. Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia
(Komisariat Manado) & Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi –
Manado. ISSN: 2338199X .
Purwanti S & Hidayat T. 2016. Penelitian Retrospektif Erupsi Kulit Akibat Obat di
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.
MDVI (Media Dermato-Venereologica Indonesiana) Vol. 43 No. 3 Tahun 2016:
99 – 104. FK Universitas Brawijaya/RSUD Saiful Anwar – Malang.
Sherwood, L. 2016. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Soutor C, Hordinsky M. Clinical Dermatology Ist edition. New York: Mc
Graw Hill. 2013.
Tortora, G, B. Derrickson. 2006. Principles of Anatomy and Physiology. USA: John
Willey & Sons Inc.
Weller R, Hunter H, Mann M. Clinical Dermatology fifth edition. UK: Wiley
Blackwell. 2015
48
Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of clinical
Dermatology eight edition. US: Mc Graw Hill.2017.
49