Anda di halaman 1dari 52

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul
“Laporan Tutorial Kasus Skenario C Blok XV” sebagai tugas kompetensi kelompok.
Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai
akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih kepada:
1. dr. Ni Made Eva Mayasari, Sp.JP sebagai pembimbing tutorial scenario
C.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun
spiritual.
3. Teman-teman seperjuangan.
4. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita
selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, November 2016

Penulis

TUTORIAL 2

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... 1

Daftar Isi ............................................................................................................. 2

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 3

1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................... 3

BAB II : Pembahasan

2.1 Data Tutorial ............................................................................. 4

2.2 Skenario Kasus........................................................................... 5

2.3 Klarifikasi Istilah ....................................................................... 7

2.4 Identifikasi Masalah .................................................................. 8

2.5 Analisis Masalah........................................................................ 9

2.6 Kesimpulan ................................................................................ 50

2.7 Kerangka Konsep ...................................................................... 51

Daftar Pustaka …................................................................................................ 52

BAB I
TUTORIAL 2

2
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok sistem urinaria dan genitalia maskulina adalah blok lima belas pada
semester V dari sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu
strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah
Problem Based Learning (PBL). Tutorial merupakan pengimplementasian dari
metode Problem Based Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang
tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C yaitu Tn. J,
laki-laki, 42 tahun, bekerja sebagai petugas administrasi di suatu bank, datang ke
UGD RSMP karena merasa nyeri hebat di pinggang kkri sejak 4 jam yang lalu
sehingga Tn. J merasa hampir pingsan. Keluhan nyeri pinggang kiri mulai
dialami sejak 2 hari ynag lalu.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

BAB II

TUTORIAL 2

3
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Ni Made Eva Mayasari, Sp.JP

Moderator : M. Abdillah

Sekretaris : Ardhia Amalia

Notulis : Ikrima Kamilah

Waktu : 1. Selasa, 15 November 2016

Pukul: 13.00 – 15.30 WIB

2. Kamis, 17 November 2016

Pukul: 13.00 – 15.30 WIB

Peraturan turorial :

1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam.

2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan pendapat dan pertanyaan yang

relevan.

3. Izin saat akan keluar ruangan.

4. Dilarang makan dan minum.

5. Saling menghargai pendapat peserta lain dan tetap tenang serta tidak ribut.

TUTORIAL 2

4
2.2 Skenario Kasus
Tn. J, laki-laki, 42 tahun, bekerja sebagai petugas administrasi di suatu
bank, datang ke UGD RSMP karena merasa nyeri hebat di pinggang kiri sejak 4
jam yang lalu sehingga Tn. J merasa hampir pingsan. Keluhan nyeri pinggang
kiri mulai dialami sejak 2 hari yang lalu. Keluhan dirasakan seperti ditusuk-
tusuk, hilang timbul dan terasa menjalar hingga perut kanan. Keluhan dirasakan
semakin berat sejak 1 hari yang lalu. Tn. J merasa BAK nya keruh, frekuensi
sering namun jumlahnya masih normal. Ada demam dan mual, nyeri saat BAK
tidak ada. Tn.J pernah merasakan BAK keluar pasir. Tn. J sudah berobat ke
dokter umum dan diberi obat, tetapi keluhan belum berkurang. BAB biasa.
Riwayat darah tinggi dan kencing manis tidak ada. Menurut Tn. J, ayahnya
juga pernah mengalami penyakit dan keluhan serupa.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran komposmentis
Tanda vital: TD 130/80 mmHg, Nadi 80x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, RR
20x/menit, torakoabdominal, reguler, suhu 38,0C
Keadaan spesifik:
Kepala: konjungtiva palpebra pucat (-), sklera kterik (-)
Leher: pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O
Toraks
Jantung: simetris, ictus kordis tidak terlihat, batas jantung dalam batas normal
HR: 80x/menit, reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru-paru: simetris, pergerakan hemitoraks kiri=kiri, stemfremitus kiri=kiri
Sonor pada kedua paru, vesiculer (+) norml, ronchi (-), wheezing (-)
Abdomen: datar, lemas, hepar&lien tidak teraba
Nyeri tekan (+) regio lumbal dan hipkondriaka kiri, ballotement(-)
Nyeri ketok CVA kiri (+), bising usus (+) normal
Nyeri tekan suprapubis (-)
Ekstremitas: edema pretibia (-/-)

TUTORIAL 2

5
Pemeriksaan Penunjang: Darah lengkap dan kimia darah:
Hemoglobin : 13,8 g/dl Eritrosit : 4.780.000 /mm3
Hematokrit : 40 vol % Trombosit : 531.000 /mm
Leukosit : 13.000 /mm3 HJ : 0/1/1/90/6/2 %
LED : 58 mm/jam BSS : 105 mg/dl
Cholesterol : 185 mg/dl HDL : 29 mg/dl
LDL : 103 mg/dl Trigeliceride : 150 mg/dl
Uric acid : 4 mg/dl K : 3,8 mmol/l
Na : 133 mmol/l Calsium : 14 mmol/l
Ureum : 31 mg/dl Creatinin : 1,0 mg/dl
SGOT : 23 U/I SGPT : 56 U/I

Urinalisis:
Epitel : (+) Silinder : (-)
Eritrosit : 10-11 I/LPB Leukosit : 8-10
Protein : (+) Glukosa : (-)
Sedimen : (++) Nitrit : (+)

Radiologi BNO : Tampak bayangan batu radioopak di ureter kiri ukuran 7 mm.

2.3 Klarifikasi Istilah


TUTORIAL 2

6
Klarifikasi Istilah Arti
Pingasan (sinkop) Hilangnya kesadaran sementara
atau tiba-tiba dengan atau tanpa
gejala.
Nyeri hilang timbul (nyeri kolik) Sensasi nyeri yang timbul akibat
kontraksi/spasme dinding organ
berongga yang meningkat dalam
rangka mengeluarkan sumber
obstruksi.

BAK keluar pasir Urin yang mengandung sedimen/


endapan dari saluran urinarius.

Torakoabdominal Jenis pernafasan berupa


pernafasan lebih dominan pada
thoraks daripada pernafasan
abdomen
Ballotement Tanda ada benda
mengapung/melayang
dalam cairan yang didapatkan
pada pemeriksaan fisik.

CVA (Costo Vertebrae Angle) Sudut yang terbentuk pada kedua


sisi dibagian punggung manusia
yang terletak diantara
m.sacrospinalis dan dibawah iga
ke-12

2.4 Identifikasi Masalah

TUTORIAL 2

7
1. Tn. J, laki-laki, 42 tahun, bekerja sebagai petugas administrasi di suatu bank,
datang ke UGD RSMP karena merasa nyeri hebat di pinggang kiri sejak 4
jam yang lalu sehingga Tn. J merasa hampir pingsan. Keluhan nyeri pinggang
kiri mulai dialami sejak 2 hari yang lalu. Keluhan dirasakan seperti ditusuk-
tusuk, hilang timbul dan terasa menjalar hingga perut kanan. Keluhan
dirasakan semakin berat sejak 1 hari yang lalu.
2. Tn. J merasa BAK nya keruh, frekuensi sering namun jumlahnya masih
normal. Ada demam dan mual, nyeri saat BAK tidak ada. Tn.J pernah
merasakan BAK keluar pasir.
3. Tn.J pernah merasakan BAK keluar pasir. Tn. J sudah berobat ke dokter
umum dan diberi obat, tetapi keluhan belum berkurang. BAB biasa.
4. Riwayat darah tinggi dan kencing manis tidak ada. Menurut Tn. J, ayahnya
juga pernah mengalami penyakit dan keluhan serupa.
5. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran komposmentis
Tanda vital: TD 130/80 mmHg, Nadi 80x/menit, reguler, isi dan tegangan
cukup, RR 20x/menit, torakoabdominal, reguler, suhu 38,0C
6. Keadaan spesifik:
Kepala: konjungtiva palpebra pucat (-), sklera kterik (-)
Leher: pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O
Toraks
Jantung: simetris, ictus kordis tidak terlihat, batas jantung dalam batas normal
HR: 80x/menit, reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru-paru: simetris, pergerakan hemitoraks kiri=kiri, stemfremitus kiri=kiri
Sonor pada kedua paru, vesiculer (+) norml, ronchi (-), wheezing (-)
Abdomen: datar, lemas, hepar&lien tidak teraba
Nyeri tekan (+) regio lumbal dan hipkondriaka kiri, ballotement(-)
Nyeri ketok CVA kiri (+), bising usus (+) normal
Nyeri tekan suprapubis (-)
Ekstremitas: edema pretibia (-/-)

TUTORIAL 2

8
7. Pemeriksaan Penunjang: Darah lengkap dan kimia darah:
Hemoglobin : 13,8 g/dl Eritrosit : 4.780.000 /mm3
Hematokrit : 40 vol % Trombosit : 531.000 /mm
Leukosit : 13.000 /mm3 HJ : 0/1/1/90/6/2 %
LED : 58 mm/jam BSS : 105 mg/dl
Cholesterol : 185 mg/dl HDL : 29 mg/dl
LDL : 103 mg/dl Trigeliceride : 150 mg/dl
Uric acid : 4 mg/dl K : 3,8 mmol/l
Na : 133 mmol/l Calsium : 14 mmol/l
Ureum : 31 mg/dl Creatinin : 1,0 mg/dl
SGOT : 23 U/I SGPT : 56 U/I
Urinalisis:
Epitel : (+) Silinder : (-)
Eritrosit : 10-11 I/LPB Leukosit : 8-10
Protein : (+) Glukosa : (-)
Sedimen : (++) Nitrit : (+)

Radiologi BNO : Tampak bayangan batu radioopak di ureter kiri ukuran 7 mm.

2.5 Analisis Masalah


1. Tn. J, laki-laki, 42 tahun, bekerja sebagai petugas administrasi di suatu bank,
datang ke UGD RSMP karena merasa nyeri hebat di pinggang kiri sejak 4
jam yang lalu sehingga Tn. J merasa hampir pingsan. Keluhan nyeri pinggang
kiri mulai dialami sejak 2 hari yang lalu. Keluhan dirasakan seperti ditusuk-
tusuk, hilang timbul dan terasa menjalar hingga perut kanan. Keluhan
dirasakan semakin berat sejak 1 hari yang lalu.
a. Apa kemungkinan penyebab nyeri dipinggang kiri?
Jawab:
Nyeri pinggang kiri dpt disebabkan oleh beberapa penyebab
berdasarkan jenis nyerinya:

TUTORIAL 2

9
 Nyeri somatik superfisial yaitu nyeri yang berasal dari struktur
kulit dan subkutan akibat dari rangsangan mekanis, suhu, kimiawi,
atau listrik
 Nyeri somatik dalam yaitu nyeri yang berasal dari otot, tendon,
ligamentum, tulang, sendi, dan arteri. Dalam hal ini pada pinggan
kiri m.obliquus externus abdominis, m.obliquus internus
abdominis, m.transversus abdominis, m.latissimus dorsi, m.erector
spinae, m.quardatus lumborum dan m.psoas major. Nyeri muskular
ini dapat disebabkan oleh adanya trauma dan lain-lain. Selain itu
nyeri pinggang juga dapat disebabkan oleh HNP
 Nyeri visera yaitu nyeri yang berasal dari organ-organ tubuh lokal
disekitarnya. Dalam hal ini organ-organ pada pinggang kiri adalah
gaster, lien, pankreas, ginjal, colon dan jejunum. Penyebab nyeri
pada organ-prgan ini adalah gastritis, pankreatitis, pielonefritis,
kolitis.
 Nyeri alih yaitu nyeri yang berasal dari salah satu daerah ditubuh
tetapi dirasakan terletak di daerah lain. Misalnya pada nyeri yang
berasal dari ovarium dapat menjadi nyeri somatik di dermatom T10
yaitu di sekitar umbilikus dan sampai ke pinggang. Selain itu nyeri
alih pada pinggang juga bisa berasal dari appendiks-usus halus.
(Price,2016)

Nyeri pinggang bawah atau low back pain menurut perjalanan


kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu adalah Acute low back pain
dan Chronic low back pain. Acute low back pain adalah rasa nyeri
yang menyerang secara tiba – tiba, rentang waktunya hanya sebentar,
antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat
hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena
luka traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat
hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak

TUTORIAL 2

10
jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Sedangkan
Chronic low back pain adalah rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3
bulan atau rasa nyeri yang menyerang berulang – ulang atau kambuh
lagi. Fase ini biasanya memilki onset yang berbahaya dan sembuh
pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena
osteoartritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertabralis dan tumor (Bima, 2009)

b. Bagaimana patofisiologi nyeri pinggang? (Pada kasus)


Jawab:
Faktor instrinsik (Usia, Jenis kelamin, Herediter) dan faktor ekstrinsik
(Pekerjaan)  kadar Ca dalam urin laki-laki lebih banyak dari pada
perempuan, urin yang statis (stasis urin dan ketidakseimbangan zat-zat
organik maupun anorganik yang terlarut dalam urin)  meningkatkan
supersaturasi, kritalisasi zat-zat tidak terlarut dalam urin (contoh:
kalsium, fosfat, oksalat)  mengadakan presipitasi dan membentuk
inti batu (nukleasi) di ren sinistra  agregasi dan menarik bahan lain
sehingga ukuran batu bertambah besar  batu yang tidak terlalu besar
akan terbawa aliran urin atau terdorong peristaltik otot-otot sistem
pelvikalis turun ke ureter sinistra (gerak peristaltik ureter yang normal
tiap 5 menit sekali mendorong urin) menempel di epitel mukosa
ureter  membentuk retensi kristal dan mengendapkan bahan-bahan
lain pada agregat tersebut  Batu di Ureter (Ureterolithiasis) 
obstruksi saluran kemih  terjadi peningkatan gerakan peristaltik
untuk mengeluarkan batu (2-6x/menit)  tekanan intraluminal
meningkat  terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberi
sensasi nyeri  nyeri dirasakan sangat hebat, hilang timbul sesuai
dengan gerakan peristaltik ureter serta di daerah sudut kosto-
vertebrae, menjalar ke dinding abdomen.

TUTORIAL 2

11
c. Apa hubungan usia, jenis kelamin, dan pekerjaan pada kasus?
Jawab:
Faktor yang mempermudah pembentukan batu yaitu:
1. Faktor intrinsik
a. Hereditair (keturunan): penyakit ini diduga diturunkan dari
orangtuanya
b. Umur: penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-
50 tahun
c. Jenis kelamin: jumlah pasien laki-laki 3 kali lebih nanyak
dibandingkan dengan pasien perempuan

2. Faktor ekstrinsik
a. Geografi: pada beberapa daerah menunjukan angka
kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada
daerah yang lain sehingga dikenal sebagai daerah stone
belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika
Selatan hamper tidak dijumpai penyakit batu saluran
kemih
b. Iklim dan temperature
c. Asupan air: kurangnya asupan air dan tingginya kadar
mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih
d. Diet: diet banyak purin, oksalat, dan kalsium
mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih
e. Pekerjaan: penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaanya banyak duduk atau kurang aktifitas atau
sedentary life

Jadi hubungan Usia dan jenis kelamin dari Tn.J ini merupakan
faktor dari intrinsik dan hubungan pekerjaan dengan kasus

TUTORIAL 2

12
bahwa pekerjaan Tn. J merupakan faktor resiko ekstrinsik
pembentukan batu saluran kemih. (Purnomo, 2012)

d. Apa makna keluhan dirasakan seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul?


Jawab:
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera,  atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yan cepat, dengan intensitas
bervariasi dari berat sampai ringan. Fungsi nyeri ini adalah sebagai
pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan
datang.  Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya
intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak. 
Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat
agresif untuk segera menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius
mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu harus menjadi
prioritas perawatan. Rehabilitasi bisa tertunda dan hospitalisasi
bisamemanjang dengan adanya nyeri akut yang tidak terkontrol.
(Sudoyo,2009)
e. Apa makna nyeri terasa menjalar hingga ke perut kanan?
Jawab:
Adanya batu di ginjal, sehingga aktivitas peristaltic otot polos
system kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk
mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu
menyebabkan tekanan intraluminalnya (di dalam saluran) meningkat
sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan
sensasi nyeri dan hilang timbul jika peristaltic berhenti.
Nyeri yang dirasakan menjalar hingga ke perut kanan
merupakan nyeri tersebut bersifat visceral (referred pain) yaitu
nyeri yang menjalar hingga ke perut kiri, dengan kualitas nyeri
seperti ditusuk-tusuk dan awitan nyeri yang besifat
breakhtrough pain yaitu nyeri yang hilang timbul.

TUTORIAL 2

13
Adapun lokasi yang biasanya terjadi penyumbatan :
 Lokasi batu di ureter 1/3 atas, kolik menjalar ke testis
 batu 1/3 tengah menjalar ke titik McBurney’s
 batu 1/3 distal kolik disertai dengan gejala-gejala iritasi seperti
frekuensi urgensi dan dysuri.
Teori mengenai nyeri alih :
Nyeri viseral mempunyai letak nyeri alih yang khas untuk tiap
viseral yang terkena. Beberapa teori tentang terjadinya nyeri alih adalah:
1. Teori Dermatom
Nyeri alih terasa pada kulit yang berasal dari dermatom yang sama
dengan alat viseral yang terkena. Misalnya nyeri jantung dialihkan ke
lengan.
2. Teori konvergensi
Traktus spinotalamikus lateralis adalah tempat berkumpulnya serat-
serat sensori nyeri, baik dari somatik maupun dari viseral, yang akan
berakhir di thalamus dan kemudian di relay oleh thalamus ke kortek
somatosensorik. Karena impuls nyeri somatik lebih sering terjadi
daripada impuls nyeri viseral, maka korteks somatosensorik seolah
lebih mengenal nyeri somatik dari pada nyeri viseral. Karena itu nyeri
visceral sering diinterpretasikan sebagai nyeri oleh korteks.
3. Teori fasilitasi
Impuls nyeri viseral dikatakan merendahkan ambang rangsang
neurotraktus spinothalamikus, yang menerima sinaps dari serat
aferensomatik. Fasilitas tersebut dengan adanya cabang serat aferen
visceral yang bersinap di neuron traktus spinothalamikus tersebut dan
menimbulkan excitatory post synaptic potential (EPSP). Dengan
demikian neuron-neuron traktus spinothalamikus lateralis yang
menerima sinaps ganda tersebut sangat mudah untuk terbangkit oleh
impuls lemah dari aferen nyeri somatik, pada keadaan biasa tidak
terbangkit oleh impuls lemah tersebut. (Sudoyo, 2009)

TUTORIAL 2

14
f. Bagaimana anatomi, fisiologi, dan histologi organ yang terlibat?
Jawab:
1. Ginjal
Anatomi Ginjal
Ginjal adalah organ berpasangan yang terdapat dibagian atas
belakang rongga perut. Disetiap sisi kolom tulang belakang, ginjal
berfungsi menyaring zat sisa dari darah. Zat sisa dikeluarkan
bersama dengan kelebihan air sebagai urin.

Berbentuk seperti kacang, total 2 potongan kiri dan kanan,


ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal
laki-laki lebih panjang daripada di ginjal perempuan. Ginjal
dipertahankan dalam posisi oleh pada tebal lemak. Irisan
longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah berbeda dari
korteks dan medula.
Medula dibagi menjadi potongan segitiga yang disebut
piramida. Piramida-piramida ini dikelilingi oleh korteks dan
terdiri dari segmen tubular dan duktus pengumpul nefron. Papila
atau puncak dari masing-masing bentuk piramida duktus Bellini

TUTORIAL 2

15
papilaris terbentuk dari penyatuan dari banyak bagian dari
terminal saluran pengumpul.
Masing-masing tubulus ginjal dan membentuk kesatuan
glomerulusnya (nefron). Nefron adalah unit fungsional ginjal.
Dalam setiap ginjal adalah sekitar satu juta nefron. Setiap nefron
terdiri dari kapsula Bowman, glomerular kapiler tumbai, kontortus
tubulus proksimal, lengkung Henle dan tubulus distal kontortus,
yang mengosongkan dirinya keduktus kolektor (Snell, Richard S.
2011).

 Vaskularisasi Ginjal
Ginjal diperdarahi oleh arteri renalis yang merupakan
cabang dari aorta abdominalis, kira-kira tingkat lumbalis II.
Ketika arteri renalis memasuki hilus, arteri bercabang menjadi
arteri yang membentang antara bentuk piramida interlobaris
berikutnya dan membentuk arteriol arteri interlobularis
arkuata disusun paralel dalam korteks. Interlobularis arteri

TUTORIAL 2

16
kemudian dibentuk pada arteriola aferen glomerular (Snell,
Richard S. 2011).
Glomeruli yang bersatu untuk membentuk arteriol
aferen dan kemudian bercabang untuk membentuk sistem
portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan peritubular
kapiler disebut. Darah mengalir melalui sistem portal akan
disalurkan ke dalam kain berikutnya interlobularis vena ke
vena, arkuarta vena, interlobaris vena, dan pada akhirnya vena
ginjal untuk mencapai vena kava inferior. Ginjal yang
disahkan oleh sekitar 1200 ml darah permenit yang setara 20-
25% volume keluaran jantung (5000 ml / menit) lebih dari
90% dari darah ke dalam korteks itu keginjal sementara
sisanya mengalir ke medula. Sifat khusus aliran darah ginjal
aliran darah melalui ginjal otoregulasi aferen arteiol kapasitas
intrinsik yang dapat mengubah hambatan dalam menanggapi
perubahan dalam tekanan darah arteri dengan demikian
mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
tetap konstan.
 Persarafan
Menurut Price (1995) "Ginjal mendapat
persarafan dari saraf renalis (vasomotor), fungsi saraf
untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke ginjal, saraf
yang berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang
masuk ke dalam ginjal ".
(Snell, Richard S. 2011)

Fisiologi
Menurut Syaifuddin (1995) "Fungsi ginjal membuang
zat-zat beracun atau racun; menjaga keseimbangan cairan;
menjaga keseimbangan kadar asam dan basa cairan tubuh;

TUTORIAL 2

17
mempertahankan keseimbangan garam dan zat-zat lain dalam
tubuh; menghapus sisa metabolisme hasil ekstrak protein, urea,
kreatinin dan amonia ".
Terdapat 3 lapisan yang membentuk membrane
glomerulus, yaitu:
1. Dinding kapiler glomerulus
2. Membrane basal
3. Lapisan dalam kapsul bowman
Lapisan-lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekul
halus yang menahan sel darah dan protein plasma tetapi
membolehkan H2O dan zat terlarut dengan molekul kecil
lewat.
Gaya-gaya yang berperan dalam filtrasi glomerulus,
yaitu:
1. Tekanan darah kapiler glomerulus (mendorong filtrasi
(55%))
2. Tekanan osmotic koloid plasma (melawan filtrasi (30%))
3. Tekanan hidrostatik kapsul bowman (melawan filtrasi
(15%))
4. Tekanan filtrasi Netto (perbedaan antara gaya yang
mendorong dan gaya yang melawan filtrasi (mendorong
filtrasi (10%)))
(Sherwood, 2011)

Histologi Ginjal
Dalam potongan sagital ginjal dibagi menjadi korteks
terpulas gelap disebelah luar dan medula terpulas terang
disebelah dalam.Korteks dilindungi oleh kapsul ginjal (1)
berupa jaringan ikat padat tidak teratur.

TUTORIAL 2

18
Korteks mengandung tubulus kontortus proksimal
(4,11) dan distal, glomeruli (2), dan radius medullaris (3).
Arteri interlobularis (12) dan vena interlobularis (13) juga
terdapat pada korteks.Radius medullaris (3) dibentuk oleh
bagian nefron yang lurus, pembuluh darah, dan tubulus
koligens yang menyatu dimedulla untuk membentuk ductus
koligens (6) yang lebih besar.Radius medullaris tidak meluas
ke kapsul ginjal (1) karena adanya tubulus kontortus
subkapsular (10).
Medulla terdiri dari piramid-piramid ginjal.Basis setiap
piramid (5) berbatasan dengan korteks dan apeksnya
membentuk papilla renalis (7) yang menonjol kedalam
struktur berbentuk corong, kaliks minor (16), yang
menggambarkan bagian ureter yang lebar.Area kribrosa (9)
ditembus oleh lubang kecil, yang merupakan muara ductus
koligens (6) kedalam kaliks minor (16).
Ujung papilla renalis (7) biasanya dilapisi oleh epitel
selapis silindris (8). Saat epitel selapis silindris papila renalis
(7) berlanjut ke dinding kaliks minor (16), epitel ini menjadi
epitel transisional (16). Lapisan tipis jaringan otot polos (tidak
tampak) dibawah epitel ini selanjutnya menyatu dengan
jaringan ikat sinus renalis (15).
Di dalam sinus renalis (15) terdapat cabang-cabang
arteri dan vena renalis yaitu arteri interlobaris (17) dan vena
interlobaris (18). Pembuluh interlobaris (17,18) masuk ke
ginja dan melengkung di basis piramid (5) di taut
kortikomedular sebagai arteri dan vena arkuata (14).
Pembuluh arkuata (14) membentuk arteri interlobularis
(12) dan vena interlobularis (13) yang lebih kecil berjalan
secara radial kedalam korteks ginjal dan membentuk arteri

TUTORIAL 2

19
glomerulus aferen yang membentuk kapiler glomerulus (3)
(Eroschenko, 2010).

Histologi Ginjal, (Eroschenko, 2010).

2. Ureter
URETER
Terdiri dari dua saluran pipa masing – masing bersambung
dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya ±
25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam
rongga pelvis (Richard S.Snell. 2006)
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Ureter terletak di organ retroperitoneal. Ureter merupakan


saluran muskuler silindris urine yang mentranspor urin dari ginjal
menuju vesica urinaria dengan panjang sekitar 20-30 cm diameter 1.7

TUTORIAL 2

20
cm. Batas-batas Ureter:
Ureter dextra :
 Anterior : duidenum, ileum terminalis, a.v. colica dextra, a.v.
testicularis/ovarica dextra
 Posterior: m psoas dextra, bifurcatio a. iliaca communic dextra
Ureter Sinistra :
 Anterior : Colon sigmoid, Mesocolon sigmoid, a.v llae & a.a
Jejunalis, a.v testiculari/orarica sinistra.
 Posterior: M. Psoas Sinistra, Bifurcatio a. iliaca comunis Sinistra.
Sama dengan pielum, dinding ureter mempunyai lapisan otot
yang kuat yang dapat menyebabkan kontraksi hebat disertai nyeri
sangat hebat. Dinding muskuler tersebut mempunyai hubungan
langsung dengan lapisan otot dinding pielum di sebelah cranial dan
dengan otot dinding buli-buli disebelah kaudal. Ureter menembus
dinding muskuler masuk ke kandung kemih secara miring sehingga
dapat mencegah terjadinya aliran balik dari kandung kemih ke ureter.
sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju buli-buli secara
anatomik terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya relative
lebih sempit dari pada ditempat lain, sehingga batu atau benda-benda
lain yang berasal dari ginjal seringkali tersangkut ditempat itu.
Tempat-tempat penyempitan yang dimaksud adalah :
 Perbatasan pelvis renalis - ureter (pelvi-ureter junction
 Tempat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis
 Saat masuk ke dalam vesica urinaria
Vaskularisasi :
 Arteriae : arteri yang memperdarahi ureter adalah ujung atas oleh
arteri renalis, bagian tengah oleh arteri testicularis atau arteri
ovarica, dan didalam pelvis oleh arteri vesicalis inferior
 Vena : vena dialirkan kedalam vena yang sesuai dengan arteri
Innervasi :
TUTORIAL 2

21
 plexus renalis, testicularis, dan plexus hypogastricus (didalam
pelvis)
 serabut aferen berjalan bersama denga saraf simpatis dan masuk
medulla spinalis setinggi segmen lumbalis I dan II
Untuk kepentingan pembedahan ureter dibagi menjadi 2 bagian :
 Ureter pars abdominalis : yang berada dari pelvis renalis
sampai menyilang vasa iliaka
 ureter pars pelvika : mulai dari persilangan dengan vasa iliaka
sampai masuk ke kandung kemih
Untuk kepentingan radiology, dibagi 3 bagian :
 1/3 proksimal : dimulai dari pelvis renalis sampai batas atas
sacrum
 1/3 medial : dimulai dari batas atas sacrum sampai batas
bawah sacrum
 1/3 distal : dimulai dar batas bawah sacrum sampai masuk ke
kandung kemih

Pengisian ureter dengan urin


merupakan proses pasif.
Peristalsis pelvis ginjal dan
ureter meneruskan air kemih dari
ureter ke kandung kemih,
mengatasi tahanan pada
hubungan antara ureter dan
kandung kemuh dan mencegah
terjadinya refluks. Hubungan
ureter dan kandung kemih
menjamin aliran urin bebas dari
ureter ke dalam bulu-buli.
Susunan anatominya membentuk

TUTORIAL 2

22
mekanisme katup muscular sehingga makin terisi kandung kemih,
katup uretervesika makin tertutup rapat.(Snell, Richard S. 2011)
Dermatom ureter
Ureter dipersarafi oleh plexus renalis, testiscularis, dan plexus
hypogastricus (didalam pelvis). Serabut-serabut saraf aferen berjalan
bersama dengan saraf simpatis dan masuk ke medulla spinalis setinggi
segmen L (Lumbalis) 1 dan 2 (Snell, 2006).
Di ureter terjadi 3 kali penyempitan yaitu berada pada uretero pelvic
(di persarafi oleh T 10), pada saat ureter menyilang pars iliaka (dipersarafi
oleh L 1,2 dan 3) serta pada saat ureter masuk kedalam buli-buli (dipersarafi
oleh S 2 dan 3). (Purnomo, 2011), artinya apabila ada gangguan pada daerah-
daerah yang mengalami penyempitan tersebut maka persarafan didaerah
tersebut juga akan terkena. Misalnya apabila terdapat batu pada pars iliaka
maka wilayah dermatom L 2,3, dan 4 juga akan mengalami nyeri atau rasa
sakit.

TUTORIAL 2

23
Histologi
 Dinding ureter terdiri atas mukosa, muskularis, dan
adventisia.
 Mukosa terdiri dari epitel transisional dan lamina propria
lebar.
 Epitel transisional terdiri atas beberapa lapis sel, lapisan
terluar ditandai sel-sel kuboid besar. 
 Lamina propria terdiri atas jaringan ikat fibroelastis
dengan fibroblast lebih padat di bawah epitel lebih padat
dibandingkan dengan fibroblas di dekat muskularis yang
lebih longgar.
 Pada ureter bagian atas, muskularis terdiri atas lapisan
otot polos longitudinal dalam dan sirkular luar.
(Dikutip dari atlas histologi di Fiore. Hal 258)

g. Apa makna nyeri dirasakan sejak 2 hari yang lalu, semakin berat sejak
1 hari yang lalu dan nyeri semakin hebat sejak 4 jam yang lalu?
Jawab:
 Makna nyeri 4 jam yang lalu dan hampir pingsan: Nyeri
bersifat akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera,  atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yan cepat, dengan
intensitas bervariasi dari berat sampai ringan. Fungsi nyeri ini
adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau
penyakit yang akan datang.
Nyeri akut Nyeri kronik
Lamanya dalam hitungan Lamanyna sampai hitungan
menit bulan, > 6bln
Ditandai  peningkatan BP, Fungsi fisiologi bersifat
nadi, dan respirasi normal

TUTORIAL 2

24
Respon pasien:Fokus pada Tidak ada keluhan nyeri
nyeri, menyetakan nyeri Tidak ada aktifitas fisik
menangis dan mengerang sebagai respon terhadap nyeri
Tingkah laku menggosok
bagian yang nyeri

(Sudoyo,2009)

2. Tn. J merasa BAK nya keruh, frekuensi sering namun jumlahnya masih
normal. Ada demam dan mual, nyeri saat BAK tidak ada. Tn.J pernah
merasakan BAK keluar pasir.
a. Bagaimana fisiologi dari Miksi?
Jawab:
Darah masuk ke ginjal (a. renalis) → masuk ke arteriol aferen
dan mengalirkan darah ke glomerulus → darah di filtrasi di
glomerulus, komponen yang bermolekul besar seperti protein dan
eritrosit tertahan dan zat terlarut dengan ukuran molekul kecil lewat
(urin primer) → darah yang terfiltrasi di kumpulkan di kapsula
bowman → dialirkan ke tubulus proksimal untuk direabsorbsi
kembali, zat-zat yang berguna untuk tubuh seperti gula, asam amino
dan zat lain diserap kembali (urin sekunder) → dibawa ke lengkung
henle (U) → melewati aparatus jukstaglomerulus → masuk ke tubulus
distal, disini terjadi proses augmentasi yaitu penambahan urea →
masuk ke tubulus kolingentes/kolektivus → ke ginjal pelvis → ureter
(peristaltik dan gravitasi) → masuk ke vesica urinaria → setelah
vesica urinaria penuh, menyebabkan reseptor teregang → impuls
dibawa ke medulla spinalis oleh saraf aferen → merangsang saraf
parasimpatis → sfingter internus terbuka dan disusul oleh sfingter
eksternus → kedua sfingter terbuka → urin terdorong akibat kontraksi
vesica urinaria → urin disalurkan melalui uretra → urin keluar
(berkemih) (Guyton, 2007)
TUTORIAL 2

25
Sintesis:
Proses miksi dipengaruhi oleh kerja saraf:
1. Sistem saraf pusat.
2. Nervi splancniti.
3. Medula spinalis segmen sakral 2, 3, 4.
4. Saraf simpatis (plexus hypogastricus).
5. Medula spinalis segmen L1 dan L2.
6. Preganglion simpatik.
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang
stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah
± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi).
Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada
saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi
spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan
relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para
simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk
mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat
terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula
spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan
terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari)
dan retensi urine (kencing tertahan). (Guyton,2007)

b. Bagaimana karateristik urin normal?


Jawab:
Tampilan Normal: Jernih Abnormal:
Keruh: banyak ditemukan eritrosit
dan leukosit seperti dalam UTI
atau endapan kristal urat atau
kristal fosfat
Warna Normal: Abnormal:
TUTORIAL 2

26
kekuning- - Merah atau coklat: hematuria,
kuningan hemoglobin
- Merah: makan buah pit,
piridium
- Coklat: ikterus pada saluran
empedu, porfirin dalam
porfiria: melanin dalam
melanoma
- Oranye: piridium

Bau Normal: SedikitBau tidak enak sering timbul pada


berbau UTI: bau aseton dalam diabetes.
Ketoasidosis: bau amonia biasa
terdapat di spesimen setelah
didiamkan akibat degradasi batu
urea
Kapasitas vesika urinaria menampung BAK per hari :
Dewasa : 300-450 ml
Anak-anak : [umur + 2]x30 ml= contoh [2 + 2]x30 ml
=120 ml/hari
Volume BAK normal per hari :
Dewasa : 0,5x berat badan x jam = 0,5 x 60 x 24 = 720
ml/hari
Anak-anak : 1 x berat badan x jam = 1 x 2 x 24 = 48
ml/hari
Frekuensi BAK normal per hari :
Dewasa : 5-7 kali per hari setiap 3- 4 jam per hari
Anak-anak : 6-8 kali perhari setiap 2-3 jam per hari
Volume urin normal : 1.5 L/hari urin yang di ekskresikan. Rata-rata
berkemih 5-6 kali dengan volume 300 ml setiap miksi. (Price,2016)

Sifat fisis air kemih, terdiri dari:


 Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari
pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.

TUTORIAL 2

27
 Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi
keruh.
 Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet,
obat -obatan dan sebagainya.
 Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau
amoniak.
 Berat jenis 1,015-1,020.
 Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung
daripada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein
member reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
 Air kemih terdiri dari kira -kira 95% air
 Zat-z at sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam
urea, amoniak dan kreatinin.
 Elektrolit natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat.
 Pigmen (bilirubin dan urobilin).
 Toksin.
 Hormon
(Panahi, 2010)

c. Apa makna Tn.J merasakan BAK nya keruh?


Jawab:
BAK keruh menandakan adanya batu disaluran kemih.
Kemungkinan batu batu saluran kemih yang berukuran kecil dapat
dengan spontan melalui sistem urinaria, selain itu juga
kemungkinan terdapat unsur-unsur lain di dalam urin yang
mnegakibatkan urin berwarna keruh, misalnya darah, epitel dll.
(Purnomo, 2012).

d. Apa makna ada demam dan mual, nyeri saat BAK tidak ada?
TUTORIAL 2

28
Jawab:
Makna ada demam dan mual menerangkan bahwa ada reaksi
inflamasi dan juga dapat membantu menegakkan diagnosis
Pielonefritis.

e. Apa makna Tn. J pernah merasa BAK keluar pasir?


Jawab:
Batu yang ukurannya kecil (<5mm) pada umumnya dapat keluar
spontan bersama urin sehinga pasien dapat merasakan BAK keluar
pasir.

f. Mengapa BAK keruh, frekuensi sering namun jumlahnya masih


normal?
Jawab:
Akibat dari batu yang berada di ginjal menyebabkan urin yang
akan disalurkan ke buli-buli melalui ureter terhambat menyebabkan
BAK sedikit dan frekuensinya sering karena urin yang tertahan oleh
batu akan terdorong terus untuk dikeluarkan
 BAK Sedikit : Terdapat batu ginjal yang menyebabkan obstruksi
pada saluran kemih yang mengakibatkan BAK sedikit
 Frekuensi sering : Adanya usaha untuk mengeluarkan batu pada
ginjal
 Demam dan mual : Adanya reaksi inflamasi dari gesekan batu pada
ginjal
 BAK tidak nyeri : Normal
 BAB biasa : Normal

g. Bagaimana patofisiologi dari BAK keruh?


Jawab:

TUTORIAL 2

29
 Batu di ureter  obstruksi pada saluran kemih (dalam hal ini
pelvic-ureter junction)  terjadi pergesekan batu dengan dinding
saluran kemih dalam upaya mengeluarkan batu  gesekan ini
mengakibatkan terjadinya inflamasi pada dindng saluran kemih 
meningkatkan jumlah leukosit dalam saluran kemih  piuria dan
membuat urin menjadi keruh (BAK keruh)
Selain itu adanya gesekan membuat luka pada dinding saluran
kemih  terjadi hematuria  lepasnya sel-sel epitel saluran kemih
yang membuat BAK keruh

h. Apa saja jenis-jenis batu dan karakteristiknya?


Jawab:
1. Batu asam urat
Paling sering ditemukan, biasanya multiple, permukaan halus,
berwarna kuning sampai coklat kemerahan
2. Batu oksalat
Merupakan batu yang terbanyak didapatkan setelah batu asam
urat. Berwarna coklat tua sampai hitam. Keras dan biasanya
mempunyai permukaan kasar terutama batu yang besar.
3. Batu fosfat
Batu yang didapatkan pada operasi ginjal sebagian besar
merupakan batu oksalat dan batu fosfat. Berwarna putih sampai
abu-abu, biasanya ksar dan lebih mudah dihancurkan daripada
batu oksalat dan batu urat. Dapat merupakan campuran kalsium
fosfat, magnesium fosfat, aluminium magnesium fosfat (triple
phosphate)
4. Batu karbonat
Jarang terdapat, bentuknya agak kecil, berwarna putih dan abu-
abu dengan permukaan licin
5. Batu sistin

TUTORIAL 2

30
Dapat terbentuk pada sistinuria. Warnanya putih, kuning atau
kehijauan dan agak lunak. Batu jenis ini jarang terdapat
6. Batu xantin
Lebih jarang terdapat daripada batu sistin. Berwarna cpklat sampai
merah dan lebih besar daripada batu sistin.
(Purnomo, 2012)

3. Tn.J pernah merasakan BAK keluar pasir. Tn. J sudah berobat ke dokter
umum dan diberi obat, tetapi keluhan belum berkurang. BAB biasa.
a. Apa makna keluhan belum berkurang padahal sudah diberi obat?
Jawab:
Dokter hanya memberikan analgesik tanpa menganjurkan
pemeriksaan lanjutan.untuk menghilangkan rasa nyerinya (simptom)
sehingga bukan menghilangkan penyebabnya.
b. Apa makna BAB biasa pada kasus?
Jawab:
Bermakna tidak terdapat gangguan dari traktus digestivus.

4. Riwayat darah tinggi dan kencing manis tidak ada. Menurut Tn. J, ayahnya
juga pernah mengalami penyakit dan keluhan serupa.
a. Apa makna riwayat darah tinggi dan kencing manis tidak ada?
Jawab:
Makna darah tinggi dan kencing manis tidak ada adalah penyakit
yang dialami pasien tidak didasari penyakit lain atau bukan
merupakan underlying disease (Purnomo, 2012).

b. Apa makna ayah Tn. J juga mengalami keluhan yang sama?


Jawab:

TUTORIAL 2

31
 Herediter (keturunan), Batu saluran kemih diduga diturunkan
dari orang tua
 Umur, penyakit ini paling sering pada usia 30-50 tahun
 Jenis kelamin, jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan.
Pada kasus Tn. J mengatakan bahwa ayah Tn. J juga pernah
mengalami hal yang sama, Tn. J juga berusia 42 tahun dan
berjenis kelamin laki-laki sehingga merupakan faktor resiko
mengalami batu saluran kemih (Purnomo, 2012)

5. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran komposmentis
Tanda vital: TD 130/80 mmHg, Nadi 80x/menit, reguler, isi dan tegangan
cukup, RR 20x/menit, torakoabdominal, reguler, suhu 38,0C
a. Bagaimana interpertasi dari pemeriksaan fisik?
Jawab:
Keadaan Tn.J Keadaan Normal Keterangan
TD 130/80mmHg <120/<80 mmHg Prehipertensi
Suhu 38oC 36,8 – 37,2 oC Meningkat (Demam)
Keadaan Spesifik
Abdomen:
 Nyeri tekan (+) di Tidak nyeri tekan  Abnormal
regio lumbal dan
hipokondriaka kiri
Tidak nyeri ketok
 Nyeri ketok CVA  Abnormal (menandakan
kiri (+) adanya obstruksi)

TUTORIAL 2

32
b. Bagaiamana mekanisme yang abnormal pada kasus?
Jawab:
 Obstruksi saluran kemih  menurunkan kemampuan urin untuk
mengeliminasi kuman  kuman berkembangbiak di traktus
urinarius  ascending  ISK (pielonefritis)  mengaktivasi
makrofag sitokin (IL-1, TNF)  merangsang hipothalamus 
mengeluarkan prostaglandin  peningkatan set point  Demam
 Obstruksi saluran kemih  menurunkan kemampuan urin untuk
mengeliminasi kuman  kuman berkembangbiak di traktus
urinarius  ascending  ISK (pielonefritis)  mengaktivasi
makrofag sitokin (IL-1, TNF)  merangsang hipothalamus 
mengeluarkan prostaglandin  vasodilator arteriol afferent 
aliran darah ke ginjal menurun  aktivasi RAAS  vasokontriksi,
(retensi Na dan air di tubulus distal sehingga terjadi peningkatan
volume cairan ekstrasel)  Tekanan darah meningkat
(prehipertensi)
 Nyeri ketok CVA, CVA adalah salah satu dari dua sudut yang
menguraikan ruang atas ginjal. Sudut dibentuk oleh kurva lateral

TUTORIAL 2

33
dan ke bawah dari tulang rusuk terendah dan kolom vertikal dari
tulang belakang itu sendiri. Nyeri ketok CVA saat perkusi umum
ditemukan pada pielonefritis dan infeksi lain dari ginjal.

6. Keadaan spesifik:
Kepala: konjungtiva palpebra pucat (-), sklera kterik (-)
Leher: pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O
Toraks
Jantung: simetris, ictus kordis tidak terlihat, batas jantung dalam batas normal
HR: 80x/menit, reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru-paru: simetris, pergerakan hemitoraks kiri=kiri, stemfremitus kiri=kiri
Sonor pada kedua paru, vesiculer (+) norml, ronchi (-), wheezing
(-)
Abdomen: datar, lemas, hepar&lien tidak teraba
Nyeri tekan (+) regio lumbal dan hipkondriaka kiri, ballotement(-)
Nyeri ketok CVA kiri (+), bising usus (+) normal
Nyeri tekan suprapubis (-)
Ekstremitas: edema pretibia (-/-)
a. Bagaimana interpertasi dari keadaan spesifik?
Jawab:
1. Nyeri tekan (+) regio lumbal dan hipokandriaka kiri =
Abnormal

2. Nyeri ketok CVA kiri (+) = Abnormal

b. Bagaimana mekanisme abnormal pada kasus?


Jawab:
 Obstruksi saluran kemih  menurunkan kemampuan urin untuk
mengeliminasi kuman  kuman berkembangbiak di traktus
urinarius  ascending  ISK (pielonefritis)  kolonisasi bakteri

TUTORIAL 2

34
gram negatif  menghasilkan enzim reduktase nitrat  merubah
nitrat menjadi nitrit  Nitrit (+)
 Obstruksi saluran kemih  menurunkan kemampuan urin untuk
mengeliminasi kuman  kuman berkembangbiak di traktus
urinarius  ascending  ISK (pielonefritis)  mengaktivasi
makrofag  mengaktivasi sel T  mengaktivasi sel B dan
memproduksi antibodi  merangsang C3a dan C5a 
degranulasi sel mast lokal  melepas vasoaktif amin 
vasodilatasi dan ekstravasasi limfosit dan neutrofil  melewati
barier epitel mukosa ureter  piuria
 Faktor instrinsik (Usia, Jenis kelamin, Herediter) dan faktor
ekstrinsik (Pekerjaan)  kadar Ca dalam urin laki-laki lebih
banyak dari pada perempuan, urin yang statis (stasis urin dan
ketidakseimbangan zat-zat organik maupun anorganik yang
terlarut dalam urin)  meningkatkan supersaturasi, kritalisasi zat-
zat tidak terlarut dalam urin (contoh: kalsium, fosfat, oksalat) 
mengadakan presipitasi dan membentuk inti batu (nukleasi) di ren
sinistra  agregasi dan menarik bahan lain sehingga ukuran batu
bertambah besar  batu yang tidak terlalu besar akan terbawa
aliran urin atau terdorong peristaltik otot-otot sistem pelvikalis
turun ke ureter sinistra (gerak peristaltik ureter yang normal tiap 5
menit sekali mendorong urin) menempel di epitel mukosa
ureter  terjadinya gesekan  kebocoran kapiler di ureter 
eritrosit masuk ke lumen ureter  Hematuria
7. Pemeriksaan Penunjang: Darah lengkap dan kimia darah:
Hemoglobin : 13,8 g/dl Eritrosit : 4.780.000 /mm3
Hematokrit : 40 vol % Trombosit : 531.000 /mm
Leukosit : 13.000 /mm3 HJ : 0/1/1/90/6/2 %
LED : 58 mm/jam BSS : 105 mg/dl
Cholesterol : 185 mg/dl HDL : 29 mg/dl

TUTORIAL 2

35
LDL : 103 mg/dl Trigeliceride : 150 mg/dl
Uric acid : 4 mg/dl K : 3,8 mmol/l
Na : 133 mmol/l Calsium : 14 mmol/l
Ureum : 31 mg/dl Creatinin : 1,0 mg/dl
SGOT : 23 U/I SGPT : 56 U/I

Urinalisis:
Epitel : (+) Silinder : (-)
Eritrosit : 10-11 I/LPB Leukosit : 8-10
Protein : (+) Glukosa : (-)
Sedimen : (++) Nitrit : (+)

Radiologi BNO : Tampak bayangan batu radioopak di ureter kiri ukuran 7 mm.

a. Bagaimana interpertas dari pemeriksaan penunjang?


Jawab:

Hasil Kasus Nilai Normal Interpretasi


Pemeriksaan

Hb 13,8 gr/dl 13,5-18,0 gr/dl Normal

Trombosit 531.000/mmᶾ 150.000-400.000/mmᶾ Meningkat

LED 58 mm/jam 0-5 mm/jam Meningkat

HDL 29 mg/dl >40 mg/dl Menurun

Uric acid 4 mg/dl 2,5-9,0 Normal

Kalsium 14 mmol/l 8,7-10,6 mmol/l Meningkat

SGOT 23 U/l 5-35 U/l Normal

Eritrosit 4.780.000/mmᶾ 4.600.000- Normal


6.200.000/mmᶾ

Leukosit 13.000/mmᶾ 5000-10000/mmᶾ Meningkat

TUTORIAL 2

36
BSS 105 mg/dl < 200 Normal

LDL 103 mg/dl Optimal: <100 mg/dl Hampir optimal

Hampir optimal:
100-129 mg/dl

Garis batas tinggi:


130-159 mg/dl

Tinggi: 160-189
mg/dl

Sangat tinggi: >190


mg/dl

Kalium 3,8 mmol/l 3,5-5,2 mmol/l Normal

Ureum 31 mg/dl 10-38 mg/dl Normal

SGPT 56 U/l 5-35 U/l Meningkat

Ht 40 vol % 40-52 vol % Normal

Diff. Count 0/1/1/90/6/2 % 0-1/0-5/0-3/40-60/20- Shift to the


45/2-6 LEFT

Kolesterol 185 mg/dl 120-240 mg/dl Normal

Trigliseride 150 mg/dl 10-140 mg/dl Meningkat

Natrium 133 mmol/l 135-145 mmol/l Normal

Kreatinin 1,0 mg/dl 0,7-1,5 mg/dl Normal

Kesan : Menunjukan tanda-tanda adanya batu pada ureter adalah


peningkatan kadar kalsium, Leukosit dan trombosit karena adanya
infeksi akut

Warna radioopaque menandakan batu mengandung kalcium.

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan penunjang?

TUTORIAL 2

37
Jawab:
Mekanisme yang abnormal:
Leukositosis, trombositosis, hitung jenis neutrofil segmen
meningkat
Faktor resiko (Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pola hidup) à stasis urin
dan ketidakseimbangan zat-zat organik maupun anorganik yang
terlarut dalam urin à membentuk inti batu (nukleasi) à agregasi
kristal-kristal dan menarik bahan-bahan lain à kristal semakin
membesar à menempel pada epitel saluran kemih à membentuk
retensi kristal à bahan-bahan lain diendapkan pada agregat tersebut à
ureterolitiasis (sensasi nyeri hebat dipinggang kanan) à usaha untuk
mengeluarkan batu mengaktivasi peristaltik otot polos pelvikaliks dan
ureter à obstruksi saluran kemih à terjadi pergesekan disaluran kemih
à terjadi peradangan à timbul respon imun à mengeluarkan mediator
inflamasi (leukosit, trombosit, protein) à leukosit dan trombosit
meningkat dalam darah à leukositosis dan hitung jenis neutrofil
segmen meningkat
LED
Faktor resiko (Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pola hidup) à stasis urin
dan ketidakseimbangan zat-zat organik maupun anorganik yang
terlarut dalam urin à membentuk inti batu (nukleasi) à agregasi
kristal-kristal dan menarik bahan-bahan lain à kristal semakin
membesar à menempel pada epitel saluran kemih à membentuk
retensi kristal à bahan-bahan lain diendapkan pada agregat tersebut à
ureterolitiasis (sensasi nyeri hebat dipinggang kanan) à usaha untuk
mengeluarkan batu mengaktivasi peristaltik otot polos pelvikaliks dan
ureter à obstruksi saluran kemih à terjadi pergesekan disaluran kemih
à terjadi peradangan à timbul respon imun à terjadi peningkatan LED

LDL, HDL, Trigliceride

TUTORIAL 2

38
Ini menandakan bahwan asupan dan pola makanan pasien sehingga
menyebabkan LDL, HDL, dan terigliceride meningkat dan pada
akhirnya LDL, HDL, dan tergiliserid juga menjadi salah satu faktor
terbentuknya batu.

Uric acid
Karena asupan makanan yang tak terkontrol biasanya purin, sehingga
menyebabkan uric acid meningkat dalam darah dan menjadi salah satu
faktor resiko terbentuknya batu.

Kalsium
Calsium meningkat (hiperkalsemia) menyebabkan terbentuknya
endapan atau batu pada ginjal.

SGPT meningkat
Faktor resiko (Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pola hidup) à stasis urin
dan ketidakseimbangan zat-zat organik maupun anorganik yang
terlarut dalam urin à membentuk inti batu (nukleasi) à agregasi
kristal-kristal dan menarik bahan-bahan lain à kristal semakin
membesar à menempel pada epitel saluran kemih à membentuk
retensi kristal à bahan-bahan lain diendapkan pada agregat tersebut à
ureterolitiasis (sensasi nyeri hebat dipinggang kanan) à usaha untuk
mengeluarkan batu mengaktivasi peristaltik otot polos pelvikaliks dan
ureter à obstruksi saluran kemih à terjadi pergesekan disaluran kemih
à terjadi peradangan à timbul respon tubuh dengan mengeluarkan
enzim ginjal à SGPT meningkat

Epitel
Faktor resiko (Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pola hidup) à stasis urin
dan ketidakseimbangan zat-zat organik maupun anorganik yang

TUTORIAL 2

39
terlarut dalam urin à membentuk inti batu (nukleasi) à agregasi
kristal-kristal dan menarik bahan-bahan lain à kristal semakin
membesar à menempel pada epitel saluran kemih à sel-sel epitel pada
dinding rusak à sepitel banyak keluar à epitel (+) di urin.

Eritrosit (hematuria)
Faktor resiko (Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pola hidup) à stasis urin
dan ketidakseimbangan zat-zat organik maupun anorganik yang
terlarut dalam urin à membentuk inti batu (nukleasi) à agregasi
kristal-kristal dan menarik bahan-bahan lain à kristal semakin
membesar à menempel pada epitel saluran kemih à membentuk
retensi kristal à bahan-bahan lain diendapkan pada agregat tersebut à
ureterolitiasis (sensasi nyeri hebat dipinggang kanan) à usaha untuk
mengeluarkan batu mengaktivasi peristaltik otot polos pelvikaliks dan
ureter à obstruksi saluran kemih à terjadi pergesekan disaluran kemih
à terjadi peradangan à timbulnya pendarahan à eritroist banyak keluar
dari tubuh à Hematuria.

Proteinuria
Faktor resiko (Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pola hidup) à stasis urin
dan ketidakseimbangan zat-zat organik maupun anorganik yang
terlarut dalam urin à membentuk inti batu (nukleasi) à agregasi
kristal-kristal dan menarik bahan-bahan lain à kristal semakin
membesar à menempel pada epitel saluran kemih à membentuk
retensi kristal à bahan-bahan lain diendapkan pada agregat tersebut à
ureterolitiasis (sensasi nyeri hebat dipinggang kanan) à usaha untuk
mengeluarkan batu mengaktivasi peristaltik otot polos pelvikaliks dan
ureter à obstruksi saluran kemih à terjadi pergesekan disaluran kemih

TUTORIAL 2

40
à terjadi peradangan à timbul respon imun à mengeluarkan mediator
inflamasi (leukosit, trombosit, protein) à Protein banyak keluar dari
tubuh à proteinuria.

Sedimen (++)
Faktor resiko (Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pola hidup) à stasis urin
dan ketidakseimbangan zat-zat organik maupun anorganik yang
terlarut dalam urin à membentuk inti batu (nukleasi) à agregasi
kristal-kristal dan menarik bahan-bahan lain à kristal semakin
membesar à menempel pada epitel saluran kemih à membentuk
retensi kristal à bahan-bahan lain diendapkan pada agregat tersebut à
ureterolitiasis (sensasi nyeri hebat dipinggang kanan) à usaha untuk
mengeluarkan batu mengaktivasi peristaltik otot polos pelvikaliks dan
ureter à obstruksi saluran kemih à terjadi pergesekan disaluran kemih
à terjadi peradangan à timbul respon imun à mengeluarkan mediator
inflamasi (leukosit, trombosit, protein) dan eritrosit, leukosit banyak
keluar dari tubuh sertabanyaknya epitel juga yang keluar dari tubuh à
Sedimen (++) terdapatnya epitel, protein, eritrosit, leukosit di dalam
urin.

Leukosituria
Faktor resiko (Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pola hidup) à stasis urin
dan ketidakseimbangan zat-zat organik maupun anorganik yang
terlarut dalam urin à membentuk inti batu (nukleasi) à agregasi
kristal-kristal dan menarik bahan-bahan lain à kristal semakin
membesar à menempel pada epitel saluran kemih à membentuk
retensi kristal à bahan-bahan lain diendapkan pada agregat tersebut à
ureterolitiasis (sensasi nyeri hebat dipinggang kanan) à usaha untuk
mengeluarkan batu mengaktivasi peristaltik otot polos pelvikaliks dan
ureter à obstruksi saluran kemih à terjadi pergesekan disaluran kemih

TUTORIAL 2

41
à terjadi peradangan à timbul respon imun à mengeluarkan mediator
inflamasi (leukosit, trombosit, protein) à leukosit juga banyak
dikeluarkan lewat urin à leukosituria.

Nitrit
Obstruksi saluran kemih menurunkan kemampuan urin untuk
mengiliminasi kuman  kuman berkembangbiak di traktus urinarius
 ascending  ISK (pielonefritis)  kolonisasi bakteri gram negatif
 menghasilkan enzim reduktase nitrat  merubah nutrat menjadi
nitrit  nitrit (+).

Bayangan batu radioopak diginjal kanan


Faktor resiko (Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pola hidup) à stasis urin
dan ketidakseimbangan zat-zat organik maupun anorganik yang
terlarut dalam urin à membentuk inti batu (nukleasi) à agregasi
kristal-kristal dan menarik bahan-bahan lain à kristal semakin
membesar à menempel pada epitel saluran kemih à membentuk
retensi kristal à bahan-bahan lain diendapkan pada agregat tersebut à
ureterolitiasis à terdapatnya bayangan radioopak diginjal kanan
8. Jika semua gejala digabungkan maka:
a. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini ?
Jawab:
 Anamnesis pasien
Keluhan utama pasien:
1. Nyeri hebat di pinggang kiri sehingga merasa hampir
pingsan.
2. Nyeri pinggang seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul dan
terasa menjalar hingga perut kanan.
3. BAK keruh, frekuensi sering namun jumlahnya masih
normal.

TUTORIAL 2

42
4. Ada demam dan mual, nyeri saat BAK tidak ada.
5. Pernah merasakan BAK keluar pasir.
Riwayat pengobatan:
Sudah berobat ke dokter umum dan diberi obat, tetapi keluhan
belum berkurang.
Riwayat penyakit terdahulu:
Tidak ada riwayat penyakit hipertensi dan DM.
Riwayat keluarga:
Ayah Tn. N pernah mengalami penyakit dan keluhan serupa.
 Pemeriksaan Fisik
Suhu: 38,0 ° C  Febris
 Keadaan Spesifik
Abdomen:
Nyeri tekan (+) regio lumbal dan hipokondriaka kiri, ballotement
(-)
Nyeri ketok CVA kiri (+), bising usus (+) normal
 Darah dan kimia darah
Leukosit : 13000/mm3  Leukositosis
LED : 58 mm/jam  LED ↑
Dif. Count : 0/1/1/90/6/2  Shift to the right
Trombosit : 531.000 /mm3  Trombositosis
SGPT : 56 U/l  SGPT ↑
Kalsium : 14 mmol/l  Hiperkalsemia
 Urinalisis
Sedimen : (++)
Eritrosit : 10-11/lpb
Leukosit : 8-10/lpb
Protein : (+)  proteinuria
Epitel : (+)

TUTORIAL 2

43
Nitrit : (+)  Adanya bakteri yang dapat mengubah nitrat
menjadi nitrit melalui enzim reduktase nitrat. (Purnomo, 2012)
b. Apa diagnosis banding pada kasus ini ?
Jawab:

Keluhan Ureterolitiasis Pielonefritis Nefrolithiasis Kasus


+ ISK + ISK

Nyeri Pinggang Kiri + + + +


Nyeri hilang timbul + +/- + +
Nyeri menjalar + + + +
hingga keperut kanan
BAK normal, + - + +
frekuensisering
Nyeri BAK - - - -
Mual + + - +
Demam + + - +
TD meningkat + - - +
Nyeri tekan lumbal + + + +
Nyeri Ketok CVA + + + +

(Isselbacher, 2000)

c. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus ini ?


Jawab:
 Pielografi Intra Vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.
Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non
opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika PIV belum
dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya
penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan
pielografi retrograd.

 Ultrasonografi

USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan


PIV, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal

TUTORIAL 2

44
ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan
USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang
ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau
pengkerutan ginjal. (Sudoyo,2009)

d. Apa diagnosis pasti pada kasus ini ?


Jawab:
Ureterolithiasis disertai pielonefritis

e. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini ?


Jawab:
1. Terapi Konservatif (Medikamentosa)

Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm. Seperti


disebutkan sebelumnya, batu ureter <5 mm bisa keluar spontan. Terapi
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan
pemberian diuretikum, berupa :

a) Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari


b) α - blocker
c) NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran
batu syarat lain untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien,
ada tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK
menyebabkan observasi bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan
adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal
tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi
terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi.

2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)


Berbagai tipe mesin ESWL bisa didapatkan saat ini. Walau
prinsip kerjanya semua sama, terdapat perbedaan yang nyata antara mesin

TUTORIAL 2

45
generasi lama dan baru, dalam terapi batu ureter. Pada generasi baru titik
fokusnya lebih sempit dan sudah dilengkapi dengan flouroskopi, sehingga
memudahkan dalam pengaturan target/posisi tembak untuk batu ureter.
Hal ini yang tidak terdapat pada mesin generasi lama, sehingga
pemanfaatannya untuk terapi batu ureter sangat terbatas. Meskipun
demikian mesin generasi baru ini juga punya kelemahan yaitu kekuatan
tembaknya tidak sekuat yang lama, sehingga untuk batu yang keras perlu
beberapa kali tindakan.

Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanya


diberi obat penangkal nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan akan
dikenakan gelombang kejut untuk memecahkan batunya  Bahkan pada
ESWL generasi terakhir pasien bisa dioperasi dari ruangan terpisah. Jadi,
begitu lokasi ginjal sudah ditemukan, dokter hanya menekan tombol dan
ESWL di ruang operasi akan bergerak. Posisi pasien sendiri bisa telentang
atau telungkup sesuai posisi batu ginjal.  Batu ginjal yang sudah pecah
akan keluar bersama air seni. Biasanya pasien tidak perlu dirawat dan
dapat langsung pulang.
ESWL ditemukan di Jerman dan dikembangkan di Perancis.
Pada Tahun 1971, Haeusler dan Kiefer memulai uji coba secara in-vitro
penghancuran batu ginjal menggunakan gelombang kejut. Tahun 1974,
secara resmi pemerintah Jerman memulai proyek penelitian dan aplikasi
ESWL. Kemudian pada awal tahun 1980, pasien pertama batu ginjal
diterapi dengan ESWL di kota Munich menggunakan mesin Dornier
Lithotripter HMI. Kemudian berbagai penelitian lanjutan dilakukan
secara intensif dengan in-vivo maupun in-vitro. Barulah mulai tahun
1983, ESWL secara resmi diterapkan di Rumah Sakit di Jerman. Di
Indonesia, sejarah ESWL dimulai tahun 1987 oleh Prof.Djoko Raharjo di
Rumah Sakit Pertamina, Jakarta. Sekarang, alat generasi terbaru Perancis
ini sudah dimiliki beberapa rumah sakit besar di Indonesia seperti Rumah
Sakit Advent Bandung dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
TUTORIAL 2

46
Pembangkit (generator) gelombang kejut dalam ESWL ada tiga
jenis yaitu elektrohidrolik, piezoelektrik dan elektromagnetik. Masing-
masing generator mempunyai cara kerja yang berbeda, tapi sama-sama
menggunakan air atau gelatin sebagai medium untuk merambatkan
gelombang kejut. Air dan gelatin mempunyai sifat akustik paling
mendekati sifat akustik tubuh sehingga tidak akan menimbulkan rasa sakit
pada saat gelombang kejut masuk tubuh.
ESWL merupakan alat pemecah batu ginjal dengan
menggunakan gelombang kejut antara 15-22 kilowatt. Meskipun hampir
semua jenis dan ukuran batu ginjal dapat dipecahkan oleh ESWL, masih
harus ditinjau efektivitas dan efisiensi dari alat ini. ESWL hanya sesuai
untuk menghancurkan batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm serta
terletak di ginjal atau saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih
(kecuali yang terhalang oleh tulang panggul). Hal laim yang perlu
diperhatikan adalah jenis batu apakah bisa dipecahkan oleh ESWL atau
tidak. Batu yang keras (misalnya kalsium oksalat monohidrat) sulit pecah
dan perlu beberapa kali tindakan. ESWL tidak boleh digunakan oleh
penderita darah tinggi, kencing manis, gangguan pembekuan darah dan
fungsi ginjal, wanita hamil dan anak-anak, serta berat badan berlebih
(obesitas).
Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita
dan anak-anak juga harus dipertimbangkan dengan serius. Sebab ada
kemungkinan terjadi kerusakan pada ovarium. Meskipun belum ada data
yang valid, untuk wanita di bawah 40 tahun sebaiknya diinformasikan
sejelas-jelasnya
3. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan
kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan

TUTORIAL 2

47
melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi
hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.

Beberapa tindakan endourologi antara lain:

4. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) yaitu mengeluarkan batu


yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat
endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen
kecil. PNL yang berkembang sejak dekade 1980-an secara teoritis
dapat digunakan sebagai terapi semua batu ureter. Tapi dalam
prakteknya sebagian besar telah diambil alih oleh URS dan ESWL.
Meskipun demikian untuk batu ureter proksimal yang besar dan
melekat masih ada tempat untuk PNL. Prinsip dari PNL adalah
membuat akses ke kalik atau pielum secara perkutan. Kemudian
melalui akses tersebut kita masukkan nefroskop rigid atau fleksibel,
atau ureteroskop, untuk selanjutnya batu ureter diambil secara utuh
atau dipecah dulu. Keuntungan dari PNL, bila batu kelihatan, hampir
pasti dapat diambil atau dihancurkan; fragmen dapat diambil semua
karena ureter bisa dilihat dengan jelas. Prosesnya berlangsung cepat
dan dengan segera dapat diketahui berhasil atau tidak. Kelemahannya
adalah PNL perlu keterampilan khusus bagi ahli urologi. Sebagian
besar pusat pendidikan lebih banyak menekankan pada URS dan
ESWL dibanding PNL.
5. Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli),
6. ureteroskopi atau uretero-renoskopi. Keterbatasan URS adalah tidak
bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga perlu
alat pemecah batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk

TUTORIAL 2

48
menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada
pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.
7. ekstraksi Dormia (mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
melalui alat keranjang Dormia). (Sudoyo,2009)

f. Apa komplikasi yang bisa terjadi pada kasus ini ?


Jawab:
- Hidroureter
- Hidronefrosis, akhirnya akan terjadi hipotrofi / atrofi ginjal (Gagal
ginjal)
- Urosepsis

g. Bagaimana prognosis pada kasus ini ?


Jawab:
Quo at vitam : bonam
Quo ad fungsional : bonam

h. Apa standar kompetensi dokter umum pada kasus ini ?


Jawab:
3A. Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat
darurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat
bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan. (KKI, 2012)

i. Bagaimana pandangan islam yang berhubungan dengan kasus ini ?


Jawab:

TUTORIAL 2

49
Allah berfirman dalam QS. Al-maidah ayat 88, sebagai berikut:

Artinya :
“ Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah
telah rezekikan kepadamu, dan bertakwlah kepada Allah yang kamu
beriman kepada-Nya. (QS. AL-MAIDAH ayat 88)” Maksud dari surat
diatas adalah manusia diperintahkan untuk mengkonsumsi makanan
yang halal dan juga baik bagi dirinya. Pada seseorang yang
mengalami batu saluran kemih biasanya memiliki kebiasaan diet yang
kurang baik yang mengakibatkan terbentuknya batu pada saluran
kemihnya (Al-Quran).
2.6 Kesimpulan
Tn. J, laki-laki, 42 tahun mengalami nyeri hebat di pinggang kiri hilang timbul
karena menderita pielonefritis et causa batu trakturs urinarius

2.6 Kerangka konsep

Riwayat pekerjaan
(kurang gerak) dan
genetik

Supersaturasi urin
dengan konsentrasi yang
pekat

Ureterolitiasis Sinistra Sumber infeksi

TUTORIAL 2
Nyeri pinggang kiri kolik,
dan terbentuknya batu Pielonefritis 50
sumber infeksi
Demam dan Mual

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an QS, Al-maidah ayat 88.

Bima, 2009. Manajemen Nyeri. http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-


Undergraduate-1039-BABI.pdf. (Diakses pada tanggal 17 November 2016)

Eroschenko VP, 2010, Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional Edisi 2,
Jakarta: EGC.

Guyton, 2007, Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11, Halaman 328, Jakarta: EGC.

Harrison, 2000, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Volume 3, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Isselbacher, K.J. (Ed.), et al., 2000, Harrison Prinsip-PrinsipIlmuPenyakitDalam,


Edisi 13, Volume 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
TUTORIAL 2

51
Katzung, Bertram G, 2010. Farmakologi Dasar & Klinik edisi 10. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Konsil Kedokteran Indonesia, 2012, Standar Kompetensi Dokter Indonesia, Jakarta:


Konsil kedokteran Indonesia.

Panahi, 2010. Komposisi Urin dan Sifat Fisis Air Kemih.


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-yenniprayo-5324-
2-7.bab2.pdf (Diakses pada tanggal 17 November 2016)

Price, Sylvia Anderson, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,


Jakarta: EGC.

Purnomo, 2012, Dasar-dasar Urologi, Malang: Fakultas Kedokteran Universitas


Brawidjaja.

Sherwood, Lauralee, 2011, Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem, Jakarta : EGC.

Sjamsuhidajat, 2010, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3, Jakarta: EGC.

Snell, Ricahard S, 2011, Anatomi Klinik Berdsarkan Sistem Edisi 6, Jakarta: EGC.

Sudoyo. A.W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.

Sumardi R, Taher A, Sugandi S, Soebadi DM, Rasyid N, Tarmono,et al. 2007,


Guidelines penatalaksanaan penyakit batu saluran kemih. Jakarta: Universitas
Indonesia.

TUTORIAL 2

52

Anda mungkin juga menyukai