PENDAHULUAN
Lanjut Usia (Lansia) merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan.1 Lansia merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh
setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat
dihindari.2 Seseorang tergolong lansia apabila telah mencapai usia 60 tahun ke atas.3
Prevalensi lansia menurut Badan Pusat Statistik tahun 2019 terdapat 9,60 %
atau sekitar 25,64 juta penduduk lansia di Indonesia. KEMENKES RI tahun 2015
menjelaskan berdasarkan jenis kelamin penduduk lansia di Indonesia bahwa perempuan lebih
banyak di bandingkan laki-laki menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah
perempuan. Populasi yang tinggi pada lansia menyebabkan tuntutan perawatan yang
lebih besar sehingga menambah beban ekonomi penduduk usia produktif untuk
agar memberikan rasa nyaman dan aman bagi lansia baik secara fisik maupun
psikologis.4,5
Populasi lansia di Indonesia diprediksi meningkat lebih tinggi dari populasi lansia di
dunia setelah tahun 2100. Struktur aging population merupakan cerminan dari
semakin tingginya rata-rata Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk Indonesia.
2015 memperlihatkan adanya peningkatan Usia Harapan Hidup di Indonesia dari 68,6
tahun menjadi 70,8 tahun dan proyeksi tahun 2030-2035 mencapai 72,2 tahun. Hasil
Proses menua adalah proses yang fisiologis yang akan dialami pada setiap
orang. Dampak dari proses menua ini adalah kemunduran fisik yang akan
macam masalah baik secara fisik, biologis, mental, dan sosial ekonomi. Proses
terjadinya perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada jaringan dan organ
tubuh. Hal ini sangat mempengaruhi keadaan dan fungsi tubuh secara keseluruhan.
lansia lebih mudah terganggu kesehatanya, baik kesehatan fisik maupun kesehatan
jiwa.2,6,7
Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut yang berusia lebih dari 60 tahun serta
mempunyai ciri khas multipatologi, tampilan gejalanya tidak khas, daya cadangan
fisiologis menurun, dan biasanya disertai gangguan fungsional. Arti lansia dengan
dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
lainnya, baik dari segi konsep kesehatan maupun segi penyebab, perjalanan, maupun
gejala dan tanda penyakitnya sehingga, tatacara diagnosis pada penderita geriatri
berbeda dengan populasi lainnya. Aspek di bidang kesehatan serta kedokteran gigi
pada lansia mengkaji semua aspek kesehatan berupa promosi, pencegahan, diagnosis,
2.1 Lansia
Lanjut Usia (Lansia) merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan.1 Lansia merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh
setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat
dihindari. Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menjadi lansia
adalah proses alami yang tidak dapat dihindari. Semakin bertambahnya usia, fungsi
yaitu:
2.2 Penuaan
Menua (menjadi tua) adalah suatu preoses menghilangnya secara
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (
termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Menjadi tua bukanlah
suatu penyakit atau sakit, tetapi suatu poses perbuhan menjadi bertambahnya
Proses menua adalah proses yang fisiologis yang akan dialami pada setiap
orang. Dampak dari proses menua ini adalah kemunduran fisik yang akan
lansia.5 Menurut Darmojo dalam Simbolon, secara individu pengaruh proses penuaan
dapat menimbulkan berbagai macam masalah baik secara fisik, biologis, mental, dan
secara keseluruhan.7
Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut yang memiliki karakteristik khusus
sehingga berbeda dengan kelompok umur lainnya. Sifat penyakit dan tingkat
kesehatan pada geriatri tidak sama dengan golongan populasi usia lainnya. Pasien
geriatri memiliki ciri yaitu usia lebih dari 60 tahun, multipatologi, tampilan klinis
tidak khas, polifarmasi, penurunan fungsi organ, perubahan status fungsional dan
gangguan nutrisi.13
dengan kecacatan. Tampilan klinis yang tidak khas sering membuat sindrom geriatri
bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih, dengan gerak anatomi tubuh
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai faktor intrinsik (faktor risiko yang ada
pada pasien) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan).
Keadaan ini dapat disebabkan oleh banyak hal, namun jika dilihat keseluruhan
riwayat pasien, hal utama yang mungkin menyebabkan pasien jatuh adalah
tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh adalah:
mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh,
penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah
lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai
intelektual pada pasien lanjut usia adalah delirium dan demensia. Demensia
adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien
keluarnya urin yang tidak dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu
merupakan salah satu sindroma geriatrik yang sering dijumpai pada usia
lanjut. Diperkirakan satu dari tiga wanita dan 15-20% pria di atas 65 tahun
tidak dikenali. Gejala depresi pada usia lanjut seringkali dianggap sebagai
bagian dari proses menua. Prevalensi depresi pada pasien geriatri yang
pada usia lanjut. Infeksi yang sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih,
Hal ini terjadi akibat beberapa hal antara lain: adanya penyakit komorbid
mengenal tanda infeksi secara dini. Ciri utama pada semua penyakit infeksi
biasanya ditandai dengan meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering
tidak dijumpai pada usia lanjut, 30-65% usia lanjut yang terinfeksi sering
tidak disertai peningkatan suhu badan, malah suhu badan dibawah 360C lebih
sering dijumpai.
●
Insomnia: merupakan gangguan tidur yang sering dijumpai pada pasien
sulit memertahankan kondisi tidur. Sekitar 57% orang usia lanjut di komunitas
mengalami insomnia kronis, 30% pasien usia lanjut mengeluh tetap terjaga
sepanjang malam, 19% mengeluh bangun terlalu pagi, dan 19% mengalami
terjadi pada usia lanjut karena kehilangan berat badan fisiologis dan patologis
berat badan yang tidak diinginkan (Kane et al., 2008). Pada pasien,
dari 21% pada kelompok usia 70 tahun sampai 39% pada kelompok usia 85
penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia. Selain itu masalah
degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit
menular. Hasil Riskesdas 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah Penyakit
Tidak Menular (PTM) antara lain hipertensi, artritis, stroke, Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Sedangkan penyakit menular yang
Prevalensi
No. Masalah Kesehatan
55-64 tahun 65-74 tahun ≥75 tahun
3 Stroke 33 4,61 67
pendukungnya yang bebas dari penyakit dan rasa sakit dan serta jaringan–jaringan
pendukungnya berfungsi secara optimal yang akan menjadikan rasa percaya diri serta
hubungan interpersonal dalam tingkatan paling tinggi. Keberadaan penyakit gigi dan
kepala, berbentuk sebuah rongga atau ruangan yang dibatasi oleh bibir, pipi, tulang
rahang, jaringan dasar mulut serta langit-langit (palatum). Rongga ini dilapisi oleh
jaringan lunak yang disebut selaput lendir mulut (mukosa). Sama seperti kulit,
membran mukosa berfungsi untuk melapisi dan melindungi jaringan yang ada di
bawahnya. Perbedaannya yaitu membran mukosa mulut menghasilkan suatu cairan
yang disebut saliva. Saliva ini berfungsi menjaga rongga mulut selalu lembab.18
mukosa mulut seiring bertambahnya usia. Gambaran klinis jaringan mukosa mulut
lansia tidak berbeda jauh dengan individu muda, tetapi riwayat adanya trauma,
penyakit mukosa, kebiasaan merokok, dan adanya gangguan pada kelenjar ludah
Mukosa mulut terlihat pucat dan kering, hilangnya stippling pada gingiva, terjadinya
edema, elastisitas jaringan berkurang, jaringan mudah mengalami iritasi dan rapuh,
vaskularisasi berkurang sehingga mudah atropi, serta penebalan serabut kolagen pada
lamina propia.18
parameter tingginya kualitas hidup lanjut usia sehingga mereka dapat menikmati
kesehatan psikologis, hubungan sosial, dan aspek lingkungan. Kondisi kesehatan fisik
pernah diderita pada usia muda. Secara umum, pada usia tersebut terjadi
Fisik yang berfungsi baik memungkinkan lanjut usia untuk mencapai penuaan yang
berasal dari kesadaran tentang perasaan rendah diri apabila dibandingkan dengan
orang yang lebih muda, kekuatan, kecepatan, dan keterampilan. Usia yang bertambah
diri pada masa usia lanjut di lingkungan sosial dan ketidakaktifan lansia dalam
aktivitas sosial akan berdampak pada penurunan kualitas hidupnya. Renwick &
yang disebut sebagai tempat tinggal, sehingga kualitas hidup berkaitan dengan
3.1.1 Anamnesis
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Moestopo
(Beragama) pada tanggal 27 November 2020 dengan keluhan gigi atas depan kiri
terasa tidak nyaman ketika makan makanan yang keras, terkadang terasa nyeri di
kepala sebelah kiri, rasa nyeri hanya sebentar, mulai terasa sejak 1 bulan yang lalu.
Pasien tidak pernah minum obat untuk menghilangkan rasa nyeri karena rasa nyeri
dapat hilang sendiri. Pasien menyikat gigi 2 kali sehari setiap mandi dengan sikat gigi
bulu sedang. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol.
Pekerjaan sehari-hari yang dilakukan pasien adalah ibu rumah tangga. Pasien tidak
memiliki penyakit sistemik dan alergi. Pasien tidak memiliki riwayat jatuh, tidak
Jatuh adalah kejadian yang tidak disadari dimana seseorang terjatuh dari
tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah yang bisa disebabkan oleh
hilangnya kesadaran, stroke, atau kekuatan yang berlebihan. Keselamatan usia lanjut
berdampak pada kualitas hidup, aktivitas sosial, dan ekonomi berupa aktif
hubungan antara usia dan aktivitas seharihari dengan risiko jatuh pasien usia lanjut.23
Usia yang tertinggi adalah 76-80 tahun yang termasuk kategori usia old
menurut WHO. Usia tua akan mengalami penurunan dalam kemampuan melakukan
menurun dan menyebabkan risiko jatuh yang lebih besar. Hasil menyatakan bahwa
usia lanjut wanita memiliki skor risiko jatuh tinggi yang lebih banyak daripada usia
lanjut laki-laki dan juga skor jatuh akan semakin meningkat dengan bertambahnya
usia.23
Risiko jatuh pada usia lanjut meningkat seiring dengan bertambahnya faktor
risiko jatuh yaitu, usia, kondisi patologis, dan faktor lingkungan. Usia lanjut
perubahan fungsional otot, yaitu terjadi penurunan kekuatan dan kontraksi otot,
elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dalam hal apapun. Penurunan fungsi
▪ Posisi tempat tidur rendah dan ada pengganjal (rem) pada roda tempat
tidur
membutuhkan bantuan
mudah dijangkau
▪ Menjelaskan kepada pasien kegunaan alat – alat medis dan non medis
pasien tersebut.
2. Standar Resiko Tinggi
lingkungan pasien
Risiko jatuh tersebut biasanya terjadi pada saat pasien lansia melakukan
perawatan di rumah sakit yang akan mengakibatkan peningkatan dalam durasi rawat
inap. Penggunaan alat screening (penilaian) untuk pasien dengan risiko jatuh sangat
dibutuhkan, salah satu jenis penilaian yang sangat sering digunakan adalah OMS
(Ontario Modified Stratifiy). OMS (Ontario Modified Stratifiy) merupakan suatu alat
ukur untuk melihat tingkat keparahan pada pasien risiko jatuh yang memiliki 6
parameter yaitu riwayat jatuh, status mental, penglihatan, kebiasaan, transfer tempat
serta mobilitas.25
Tabel 3.1. Peniliaian Resiko Jatuh Pasien Geriatri Bedasarkan Skala Resiko Jatuh Ontario
Modified Stratify
Parameter Skrining Jawaban Keterangan Nilai Skor
Apakah pasien datang ke rumah sakit 0
Ya / Tidak
Riwayat karena jatuh? Salah satu
Jatuh Jika tidak,apakah pasien mengalami jawaban ya = 6
Ya / Tidak
jatuh dalam 2 bulan terakhir ini?
Apakah pasien delirium? (tidak dapat 0
membuat keputusan, pola pikir tidak Ya / Tidak
terorganisir, gangguan daya ingat)
Status Apakah pasien disorientasi? (salah Salah satu
Mental menyebutkan waktu, tempat, atau Ya / Tidak jawaban ya = 14
orang)
Apakah pasien mengalami agitasi?
Ya / Tidak
(ketakutan, gelisah, dan cemas)
Apakah pasien memakai kacamata? Ya / Tidak 0
Apakah pasien mengeluh ada
Ya / Tidak Salah satu
Penglihatan penglihatan buram?
jawaban ya = 1
Apakah pasien mempunyai katarak,
Ya / Tidak
galukoma, degenerasi makula?
Apakah terdapat perubahan perilaku 0
Kebiasaan
berkemih? (Frekuensi, urgensi, Ya / Tidak Ya = 2
berkemih
inkontinensia, nokturia)
Transfer Mandiri (boleh menggunakan alat bantu 0 0
(dari jalan)
tempat Memerlukan sedikit bantuan (1 orang) 1
tidur ke atau dalam pengawasan Jumlahkan nilai
kursi dan Memerlukan bantuan yang nyata (2 2 transfer dan
kembali ke orang) mobilitas.
tempat Jika nilai total 0
Tidak dapat duduk dengan seimbang, 3
tidur) – 3 maka skor =
perlu bantuan total
0
Mandiri (boleh menggunakan alat bantu 0
Jika nilai total 4
jalan)
– 6 maka skor =
Berjalan dengan bantuan 1 orang (verbal 1 7
Mobilitas
/ fisik)
Menggunakan kursi roda 2
Immobilisasi 3
TOTAL SKOR 0
Keterangan :
Skor Risiko
0–5 Rendah
6 – 16 Sedang
17 – 30 Tinggi
Dari tabel Penilaian risiko jatuh pasien geriatri, pasien memiliki risiko jatuh
aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain: ke toilet, makan,
dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya
masyarakat. Istilah ADL mencangkup perawatan diri (seperti berpakaian, makan dan
minum, toileting, mandi, berhias dan menyiapkan makanan, menulis, mengelola uang
dan sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling ditempat tidur, bangun dan duduk,
transfer/begeser dari sat tempat ke tempat lain). Pengukuran ADL akan lebih mudah
dinilai dan divaluasi secara kuantitatif dengan sistem skor yang sudah banyak
Skor : 1
6. Makan Membutuhkan bantuan sebagian atau Mengambil makanan dari piring dan
total untuk menyuapi diri atau disuapi ke mulut tanpa bantuan.
Skor : 1 diberikan secara parenteral. Persiapan makanan dapat dilakukan
oleh orang lain.
Skor 0 – 2 : lansia bergantung penuh dengan orang lain
Total skor : 6 3 – 4 : lansia ringkih
5 – 6 : lansia mandiri
Berdasarkan tabel Penilaian ADL (Activity Daily Leaning) pasien merupakan
Suhu : 36°C
Pipi : TAK
Bibir : Simetris
Kelenjar Limfe :
Lain-lain : TAK
3.2.3 Pemeriksaan Intra Oral
Lainnya : TAK
Tabel 3.3. Odontogram rahang atas
11 Goyang derajat 1, Atrisi Sisa Akar, Goyang derajat 1, Atrisi 21
12 Missing Goyang derajat 1 22
13 Missing Abfraksi 23
14 Missing Missing 24
15 Missing Missing 25
16 Missing Missing 26
17 Missing Missing 27
18 NON NON 28
Tabel 3.4. Odontogram rahang bawah
48 Missing Missing 38
47 Missing Missing 37
46 Missing Missing 36
45 Sisa Akar, Goyang derajat 1 Missing 35
44 Goyang derajat 1, karies mesioproksimal Sisa Akar 34
43 Missing Missing 33
42 Missing Missing 32
41 Missing Missing 31
Oklusi :-
D: 4 M: 23 F: 0
Berdasarkan pemeriksaan odontogram ditemukan gigi 12, 13, 14, 15, 16, 17,
48, 47, 46, 43, 42, 41, 23, 24, 25, 26, 27, 38, 37, 36, 35, 33, 32, 31 missing. Gigi 11,
21, 22, 45, 44 goyang derajat 1. Gigi 34, 45, 21 sisa akar. Gigi 18, 28 tidak tumbuh.
gula darah sewaktu. Didapatkan dari hasil pemeriksaan darah bahwa nilai
hemaglobin, hematokrit dan eritrosi di bawah normal dan MCHC di atas normal.
3.4 Rujukan
Periodonsia :I
Bedah Mulut : II
Konservasi : III
Prostodonsia : IV
Penyakit Mulut :V
I. Periodonsia
− Dilakukan perawatan scaling dan root planing pada rahang atas dan rahang
III. Konservasi
IV. Prostodonsia
− Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan pada rahang atas dan bawah
V. Penyakit Mulut
− KIE untuk variasi normal torus palatinus, fissure tongue dan coated tongue,
mempelajari kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut yang berusia lebih
dari 60 tahun serta mempunyai ciri khas multipatologi, tampilan gejalanya tidak khas,
fungsi faal menurun, dan biasanya disertai gangguan fungsional. Pada penilaian
resiko jatuh pasien menunjukkan hasil yang rendah dan untuk activity daily learning
lansia, salah satunya adalah OSCAR yaitu “Penilaian Gigi Geriatri Lima Poin”.
dan manajeman kesehatan rongga mulut yaitu oral, sistemik (systemic), kemampuan
penilaian menyeluruh dari rongga mulut (oral) dan riwayat kesehatan (systemic)
untuk memberikan perawatan yang aman dan tepat, untuk lansia dengan kebutuhan
tambahan seperti harapan hidup dan perawatan paliatif atau akhir kehidupan
(reality).21,22
Seorang perempuan berusia 67 tahun datang ke Klinik Integrasi III Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Moestopo (Beragama)
pada tanggal 27 November 2020 dengan keluhan utama gigi atas depan kiri terasa
tidak nyaman ketika makan makanan yang keras, terkadang terasa nyeri di kepala
sebelah kiri, rasa nyeri hanya sebentar, mulai terasa sejak 1 bulan yang lalu. Pasien
tidak pernah minum obat untuk menghilangkan rasa nyeri karena rasa nyeri dapat
hilang sendiri. Pasien menyikat gigi 2 kali sehari setiap mandi dengan sikat gigi bulu
sedang. Dari hasil penilaian OSCAR pada pasien ini, keadaan oral pada pasien ini
menunjukkan bahwa pasien memiliki kebersihan mulut yang kurang baik. Dari hasil
pemeriksaan klinis rongga mulut pasien, terdapat torus palatinus kecil, gigi 12, 13,
14, 15, 16, 17, 48, 47, 46, 43, 42, 41, 23, 24, 25, 26, 27, 38, 37, 36, 35, 33, 32, 31
missing. Gigi 11, 21, 22, 45, 44 goyang derajat 1. Gigi 34, 45, 21 sisa akar. Gigi 18,
28 tidak tumbuh. Gigi 11, 21 atrisi. Gigi 44 karies mesioproksimal. Gigi 11, 21, 22,
23, 45, 44, 34 resesi gingiva. Masalah kesehatan rongga mulut yang ditemukan pada
pasien berdasarkan pemeriksaan intra oral ini adalah sebagian besar gigi di dalam
mulut pasien memiliki kondisi yang kurang baik. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
karena OH pasien yang buruk. Para lansia seringkali mengabaikan kebersihan gigi
dan mulutnya, mereka sering mengeluh sakit gigi, gigi goyang dan hal yang dapat
menyebabkan gigi tanggal. Kondisi yang terjadi pada rongga mulut pasien lansia ini
antara lain, kehilangan gigi dan periodontitis karena faktor usia, dan pola kebiasaan
buruk pasien yang tidak pernah merawat giginya ke dokter gigi. Jaringan periodontal
juga mengalami perubahan akibat proses penuaan. Penyakit jaringan periodontal yang
dialami oleh pasien ini adalah periodontitis hingga gigi goyang yang mengakibatkan
gigi tanggal, sehingga mengganggu fungsi pengunyahan, hal ini mampu membuat
status gizi pada lansia. Kehilangan gigi juga mempengaruhi kualitas hidup lansia,
semakin banyak jumlah gigi yang hilang maka kualitas hidup individu akan semakin
perubahan pada seseorang secara psikososial. Kehilangan gigi dapat disebut sebagai
prediktor terkuat kualitas hidup yang berhubungan dengan rongga mulut.27,28,29 Gigi
pada pasien ini mengalami atrisi. Atrisi adalah hilangnya substansi gigi secara
bertahap pada permukaan oklusal, insisal dan proksimal gigi karena proses
pengunyahan, hal ini juga dapat disebabkan oleh kontak prematur.28 Pasien lansia ini
juga mengalami resesi gingiva yang menyebabkan akar gigi terbuka, resesi gingiva
adalah proses terjadinya penurunan gingiva yang dapat mengekspos akar gigi.
Sensitivitas gigi dapat meningkat ketika terjadi resesi gingiva dan sensitivitas gigi
akan semakin meningkat setelah akar terpapar. Jika tidak dilakukan perawatan, resesi
gingiva dapat menyebabkan karies akar, gigi goyang hingga kehilangan gigi.
Terbukanya akar gigi juga dapat disebabkan oleh karena metode menyikat gigi yang
salah dan faktor ini diperberat dengan penggunaan bulu sikat gigi yang kasar. Resesi
giginya terlihat lebih panjang. Hal ini terjadi karena posisi marginal gingiva menjauhi
cemento enamel junction (CEJ), sehingga permukaan akar yang semula tertutup
menjadi terbuka. Pada proses penuaan (aging), insidens resesi gingiva semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya usia.30 Pada pemeriksaan ekstra oral pasien
Hasil evaluasi sistemik pada pasien ini menunjukkan bahwa keadaan umum
pasien normal, dengan tekanan darah berdasarkan umur pasien geriatri memiliki
tekanan darah normal yaitu 148/80mmHg.31 Pasien tidak memiliki penyakit sistemik
dan riwayat penyakit sistemik yang diturunkan dari keluarga. Hasil pemeriksaan
darah lengkap pada lansia ini menunjukkan kadar leukosit, trombosit, basophil,
eosinophil, neutrophil, monosit, limfosit, MCV, MCH, dan gula darah sewaktu
bawah normal. Nilai MCHC di atas normal. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
menderita anemia apabila konsentrasi hemoglobin pada orang tersebut lebih rendah
dari nilai normal hemoglobin yang sesuai dengan jenis kelamin dan umur dari orang
tersebut. Oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO: World Health Organization) telah
hemoglobinnya di bawah 12 gr/dL (7,5 mmol/L) dan untuk pria lansia apabilah
usia dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain genetik, defisiensi
vitamin, defisiensi besi, dan penyakit lain. Penyebab anemia yang paling umum pada
lanjut usia adalah penyakit kronik, termasuk inflamasi kronik, keganasan, dan infeksi
kronik. Sedangkan Menurut hasil studi NHANES III (National Health and Nutrition
Examination Study), terdapat 3 penyebab utama anemia pada usia lanjut, yaitu
inflamasi atau penyakit kronik, defisiensi nutrisi atau kehilangan darah dan anemia
yang tidak dapat dijelaskan. Anemia penyakit kronik adalah anemia yang timbul
setelah terjadinya proses infeksi atau inflamasi kronik. Biasanya anemia akan muncul
setelah penderita mengalami penyakit tersebut selama 1-2 bulan. Anemia penyakit
kronik dapat disebabkan oleh beberapa penyakit atau kondisi seperti infeksi kronik
reumatoid, demam reumatik, Iain-lain misalnya penyakit hati alkaholik, gagal jantung
kongestif dan idiopatik. Defisiensi nutrisi atau kehilangan darah merupakan penyebab
kedua tersering untuk anemia pada lanjut usia. Penyebabnya antara lain perdarahan
inflamasi non steroid, kanker kolon, divertikel dan angiodisplasia. Kehilangan darah
kronis akibat kanker traktus urogenital, hemoptisis kronik dan kelainan perdarahan
juga dapat mengakibatkan defisiensi besi. Lanjut usia dapat kekurangan besi karena
pemasukan maupun penyerapan besi yang tidak adekuat. Tanpa kehilangan darah,
anemia baru dapat terjadi dalam beberapa tahun. Proses menua akan berjalan searah
dengan menurunnya kapasitas fungsional, baik pada tingkat seluler maupun tingkat
berubah cenderung membuat orang usia lanjut sulit untuk memelihara kestabilan
status fisik. Lansia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan
akan makin banyaknya distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai
memiliki onset berbahaya pada lansia. Meskipun penurunan akut pada hemoglobin
akan menyebabkan gejala deplesi volume, seperti pusing dan jatuh, onset lambat
kompensasi yang gagal. Lansia tidak dapat meningkatkan denyut jantung dan cardiac
output seperti halnya orang muda, dengan dyspnea, kelelahan, dan kebingungan
menjadi lebih umum sebagai gejala anemia yang memburuk. Ada beberapa
tanda-tanda pada pemeriksaan fisik yang spesifik untuk anemia ringan atau sedang.
Konjungtiva pucat biasanya dicatat ketika tingkat hemoglobin turun di bawah 9 g per
dL (90 g per L) . Pada orang dengan beberapa penyakit kronis, dokter mungkin
mengabaikan gejala anemia atau atribut terhadap proses penyakit yang mendasarinya.
diagnosis anemia.32 Pasien akan dirujuk ke dokter penyakit dalam untuk dirawat
diri berdasarkan penilaian ADL (Activity Daily Leaning) pasien merupakan lansia
mandiri, dengan skor = 6 bahwa pasien dapat merawat dirinya secara mandiri dalam
aktivitas hariannya seperti mandi, makan, berpakaian, ke toilet, BAB dan BAK.
Pasien tidak memerlukan asisten dan alat bantu jalan (tongkat atau kursi roda) untuk
berpindah tempat.33,34 Dari penilaian risiko jatuh pasien geriatri berdasarkan Ontario
Modified Stratify, pasien memiliki risiko jatuh yang rendah, dengan skor = 0. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien adalah lansia mandiri. Hasil dari anamnesis pasien tidak
menunjukkan bahwa pasien tidak bergantung kepada orang lain.34 Pasien dapat
memberikan persetujuan medis sendiri tanpa dibantu oleh orang lain. Pasien dapat
mendengar dengan jelas dan dapat mengerti apa yang disampaikan kepada dirinya
dengan baik. Dilihat dari keadaan umum pasien yang baik, serta pasien masih
termasuk golongan lansia mandiri maka yang diperlukan adalah edukasi pasien
terkait kondisi klinis intraoral dan penyakit sistemik seperti tetap menjaga pola
makan, mencukupi asupan nutrisi, keamanan di dalam dan sekitar rumah, menjaga
pencabutan gigi, penambalan gigi dan pembuatan gigi tiruan serta rujukan ke dokter
Hasil evaluasi reality dari penilaian harapan hidup dan perawatan paliatif atau
akhir kehidupan pasien geriatri menunjukkan bahwa pasien memiliki kesadaran yang
tinggi terhadap perawatan gigi dan mulut.34 Hal ini ditunjukkan dari kesediaannya
untuk dirawat gigi dan mulut. Pasien geriatri ini memiliki harapan hidup yang baik
bila melakukan perawatan medis dan perawatan paliatif terkait kondisi intra oral dan
penyakit sistemik.
BAB 5
KESIMPULAN
buruk karena terdapat banyak gigi yang hilang, karies dan gigi yang tersisa dalam
Stratify menujukkan hasil resiko jatuh yang rendah serta penilaian Activity Daily
Learning menunjukkan hasil pasien lansia mandiri namun tetap perlu diperhatikan
hematokrit dan eritrosit yang lebih rendah dari normal dan nilai MCHC yang lebih
tinggi dari normal sehingga pasien dicurigai memiliki penyakit anemia. Pasien juga
perlu dirujuk ke dokter penyakit dalam untuk perawatan suspect anemia dari hasil
pemeriksaan darah lengkap. Pasien lansia ini dapat menerima edukasi dan persetujuan
perawatan yang diberikan terkait kondisi rongga mulut dan sistemik serta pasien
memiliki harapan hidup yang baik karena kesadaran yang tinggi terhadap perawatan
4. Badan Pusat Statistik. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2019. Badan Pusat
Statistik. 2019: 10-14.
5. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Situasi Lanjut Usia (Lansia) di
Indonesia. Infodatin. 2016: 3-4.
10. Muhith A. Siyoto S. Pendidikan Keperawatan Gerontik. Andi Offset. 2016: 1-2
11. Lengkong PEO, Pangemanan DHC, Mariati NW. Gambaran Perilaku dan
Cara Merawat Gigi Tiruan Sebagian Lepasan pada Lansia di Panti
Werdha Minahasa Iduk. Jurnal e-GiGi. 2015. 3(1).
12. Nisa K. Brain Gym Effects on the Change of Cognitive Function and
Insomnia to Improve Qualiy of Life in Elderly in Panti Tresna Werda
Natar Lampung Selatan. Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung. 2015. 564-
678
13. Wahdini S. Peran Akupunktur dalam penatalaksanaan pasie geriatric. 2014;
2(2): 133-137
15. Sheiham A. Oral Health, General Health and Quality of Life. Bulletin of the
World Health Organization. 2005. 83 (9); 641-720.
18. Setiati S. Geriatric Medicine, Sarkopenia, Frailty dan Kualitas Hidup Pasien
Usia Lanjut: Tantangan Masa Depan Pendidikan, Penelitian dan
Pelayanan Kedokteran di Indonesia. 2013; 1(3): 235-242
19. Rohmah AIN, Purwaningsih, Ariyah K. Kualitas Hidup Lanut Usia. Jurnal
Keperawatan. 2012;3(2): 12-132
21. Chávez EM, Wong LM, Subar P, Young DA, Wong A. Dental Care for
Geriatric and Special Needs Populations. Dent Clin N Am. 2018;62(2):
245–267
22. Ettinger RL. Treatment planning concepts for the ageing patient. 2015; 60:(1):
71-85
23. Deniro AJN , Sulistiawati NN, Widajanti N. Hubungan antara Usia dan
Aktivitas Sehari-Hari dengan Risiko Jatuh Pasien Instalasi Rawat Jalan
Geriatri. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 2017; 4(4): 199-203.
29. Rizkillah MN, Isnaeni RS, Fadilah RPN. Pengaruh Kehilangan Gigi Posterior
30. Krisyudhanti E. Status Kesehatan Gigi & Mulut Masyarakat Kabupaten Timor
2(4): 170-176.
Palembang; 2014.
33. Maryam, R. Siti, dkk. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba
Medika. 2008.
34. Chávez EM, Wong LM, Subar P, Young DA, Wong A. Dental Care for
245–267.