Di susun oleh:
1. Matheus G Kumbubui
2. Hermita Sandika 7. Dwi R Iryanto
3. Risma Pangaribuan 8. Walina Loho
4. Belina Bogum 9. Matheus G Kumbubui
5. Sukma Wulandari Bosta 10. Oktofianus T Merani
6. Yulanda Kwano
2. Epidemologi
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis metabolik yang paling
umum dijumpai di seluruh dunia dengan prevalensi yang cenderung
meningkat,oleh karena perubahan gaya hidup, kurangnya aktifitas fisik, dan
obesitas. Amerika Serikat mencatat pada tahun 2013 didapatkan hampir 2,9
juta penduduk menderita diabetes melitus. Di Inggris tercatat jumlah
penderita diabetes melitus meningkat 53% dari tahun 2006 sampai tahun
2013, yaitu dari 1,9 juta penderita menjadi 2,9 juta orang.
Marsa harapan hidup (life expectancy) penderita diabetes memendek
sampai dengan 15 tahun dan 75% meninggal akibat dari komplikasi
miksovaskular (NICE Guidelines, 2015). Organisasi kesehatan dunia (World
Health Organization/WHO) memperkirakan pada tahun 2000, jumlah total
populasi penderita diabetes tipe 1 dan 2 mencapai 3% dari total jumlah
populasi penduduk di seluruh dunia.
Indonesia termasuk ke dalam 10 besar negara yang memiliki
prevalensi penyakit diabetes melitus yang tinggi dan cenderung meningkat
dari tahun ke tahun. Pada tahun 1983 prevalensi DM di Indonesia mencapai
1,63% yang terus meningkat menjadi 5,7% pada tahun 2007, dan
diperkirakan menjadi 6,0% pada tahun 2030 (Yusufet al., 2016). Pada
populasi penderita diabetes diperkirakan sebanyak 15% akan mengalami
komplikasi berupa ulkus kaki diabetik (Zubairet al.,2015). UKD merupakan
penyebab tersering pasien mendapat perawatan di rumah sakit dan
meningkatkan kejadian amputasi non traumatik. Prevalensinya sekitar 4-
10% diantara populasi penderita diabetes melitus,dengan insiden mengalami
ulkus selama masa hidup penderitanya mencapai 25% (Pemayun et al.,
2015).
Di Amerika Serikat prevalensi ulkus diabetik adalah sebesar 11,6%
pada tahun 2003seperti dilaporkan oleh CentresFor Disease Control and
Prevention (CDCP). Pada tahun yang sama prevalensinya di Inggris juga
tinggi yaitu mencapai 7,4% (Zubairet al, 2015). Di Indonesia sendiri
prevalensi ulkus diabetik mencapai 24%, setelah komplikasi lain berupa
neuropati dan mikrovaskular (Yusufet al., 2016).
Ulkus kaki diabetik yang kronis dan sulit disembuhkan menjadi
penyebab tersering dilakukannya non traumatik amputasi (lower leg
amputation/LEA) pada penderita diabetes melitus, yaitu mencapai 82%.
Adanya infeksi pada ulkus ditambah dengan gangguan aliran darah ke
bagian distal ekstremitas menyebabkan ulkus menjadi resisten terhadap
terapi konvensional dan meningkatkan resiko penderita diabetes mengalami
amputasi kaki. Penelitian di Pakistan melaporkan kejadian amputasi kaki
meningkat pada ulkus diabetik derajat berat (Wagner grade ≥ 3) Data
penelitian kohort di Turki juga menyebutkan bahwa derajat keparahan ulkus
diabetik menjadi faktor prediktor kuat terjadinya amputasi kaki. Penelitian
observasional terhadap 94 penderita diabetes di Rumah Sakit Dr. Kariadi
Semarang menemukan bahwa kejadian amputasi ekstremitas bawah
meningkat pada ulkus diabetik Wagner derajat 3 sebanyak 15,9% dan
Wagner derajat 4 sebanyak 31,9% (Pemayunet al., 2015). Prevalensi ulkus
diabetik yang tinggi juga ditunjukkan oleh data penelitian observasional
cross sectional studydi RSUP Sanglah Denpasar , dimana didapatkan dari 32
penderita diabetes yang menjadi subyek penelitian sebanyak 12%
mengalami komplikasi ulkus diabetik Wagner derajat 4 (Dwikayanaet al.,
2016). Data lainnya juga menunjukkan tingginya tingkat pembedahan
(debridement) pada 256 penderita ulkus kaki diabetik tahun 2014, dimana
92 orang atau sebanyak 35,9% mengalami amputasi ektresmitas bawah
(Semadi, 2016).
3. Etiologi
Ulkus Kaki Diabetik pada dasarnya disebabkan oleh trias klasik
yaitu neuropati, iskemia, dan infeksi (Singh et al., 2013).
a. Neuropati
Sebanyak 60% penyebab terjadinya ulkus pada kaki penderita
diabetes adalah neuropati.Peningkatan gula darah mengakibatkan
peningkatan aldose reduktase dan sorbitol dehidrogenase dimana enzim-
enzim tersebut mengubah glukosa menjadi sorbitol dan fruktosa. Produk
gula yang terakumulasi ini mengakibatkan sintesis myoinositol pada sel
saraf menurun sehingga mempengaruhi konduksi saraf. Hal ini
menyebabkan penurunan sensasi perifer dan kerusakan inervasi saraf
pada otot kaki. Penurunan sensasi ini mengakibatkan pasien memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan cedera ringan tanpa disadari
sampai berubah menjadi suatu ulkus. Resiko terjadinya ulkus pada kaki
pada pasien dengan penurunan sensoris meningkat tujuh kali lipat lebih
tinggi dibandingkan pasien diabtes tanpa gangguan neuropati (Singh et
al., 2013).
b. Vaskulopati
Keadaan hiperglikemi mengakibatkan disfungsi dari sel-sel endotel
dan abnormalitas pada arteri perifer. Penurunan nitric oxide akan
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah dan meningkatkan resiko
aterosklerosis, yang akhirnya menimbulkan iskemia. Pada DM juga
terjadi peningkatan tromboksan A2 yang mengakibatkan
hiperkoagulabilitas plasma. Manifestasi klinis pasien dengan insufisiensi
vaskular menunjukkan gejala berupa klaudikasio, nyeri pada saat
istirahat, hilangnya pulsasi perifer, penipisan kulit, serta hilangnya
rambut pada kaki dan tangan (Singh et al, 2013).
c. Immunopati
Sistem kekebalan atau imunitas pada pasien DM mengalami
gangguan (compromise) sehingga memudahkan terjadinya infeksi pada
luka. Selain menurunkan fungsi dari sel-sel polimorfonuklear, gula darah
yang tinggi adalah medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Bakteri yang dominan pada infeksi kaki adalah aerobik gram positif
kokus seperti S. aureusdanβ-hemolytic streptococci.Pada telapak kaki
banyak terdapat jaringan lunak yang rentan terhadap infeksi dan
penyebaran yang mudah dan cepat kedalam tulang, dan mengakibatkan
osteitis. Ulkus ringan pada kaki dapat dengan mudah berubah menjadi
osteitis/osteomyelitis dan gangrene apabila tidak ditangani dengan
benar(Singh et al., 2013).
4. Klasifikasi
Klasifikasi ulkus diabetik menurut (Wijaya, Andra Saferi dan Mariza
Putri, 2016) adalah sebagai berikut:
a. Derajat 0 : Tidak ada lesi yang terbuka, luka masih dalam keadaan utuh
dengan adanya kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki
seperti “claw, callus”
b. Derajat I : Ulkus superfisial yang terbatas pada kulit.
c. Derajat II : Ulkus dalam yang menembus tendon dan tulang.
d. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa adanya osteomielitis.
e. Derajat IV : Gangren yang terdapat pada jari kaki atau bagian distal kaki
dengan atau tanpa adanya selulitis.
f. Derajat V : Gangren yang terjadi pada seluruh kaki atau sebagian pada
tungkai.
5. Patofisiologi
Ulkus kaki diabetik terbentuk dari berbagai mekanisme
patofisiologi dan neuropati diabetika merupakan salah satu faktor yang
paling berperan. Menurunnya input sensorik pada ekstremitas bawah
menyebabkan kaki mudah mengalami perlukaan dan cenderung berulang.
Selain neuropati, komplikasi diabetes yang lain adalah vaskulopati baik
pada mikrovasular maupun makrovasular. Hal ini menyebabkan aliran
darah ke ekstremitas bawah berkurang dan terhambatnya tekanan oksigen
gradien di jaringan. Keadaan hipoksia dan trauma berulang ini
menyebabkan ulkus berkembang menjadi luka kronis (Heynemanet al.,
2016). Hubungan neuropati,vaskulopati dan trauma pada patofisiologi
terbentuknya UKD.
Neuropati perifer merupakan faktor predisposisi yang paling awal
muncul meliputi disfungsi sensoris, autonom dan neuropati motorik.
Gangguan serabut sensoris menyebabkan menurunnya sensasi nyeri
sehingga kaki penderita diabetik dapat dengan mudah mengalami perlukaan
tanpa disadari. Disfungsi autonom menyebabkan perubahan aliran
mikrovaskuler dan terjadi arteri-vena shuntingsehingga mengganggu
perfusi ke jaringan,meningkatkan temperatur kulitdan terjadi edema. Selain
itu, kaki penderita menjadi keringdanmudah timbul fisura karena
menurunnya fungsi kelenjar keringat sehingga cenderung menjadi
hiperkeratosis dan mudah timbul ulkus. Neuropati motorik menyebabkan
kelemahan otot sehingga terjadi biomekanik abnormal pada kaki dan
menimbulkan deformitas seperti Hammer toes, claw toes, dan Charcot.
Bersama dengan adanya neuropati memudahkan terbentuknya kalus
(Clayton, 2014). Di samping neuropati perifer, angiopati diabetika
merupakan faktor yang paling sering menyebabkan morbiditas dan
mortalitas pada penderita. Manifestasi makroangiopati tampak sebagai
obstruksi pada pembeuluh darah besar yaitu arteri infrapopliteal dan
terganggunya sirkulasi darah kolateral. Hal ini menimbulkan penyakit arteri
perifer atau peripheral arterial disease (PAD) pada ekstremitas bawah. PAD
sendiri merupakan faktor resiko yang meningkatkan kejadian ulkus diabetik
terinfeksi (diabetik foot infection). Sedangkan akibat dari mikroangiopati
adalah penebalan membrane basal kapiler dan disfungsi endotel yang
mengganggu pertukaran nutrien dan oksigen sehingga terjadi iskemia di
jaringan (Ho, T.Ket al., 2012).
6. Patoflow Diagram
8. Komplikasi
Komplikasi ulkus yaitu komplikasi metabolik akut.
1. Hyperglikemia Menurut Sujono & Sukarmin (2011) hiperglikemi
didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi pada rentang non
puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah. Hiperglikemia mengakibatkan
pertumbuhan berbagai mikroorganisme dengan cepat seperti jamur dan
bakteri. Karena mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah
yang kaya glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi
mekanisme peningkatan darahpada jaringan yang cidera. Kondisi itulah
yang membuat mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan nutrisi.
Kondisi ini akan mengakibatkan penderita DM mudah mengalami infeksi
oleh bakteri dan jamur. Secara rinci proses terjadinya hiperglikemia
karena defisit insulin tergambar pada perubahan metabolik sebgai
berikut:
1) Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang.
2) Glukogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa). Berkurang dan tetap
terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
3) Glikolisis (pemecahan glukosa) mrningkat, sehingga cadangan glikogen
berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke darah secara terus menerus
melebihi kebutuhan.
4) Glukoneogenesis pembentukan glukosa dari unsur karbohidrat meningkat
dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah kedalam darah hasil
pemecahan asam amino dan lemak.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
2) Denervasi kulit menyebabkan produktivitas keringat
menurun,sehingga kulit kaki kering, pecah, rabut kaki / jari ( -),
kalus , claw toe Ulkus tergantung saat ditemukan ( 0 –5 )
3) Palpasia
a. Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal
b. Klusi arteri dingin,pulsasi (–)
c. Ulkus: kalus tebal dank eras.
11. Penatalaksanaan
Menurut (Suddarth, 2014), ada beberapa penatalaksanaan pada pasien
ulkus diabetikum, antara lain:
1. Pengobatan
Pengobatan dari gangren diabetik sangat dipengaruhi oleh derajat dan
dalamnya ulkus, apabila dijumpai ulkus yang dalam harus dilakukan
pemeriksaan yang seksama untuk menentukan kondisi ulkus dan besar
kecilnya debridement yang akan dilakukan. Dari penatalaksanaan
perawatan luka diabeti ada beberapa tujuan yang ingin dicapai antara
lain:
a. Mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab
b. Optimalisasi suasana lingkungan luka dalam kondisi lembab
c. Dukungan kondisi klien atau host ( nutrisi, control diabetes melitus
dan control faktor penyerta)
d. Meningkatkan edukasi klien dan keluarga
2. Perawatan luka diabetic
a. Mencuci luka Merupakan hal pokok untuk meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka serta
menghindari kemungkinan terjadinya infeksi. Proses pencucian luka
bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang
berlebihan, sisi balutan yang digunakan dan sisa metabolik tubuh
pada permukaan luka.
b. Debridement adalah pembuangan jaringan nekrosis atau slough pada
luka. Debridement dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi
atau selulitis, karena jaringan nekrosis selalu berhubungan dengan
adanya peningkatan jumlah bakteri.
c. Terapi antibiotikka Pemberian antibiotic biasanya diberi peroral
yang bersifat menghambat kuman garam positi fan gram negatif.
d. Nutrisi Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang
berperan dalam penyembuhan luka. Penderita ganggren diabetik
biasanya diberikan diet B1 dengan gizi : yaitu 60 % kalori
karbohidrat, 20 % kalori lemak, 20 % kalori protein.
3. Diagnosa Medik
Menurut Handayani, A Nur (2015), diagnosa keperawatan yang dapat
diambil pada kasus ulkus diabetikum adalah sebagai berikut:
1. Nyeri akut b/d hilangnya pengaruh anastesi post debridement
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d adanya luka
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual
muntah
4. Kerusakan Integritas Kulit b/d terputusnya kontinuitas jaringan
5. Resiko infeksi b/d adanya luka terbuka
4. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri akut b/d hilangnya Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Untuk mengetahui keadaan pasien dan
pengaruh anastesi post keperawatan, diharapkan : komprehensif termaksud untuk menentukan tindakan selanjutnya
debridemen 1. mampu mengontrol nyeri, tahu lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas 2. Reaksi nonverbal menandakan nyeri yang
penyebab nyeri, mampu dan faktor predisposisi (PQRST) hebat dirasakan pasien
menggunakan teknik 2. obeservasi reaksi nonverbal dari 3. Untuk mengurangi rasa nyeri yang
nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan dirasakan pasien
menggurangi nyeri 3. Ajarkan tehnik relaksasi napas dalam dan 4. mempercepat proses penyembuhan
2. mampu mengenali nyeri tehnik distraksi
(skali,intensitas, frekuensi dan 4. Kolaborasi untuk pemberian analgetik untuk
tandan nyeri mengurangi nyeri
3. menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang.
2. Ketidak efektifan perfus.i Setelah dilakukan tindakan asukan 1. Monitor adanya daerah tertentu yang peka
jaringan perifer b/d adanya keperawatan,diharapkan; terhadap rangsangan
luka 1. Tekanan sistol dan diastol dalam 2. Intruksikan keluarga untuk mengobserfasi
rentang normal. kulit jika terdapat lesi atau laserasi
2. tidak ada ortostastik hipertensi 3. Kolaborasi pemberian analgetik
3. Tidak ada tanda-tanda 4. Monitor adanya trombopleblitis
peningkatan tekanan intra kranial 5. Diskusikan mengenai penyebab perubahan
sensasi
3. Ketidak seimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Timbang berat badan setiap hari sesuai 1. Mengkaji masukan makanan yang adekuat
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan, diharapkan; dengan indikasi. 2. Mengidentifikasi kekurangan dan
b/d mual dan muntah 1. Adanya peningkatan berat badan 2. Tentukan program diet dan pola makan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
sesuai dengan tujuan pasien 3. Jika makanan yang disukai pasien dapat
2. Mampu mengidentifikasi 3. Identifikasi makanan yang disukai termasuk dimasukan dalam perencanaan makanan.
kebutuha nutrisi kebutuhan nutrisi etnik/kultural 4. Memberikan informasi pada keluarga
3. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi 4. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada
4. Menunjukan fungsi pengecapan makanan sesuai dengan indikasi pasien
dari menelan 5. Lakukan pemeriksaan gula darah 5. Analisa ditempat tidur terhadap gula darah
5. Tidak terjadi penurunan berat 6. Pantau pemerksaan laboraturium seperti lebih akurat dari pada pemantauan gula
badan yang berarti gulkosa darah, aseton, Ph dan HCO3 dalam urin yang tidak cukup akurat untuk
7. Berikan pengobatan insulin secara teratur mendeteksi kadar gulkosa darah
dengan metode IV secara intermiten/secara 6. Gula darah akan menurun perlahan
kontinu dengan pengantian cairan dan terapi
8. Lakukan konsultasi dengan ahli diet insulin terkontrol
7. Insulin memiliki awitan cepat dan
karenanya dengan cepat pula membantu
memudahkan gulkosa kedalam sel
8. Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan
penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien
4. Kerusakan Integritas Kulit b/d Setelah dilakukan tindakan asuhan 5. Dapatkan kultur dari drainase luka saat 4. Mengidentifikasi patogen dan terapi
terputusnya kontinuitas keperawatan, diharapkan; masih pilihan
jaringan 1. Integritas kulit yang baik bisa 6. Pijat area skitar luka 5. Merangsang sirkulasi dan mengalirkan sel
dipertahankan 7. Balut luka dengan kasa steril, gunakan darah putih, fibroblas, dan nutrisi yang
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit plester dibutuhkan untuk menyembuhkan dan
3. Perfusi jaringan baik 8. Kaji dan catat ukuran, warna, kedalaman membuang debris yang tervagositasi
4. Menunjukan pemahaman dalam luka, perhatikan jaringan nekrotik dan 6. Menjaga kebersihan luka/meminimalkan
proses perbaikan kulit dan kondisi sekitar luka kontaminasi silang
mencegah terjadinya secara 9. Berikan perawatan luka 7. Memberikan informasi dasar tentang
berulang kebutuhan penanaman kulit dan
5. Mampu melindungi kulit dan kemungkinan petunjut tentang sirkulasi
mempertahankan kelembapan pada are luka
kulit serta perawatan alami 8. Menyiapkan jaringan untuk menurunkan
resiko infeksi
5. Resiko infeksi b/d adanya luka Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Kaji tanda-tanda luka 1. mengetahui seberapa besar kondisi luka
terbuka keperawatan, diharapkan; 2. Kaji tanda-tanda infeksi yang terjadi
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi 3. Lakukan perawatan luka menggunakan 2. untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda
2. TTV dalam batas normal tehnik septik dan antiseptik terjadinya infeksi
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian 3. Agar luka tidak infeksi
obat analgetik dan antibiotik 4. Mencegah infeksi dan rasa nyeri
5. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan kegiatan dalam pelaksanaan meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama dan
sesudah melaksanankan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohma, 2015)
6. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien dengan tujuan kriteria hasil yang dibuat pada tahap ini yaitu
perencaan (Rohma, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
A. Identitas
1. Identitas Klien :
Nama : Ny. M
Tempat Tanggal Lahir : 12-09-1969
Golongan darah :O
Pendidikan terakhir : S1
Agama : Kristen Protestan
Suku : Serui
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Guru
Alamat : Btn Pemda Doyo Baru
Diagnosa Medik : Ulkus Dabetikum
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. H
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Suku : Serui
Hubungan Dengan Pasien : Suami
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : PNS
B. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan utama:
Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan
- P : Luka pada kaki kanan dirasakan bila pasien bergerak
- Q : Ny. M mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
- R : Ny. M mengatakan Luka disekitar kaki kanan
- S : Skala nyeri 5
- T : Ny. M mengatakan Nyeri dirasakan setiap 15 menit sekali
b) Alasan masuk rumah sakit:
Pasien membawa rujukan dari Puskesmas sentani, pasien merasa
lemas, tiap kali makan dan minum selalu muntah, muntah ±
seminggu. Pasien mengatakan terdapat luka pada kakinya sebelah
kanan ± satu bulan, pasien mengatakan luka tersebut makin lama
makin besar dan tidak sembuh-sembuh, rasa nyeri pada kaki,
kepala pusing,nafsu makan kurang dan tidak bisa berjalan ± satu
bulan.
2. Status Kesehatan Masa Lalu :
a) Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit sekarang):
Pasien mengatakan 3 bulan yang lalu pernah sakit malaria dan
mempunyai riwayat Diabetes Melitus tipe II. Biasanya berobat di
Puskesmas Kemiri.
b) Kecelakaan:
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
3. Pernah Dirawat :
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat hanya berobat
jalan saja
4. Genogram
Keterangan :
Laki-laki Pasien Meninggal
Perempuan Tinggal bersama
C. Pengkajian Pola Fungsi Dan Pemeriksaan Fisik
1. Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan
a) Persepsi tentang kesehatan diri
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang sangat penting
b) Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatan :
Pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya dan cara
pengobatan.
c) Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan
1) Kebiasaa diit yang adekuat, diit yang
tidak sehat :
Pasien mengatakan tidak ada program diit, dan suka
mengkonsumsi makanan yang tidak sehat.
2) Pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri:
Pasien mengatakan jarang memeriksakan diri ke Rumah sakit
maupun Puskesmas dan selalu memperhatikan kebersihan dirinya.
3) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan :
a) Yang dilakukan bila sakit:
Pasien mengatakan bila sakit akan pergi ke Puskesmas atau
rumah sakit untuk berobat.
b) Kemana pasien biasa berobat bila sakit:
Pasien mengatakan biasa berobat ke Puskesmas atau rumah
sakit
c) Kebiasaan hidup (alkohol/rokok/kebiasaan olahraga) :
Pasien mengatakan tidak pernah merokok, minum alkohol dan
berolahraga.
d) Faktor sosioekonomi yang berhubung dengan kesehatan
- Penghasilan:
Ny. M mengatakan penghasilan yang diterima setiap bulan
± 2.000.000
- Asuransi/jaminan kesehatan:
Ny. M mengatakan asuransi kesehatan yang digunakan
untuk berobat adalah BPJS
- Keadaan lingkungan tempat tinggal :
Ny. M mengatakan tinggal di Tempat yang ramai dan hidup
bertentangga.
2. Nutrisi, Cairan Dan Metabolik
a. Gejalah (Subyektif)
No Nutrisi Saat Sehat Saat Sakit
1. Diet biasa (tipe) Tidak ada program Diit TKTP
diit
2. Pola diet Tidak ada pola diit Diit TKTP
Pernah Pernah
2. Air putih 1x sehari 7-8 gelas 1x sehari 1 botol puroxa
kecil/hari sedang
2. Penurunan bb dalam 6 bulan terakhir :
- BB saat sehat : 55 kg
- BB saat sakit : 43 kg
- Hitungan IMT: 43 m2 43
= = 17,2
1,58 x 1,58 2,5
b. Tanda (Obyektif)
1) Keadaan umum : lemah
2) Suhu tubuh : 36, 5̊ C
3) Berat badan : 40 Kg
4) Tinggi badan : 158 cm
5) Turgor kulit : Baik
6) Tonus otot : lemah, kekuatan otot (2), gerakan otot penuh melawan
gravitasi, dengan topangan.
7) Edema : Tidak terdapat edema
8) Ascites : Tidak terdapat asites
9) Integritas kulit perut : Baik
10) Lingkar abdomen : 52 cm
11) Distensi vena jugularis : Tidak terdapat distensi vena jugularis
Hernia/masa : Tidak terdapat heria maupun massa
12) Bau mulut: pasien tidak bau mulut karena selalu sikat gigi
13) Kondisi mulut : Baik, Lembab
- Gigi : Terdapat gigi yang tanggal bagian belakang sebanyak 4
gigi
- Gusi : Tidak terdapat pendarahan dan peradangan pada gusi.
- Mukosa mulut : Mukosa mulut lembab
- Lidah : Lidah tampak bersih
3. Pernafasan, Aktivitas Dan Latihan Pernafasan
a. Gejala (subyektif) :
1) Dispnea :
Tidak terdapat dispnea
2) Yang meningkatkan/mengurangi sesak :
Pasien mengatakan tidak sesak napas saaat melakukan aktivitas
apapun
3) Pemajanan terhadap udara berbahaya :
Tidak terdapat pemajanan terhadap udara yang berbahaya
4) Penggunaan alat bantu :
Pasien tidak menggunakan alat bantu pernapasan
b. Tanda (obyektif)
1) Pernafasan :
Frekwensi : 20 x /menit
2) Penggunaan alat bantu nafas : Tidak menggunakan alat bantu
napas
3) Pernapasan cuping hidung : Tidak terdapat pernapasan cuping
hidung
4) Batuk: pasien tampak batuk, Karakteristik spuntum : tidak terdapat
sputum
5) Vokal Fremitus: Teraba kiri kanan
6) Bunyi nafas : Vesikuler
7) Egofoni : Tidak terdapat egofoni
8) Sianosis : Tidak terdapat sianosis
3. BAB/BAK
NO KONDISI SAAT SEHAT SAAT SAKIT
1. BAK 3-5 x perhari 500 cc/16 jam
Warna urine Kuning jernih Warna Kuning jernih
Bau Khas urin Khas urin
b. Tanda (obyektif)
1) Respon terhadap aktivitas yang teramati:
Pasien tampak kesulitan dalam melakukan kegiatan karena ada luka
pada kaki kanan, terapasang infus pada ekstremitas atas sebelah
kanan
2) Status mental: Status Mental Pasien baik
3) Penampilan umum: Pasien tampak rapi dan ceria
4) Pengkajian Neuromuskuler:
- Masa/Tonus otot: Baik 5 5
- Kekuatan otot: 2
2 5
- Rentang gerak: Rentang gerak terbatas
5) Bau Badan: Pasien tidak bau badan
- Kondisi kulit kepala: Kulit kepala tampak bersih
- Kebersihan kuku: Kuku tampak bersih
- Bau mulut: Tidak terdapat bau mulut
5. Istirahat
a. Gejalah (subyektif)
1) Kebiasaan tidur : Pasien mengatakan tidur sering terbangun karena
sering merasa nyeri pada kaki.
2) Lamanya tidur : Pasien mengatakan tidur 8-9 jam perhari
3) Masalah yang berhubungan dengan tidur :
- Insomnia : Pasien mengatakan tidak ada masalah tentang
insomnia
- Kurang puas/segar setelah bangun tidur : Pasien mengatakan
merasa puas setelah bangun tidur.
b. Tanda (obyektif) :
1) Tampak mengantuk atau mata sayup : Pasien tidak tampak
mengantuk dan mata tidak tampak sayup
2) Mata merah : Mata tidak tampak merah
3) Sering menguap : Pasien tampak tidak sering menguap
6. Sirkulasi
a. Gejala (subyektif)
1) Riwayat hipertensi dan masalah jantung : Pasien mengatakan tidak
ada masalah tentang hipertensi
2) Riwayat edema pada kaki : Pasien mengatakan bengkak pada kaki
sebelah kanan karena terdapat luka
3) Flebitis : tidak terdapat feblitis
4) Rasa kesemutan : Pasien mengatakan merasa kesemutan pada kaki
kanan yang terdapat luka.
b. Tanda (obyektif)
1) Tekanan darah : 100/60 mmhg
2) Nadi :76x/menit
3) Bunyi jantung : Bj I dan BJ II normal
4) Pengisian kapiler : Pengisian kapiler normal
5) Warna membran mukosa : Pink kemerahan
6) Konjungtiva : tidak anemis
7) Sklera : ikterik
2. Eliminasi
a. Gejala (subyektif)
1) Pola BAB : pasien mengatakan BAB frekuensi 1-2 x sehari
2) Perubahan dalam BAB : Pasien mengatakan tidak terdapat
perubahan dalam pola BAB dan menggunakan pempres
3) Kesulitan BAB konstipasi : Pasien mengatakan tidak mengalami
konstipasi dan diare dalam BAB
4) Penggunaan laksatif : Pasien mengatakan tidak ada penggunaan
laktasif
5) Waktu BAB terakhir : Pasien mengatakan BAB terakhir tadi pagi
6) Riwayat pendarahan : Pasien mengatakan tidak terdapat pendarahan
7) Hemoroid : Pasien mengatakan tidak terdapat hemoroid
8) Riwayat inkontinensia alvi : Pasien mengatakan tidak ada riwayat
inkontinensia alvi
9) Pengunaan alat-alat : terpasang infus pada ekstremitas atas sebelah
kanan , terpasang kateter dan pasien memakai pempers
10) Rasa nyeri/terbakar saat BAK : Pasien mengatakan tidak merasa
nyeri saat BAK
11) Penggunaan kateter : pasien mengatakan menggunakan kateter
12) Rasa nyeri saat BAK : pasien mengatakan tidak merasa nyeri pada
saat BAB
13) Kesulitan BAK : pasien mengatakan tidak merasa kesulitan dalam
BAK karena terpasang kateter
b. Tanda (obyektif)
4) Abdomen
a) Inspeksi : Abdomen tidak membuncit
b) Auskultasi : Bising usus 12 x/ menit, bunyi normal
c) Perkusi : Bunyi timpani, pasien tidak kembung, tidak terdapat
bunyi abnormal
d) Palpasi :
- Tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen
- Tidak terdapat nyeri lepas pada abdomen
- Kosistensi lunak
- Pola BAB: kosistensi lunak, warna khas feses, normal
- Pola BAK: Pasien menggunakan kateter
- Tidak terdapat distensi kandung kemih
- Karakterisistik urin: takar urin 500 cc/16 jam, bau khas urin,
warna urin kuning keruh.
4. Keamanan
a. Gejala (subyektif)
1) Alergi :
2) Obat : pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat
3) Makanan : pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan
4) Faktor lingkungan
Riwayat penyakit hubungan seksual : pasien mengatakan tidak
mempunyai riwayat penyakit seksual
5) Riwayat tranfusi darah : pasien mengatakan tidak ada riwayat
transfusi darah
6) Kerusakan :
- Penglihatan : Tidak terdapat kerusakan penglihatan
- Pendengaran : Tidak terdapat keruskana pendengaran
7) Riwayat cedera : pasien mengatakan tidak ada riwayat cedera
8) Riwayat kejang : pasien mengatakan tidak ada riwayat kejang
1. Tanda (obyektif)
1) Suhu tubuh : 36,5 ̊ C
2) Integritas jaringan : Baik
3) Jaringan parut : Tidak terdapat jaringan parut
4) Kemerahan/pucat : Kulit tampak kemerahan
5) Adanya luka :
- Terdapat luka DM
- Warna luka pink, tidak terdapat jaringan mati pada luka.
- Luka tampak bersih
- Panjang : 23 cm
- Luas 8 cm
- Kedalaman 4 mm
- Tidak terdapat pemasangan drainase prulen
6) Tanda pendarahan : tidak terdapat tanda pendarahan
7) Faktor resiko/terpasang alat invansi : tidak terpasang alat invansi
8) Gangguan keseimbangan : terdapat gangguan keseimbangan pada
kaki kanan karena terdapat luka.
9) Keadaan umum : Baik
b. Tanda (obyektif)
a) Perubahan perilaku : Tidak terdapat perubahan perilaku pada Pasien
b) Menolak pengobatan : Pasien tampak tidak menolak pengobatan yang
diberikan oleh petugas kesehatan
c) Berhenti menjalankan aktivitas agama : Pasien tampak membawa
alkitab dan sering membaca jika ada waktu luang
d) Menunjuk sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan : Pasien
mengatakan tidak menunjukkan sikap bermusuhan dengan tenagan
kesehatan.
9. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kimia darah pada tanggal 19 April 2021
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
GDS 328 ≤ 200 Mg/dl
GDP 140 150 Mg/dl
Glukosa 2 jam PP 175 0.8-1.2 Mg/dl
Creatinin (Enzym) 1.84 10-50 Mg/dl
Ureum (Enzym) 65 3.5-5.6 Mg/dl
Albumin (Brom CG) 3.2 135-145 g/dl
Natrium (ISE) 146.2 3.5-5.5 mmol/L
Kalium (ISE) 3.31 98-108 mmol/L
Clorida (ISE) 112.4 11,0-16,5 mmol/L
HGB 11,7 3,8-5,8 g/dl
RBC 4,99 35,0-50,0 [10^3/ul]
HCT 35,0 80,0-97,0 [fl]
MCV 79,4 26,5-33,5 [fl]
MCH 26,5 31,5-35,0 [pg]
MCHC 33,4 35-47 [g/dl]
RDW-SD 44,1 10,0-15.0 [fl]
RDW-CV 15,1 3,5-10,0 [%]
WBC 5,96
DO:
1. BB saat masuk rumah sakit : 50 kg
2. BB saat pengkajian : 46 kg
3. IMT : 17.2
4. Terdapat gigi yang tanggal bagian
belakang sebanyak 4 gigi
3. DS:
1. Pasien mengatakan selama sakit
tidak pernah melakukan pekerjaan
2. Pasien mengatakan tidak berdaya
dengan kondisi penyakitnya
3. Pasien mengatakan sulit berjalan
dan bergerak karena luka pada
kaki kanannya.
4. Pasien mengatakan jika terlalu
banyak gerak kakinya terasa nyeri
5. Pasien mengatakan merasa lemah
6. Pasien mengatakan tidur sering
terbangun karena sering merasa Hambatan mobilitas fisik Kelemahan
nyeri pada kakinya.
7. Pasien mengatakan bengkak pada
kaki sebelah kanan yang terdapat
luka
8. Pasien mengatakan merasa
kesemutan pada kaki kanan yang
terdapat luka
9. Pasien mengatakan terdapat luka
pada kaki sebelah kanan ± satu
bulan,
10. Pasien mengatakan luka tersebut
makin lama makin besar dan tidak
sembuh-sembuh
11. Pasien mengatakan selama dirawat
sulit melakukan aktivitas karena
terpasang infus dan kateter
DO:
1. Kemampuan merubah posisi
dibantu oleh suami dan perawat
yang bertugas
2. Mengenakkan pakaian dibantu
oleh suami
3. Toleransi terhadap aktivitas
kurang dikarenakan terdapat luka
pada kaki kanan
4. Terpasang infus asering 20 TPM
di tangan kanan
5. Terpasang kateter
6. Rentang gerak terbatas
7. Pasien tampak kesulitan dalam
melakukan kegiatan karena ada
luka pada kaki kanan
8. Tonus otot lemah kekuatan otot 2
di ekstremitas bawah kanan
9. Terdapat gangguan keseimbangan
pada kaki kanan karena terdapat
luka
4. DS:
1. Pasien mengatakan terdapat luka
pada kaki sebelah kanan ± satu
bulan
2. Pasien mengatakan luka tersebut
makin lama makin besar dan tidak
sembuh-sembuh
3. Pasien mengatakan nyeri
Kerusakan integritas Ulkus Diabetik
4. Pasien mengatakan luka di kaki
makin lama makin besar kulit
DO:
1. Terdapat luka DM
2. Warna luka pink, tidak terdapat
jaringan mati pada luka
3. Luka tampak bersih
4. Panjang luka 23 cm
5. Luas luka 8 cm
6. Kedalam luka 4 meter
5 DS:
1. Pasien me
2. Kurang menyadari pola hidup
sehatngatakan tidak mengerti
tentang kondisi penyakit dan
pengobatannya
3. Pasien mengatatakan dirumah
makan makan yang tidak sehat
4. Pasien mengatakan tidak pernah
melakukan pemeriksaan secara Kurang pengetahuan Kurang paparan informasi
rutin
kesehatan
5. Pasien mengatakan bila sakit
merasa tidak berdaya
DO:
1. Keadaan umum pasie tampak
lemah
2. Tidak paham tentang penyakitnya
dan cara pengobatan nya
3. Pola diit tidak adekuat
4. Kurang menyadari pola hidup
sehat
D. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisiologis
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah
3. Hambatan mobilitas fisik b/d kelemahan
4. Kerusakan integritas kulit b/d ulkus diabetikum
5. Kurang pengetahuan b/d kurang paparan informasi kesehatan.
E. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri akut b/d agen cedera Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara a. Untuk mengetahui keadaan
keperawatan, diharapkan : komprehensif termaksud pasien dan untuk menentukan
fisiologis
1. Mampu mengontrol nyeri, tahu lokasi,karakteristik,durasi,frekue tindakan selanjutnya
penyebab nyeri, mampu nsi,kualitas dan faktor b. Reaksi nonverbal menandakan
menggunakan teknik predisposisi (PQRST) nyeri yang hebat dirasakan
DS :
nonfarmakologi untuk 2. Obeservasi reaksi nonverbal dari pasien
1. Pasien mengatakan nyeri
menggurangi nyeri ketidaknyamanan c. Untuk mengurangi rasa nyeri
2. Pasien mengatakan
2. mampu mengenali nyeri 3. Ajarkan tehnik relaksasi napas yang dirasakan pasien
terdapat luka pada kaki
(skali,intensitas, frekuensi dan dalam dan tehnik distraksi d. Mempercepat proses
3. Pasien mengatakan luka di
tandan nyeri 4. Kolaborasi untuk pemberian penyembuhan
kaki makin lama makin
3. Menyatakan rasa nyaman analgetik untuk mengurangi nyeri
besar
setelah nyeri berkurang.
4. Pasien mengatakan
kepalanya pusing
5. Pasien mengatakan sakit
kepala
6. Pengkajian PQRST
- P : Luka pada kaki
akibat penyakit
diabetes tipe II
- Q : pasien
mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk
dan terbakar
- R : Pasien
mengatakan luka
disekitar kaki kanan
di area betis
- S : Skala nyeri 5
- T : Ny. M
mengatakan nyeri
dirasakan setiap 15
menit sekali
DO:
1. Kemampuan merubah posisi
dibantu oleh suami dan
perawat yang bertugas
2. Mengenakkan pakaian
dibantu oleh suami
3. Toleransi terhadap aktivitas
kurang dikarenakan terdapat
luka pada kaki kanan
4. Terpasang infus asering 20
TPM di tangan kanan
5. Terpasang kateter
6. Rentang gerak terbatas
7. Pasien tampak kesulitan
dalam melakukan kegiatan
karena ada luka pada kaki
kanan
8. Tonus otot lemah kekuatan
otot 2
2. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengetahui status
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan, diharapkan; 2. Monitor asupan nutrisi nutrisi pasien
b/d mual muntah 1. Adanya peningkatan berat (makanan) 2. Untuk mengetahui asupan
badan sesuai dengan tujuan 3. Monitor BB makanan yang dikonsumsi
DS: 2. Mampu mengidentifikasi 4. Anjurkan pasien makan sedikit 3. Untuk mengetahui terjadinya
1. Pasien mengatakan selera kebutuha nutrisi tapi sering defisit nutrisi
makannya kurang 3. Tidak ada tanda-tanda mal 5. Anjurkan pasien diit yang 4. Membantu mecegah distensi
2. Pasien mengatakan nutrisi diprogramkan gaster/ketidaknyamanan dan
merasa mual saat makan 4. Menunjukan fungsi meningkatkan pemasukan
3. Pasien mengatakan nyeri pengecapan dari menelan nutrisi
pada uluh hati 5. Tidak terjadi penurunan berat 5. Membantu dalam
4. Pasien mengatakan tidak badan meningkatkan nutrisi
ada program diit dan suka 6. Kolaborasi pemberian anti
mengkonsumsi makanan mual dan muntah
yang tidak sehat
5. Pasien mengatakan sehari
hanya bisa menghabiskan
air 1 botol puroxa sedang
6. Pasien mengatakan
muntah ± seminggu tiap
kali makan dan minum.
7. Pasien mengatakan
merasa lemah
8. Pasien mengatakan
merasa lemas
DO:
1. BB saat masuk rumah
sakit : 50 kg
2. BB saat pengkajian : 46
kg
3. IMT : 17.2
4. Terdapat gigi yang
tanggal bagian belakang
sebanyak 4 gigi
3. Hambatan mobilitas fisik b/d Setelah dilakukan tindkan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Untuk mengetahui adanya
kelemahan keperawatan 3x 24 jam diharapkan keluhan fisik lainnya nyeri, keluhan fisik yang
mobilitas pasien dapat meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik dalam dirasakan pasien dan
DS:
dengan kriteria hasil : melalukan ambulasi menentukan intervensi yang
1. Pasien mengatakan selama
1. Kaku sendi berkurang 3. Fasilitasi melakukan ambulasi akan dilakukan selanjutnya
sakit tidak pernah
2. Kekuatan otot meningkat 4. Libatkan keluarga untuk 2. Untuk mengetahuai hambatan
melakukan pekerjaan
3. Nyeri berkurang membantu pasien dalam dalam melakukan aktivitas
2. Pasien mengatakan tidak
melakukan ambulasi 3. Untuk membantu
berdaya dengan kondisi
5. Anjurkan ambulasi sederhana meringankan pasien dalam
penyakitnya
yang di lakukan memlakukan aktivitas
3. Pasien mengatakan sulit
6. Kolaborasi dalam pemberian 4. Agar keluarga dapat
berjalan dan bergerak
analgetik dan antibiotik membantu pasien dalam
karena luka pada kaki
melakukan beraktivitas
kanannya.
5. Untuk membantu pasien
4. Pasien mengatakan jika
merelaksasikan pergerakan
terlalu banyak gerak
otot
kakinya terasa nyeri
6. Untuk membantu
5. Pasien mengatakan
meringankanrasa nyeri agar
merasa lemah
pasen dapat melakukan
6. Pasien mengatakan tidur
aktivitas
sering terbangun karena
sering merasa nyeri pada
kakinya.
7. Pasien mengatakan
bengkak pada kaki
sebelah kanan yang
terdapat luka
8. Pasien mengatakan
merasa kesemutan pada
kaki kanan yang terdapat
luka
9. Pasien mengatakan
terdapat luka pada kaki
sebelah kanan ± satu
bulan,
10. Pasien mengatakan luka
tersebut makin lama
makin besar dan tidak
sembuh-sembuh
11. Pasien mengatakan
selama dirawat sulit
melakukan aktivitas
karena terpasang infus dan
kateter
DO:
1. Kemampuan merubah
posisi dibantu oleh suami
dan perawat yang bertugas
2. Mengenakkan pakaian
dibantu oleh suami
3. Toleransi terhadap
aktivitas kurang
dikarenakan terdapat luka
pada kaki kanan
4. Terpasang infus asering
20 TPM di tangan kanan
5. Terpasang kateter
6. Rentang gerak terbatas
7. Pasien tampak kesulitan
dalam melakukan
kegiatan karena ada luka
pada kaki kanan
8. Tonus otot lemah
kekuatan otot 2
4. Kerusakan integritas kulit b/d Setelah dilakukan tindkan 1. Atur posisi pasien 1. Untuk memberi rasa nyaman
ulkus diabetikum keperawatan 3x 24 jam kerusakan 2. Bersihkan luka mnggunakan pada pasien dan mengurangi
jaringan dari berar menjadi ringan tehnik septik dan antiseptik rasan nyeri
DS: dengan kriteria hasil: 3. Mengajarkan pasien dan keluarga 2. Untuk mempercepat proses
1. Pasien mengatakan 1. Luka pada kulit tidak tentang tanda-tanda dan gejala penyembuhan luka dan
terdapat luka pada kaki menyebar infeksi mencegah terjadinya infeksi
sebelah kanan ± satu bulan 2. Tidak ada jaringan nekrosis 4. Kolaborasi dalam pemberian 3. Agar pasien dan keluarga
2. Pasien mengatakan luka antibiotik dan analgetik dapat mengetahui tanda-
tersebut makin lama makin tanda dan gejala infeksi
besar dan tidak sembuh- 4. Untuk mencegah terjadinya
sembuh infeksi pada luka dan
3. Pasien mengatakan nyeri menghilangkan rasa nyeri
4. Pasien mengatakan luka di yang dirasakan pasien.
kaki makin lama makin
besar
DO:
1. Terdapat luka DM
2. Warna luka pink, tidak
terdapat jaringan mati pada
luka
3. Luka tampak bersih
4. Panjang luka 23 cm
5. Luas luka 8 cm
6. Kedalam luka 4 meter
5. Kurangnya pengetahuan Setelah dilakukan tindkan 1. Berikan lingkungan yang tenang 1. Lingkungan yang tenang
berhubungnan b/d kurang keperawatan 3x 24 jam kerusakan dan nyaman memungkinkan pasien
paparan imformasi kesehatan jaringan dari berar menjadi ringan 2. Sertakan pasien dalan membuat berkosentrasi dan fokus lebih
dengan kriteria hasil: rencana pengajaran dimulai sempurna
DS : 1. Pasien mengerti tentang dengan menetapkan tujuan dan 2. Pengaturan tujuan
1. Pasien mengatakan tidak kondisi penyakit dan tujuan belajar di awal sesi memungkinkan pasien
mengerti tentang kondisi perawatannya 3. Libatkan pasien dalam menuliskan mengetahui apa yang akan
penyakit dan 2. Pola hidup sehat terpenuhi hasil spesifik untuk sesi dibahas dan diharapkan
pengobatannya 3. Mau melakukan pemeriksaan pengajaran seperti selama sesi berlangsung
2. Pasien mengatatakan secara rutin mengidentifikasi apa yang paling 3. Keterlibatan pasien
dirumah makan makan 4. Pola diit adekuat penting untuk dipelajari dari sudut meningkatkan kepatuhan
yang tidak sehat pandang dan gaya hidup pasien terhadap regimen kesehatan
3. Pasien mengatakan tidak 4. Berikan penjelasan dan dan membuat pengajaran dan
pernah melakukan demonstrasi yang jelas, pembelajaran dan kemitraan
pemeriksaan secara rutin menyeluruh dan mudah di 4. Pasien mampu mengajukan
4. Pasien mengatakan bila mengerti pernyataan saat mereka
sakit merasa tidak berdaya 5. Berikan informasi dengan memiliki informasi dasar
menggunakan media tentang apa yang diharapkan
DO : 5. Agar pasien lebih mudah
1. Pasien tampak lemah memahami apa yang
2. Kesadaran CM disampaikan
3. Pasien tidak paham
tentang penyakit dan
perewatannya
4. Pola diit tidak adekuat
5. Kurang meyadari pola
hidup sehat
2 20:00 WIT 1. Mengidentifikasi status nutrisi 1. Pasien mengatakan nafsu S: pasien mengatakan
2. Memonitor asupan nutrisi makan berkurang - sering makan sedikit tapi
20:15 WIT (makanan) 2. pasien mengatakan porsi sering dan makan makanan
3. Memonitor BB makan tidak dihabiskan dari RS.
4. Menganjurkan pasien makan 3. BB 45 kg - Rasa mual berkurang
20:20 WIT sedikit tapi sering 4. pasien tampak makan sedikit
5. Menganjurkan pasien diit tapi sering O: Pasien tampak
20:22 WIT
yang diprogramkan 5. Pasien diit - Lemah
20:25 WIT 6. Pemberian thrapy obat IV - TKTP
- Ondansentron 4 mg/ 8 jam - Diit Rendah Garam
- BB 45 kg
- Omeprazole 40 mg/ 12 jam - Energi tinggi 2078 kkal - Hasil TTV:
- Protein cukup 50 kkal SH: 36,4°C
- Lemak cukup 70 TD:130/90 mmHg
N: 70X/menit
- KH tinggi 305 RR:20X/menit
6. Pemberian thrapy obat IV
- Ondansentron 4 mg/ 8 jam
- Omeprazole 40 mg/ 12 jam A: Masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
belum teratasi
4 09:00 WIT 1. Mengatur posisi pasien 1. Pasien tampak duduk saat S: Pasien dapat menyebutkan tanda-
2. Membersihkan luka luka di bersihkan tanda adanya infeksi
09:10 WIT
mnggunakan tehnik septik 2. Bersihkan luka menggunakan
dan antiseptik tehnik septik dan antiseptik O: Pasien tampak
3. Mengajarkan pasien dan 3. Pasien dan keluarga mampu - Menahan kesakitan saat
10:30 WIT
keluarga tentang tanda- menjawab tanda-tanda infeksi luka dibersihkan
tanda dan gejala infeksi 5. Pemberian therapy obat IV - Pasien tampak lemah
4. Pemberian therapy obat IV - Ceftriakson 1gr/ 12 jam - Tidak tampak adanya
12:30 WIT
- Ceftriakson 1gr/ 12 jam - Antrain 500 mg/ 8 jam tanda-tanda infeksi
- Antrain 500 mg/ 8 jam - Hasil TTV:
S: 36,4°C
TD:130/90 mmHg
N: 70X/menit
RR:20X/menit
A: Masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
A: Masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
A: Masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi