Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
American Diabetes Association menjelaskan Diabetes melitus adalah
suatu kelompok penyakit metabolik yang memiliki karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya.
Data menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017 jumlah
penderita Diabetes mengalami peningkatan dari 108 juta di tahun 1980
menjadi 422 juta pada tahun 2014. Prevalensi global diabetes dikalangan
orang dewasa di atas 18 tahun mengalami peningkatan dari 4,7% pada tahun
1980 menjadi 8,5% pada tahun 2014. Diperkirakan pada tahun 2015 sebanyak
1,6 juta kematian secara langsung disebabkan oleh Diabetes. WHO
memproyeksikan Diabetes akan menjadi penyebab kematian ketujuh tertinggi
di tahun 2030.(Indrasari, 2018). World Health Organization (WHO) juga
melaporkan pada tahun 2020 Indonesia diperkirakan akan berjumlah 21.3 juta
orang dan menempati urutan keempat setelah Amerika, Cina dan India dalam
jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia.(Rantung et al., 2015).
Dari data riskesdas sendiri menurut konsensus Perkeni melaporkan
terjadi peningkatan prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia berdasarkan
pemeriksaan darah pada penduduk umur ≥ 15 tahun dari 6,9% atau sekitar 9,1
juta pada tahun 2013 menjadi 8,5% atau sekitar 11,2 juta pada tahun 2018.
(Riskesdas, 2018). Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes) menjelaskan bahwa pada tahun 2011 komplikasi yang
paling banyak terjadi pada kasus Diabetes Melitus adalah neuropati yaitu
54%, di mana neuropati yaitu berkurangnya sensasi di daerah distal kaki
sehingga beresiko tinggi terjadinya ulkus kaki bahkan bisa sampai
mengakibatkan infeksi sampai amputasi.(Gripp et al., 2013). Orang yang
menderita Diabetes Melitus ≥ 5 tahun berkemungkinan hampir dua kali untuk
menderita ulkus dibandingkan dengan orang yang menderita Diabetes Melitus
kurang dari 5 tahun. Luka yang timbul secara spontan maupun karena trauma
dapat menyebabkan luka terbuka yang mampu menghasilkan gas gangren
berakibat terjadinya osteomielitis. (Fitria et al., 2017).
Penanganan pasien luka dibetik adalah dengan cara perbaikan perfusi
jaringan agar kebutuhan oksigen dan nutrisi diarea luka terpenuhi sehingga
dapat membantu proses penyembuhan luka. perbaikan perfusi harus di
lakukan karena hal tersebut akan sangat membantu dalam pengangkutan
oksigen dan darah ke jaringan yang rusak sehingga membantu menumbuhkan
jaringan yang baru. karna jika perfusi perifer pada luka tersebut baik maka
akan baik pula proses penyembuhan luka tersebut. Salah satu yang
menandahkan baiknya perfusi yaitu di tandai dengan adanya waktu pengisian
kapiler (capillary refill time/CRT) dan juga saturasi oksigen yang normal.
(Hidayat, 2017).
Manajemen perawatan luka sebelumnya tidak mengenal adanya
lingkungan luka yang lembab dimana Metode perawatan luka yang lama atau
disebut juga dengan metode konvensional hanya membersihkan luka dengan
larutan NaCl 0,9% dan ditambahkan dengan iodine providine, kemudian
ditutup dengan kassa kering. Hal ini yang biasa membuat kassa akan
menempel pada luka dan membuat sel-sel yang baru tumbuh akan rusak
ketika perawatan luka berikutnya sehingga menyebapkan rasa sakit pada
klien. Untuk itu diperlukan pemilihan metode perawatan luka yang tepat
untuk mengoptimal kan proses penyembuhan luka. Saat ini perawatan luka
telah banyak mangalami perkembangan salah satunya dengan metode
perawatan luka dengan modern dressing yaitu dengan cara mempertahankan
lingkungan luka tetap lembap untuk mempertahankan kehilangan cairan
jaringan dan kematian sel. (Handayani, 2016)
Teknik perawatan luka modern lebih efektif daripada konvesional yang
dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Werna Nontji, Suni Hariati,
Rosydah Arafat Tahun 2015. Tentang “Teknik Perawatan Luka Modern Dan
Konvensional Terhadap Kadar Interleukin 1 Dan Interleukin 6 Pada Pasien
Luka Diabetik” dari hasil penelitian tersebut yang menggunan 16 sampel
perawatan luka konvensional dan 16 sampel perawatan luka modern dressing,
di dapatkan hasil bahwa modern lebih efektif dari ekskresi sitokin interleukin
1 dan interleukin 6, pada perawatan luka konvensional interleukin 1
mengalami peningkatan yang menunjukan bahwa proses fase implamasi
memanjang dan proses penyembuhan luka lambat.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas di atas penulis tertarik
melakukan pengkajian yang mendalam untuk mengetahui pengaruh
perawatan luka dengan modern dressing terhadap penyembuhan luka
diabetik. Penelitian tersebut diambil untuk dilakukan analisis melalui
literature review.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi keefektifan penggunaan perawatan luka dengan modern
dressing terhadap penyembuhan ulkus diabetikum.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi hasil apa saja yang di temukan setelah di lakukan
perwatan luka dengan modern dressing.
b. Mengidentifikasi perubahan yang terjadi setelah perawatan luka
dengan modern dressing.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. ULKUS DIABETIKUM
1. Definisi
Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan karbohidrat,
lemak dan protein sehingga kadar gula darah cenderung mengalami
peningkatan yang diakibatkan oleh sel B pankreas atau
ketidakmampuan jaringan dalam mengelola insulin (Groosman,
2014). Definisi lain menyebutkan bahwa Diabetes Melitus adalah
kumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa dalam darah akibat kerusakan kerja insulin,sekresi
insulin atau keduanya. Komplikasi dari Diabetes Mellitus biasanya
terjadi ulkus pada kaki yang biasanya juga disebut dengan Ulkus
Diabetikum (Putri, 2013).
Kaki Diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat
Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol. Kelainan kaki Diabetes
Mellitus dapat disebabkan oleh adanya gangguan pembuluh darah,
gangguan persyarafan, dan adanya infeksi (Soegondo, 2011).
Menurut sumber lain, Ulkus Diabetik adalah luka terbuka pada
permukaan kulit atau selaput lendir yang mengalami kematian
jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit yang
menyebabkan kelainan pembuluh darah yang terjadi lebih dini dan
lebih cepat berkembang akibat peningkatan kadar gula darah (Putri,
2013).
2. Etiologi
a. Gangguan Pembuluh Darah
Keadaan hiperglikemia yang terus menerus akan mempunyai
dampak pada kemampuan pembuluh darah tidak berkontraksi dan
relaksasi berkurang. Hal ini mengakibatan sirkulasi darah
tubuh menurun, terutama kaki, dengan gejala antara lain yaitu
sakit pada tungkai bila berdiri, berjalan dan melakukan kegiatan
fisik, jika diraba kaki teraba dingin, tidak hangat, rasa nyeri kaki
pada waktu istirahat dan malam hari, sakit pada telapak kaki
setelah berjalan, jika luka sukar sembuh, pemeriksaan tekanan
nadi kaki menjadi kecil atau hilang, perubahan warna kulit, kaki
nampak pucat atau kebiru-biruan (Wijaya, 2018).
b. Gangguan Persyarafan
Neuropati menghambat signal, rangsangan atau terputusnya
komunikasi dalam tubuh. Syaraf pada kaki sangat penting dalam
menyampaikan pesan ke otak, sehingga menyadarkan kita akan
adanya bahaya pada kaki semisal saat tertusuk paku, terkena
benda panas atau dingin. Kaki diabetes dengan neuropati akan
mengalami gangguan sendorik, motorik, dan otonomik, neuropati
sendorik ditandai dengan adanya perasaa pada baal atau kebal
(parastesia), kurang berasa terutama terhadap rasa panas, dingin,
sakit, terkadang rasa gatal, dan pegal pada kaki (Wijaya, 2018).
c. Infeksi
Penurunan sirkualasi darah pada daerah kai akan menghambat
proses penyembuhan luka, akibatnya kuman masuk ke dalam luka
dan terjadi infeksi. Peningkatan kadar gula darah dapat
menghambat kerja leukosit dalam mengatasi infeksi, luka menjadi
ulkus gangren dan terjadi perluasan infeksi sampai ke tulang
(Wijaya, 2018).
3. Klasifikasi dan derajat luka
Kriteria infeksi pada ulkus kaki diabetik mempunyai tanda-tanda
sseperti mengeluarkan esksudat yang banyak, adanya infeksi, luka
menjadi berbau, bengkak indurasi dan terdapat eriema disekitar
luka. Terjadi infeksi seperti infeksi ringan (superfisial, ukuran dalam
terbatas), sedang lebih dalam dan luas, berat ditandai dengan
sistemik dan gangguan metabolik (Arisanty, 2013). Klasifikasi luka
menurut derajat luka seperti :
a. Grade ulkus diabetik menurut yaitu pada grade 0 kulit
masih utuh, ada kelainan bentuk kaki akibat neuropati, dan
terdapat rasa baal. Grade 1 terdapat tukak superfisial,
telapak kaki di kelilingi kalus. Grade 2 kaki mengalami
tukak lebih dalam. Grade 3 terdapat tukak dalam, abses,
selulitis, osteomielitis, bau pada kaki. Grade 4 terdapat
tukak dalam, abses, ostemielitis, gangren jari dan bau pada
kaki (Nugroho, 2011).
b. Klasifikasi wagner untuk lesi pada kaki diabetes pada
Derajat 0: tidak ada luka ( kulit yang intake) , derajat 1
terdapat luka di permukaan, dan luka kulit yang full
thicknees, derajat 2 terdapat luka hanya pada jaringan
lunak dan tidak mencapai tulang, derajat 3 terdapat luka
dalam terdapat abses atau osteomyelitis, derajat 4 terdapat
luka dalam, gangren jari kaki atau fore foot gangrene,
derajat 5 terdapat ganggren seluruh kaki (Nugroho, 2011).
4. Patofisiologi
Masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang diabetes melitus yang menyebabkan kelainan neuropati
dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati
sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan
berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak
kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya
kerentanan terhadap infeksi menyebabkan, infeksi mudah merebak
menjadi infeksi yang luas. faktor aliran darah yang kurang juga
akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetis,
penyakit pada pembuluh darah akan mengakibatkan fleksibilitas
darah merah kemudian pelepasan oksigen menurun dan akan
mengakibatkan hipoksia perifer dan akan menyebabkan
ketidakefektifan jaringan perifer dan akan menyebabkan iskemia
yang akan menimbulkan nyeri (Putri, 2013). Kerusakan sistem
saraf pada otot-otot kaki menyebabkan ketidakseimbangan antara
fleksi dan ekstensi kaki yang dipengaruhi. Hal ini mengakibatkan
kerusakan kulit dan ulserasi. neuropati otonomik menyebabkan
penyusutan fungsi kelenjar minyak dan kelenjar keringat. sebagai
akibatnya, kaki kehilangan kemampuan alami untuk melembabkan
permukaan kulit dan menjadi kering dan meningkatkan
kemungkinan untuk robek atau luka dan menjadi penyebab
perkembangan infeksi. neuropati otonomik pada kaki diabetes
melitus menyebabkan kehilangan sekresi kelenjar keringat dan
peningkatan termogulasi shunting aliran darah, hal ini
mengakibatkan kaki hangat dengan kulit dehidrasi. Adanya
peningkatan aliran shunting darah, tekanan vena pada kaki tersebut
meningkat dan membentuk edema yang mempengaruhi difusi
oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan luka sulit sembuh dan
menimbulkan nyeri yang dapat mengakibatkan hambatan mobilitas
fisik (Tarwoto, 2011)
Neuropati otonomik berdampak pada kehilangan tonus
simpatis vaskuler perifer yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan tekanan dan aliran arteri bagian distal. peningkatan ini
berdampak pada kerusakan dinding pembuluh darah dan beresiko
pembentukan plak. kehilangan sensasi pada bagian memperberat
perkembangan ulkus. Defisiensi sensori meliputi kehilangan
persepsi nyeri, temperatur, sentuhan ringan dan tekanan. Gejala
parestesia atau nyeri tidak menyadari kalau kehilangan sensasi
proteksinya. Saat trauma terjadi di daerah yang mengalami infeksi
akan menimbulkan yang mengakibatkan kerusakan intergritas
kulit. Dan apabila luka tidak diketahui dan berkembang mengalami
infeksi akan meningkatkan pruduksi pus dan luka akan semakin
lebih parah karena mengalami penekanan dan pergesekan berulang-
ulang dari proses ambulasi dan pembebanan tubuh yang akan
mengakibatkan kerusakan intergritas pada jaringan (Tarwoto,
2011).
Penyakit Diabetes Mellitus merupakan faktor yang
berkontribusi terhadap perkembangan ulserasi kaki, kondisi ini
umumnya mempengaruhi ateri tibialis dan arteri peroneal pada otot
betis. disfungsi sel endotelial dan abnormalitas sel otot polos
berkembang pada pembuluh arteri sebagai konsekuensi status
hiperglikemia yang persisten. Perkembangan selanjutnya
mengakibatkan penurunan kemampuan vasodilator endotelium
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh arteri. lebih jauh
hiperglikemia pada diabetes dihubungkan dengan peningkatan
thoromboxane A2, suatu vasokonstiktor dan agonisagregasi
platelet, yang memicu peningkatan hiperkoagulasi plasma. Selain
itu juga terjadi penurunan matriks ekstraseluler pembuluh darah
yang memicu terjadinya stnosis lumen arteri. Akumulasi kondisi
diatas memicu terjadinya penyakit obstruksi arteri yang
mengakibatkan iskemia pada ekstermitas bagian bawah dan
meningkatkan risiko ulserasi pada penderita diabetes melitus.
Kejadian aterosklerosis pada ekstermitas bagian bawah penderita
diabetes melitus tiga kali lebih tinggi dan pembuluh bagian betis
yang terkena. Kondisi iskemik juga menyebabkan resiko
perkembanganya ulkus menjadi gangren. penyakit pembuluh darah
perifer mengakibatkan penyembuhan luka yang buruk dan
meningkatkan resiko amputasi (Tarwoto, 2011).
Stasis aliran vena bahwa selain adanya gangguan pada
pembuluh arteri perifer, penderita diabetes melitus dapat
mengalami ulkus kaki diabetik yang disebabkan oleh bendungan
akibat aliran stasis pada vena. Adanya stasis aliran vena di tandai
dengan adanya edema. Stasis vena biasanya timbul di akibatkan
fungsi fisiologi pengembalian darah dari ekstermitas bawah
kembali kejantung terganggu. Mekanisme primer pengembalian
darah kembali ke jantung meliputi adanya tonus otot polos pada
dinding vena, adanya kontraksi pada otot-otot betis (otot
gastrocnemius dan soleus) dan tekanan negatif intra torak selama
inspirasi (Tarwoto, 2011).
5. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada pasien ulkus diabetikum dapat
diketahui dengan dengan adanya kelainan pada kaki daerah plantar
kaki, mengalami kelainan bentuk kaki pada kaki atau deformitas
kaki, pasien dengan ulkus diabetikum mengalami kekurangan
kesimbangan pada saat berjalan, adanya fisura dan kulit kering
pada kaki, terdapatnya kalus pada area yang tertekan, tekanan pada
area nadi kemungkinan normal, biasanya luka dalam dan
berlubang, sekeliling kulit dapat terjadi selulitis, hilang atau
berkurangnya sensasi nyeri, mengalami serosis, adanya
hyperkeratosis pada sekeliling luka dan anhidrosis, adanya eksudat
dan luka tampak merah (Suriadi, 2004).
6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada ulkus diabetikum antara lain
selulitis yaitu lesi yang terkontaminasi oleh bakteri, komplikasi
yang selajutnya terjadi neuropati pada kaki yang menyebabakan
mati rasa , menyebabkan kaki terasa dingin, kram atau kejang pada
otot tungkai dan kulit kering, ulkus mengalami kerusakan pada
permukaan kulit, kemudian ulkus mengalami kerusakan pada kulit
yang mencapai tendon dan tulang, ulkus terjadi abses dan
mengalami pembengkakan, gangren pada seluruh kaki (Borley,
2006).
7. Prinsip managemen ulkus diabetikum
Managemen menangai ulkus diabetikum yang benar dapat
menurunkan angka kejadian amputasi. Untuk menurunkan kejadian
amputasi ini, diperlukan peran penting perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan yang tepat seperti mengatasi penyakit penyerta
seperti mengontrol kadar gula darah memberikan insulin dan
olahraga secara teratur. Membantu pasien mengenali karakteristik
luka diabetic seperti luka neuropatik, iskemik dan neuro-iskemik.
Penanganan luka sebelum menjadi iskemik dan
neuroiskemik yaitu dengan cara pencucian luka dan perawatan luka
yang baik dan pemilihan jenis balutan yang baik. Pemilihan jenis
balutan adalah memilih jenis balutan yang dapat mempertahankan
suasana lingkungan luka dalam keadaan lembab, mempercepat
proses penyembuhan hingga 50%, absorbsi eksudat atau cairan
luka yang keluar berlebihan membuang jaringan nekrosis atau
slough (support autolysis), kontrol terhadap infeksi atauterhindar
dari kontaminasi, nyaman digunakan dan menurunkan rasa sakit
saat mengganti balutan dan menurunkan jumlah biaya dan waktu
perawatan (cost effektive). Jenis balutan: absorbent dressing,
hydroactive gel, hydrocoloid (Putri, 2013).
Langkah selanjutnya yaitu melakukan persiapan dan
menganalisis tanda kritis pada luka seperti iskemik dan infeksi di
sertai kerusakan jaringan luas. Kerusakan yang luas dan infeksi luas
ini membutuhkan pemberisihan dengan cara Debridement.
Debridement dilakukan dengan pembuangan jaringan nekrosis atau
slough pada luka. Debridement di lakukan untuk menghindari
terjadinya infeksi atau selulitis, karena jaringan nekrosis selalu
berhubungan dengan adanya peningkatan jumlah bakteri. Setelah
debridement, jumlah bakteri akan menurun dengan sendirinya yang
diikuti dengan kemampuan tubuh secara efektif melawan infeksi.
Secara alami dalam keadaan lembab tubuh akan membuang
sendiri jaringan nekrosis atau slough yang menempel pada luka
(Putri, 2013). Pencegahan luka bertambah parah juga dapat
dilakukan dengan cara mengajarkan pasien off-loading dengan
sandal atau sepatu khusus yang dapat mendistribusikan tekanan
merata pada telapak kaki seperti menggunakan Total Contact Cast
(TCC) (Putri, 2013).
TABEL SISNTESIS JURNAL
PENULIS TUJUAN DESAIN JUMLAH TEMPAT HASIL KESIMPULAN
DAN TAHUN PENELITIAN PENELITIAN RESPONDEN PENELITIAN
/ SAMPEL
Endang Penelitian ini Desain yang Jumlah Penelitian Berdasarkan hasil analisis data 1. Kelompok perlakuan dengan
Subandi, bertujuan akan sampel 15 ini proses penyembuhan luka yang jumlah kategori jaringan sehat
Kelvin untuk digunakan orang. dilakukan dialami oleh responden yang sebanyak 8 responden atau
Adam mengetahui dalam metode di wilayah menjalani perawatan modern sekitar 53,3% dan regenerasi
Sanjaya efektifitas penelitian ini penelitian kerja kab. dressing pada kelompok luka dengan jumlah responden
Tahun 2019 modern adalah jenis dengan crebon intervensi dan konvesional pada sebanyak 7 responden atau
(Subandi & dressing penelitian teknik kelompok kontrol dengan 15 sekitar 46,7%, sedangkan pada
Adam, terhadap desain quasy wawancara responden dapat diketahui bahwa kelompok kontrol dengan
2019) proses eksperiment dan proses penyembuhan luka pada katagori regenerasi luka
penyembuhan dengan observasi. responden sesudah sebanyak 15 responden 100%.
luka diabetes pendekatan dilakukan modern dressing pada 2. Ada perbedaan pada kelompok
mellitus tipe 2 pre-postest kelompok intervensi dengan perlakuan modern dressing
with control jaringan sehat sebanyak 8 terhadap proses penyembuhan
luka diabetes mellitus tipe 2 (p
group desain responden
value= 0,005) dan tidak ada
(53,3%), regenerasi luka perbedaan pada kelompok
sebanyak 7 responden (46,7%) kontrol konvensional terhadap
dan pada kelompok proses penyembuhan luka
kontrol konvensional diabetes mellitus tipe 2 (p value
dengan kategori regenerasi luka = 1,000). Terdapat perbedaan
sebanyak 15 responden (100%) antar kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. Pada
kelompok perlakuan didapatkan
p value sebesar 0,001
sedangkan pada kelompok
kontrol didapatkan nilai p value
sebesar 1,000.
Sastrawan Tujuan Desain Populasi Penelitian Hasil penelitian diketahui 1. Dari hasil penelitian yang telah
Bangun, penelitian ini penelitian dalam dilakukan terdapat perbedaan kualitas hidup dilakukan,terdapat Pengaruh
Lestari untuk yang penelitian pada pada kelompok intervensi dan perawatan luka dengan metode
Tahun mengetahui digunakan ini adalah pasien kelompok kontrol sesudah dressing modernterhadap
2019 pengaruh adalah true- seluruh ulkus dilakukannya perawatan luka kualitas hidup pasien ulkus
(Sastrawa perawatan ekperimenta pasien diabetiku dengan metode dressing diabetikum pada kelompok
n, 2019) luka dengan l ulkus m di modernyaitu domain fisik intervensi di Klinik Asri Wound
metode dengan diabetes Klinik (p=0,033), domain psikologis Care Center Medan Tahun
dressing pretest- mellitus Asri (p=0,013), domain sosial 2019.
modern posttest yang Wound (p=0,020), domain lingkungan 2. Dari hasil penelitian yang telah
terhadap with control berobat di Care (p=0,046). diharapkan responden dilakukan, tidak terdapat
kualitas group klinik asri Center dan keluarga dapat mengetahui Pengaruh perawatan luka
hidup design. wound Medan perawatan luka dengan dressing dengan metode konvensional
pasien ulkus care modern untuk perbaikan kualitas terhadap kualitas hidup pasien
diabetikum. centerperi hidup pasien ulkus diabetikum ulkus diabetikum pada
ode kelompok control di Rumah
Januari- Sakit Umum Daerah Deli
Desember Serdang Tahun 2019.
Tahun
2018 3. Dari hasil penelitian yang telah
sebanyak dilakukan, terdapat perbedaan
195 orang kualitas hidup resepon den pada
kelompok intervensi setelah
diberikan perawatan dressing
modern dan kelompok kontrol
setelah diberikan perawatan
luka konvensional.
Remondo Tujuan Jenis Populasi Penelitian Hasil penelitian Ini membuktikan 1. Proses penyembuhan luka
Sitohang, penelitian ini penelitian dalam dilakukan adanya pengaruh pembalutan luka diabetik sebelum penggunaan
Solihuddin adalah untuk yang penelitian pada modern terhadap proses balutan modern, dari 30
responden terdapat 14
Harahap melihat digunakan ini pasien penyembuhan luka diabetes
responden (46.7%) memiliki
Tahun pengaruh Penelitian adalah ulkus melitus dan juga proses penyembuhan luka
2019 penggunaan ini memakai seluruh diabetiku perawatannya harus secara rutin degenarasi dan 16 responden
(Remando, balutan metode keluarga m di dilakukakan sesuai jadwal rawat (53.3%) regenerasi.
sitohang; modern deskriptif pasien Klinik luka. Dapat disimpulkan bahwa 2. Proses penyembuhan luka
solihuddin terhadap analitik diabetes Asri rata-rata proses penyembuhan diabetik sesudah penggunaan
, 2019) proses dengan mellitus Wound luka sebelum dan sesudah balutan modern seperti balutan
foam terdapat 14 responden
penyembuha desain “One yang Care penggunaan balutan modern
(46.7%) memiliki
n luka Group berobat di Center menurun. Dimana rata-rata prosespenyembuhan luka
diabetik pretest klinik Asri Medan sebelum adalah 34.5 dan sesudah degenarasi dan 16 responden
posttest” Wound 26.9. selisih rata-rata diperoleh (53.3%) regenerasi.
yaitu hanya Care 7.6 dengan selisih perbedaan 5.9 3. Ada pengaruh
memberikan sampai 9.9 (95% confidence penggunaanbalutan luka
modern modern seperti balutan
informasi Center Interval of The Difference). foam terhadap proses
yang Medan Sehingga ada penurunan rata-rata penyembuhan lukad diabetik
bersifat periode proses penyembuhan luka yaitu nilai p-value 0.000<0.05.
deskriptif. januari- sebelum penggunaan balutan
desember modern dan sesudahnya.
Tahun
2018
sebanyak
195 orang
Dwi Penelitian ini Penelitian Jumlah Klinik Hasil penelitian rata-rata 1. Jenis kelamin responden paling
Kartika bertujuan ini adalah sampel Griya perubahan skor kualitas hidup banyak adalah perempuan
Rukmi, mengetahui Pra- yang Pusat adalah 13 poin. kesimpulan (70,6%), usia 30-65 tahun
(82,4%). tingkat pendidikan SD
Arip pengaruh Exsperimen digunakan Perawatan penelitian ini adalah perawatan
(52,9%) dan status ekonomi
Hidayat perawatan tl dengan adalah 17 Luka luka dengan modern dressing tinggi (64,7%).
Tahun luka dengan desain one- responden (Puspa) dapat meningkatkan kualitas 2. Karakteristik kondisi luka
2018 modern group pra- dari Klinik Caturharjo hidup, terlihat dari adanya sebelum dilakukan perawatan
(Rukmi & dressing post test Griya . peningkatan hasil perhitungan modern dressing adalah derajat
Hidayat, terhadap design. Pusat kualitas hidup pada pasien dengan 2( 58,8%), dengan dasar kuning
2018) perbaikan perawatan ulkus diabetikum. Perbaikan (41,2%), jumlah eksudat banyak
(70,8%) dan positif tanda
kualitas luka derajat luka serta karakteristik
infeksi (64,7%).
hidup pasien luka sebelum dan setelah 3. Karakteristik kondisi luka
ulkus dilakukan perawatan luka dapat setelah dilakukan perawatan
diabetikum mempengaruhi dari perbaikan modern dressing adalah derajat
kualitas hidup. 2 (58,8%), dengan dasar merah
(88,2%), eksudat sedang
(58,8%) dan tidak ditemukan
tanda infeksi (0%).
4. Skor kualitas hidup sebelum
dilakukan perawatan modern
dressing rata rata adalah 65,88
dan setelah dilakukan
perawatan modern dressing rata
rata menjadi 78,76.
5. Hasil uji statistic didapatkan
terdapat pengaruh perawatan
luka dengan modern dressing
dalam meningkatkan kualitas
hidup pasien ulkus diabetikum
di Griya Pusat Perawatan Luka
Caturharjo, Sleman, Yogyakarta
(Pv = 0,00).
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Berdasarkan metode yang di gunakan dalam mencari jurnal dan
menetapkan kriteria inklusi, maka penulis menentukan artikel yang akan di
review yang telah melewati penyaringan melelui metode MESH,
kemudian di spesifikan dalam 5 tahun terakhir, kemudian di spesifikan
dalam 3 tahun terakhir setelah itu di analisa artikel mana saja yang
memenuhi kriteria inkulisi. Dari 17 artikrl yang memenuhi kriteria inklusi,
penulis menentukan 4 artikel yang akan di review dari berbagai macam
metode yang berbeda yang di anggap bisa menjawab tujuan dari penulisan
literature review. Dari keempat artikel yang didapatkan dan akan
dianalisis, masing memiliki metode penelitian yang beragam yaitu quasy
exsperiment, pra-exsperimental, true-ekperimental dan deskriptif analitik.
Begitu pula tempat dilakukan penelitian juga berbeda. Untuk artikel
pertama dilakukan peneitian di Kab. Cerebon, artikel ke-dua dan ketiga
dilakukan penelitian di Klinik Asri Wound Care Center Medan, artikel
yang ke-empat di lakukan penelitian di Klinik Griya Pusat Perawatan Luka
(Puspa) Caturharjo Yogyakarta.
Artikel pertama menunjukan bahwa berdasarkan hasil analisis data
proses penyembuhan luka yang dialami oleh responden yang menjalani
perawatan modern dressing pada kelompok intervensi dan konvesional
pada kelompok kontrol dengan 15 responden, dapat diketahui bahwa
proses penyembuhan luka pada responden sesudah dilakukan modern
dressing pada kelompok intervensi dengan jaringan sehat sebanyak 8
responden (53,3%), regenerasi luka sebanyak 7 responden (46,7%) dan
pada kelompok kontrol konvensional dengan kategori regenerasi luka
sebanyak 15 responden (100%).
Artikel ke-dua menunjukan bahwa bahwa domain fisik pada
kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan perawatan dressing
modern diperoleh selisih rata-rata -0,72 artinya antara sebelum dan
sesudah ada peningkatan rata- rata sebesar 0,72. Domain psikologis pada
kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan perawatan dressing
modern diperoleh selisih rata-rata -0,83 artinya antara sebelum dan
sesudah ada peningkatan rata-rata sebesar 0,83. Domain sosial pada
kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan perawatan dressing
modern diperoleh selisih rata-rata -0,61 artinya antara sebelum dan
sesudah ada peningkatan rata-rata sebesar 0,61. Domain lingkungan pada
kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan perawatan dressing
moderndiperoleh selisih rata-rata -0,44 artinya antara sebelum dan sesudah
ada peningkatan rata-rata sebesar 0,44. Sehingga peneliti menyimpulakan
dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat Pengaruh perawatan
luka dengan metode dressing modern terhadap kualitas hidup pasien ulkus
diabetikum pada kelompok intervensi.
Artikel ke-tiga menunjukan bahwa rata-rata proses penyembuhan
luka sebelum dan sesudah penggunaan balutan modern menurun. Dimana
rata-rata sebelum adalah 34.5 dan sesudah 26.9. selisih rata-rata diperoleh
7.6 dengan selisih perbedaan 5.9 sampai 9.9 (95% confidence Intervalof
The Difference). Sehingga peneliti menyumpulkan bahwa ada penurunan
rata-rata proses penyembuhan luka sebelum penggunaan balutan modern.
Artikel ke-empat menunjukan bahwa karakteristik kondisi luka
sebelum dilakukan perawatan modern dressing adalah derajat 2 ( 58,8%),
dengan dasar kuning (41,2%), jumlah eksudat banyak (70,8%) dan positif
tanda infeksi (64,7%). sedangkan karakteristik kondisi luka setelah
dilakukan perawatan modern dressing adalah derajat 2 (58,8%), dengan
dasar merah (88,2%), eksudat sedang (58,8%) dan tidak ditemukan tanda
infeksi (0%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbaikan luka
setelah dilakukan perawatan moderen dresing. Begitu juga dengan skor
kwalitas hidup didapatkan skor sebelum dilakukan perawatan modern
dressing rata rata adalah 65,88 dan setelah dilakukan perawatan modern
dressing rata rata menjadi 78,76. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh perawatan luka dengan modern dressing dalam
meningkatkan kualitas hidup pasien ulkus diabetikum.
B. PEMBAHASAN
Penetapan kriteria yang ketat pada metode sangat mempengaruhi
jumlah artikel yang didapat. Penentuan artikel yang diambil awalnya
dengan cara memasukan kata kuci tiap variabel yang telah di pilih sesuai
MESH (Medical Subject Heading) kemudian dilakukan pencarian
menggunakan google scholar. Setelah dilihat bahwa jumlah artikel yang
didapatkan terbatas kriteria pengambilan artikel selanjutnya spesifikan
dalam 5 tahun terakhir hasil yang di dapatkan masih terlalu luas untuk
menentukan artikel yang bisa di gunakan. Karna dirasa hasil yang
didapatkan masih telalu banyak untuk bisa di tentukan, kemudian
dispesifikan lagi dalam 3 tahun terakhir. Hasil artikel yang di dapatkan
dari pencarian dengan memasukkan kata kunci dan dan dispesifikan dalam
3 tahun terakhir diambil dan dianalisa mana saja yang memenuhi kriteria
inklusi dan dapat dijadikan sebagai artikel yang akan digunakan, dengan
mengacu pada artikel yang terkait dengan intervensi perawatan luka
dengan menggunakan modern dressing terhadap penyembuhan luka
diabetikum. Setelah menurunkan kriteria berupa metode penelitian,
akhirnya artikel yang didapatkan 4 artikel. Hasil yang sejalan ditunjukkan
pada hasil penelitian diartikel, hasil penelitian secara umum menyebutkan
bahwa metode perawatan luka dengan modern dresing memang terbukti
signifikan mampu membantu proses penyembuhan luka melalui
mekanisme terjadinya purunan rata-rata proses penyembuhan luka dan
meningkatnya kualitas hidup pasien luka ulkus diabetikum setelah
dilakukan perawatan dengan metode modern dresing. Penyembuhan luka
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka adalah status imunologi atau kekebalan tubuh, kadar
gula darah, rehidrasi dan pencucian luka, nutrisi, kadar albumin darah,
suplai oksigen dan vaskulerisasi. (Kartika et al., 2015)
Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah
menggunakan prinsip moisture balance, yang disebutkan lebih efektif
dibandingkan metode konvensional. Perawatan luka menggunakan prinsip
moisture balance ini dikenal sebagai metode modern dressing. (Kartika et
al., 2015)
Selama ini, ada anggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika
luka tersebut telah mengering. Namun faktanya, lingkungan luka yang
kelembapannya seimbang memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi
kolagen dalam matriks nonseluler yang sehat. Pada luka akut, moisture
balance memfasilitasi aksi faktor pertumbuhan, cytokines, dan chemokines
yang mempromosi pertumbuhan sel dan menstabilkan matriks jaringan
luka. Jadi, luka harus dijaga kelembapannya. Lingkungan yang terlalu
lembap dapat menyebabkan maserasi tepi luka, sedangkan kondisi kurang
lembap menyebabkan kematian sel, tidak terjadi perpindahan epitel dan
jaringan matriks. (Kartika et al., 2015). Dalam pelaksanaanya perawatan
luka kepada pasien di praktik perawatan luka ini menggunakan konsep
perawatan luka modern dengan prinsip moisture balance dan
mengaplikasikan advance dressing. Namun demikian pasien yang akan
menentukan bahan/ dressing yang akan diaplikasikan karena hal ini terkait
dengan pembiayaan. Perawatan luka yang diberikan pada pasien harus
dapat meningkatkan proses perkembangan luka.(Handayani, 2016)
Perawatan yang diberikan bersifat memberikan kehangatan dan
lingkungan yang moist (lembab) pada luka. Kondisi yang lembab pada
permukaan luka dapat meningkatkan proses perkembangan luka,
mencegah dehidrasi jaringan dan kematian sel kondisi ini juga dapat
meningkatkan interaksi antara sel dan faktor pertumbuhan.(Handayani,
2016). Penelitian lain juga menyatakan bahwa lingkungan yang lembab
dapat mempercepat respon inflamasi, sehingga proliferasi sel menjadi
lebih cepat. (Nabila, 2018). Perawatan luka modern harus tetap
memperhatikan tiga tahap, yakni mencuci luka, membuang jaringan mati,
dan memilih balutan. Mencuci luka bertujuan menurunkan jumlah bakteri
dan membersihkan sisa balutan lama, debridement jaringan nekrotik atau
membuang jaringan dan sel mati dari permukaan luka. (Kartika et al.,
2015)
Dalam suasana lembab metabolisme sel akan menjadi lebih baik
karena tersedia air, nutrisi, dan vitamin lebih banyak. Efek suasana lembab
dapat mencegah dehidrasi jaringan, kematian sel, mempercepat
angiogenesis, meningkatkan pemecahan jaringan mati dan fibrin, serta
mengurangi nyeri saat medikasi.(Nabila, 2018). Jenis modern dressing
lain, yakni Ca Alginat, kandungan Ca-nya dapat membantu menghentikan
perdarahan. Kemudian ada hidroselulosa yang mampu menyerap cairan
dua kali lebih banyak dibandingkan Ca Alginat. Selanjutnya adalah
hidrokoloid yang mampu melindungi dari kontaminasi air dan bakteri,
dapat digunakan untuk balutan primer dan sekunder. Penggunaan jenis
modern dressing disesuaikan dengan jenis luka. untuk luka yang banyak
eksudatnya dipilih bahan balutan yang menyerap cairan seperti foam,
sedangkan pada luka yang sudah mulai tumbuh granulasi, diberi gel untuk
membuat suasana lembap yang akan membantu mempercepat
penyembuhan luka.(Kartika et al., 2015).
Hasil penelitian dari (Subandi & Adam, 2019) Menyatakan bahwa
masih ada angka luka diabetes di masyarakat sebanyak 15%. Menandakan
masyarakat masih belum mengerti adanya perawatan luka yang tepat dan
sebagian masyarakat memilih perawatan luka konvensional dikarenakan
mudah didapatkan alat dan bahan, bisa dilakukan secara mandiri,
sedangkan teknik ini memiliki dampak negatif yang cukup banyak seperti
resiko infeksi tinggi, balutan cepat kering resiko menimbulkan luka baru
dan balutan berbau. Berbeda dengan modern dressing yang mengandalkan
kelembaban untuk proses penyembuhan luka dengan kelebihan menyerap
eskudat dengan baik, tidak bau, mengefektifitas perawatan di rumah sakit.
Oleh karena itu metode perawatan harus bersifat menjaga kelembaban dan
mempertahankan kehangatan pada luka. Metode perawatan modern
memiliki prinsip kerja dengan menjaga kelembaban dan kehangatan area
luka.(Handayani, 2016).\Berdasarkan artikel mengenai modern dressing
yang telah dijelaskan di atas maka penulis mengangap bahwa pengunaan
modern dressing mamang sangat baik digunakan dalam proses
penyembuhan ulkus diabetikum, apalagi seperti pengalaman yang dialami
penulis sendiri dalam melakukan perawatan pada pasien ulkus, dimana
perawatan yang dilakukan dalam mencegah terjadinya infeksi perlu
dilakukan berulang kali dengan cara mengganti balutan dan membersihkan
area luka agar luka tetap dalam keadaan bersih sehingga dapat membantu
proses penyembuhan luka. Hal ini tentunya berbanding lurus dengan
prinsip perawatan moderen dressing yaitu moisture balance. Dimana hasil
yang bisa ditemukan ketika prinsip moisture balance ini diterapkan dalam
perawatan luka ulkus yang berulang kali, akan memudahkan perawat
dalam membuka balutan dan mencegah terjadinya kerusakan jaringan
yang baru tumbuh akibat melekatnya jaringan di dalam balutan yang
kering seperti yang biasa dialami dalam perawatan luka konvensional.
Artikel mengenai pelaksanaan perawatan luka dengan modern
dressing terhadap penyembuhan luka diabetik yang terpublikasi masih
belum banyak, namun evidence yang ditemukan dari artikel sudah cukup
kuat karena artikel yang ditampilkan merupakan artikel yang terpublikasi
dari literature yang baik, resmi serta sudah dilakukan peer review sebelum
dipublikasikan. Kualitas dan bukti yang ditampilkan pada artikel sudah
cukup kuat, hanya saja masih dibutuhkan penelitian lanjutan dengan
sampel manusia lebih banyak serta untuk membuktikan efektifitas
pelaksanaan metode perawatan luka dengan moderen dressing terhadap
penyembuhan luka diabetik pada sampel manusia. Meski jumlah artikel
yang melihat pengaruh intervensi perawatan luka dengan modern dresing
terhadap penyembuhan luka diabetes masih sedikit, intervensi perawatan
luka dengan modern dresing ini memiliki peluang yang besar untuk
dipraktekkan di tatanan klinis dan komunitas khususnya di Indonesia.
Kondisi ini di dukung oleh banyaknya kelebihan dari perawatan luka
dengan moderen dressing lebih ekonomis, mudah digunakan, tidak
menimbulkan adiksi, dapat digunakan kapan saja dan tidak memiliki efek
samping bila diberikan pada pasien yang melakukan perawatan luka
diabetiku. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada sampel manusia lebih
banyak pada Negara yang berbeda dengan karakter budaya yang berbeda.
Pemilihan lokasi perawatan luka dengan moderen dressing memiliki peran
penting karena terdapat jalur-jalur syaraf sehingga perlu menjadi perhatian
agar perawatan luka dengan moderen dressing dapat bekerja lebih
maksimal.
BAB 4
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hasil literature review ini menunjukkan bahwa perawatan luka
dengan moderen dressing terbukti dapat membantu penyembuhan luka
diabetik hal ini di buktikan dari mampu membantu proses penyembuhan
luka melalui mekanisme terjadinya purunan rata-rata proses penyembuhan
luka dan meningkatnya kualitas hidup pasien luka ulkus diabetikum
setelah di lakukan perawatan dengan metode modern dresing. Bahan yang
di gunakan dalam perawatan luka dengan modern dresing mudah didapat,
mudah digunakan, ekonomis, tidak menimbulkan adiksi, dapat diberikan
kapan saja serta minim efek samping pada pasien.
Dengan sedikitnya hasil penelitian dengan menggunakan metode
penelitian yang terbaik yang dilakukan pada manusia, penelitian
selanjutnya dengan kualitas lebih baik akan sangat membantu proses
perkembangan metode perawatan luka dengan modern dresing untuk
dipraktekkan di Indonesia. Jika sudah ditemukan evidence yang terbaru
dengan kualitas penelitian yang lebih baik maka literature review ini dapat
diupgrade sebagai pedoman dalam memberikan metode perawatan luka
dengan modern dresing untuk penyembuhan luka luka diabetikum.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, E., Nur, A., Marissa, N., Nur Ramadhan Loka Litbang Biomedis Aceh Jl
Sultan Iskandar Muda Blang Bintang Lr Tgk Dilangga No, D., & Besar
Indonesia, A. (2017). Karakteristik Ulkus Diabetikum pada Penderita
Diabetes Mellitus di RSUD dr. Zainal Abidin dan RSUD Meuraxa Banda
Aceh. Karakteristik Ulkus Diabetikum Pada Penderita Diabetes Mellitus.
(Eka Fitria, 153–160. https://doi.org/10.22435/bpk.v45i3.6818.153-160
Gripp, K. W., Ennis, S., & Napoli, J. (2013). Exome Analysis in Clinical Practice:
Expanding the Phenotype of Bartsocas-Papas Syndrome. In American
Journal of Medical Genetics, Part A (Vol. 161, Issue 5, pp. 1058–1063).
https://doi.org/10.1002/ajmg.a.35913
Handayani, L. T. (2016). Perawatan luka kaki diabetes dengan modern dressing.
Jember, Universitas Muhammadiyah, 6(2), 149–159.
Hidayat, A. (2017). Pengaruh Perawatan Luka Dengan Modern Dressing terhadap
Kualitashidup Pasien Ulkus Diabetikum Di Griya Pusat Perawatan Luka
Caturharjo. 1–14.
Indrasari, H. N. (2018). Penerapan Manajemen Nutrisi Untuk Mengontrol
Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rsu Bahtreramas
Provinsi Sulawesi Tengara.
Kartika, R. W., Bedah, B., Paru, J., & Luka, A. P. (2015). Perawatan Luka Kronis
dengan Modern Dressing. Perawatan Luka Kronis Dengan Modern
Dressing, 42(7), 546–550.
Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. (2018). Hasil
Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
1–100. https://doi.org/1 Desember 2013
Nabila, N. P. (2018). Proses Penyembuhan Luka Ulkus Diabetikum Dengan
Metode Modern Dressing Diklinik Maitis Efrans Wound Care. Jurnal
Media Kesehatan, 10(2), 146–151. https://doi.org/10.33088/jmk.v10i2.336
Profil Dinkes Sultra. (2018). 28_Sultra_2016.pdf (p. 274).
Rantung, J., Yetti, K., & Herawati, T. (2015). Hubungan Self-Care Dengan
Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus (Dm) Di Persatuan Diabetes
Indonesia (Persadia) Cabang Cimahi. Jurnal Skolastik Keperawatan, 1(01),
38–51.
Remando, sitohang; solihuddin, H. (2019). PENGARUH PENGGUNAAN
BALUTAN MODERN TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA
DIABETIC. 9, 1–13. https://doi.org/.1037//0033-2909.I26.1.78
Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal
of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200.
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
Rukmi, D. K., & Hidayat, A. (2018). Pengaruh Implementasi Modern Dressing
Terhadap Kualitas Hidup
Sastrawan, B. L. (2019). PENGARUH PERAWATAN LUKA DENGAN
METODE DRESSING MODERN TERHADAP KUALITAS HIDUP
PASIEN ULKUS DIABETIKUM. 1–12.
Subandi, E., & Adam, K. (2019). MODERN DRESSING TERHADAP
PENYEMBUHAN LUKA DIABETES MELITUS TIPE 2 PROSES. 005,
1273–1283.
Lilin, R., Indriono, H., Reni, D., & Nurvantri., (2020). Panduan Literature Review
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

Anda mungkin juga menyukai