Anda di halaman 1dari 11

Pengertian Perilaku

Perilaku adalah reaksi seseorang terhadap rangsangan dari

luar.Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta

interaksi manusia yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan

tindakan (Pratiwi, 2012). Perilaku adalah totalitas dari penghayatan dan

reaksi seseorang yang langsung terlihat atau tidak terlihat. Timbulnya

reaksi perilaku akibat interelasi stimulus internal dan eksternal yang

diproses melalui kognitif, afektif dan motorik (Ardiani, 2014).

Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam

berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak

sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak

dirasakan (Okviana, 2015).

Sedangkan menurut Wawan (2011) Perilaku merupakan suatu

tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi

dan tujuan baik disadari maupun tidak.Perilaku adalah kumpulan

berbagai faktor yang saling berinteraksi.

Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2011) merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Pengertian ini dikenal dengan teori „S-O‟R” atau

“Stimulus-Organisme-Respon”. Respon dibedakan menjadi dua yaitu:

5
1. Respon respondent atau reflektif

Adalah respon yang dihasilkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu.

Biasanya respon yang dihasilkan bersifat relatif tetap disebut juga

eliciting stimuli. Perilaku emosional yang menetap misalnya orang

akan tertawa apabila mendengar kabar gembira atau lucu, sedih jika

mendengar musibah, kehilangan dan gagal serta minum jika terasa

haus.

2. Operan Respon

Respon operant atau instrumental respon yang timbul dan

berkembang diikuti oleh stimulus atau rangsangan lain berupa

penguatan. Perangsang perilakunya disebut reinforcing stimuli yang

berfungsi memperkuat respon. Misalnya, petugas kesehatan

melakukan tugasnya dengan baik dikarenakan gaji yang diterima

cukup, kerjanya yang baik menjadi stimulus untuk memperoleh

promosi jabatan.

2.1.2. Jenis-Jenis Perilaku

Brance (dalam Walgito 2014) “Perilaku manusia dapat dibedakan

antara perilaku yang refleksif dan perilaku yang non refleksif”. Perilaku

yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan

terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut. Misalnya reaksi

kedip mata bila kena sinar, menarik jari bila jari kena api dan

sebagainya. Reaksi atau perilaku reflektif adalah perilaku yang terjadi

6
dengan sendirinya, secara otomatis. Stimulus yang diterima oleh

organisme atau individu tidak sampai ke pusat susunan syaraf atau otak,

sebagai pusat kesadaran, sebagai pusat pengendali dari perilaku manusia.

Lain dengan halnya perilaku non-reflektif. Perilaku ini di kendalikan

atau diatur oleh pusat kesadaran otak. Dalam kaitan ini stimulus setelah

diterima oleh reseptor kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat syaraf,

baru kemudian terjadi respons melalui afektor. Proses yang terjadi dalam

otak atau pusat kesadaran ini disebut proses psikologi. Perilaku atau

aktivitas atas dasar proses psikologis inilah yang disebut aktivitas

psikologis atau perilaku psikologis.

Skinner seorang ahli psikologi (dalam Notoatmodjo, 2012)

merumuskan bahwa “perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari luar)”. Dengan demikian perilaku

manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, respons sehingga

teori Skinner ini disebut dengan teori “ S-O-R” (Stimulus, Organisme,

Respons).

Notoatmodjo (2012) berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka

perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tertutup. Respon

terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh

orang lain.

7
b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka.Respon terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk tindakan

atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat oleh orang

lain.Proses pembentukan perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, aspek dalam diri individu yang sangat berpengaruh dalam

perilaku adalah persepsi, motivasi dan emosi.Persepsi adalah

pengamatan kombinasi dari penglihatan, pendengaran, penciuman,

serta pengalaman masa lalu. Motivasi adalah dorongan untuk

melakukan suatu tindakan yang memuaskan.Dorongan dalam

motivasi diwujudkan dalam bentuk tindakan (Sarwono, 2011).

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Notoadmodjo (2010:5) ada tiga aliran yang sudah amat populer

yang mempengaruhi perkembangan perilaku yaitu sebagai berikut:

a. Nativisme

Nativisme dipelopori oleh Schopen houer yang berpendapat bahwa

bahwa perilaku manusia itu sudah sibawa atau ditentukan sejak

lahir. Sehingga lingkungan tidak mempunyai peran atau kekuatan

apa pun dalam membentuk perilaku. Perilaku baik ataupun perilaku

buruk seseorang adalah memang sudah terbentuk atau dibawa dari

lahir (bawaan).

8
b. Empirisme

Empirisme dipelopori oleh Aristoteles kemudian dilanjutkan oleh

John Locke berpendapat bahwa manusia lahir adalah dalam keadaan

kosong seperti meja lilin atau kertas lilin (tabularasa). Kertas atau

meja lilin ini akan terisi dan berwarna warni oleh karena

lingkungannya. Itulah perilaku manusia, dalam aliran ini

pengalaman sangat dominan dalam membentuk perilaku manusia,

karena pengalaman indra ini yang akan menggores atau mewarnai

kertas lilin yang putih, yakni menyebabkan kebeeragaman perilaku

anak atau manusia.

c. Naturialisme

Naturalisme naturalisme dipelopori oleh Jan Jack Rousseau, ia

berberpendapat bahwa manusia pada hakikatnya lahir dalam

keadaan baik, tetapi menjadi tidak baik karena lingkungannya.

Naturalisme hampir sama dengan nativisme, karena mendasarkan

pada konsep lahir. Perbedaanya aliran nativisme konsep lahir itu

bisa baik dan bisa juga tidak baik atau jelek. Apabila dilahirkan baik

akan berkembang menjadi baik, tetapi kalu dilahirkan tidak baik,

juga berkembang tidak baik. Tetapi pada naturalisme berpendapat

bahwa anak dilahirkan dalam keadaan yang baik saja. Akhirnya

menjadi tetap baik atau bisa menjadi tidak baik karena lingkungan.

Naturalisme mengatakan tidak ada seorang pun yang terlahir dengan

pembawaan buruk. Anak menjadi buruk karena

9
lingkungan,lingkunganlah yang menyebabkan manusia menjadi

buruk atau tidak baik. Oleh sebab itu naturalisme disebut juga

negativisme, karena lingkungan termasuk pendidikan berpengaruh

negative. Lingkungan yang menyebabkan anak yang dilahirkan

baik, akhirnya tumbuh menjadi anak atau orang yang tidak baik.

d. Konfergensi

Konfergensi dipelopori oleh William Stem berpendapat bahwa

perkembangan individu dipengaruhi oleh faktor dasar (pembawaan,

bakat, keturunan) maupun lingkungan, yang keduanya memainkan

peranan penting, Willian mengatakan bahwa perilaku sesorang tidak

semata-semata ditentukan oleh lingkungan dan pembawaan tapi

kedua-duanya berperan secara bersama-sama. Hal ini berarti bahwa

memang perilaku dapat dikembangkan, tetapi mempunyai

keterbatasan-keterbatasan, yakni pembawaan.

Dalam memenuhi segala kebutuhan perilaku yaitu dipengaruhi oleh

berbagai faktor antara lain:

1) Faktor pembawaan (herditas) merupakan factor yang

mempengaruhi perilaku individu. Dalam hal ini hereditas

diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang

diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi, baik

fisik yang dimiliki individu sejak konsepsi (pembuahan ovum

oleh sperma) sebagai pewarisan pihak orang tua melalui gen-

gen.

10
2) Faktor keluarga dimana lingkungan keluarga banyak berperan

dalam menghiasi perilaku anak, dimana kehidupan dalam

keluarga akan menjadikan anak itu tumbuh dan berkembang

seperti keadaan kelauarga contohnya anak yang hidup dalam

keluarga yang otoriter maka dia cenderung akan bersikap

keras.

3) Faktor pengalaman artinya manusia dianggap seperti seonggok

tanah liat yang dicetak atau dibentuk. Sekarang dipahami

bahwa manusia disamping dipengaruhi,juga mempengaruhi

lingkungan fisik sosialnya. Segala bentuk kejadian yang

dialami sepanjang hidup akan menjadikan individu lebih

matang, dan akan mempengaruhi perilaku individu tersebut.

2.1.4. Proses Pembentukan Perilaku

Seperti telah dipaparkan di depan bahwa perilaku manusia sebagian

terbesar ialah berupa perilaku yang dibentuk, perilaku yang dipelajari.

Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu persoalan ialah bagaimana

cara membentuk perilaku itu sesuai dengan yang diharapkan.

1. Cara pembentukan perilaku dengan conditioning atau kebiasaan

Cara ini berdasarkan pada teori belajar conditioning yang dikemukan

oleh beberapa ahli seperti Pavlov, Thorndike, dan Skinner. Ketiga ahli

tersebut memiliki pandangan yang tidak jauh berbeda meskipun

sepenuhnya tidak sama. Teori Pavlov terkenal sebagai classic

conditioning, sedangkan Thorndike dan Skinner dikenal sebagai

operant conditioning. Dasar pandangan ketiga ahli tersebut adalah

11
bahwa untuk membentuk perilaku perlu dilakukan conditioning dengan

cara membiasakan diri untuk berperilaku sesuai harapan. Misalnya

kebiasaan bangun pagi, membiasakan diri untuk tidak terlambat datang

kuliah dan menggosok gigi sebelum tidur (Notoatmodjo, 2007).

2. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

Pembentukan perilaku ini ditempuh dengan pengertian atau insight.

Misal datang kuliah jangan sampai terlambat, karena hal tersebut dapat

mengganggu teman-teman yang lain. Bila naik motor harus pakai helm,

karena helm tersebut untuk keamanan diri dan masih banyak hal untuk

menggambarkan hal tersebut. Cara ini berdasarkan atas belajar kognitif,

yaitu belajar dengan cara disertai adanya pengertian.

3. Pembentukan perilaku dengan cara menggunakan model

Pembentukan perilaku ini ditampuh dengan cara menggunakan model

atau contoh. Kalau orang berbicara bahwa orang tua sebagai contoh

anak-anaknya, pemimpin sebagai panutan yang dipimpinnya, hal

tersebut menunjukan pembentukan perilaku dengan menggunakan

model.Pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yang

dipimpinnya.Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social

learning theory) atau observational learning theory (Bandura, 1977

dalam Machfoedz et al, 2005.

2.1.5. Teori-teori Perilaku

Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu

berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori, diantara teori-teori tersebut

dapat dikemukakan sebagai berikut (Susilo, 2011):

12
1. Teori Naluri (Instinct Theory)

Menurut McDougall perilaku itu di sebabkan oleh naluri, dan

McDougall mengajukan suatu daftar naluri. Naluri merupakan perilaku

yang innate, perilaku yang bawaan, dan naluri akan mengalami

perubahan karena pengalaman.

2. Teori Dorongan (Drive Theory)

Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu

mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan

ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan oraganisme yang mendorong

organisme yang berperilaku. Bila organisme itu mempunyai kebutuhan,

dan organisme ingin memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi

pengurangan atau reduksi dari dorongan-dorongan tersebut.

3. Teori Insentif (Incentive Theory)

Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu

disebabkan adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong

organisme berbuat atau berperilaku. Insentif atau disebut juga

reinforcement ada yang positif dan ada yang negatif.Reinforcement

positif adalah berkaitan dengan hadiah, dan bisa mendorong organisme

dalam berbuat.Reinforcement negatif adalah berkaitan dengan hukuman,

dan bisa menghambat dalam organisme berperilaku.Ini berarti bahwa

perilaku timbul karena adanya insintif atau reinforcement.Perilaku

semacam ini dikupas tajam dalam psikologi belajar.

Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa perilaku dapat dibatasi sebagai

jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya). Untuk memberikan

13
respn terhadap situasi diluar objek tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif

( tanpa tindakan). Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan

menjadi 3 jeni, yaitu:

1. Perilaku dalam betuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan

rangsangan.

2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu rangsangan perasaan terhadap

keadaan atau rangsangan dari luar diri si subjek, sehingga alam itu

sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup didalamnya, sesuai

dengan sifat keadaan alam tersebut (Lingkungan Fisik) dan keadaan

lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik, tetapi mempunyai

pengaruh kuat tehadap pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini

adalah keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir

dan mengembangkan perilakunya.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan

terhadap situasi dan suatu rangsangan dari luar.

2.1.6. Bentuk-bentuk Perilaku

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep

yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku.

Bentuk-bentuk perilaku dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1. Perubahan alamiah (Neonatal chage) Perilaku manusia selalu

berubah sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah.

Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan

lingkungan fisik atau sosial, budaya dan ekonomi maka anggota

masyarakat didalamnya yang akan mengalami perubahan.

14
2. Perubahan alamiah (Neonatal chage) Perilaku manusia selalu berubah

sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila

dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik

atau sosial, budaya dan ekonomi maka anggota masyarakat

didalamnya yang akan mengalami perubahan (Notoatmdojo, 2012).

15

Anda mungkin juga menyukai