Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

PBL MODUL 1
(JATUH)

KELOMPOK 4
Putri Julianti Hamid
Muh. Zulfahmi
Miftah Nurindah Shadri Mulyadi
Awanda Devi Novianti
Egah Auviah Ambri Mas’ud
Siti Rahayu Sampir
Sri Gustia Rahman
Ayu Reskia Putri S.
Virda Erika Busdir
Ida Wahyuni
Ulinnuha Fitrinnisa Prismadani

BLOK SIKLUS HIDUP


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kapi panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya pada kelompok kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan PBL (Problem Based Learning) Sistem Siklus Hidup,
modul jatuh ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Amin.
Laporan ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang wajib
dilakukan setelah selesai membahas kasus PBL. Pembuatan laporan ini pun
bertujuan agar kita bisa mengetahui serta memahami dasar terjadinya jatuh pada
lansia. Terimakasih kami ucapkan kepada tutor kami dr. Anni Fitria yang telah
membantu kami dalam kelancaran pembuatan laporan ini. Terimakasih juga
kepada teman-teman yang telah membantu dalam mencari informasi,
mengumpulkan data, dan menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kelompok kami pada khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Laporan kami bukanlah laporan yang sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangatlah kami harapkan untuk
menambah kesempurnaan laporan kami.

Makassar, Senin 20 Mei 2019


PEMBAHASAN

SKENARIO 2

Seorang perempuan umur 65 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan


nyeri pangkal paha kiri. Keadaan ini dialami sejak 5 hari yang lalu setelah
terpeleset jatuh terduduk oleh karena menginjak air kencingnya sendiri. Setelah
jatuh, pasien tidak dapat berjalan lagi sehingga aktivitasnya di tempat tidur saja.
Selama ini pasien kalau berjalan agak pincang karena mengeluh kedua lutut sering
sakit dan bengkak. Beberapa hari terakhir ini sebelum jatuh, penderita terdengar
batuk-batuk tetapi tidak demam dan sulit sekali mengeluarkan lendir. Nafsu
makan juga sangat menurun akhir-akhir ini. Riwayat penyakit selama ini sejak 12
tahun menderita kencing manis dengan minum obat Metformin 500 mg secara
teratur, penyakit tekanan darah tinggi tetapi berobat tidak teratur dan rematik.
Pasien juga pernah serangan stroke 5 tahun lalu.

Pemeriksaan fisik : TD : 180/100 mmHg, N: 92 x/menit, P: 30 x/menit, S: 37,1o C.


Pemeriksaan Auskultasi Paru : terdengar bunyi ronkhi basah kasar di seluruh
lapangan ke dua paru. Jantung dalam batas normal, hepar & limpa tak teraba.
Tungkai kiri bila digerakkan terasa sangat nyeri. Kedua dorsum pedis terlihat
edema. BB : 68 kg & TB : 158 cm.

Pemeriksaan penunjang : Pem. Lab didapatkan kadar Hb 10,8 gr%, Leukosit


13.600/mm3 GD puasa 179 mg/dl, GD2jamPP 268 mg/dl, ureum 54 mg/dL,
kreatinin 1,3 mg/dL, protein total 5,7 gr/dL, albumin 2,7 gr/dL, asam urat 7,2
mg/dL.

Pemeriksaan toraks foto : terlihat perselubungan homogen pada medial ke dua


paru.
Analisis kasus

1. Definisi jatuh dan instabilitas

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita/saksi mata yang


melihat kejadian sehingga penderita mendadak berbaring/terduduk dilantai atau
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kesadaran sedangkan instabilitas
adalah Ketidakstabilan berdiri/ saat berjalan yang menyebabkan usia lanjut. Jatuh
merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada usia lanjut akibat
perubahan fungsi organ penyakit, dan lingkungan. Setiap tahunnya, kurang lebih
30% usia lanjut pernah mengalami jatuh. Akibat yang ditumbulkan karena
kejadian jatuh dapat ringan sampai berat seperti cedera kepala, cedera jaringan
lunak sampai patah tulang. Diperkirakan sekitar 1% usia lanjut yang jatuh
mengalami fraktur kolum femur, 5% mengalami fraktur tulang lain seperti tulang
iga, humerus, pelvis, dan lain-lain, 5% mengalami perlukaan jaringan lunak dan
fraktur.
Komplikasi utama akibat jatuh pada usia lanjut adalah terjadinya fraktur
kolum femur. Diperkirakan 200.000 dari usia lanjut di Amerika Serikat pertahun
terutama wanita. Salah satu sindrom geriatri adalah terjadinya instabilitas dan
mudah jatuh. Ketidakstabilan saat berjalan dan kejadian jatuh pada lansia
merupakan permasalah serius karena hal tersebut tidak hanya menyebabkan
cedera, melainkan juga dapat menyebabkan penurunan aktivitas, peningkatan
utilisasi pelayanan kesehatan, dan bahkan kematian. Seperti sindrom geriatri
lainnya, kejadian jatuh pada usia lanjut terjadi akibat perubahan fungsi organ,
penyakit dan lingkungan.

2. Pasien ini dikategorikan pasien geriatri Karena :


Tahap perkembangan akhir pada siklus kehidupan setiap individu adalah
menjadi seorang lansia (lanjut usia). Hal tersebut merupakan kenyataan yang tidak
dapat dipungkiri dan merupakan tahap perkembangan yang normal. Menurut
WHO terdapat klasifikasi usia lanjut meliputi kelompok usia 45-59 tahun disebut
sebagai kelompok usia pertengahan (middle age), kelompok usia 60-70 tahun
disebut sebagai usia lanjut (elderly). Kelompok usia lanjut tua (old) yaitu yang
berusia 75-90 tahun dan kelompok usia lebih dari 90 tahun yaitu kelompok usia
sangat tua (very old).
Cabang ilmu kedokteran yang memusatkan perhatian pada manusia usia
lanjut adalah geriatri. Ruang lingkup geriatri meliputi pencegahan, diagnosis,
pengobatan dan pelayanan kesehatan kepada usia lanjut. Geriatri penting karena
orang dewasa tua dapat memberikan reaksi terhadap penyakit dan pengobatan
yang berbeda dengan orang dewasa muda. Kemudian, yang disebut sebagai pasien
geriatri adalah pasien yang berusia lanjut (untuk di Indonesia, yaitu mereka yang
berusia lebih dari 60 tahun) dengan berbagai masalah kesehatan (multipatologi)
akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani, dan atau masalah sosial Berdasarkan
definisi pasien geriatri tersebut, maka perlu dipahami bahwa pasien geriatri
memiliki karakteristik khusus dibanding pasien lanjut usia pada umumnya. Pada
pasien geriatri terdapat lebih dari satu penyakit kronis degeneratif, hal ini
merupakan karakteristik pertama yang disebut sebagai keadaan multipatologi.
Karakteristik kedua, terjadinya penurunan daya cadangan faali karena fungsi
organ yang menurun akibat proses penuaan. Karakteristik ketiga adalah gejala dan
tanda penyakit yang diderita pasien geriatri tidak khas. Karakteristik terakhir
adalah penurunan status fungsional yang merupakan kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas seharihari. Hal tersebut dapat menyebabkan pasien geriatri
berada pada kondisi imobilisasi yang berakibat ketergantungan pada orang lain.(1)
Sindrom geriatri merupakan sekumpulan kondisi klinis pada orang tua
yang dapat meningkatkan risiko perburukan kesehatan, kualitas hidup dan
dikaitkan dengan kecacatan. Tampilan klinis yang tidak khas sering membuat
sindrom geriatri tidak terdiagnosis. Sindrom geriatri terdiri dari The “13 i” yaitu
meliputi immobility (imobilisasi/keadaan kurang bergerak, tirah baring lama),
instability (gangguan keseimbangan), incontinence (inkontinensia urin/keluarnya
urin tidak terkendali), isolation (depresi), immunodeficiency (penurunan
imunitas), infection (infeksi), inanition (kurang gizi), intelectual impairement
(gangguan intelektual seperti demensia dan delirium), impaction (konstipasi),
insomnia (gangguan tidur), impotence (impotensi), iatrogenic disorder (gangguan
iatrogenic) dan impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatan dan penciuman).

3. Faktor resiko terjadinya jatuh pasa skenario


Salah satu sindrom geriatri adalah terjadinya instabilitas dan mudah
jatuh.Ketidakstabilan saat berjalan dan kejadian jatuh pada lansia merupakan
permasalah serius karena hal tersebut tidak hanya menyebabkan cedera,
melainkan juga dapat menyebabkan penurunan aktivitas, peningkatan utilisasi
pelayanan kesehatan, dan bahkan kematian.
Seperti sindrom geriatri lainnya, kejadian jatuh pada usia lanjut terjadi
akibat perubahan fungsi organ, penyakit dan lingkungan. Terdapat banyak faktor
yang berperan untuk terjadinya jatuh pada usia lanjut. Faktor-faktor tersebut
dibagi menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik meliputi gender, status psikologi (seperti ketakutan akan
jatuh, ansietas, dan depresi), keseimbangan, mobilitas, penurunan kekuatan otot,
fungsi fisik, dan kognitif. Status psikologi seperti ketakutan akan jatuh memiliki
hubungan yang bermakna jika dikaitkan dengan penurunan aktifitas pada usia
lanjut yang pernah jatuh dan menimbulkan ketergantungan terhadap orang lain.
Ketakutan mengalami jatuh dialami 25-40% orang berusia lanjut yang
kebanyakan dari mereka belum mengalami jatuh. Rasa takut jatuh bmerupakan
faktor risiko terjadinya hendaya fungsional serta sering juga dikaitkan dengan
depresi dan isolasi sosial.
Faktor ekstrinsik yang menyebabkan jatuh antara lain lingkungan yang
tidak mendukung meliputi penerangan yang tidak baik (kurang atau
menyilaukan), lantai yang licin dan basah, tempat berpegangan yang tidak
kuat/tidak mudah dipegang, alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang tidak
stabil dan tergeletak di bawah seperti tempat tidur atau jamban yang rendah
sehingga harus jongkok, obat-obatan yang diminum dan alat-alat bantu berjalan.

Dari skenario, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya jatuh


yaitu:
 Faktor Intrinsik
 Kondisi fisik anatomi dan fisiologis :
Lutut sering sakit dan bengkak serta gaya berjalan yang pincang
Pada lansia yang jenis kelamin perempuan dipengaruhi oleh
masa menopause, pada keadaan ini hormon estrogen pada wanita
tidak berfungsi lagi, sementara salah satu fungsi dari hormon ini
adalah untuk mempertahankan massa tulang. Apabila massa tulang
berkurang maka sendi juga akan kehilangan fleksibilitasnya
sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi. Akan tetapi tidak
menutup kemungkinan jenis kelamin laki-laki juga terserang
Osteoarthritis karena penyakit ini merupakan penyakit degeneratif
yang bisa menyerang pada segala jenis kelamin baik itu laki-laki
maupun perempuan.
 Neuropsikiatri
Riwayat stroke
Riwayat stroke 5 tahun yang lalu, dimana kemungkinan
adanya gejala sisa baik dari segi motorik maupun kognitif
sehingga bisa menyebabkan respon yang tidak baik
terhadap input yang bisa menyebabkan terjadinya jatuh
pada penderita pada kasus
 Riwayat Penyakit spesifik (Hipertensi dan DM)
 Perubahan neuromuscular, gaya berjalan, dan refleks
Gangguan musculoskeletal (pincang) menyebabkan
gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan
proses menua yang fisiologis. Gangguan gait yang terjadi akibat
proses menua tersebut antara lain disebabkan oleh :

- Kekakuan jaringan penghubung


- Berkurangnya massa otot
- Perlambatan konduksi saraf
- Penurunan visus / lapang pandang
- Kerusakan proprioseptif
yang kesemuanya menyebabkan :
- Penurunan range of motion (ROM) sendi
- Penurunan kekuatan otot, terutama menyebabkan
kelemahan ekstremitas bawah
- Perpanjangan waktu reaksi
- Kerusakan persepsi dalam
- Peningkatan postural sway (goyangan badan)
Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan
gerak, langkah pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan
basal. Kaki tidak dapat menapak dengan kuat atau lebih
cenderung gampang goyah. Perlambatan reaksi mengakibatkan
seorang lansia susah / terlambat mengantisipasi bila terjadi
gangguan seperti terpeleset, tersandung, krjadian tiba-tiba,
sehingga memudahkan jatuh.
 Faktor Ekstrinsik
- Obat-obatan
 Hipertensi: diuretik, dimana meningkatkan ekskresi natrium, air
dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan
ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan
tekanan darah. Selain mekanisme tersebut, beberapa diuretic juga
menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek
hipotensinya. Efek ini diduga akibat penurunan natrium di ruang
interstisial dan di dalam sel otot polos pembuluh darah yang
selanjutnya menghambat influx kalsium. Hal ini terlihat jelas pada
diuretic tertentu seperti Golongan Tiazid yang mulai menunjukkan
efek hipotensif pada dosis kecil sebelum timbulnya dieresis yang
nyata. Pada pemberian kronik curah jantung akan kembali normal,
namun efek hipotensif masih tetap ada. Efek ini diduga akibat
resistensi perifer. Karena terjadinya hipovolemik sehingga
menyebabkan berkurangnya perfusi darah ke otak sehingga
menyebabkan syok ataupun confusion sehingga dapat
menyebabkan jatuh. Dan dapat pula menyebabkan meningkatnya
frekwensi miksi sehingga meningkatkan resiko terjadinya jatuh.
 Diabetes Melitus : Metformin , dapat menyebabkan hipoglikemia
jika digunakan secara terus menerus dan menyebabkan kerusakan
ginjal sehingga ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik serta
terjadi gangguan perfusi glukosa ke otak akan berkurang dimana
diketahui bahwa otak memerlukan glukosa sebagai sumber energi
maka kekurangan glukosa dalam darah yang diperfusi pada otak
mengakibatkan terjadinya penurunan konsentrasi dan tidak fokus
sehingga dapat menyebabkan terjadinya jatuh.
 Lingkungan sekitar

4. Kemungkinan penyebab jatuh dalam skenario

5. Anamnesis Tambahan
a) Jatuh
1. Pada saat jatuh dia sadar/tidak?
2. Bagaimana proses jatuhnya?
3. Pernahkah jatuh sebelumnya ?
b) Keadaan tempat jatuh
1. Jarak toilet dengan tempat tidur
2. Bagaimana keadaan lantai, pencahayaan, jenis kloset, jenis keset kaki ?
c) Riwayat diet
1. Kebiasaan makannya bagaimana ?
2. Minum obat teratur atau tidak ?

6. Daftar Masalah
 Jatuh -> Fraktur
 Inkontinensia Urin
 DM
 OA Genu
 CKD Stage 3
 Infeksi -> Bronkopneumonia
 Hipertensi
 Anemia
 Hiperalbuminemia & Proteinuria
 Nafsu Makan menurun
 Nyeri tungkai kiri
 Immobilitas
 Innation
 Instabilitas ec OA
 Iatrogenesis ec metformin

7. Skala Prioritas & Tata Laksana

Tujuan penatalaksanaan ini untuk mencegah terjadinya jatuh


berulang dan menerapi komplikasi yang terjadi, mengembalikan
fungsi AKS terbaik, dan mengembalikan kepercayaan diri penderita.
Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau
mengeliminasi faktor resiko, penyebab jatuh, dan menangani
komplikasinya. Penatalaksanaan ini harus terpadu dan membutuhkan
kerja tim yang terdiri dari dokter (geriatrik, neurologik, bedah
ortopedi, rehabilitasi medik, psikiatrik, dll), sosialworker, arsitek dan
keluarga penderita.
Penatalaksanaan bersifat individualistik, artinya berbeda
untuk setiap kasus karena perbedaan faktor-faktor yang bersama-
sama mengakibatkan jatuh. Bila penyebab merupakan penyakit akut
penanganannya menjadi lebih mudah, sederhana, dan langsung bisa
menghilangkan penyebab jatuh serta efektif. Tetapi lebih banyak
pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktorial sehingga
diperlukan terapi gabungan antara obat, rehabilitasi, perbaikan
lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lansia itu. Pada kasus lain
intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan,
misalnya pembatasan bepergian/aktifitas fisik, penggunaan alat
bantu gerak.
 Penatalaksaan terhadap keluhan sekarangnya yaitu sakit pada
pangkal paha kiri
 Jika pada pemeriksaan penunjang, didapatkan fraktur maka
diberikan tatalaksana dengan surgery untuk gips atau
pemberian pen. Sedangkan jika didapatkan dislokasi maka
diberikan tatalaksana dengan relokasi baru diberikan fiksasi
berupa orthesa, etc.
 Untuk meringankan gejala yang didapatkan oleh pasien,
bisa diberikan obat analgetic tetapi jangan analgetic
narkotik karena mempunyai efek sedatif yang bisa menjadi
faktor resiko terjadinya jatuh.
 Hipertensi
- Diet rendah garam,
- kepatuhan minum obat ACE-I/CCB
Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang akan
mempengaruhi metabolisme dan distribusi obat, karenanya harus
dipertimbangkan dalam memberikan obat antihipertensi. Hendaknya
pemberian obat dimulai dengan dosis kecil dan kemudian ditingkatkan
secara perlahan. Menurut JNC VI1 pilihan pertama untuk pengobatan
pada penderita hipertensi lanjut usia adalah diuretic atau penyekat beta.
Pada HST, direkomendasikan penggunaan diuretic dan antagonis
kalsium. Antagonis kalsium nikardipin dan diuretic tiazid sama dalam
menurunkan angka kejadian kardiovaskuler. Dengan prinsip dosis awal
yang kecil dan ditingkatkan secara perlahan. Sasaran tekanan darah
yang ingin dicapai adalah tekanan darah sistolik _ 140 dan diastolic _
90 mmHg.
 Diabetes Melitus
Kombinasi insulin (Long Acting) & Golongan Sulfoniurea
merupakan lini pertama apabila penggunaan metformin
dikontraindikasikan, sebab dapat menyebakan kerusakan fungsi
ginjal. Hipoglikemia merupakan efek samping serius pada orang
tua dan edukasi pada keluarga adalah hal yang sangat penting.
Pemberian long acting akan lebih nyaman, meskipun cara tidak
memberikan kontrol yangbaik. Agen insulin yang terbaru dari long
acting seperti Giargine dan Determin dapat memperbaiki kontrol
glikemi dengan frekuensi hipoglikemia.
 OA Genu
- Penurunan BB
- Diet rendah purin
 CKD Stage 3
Evaluasi & awasi supaya tidak terjadi komplikasi
(Anemia dan Hipertensi)
 Infeksi → Bronkopneumonia
- Pemberian Antibiotik
 Hipoalbuminemia → Diet tinggi protein
 Inkontinensia Urin → Kegel Exercise
Note :
Foto rongen/X-ray → lihat frakturnya

8. Edukasi
a. Pasien
 Bersama dengan pendampingnya harus memahami penyakitnya
dan rencana pengobatannya.
 Harus rutin mengunjungi sarana kesehatan dan melaporkan
semua perubahan yang terjadi yang akan mengurangi
kekambuhan penyakitnya sehingga mengurangi angka
perawatan
 Kepatuhan dalam mengkonsumsi obat-obatan , seperti DM dan
Hipertensinya serta latihan-latihan sederhana
 Ingatkan kepada posien untuk selalu mengingat Tuhan dan
memohon doa untuk diberikan kesehatan
b. Keluarga
 Memberikan Pemenuhan kebutuhan fisik berupa sarana dan
pra sarana meliputi penyediaan kamar dan tempat tidur atau
tempat beristirahat yang nyaman, penyediaan makan dan
minum , serta pakaian sesuai kondisi lansia
 Memberikan pemenuhan kebutuhan psikis berupa rasa aman
dan perhatian kasih sayang meliputi pemberian kebebasan
untuk melakukan kegiatan yang disenangi dan mengerjakan
hobi yang bersifat positif.
 Pemberian pemenuhan kebutuhan sosial berupa pemberian
kesempatan kepada lansia untuk mengikuti kegiatan sosial
lingkungannya agar lansia dapat tetap berhubungan dengan
orang sekitarnya untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan
memperlambat kepikunan.
Referensi
1. Sartika Safitri. Instabilitas dan Kejadian Jatuh pada Lansia. Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung. J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 4 |
November 2015
2. Murdiyanto dan R. Tri Gutomo. Peran Keluarga Dalam Mewujudkan Lanjut
Usia Sejahtera. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan
Kesejahteraan Sosial (B2P3KS). Kementerian Sosial RI. Jl. Kesejahteraan
Sosial No. 1 Sonosewu Yogyakarta Indonesia . Telp. (0274) 377265 . E-
mail: murdiyanto471@yahoo.com. Naskah diterima 2 Januari 2017, direvisi
4 Februari 2017, disetujui 20 Februari 2017.
3. Suherry,Yusuf,Indarwati. The Mixture of Fragrant Pandan’s Leaves and
Virgin Coconut Oil Reduce Joint Pain in Elderly with Osteoarthritis.
Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan, Universitas
Airlangga. Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 60115
4. Janis Rivandi & Ade Yonata. Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian
Gagal Ginjal Kronik. Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
5. RA Tuty Kuswardhani. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Usia Lanjut. Divisi
Geriatri Bagian Penyakit Dalam FK. Unud, RSUP Sanglah Denpasar
6. Abdurrahim R Lubis, Radar R Tarigan, Bayu R Nasution, Sumi Ramadani,
Arina Vegas . Pedoman Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik. Divisi
Nefrologi- Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP. H Adam Malik Medan

Anda mungkin juga menyukai