1. Menurut PETTY COCOPIO, perilaku adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap
dirinya sendiri, obyek atau issue.
2. Menurut SOEKIDJO NOTOATMOJO, perilaku adalah reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
7. Menurut ELTON MAYO Studi Hawthorne di Western Electric Company, Chicago pada tahun
1927-1932 merupakan awal munculnya studi perilaku dalam organisasi Mayo seorang psikolog
bersama Fritz Roetthlisberger dari Harvard University memandu penelitian tentang rancang
ulang pekerjaan, perubahan panjang hari kerja dan waktu kerja dalam seminggu, pengenalan
waktu istirahat, dan rencana upah individu dibandingkan dengan upah kelompok.
8. Menurut PARKER FOLLET, keduanya memfokuskan studinya pada hubungan antara atasan
dan bawahan, Follet meletakkan kelompok diatas individu. Melalui kelompok kemampuan
individu dapat dimaksimalkan, organisasi ditentukan oleh kerjasama atasan dengan bawahan
dengan meningkatkan partisipasi, komunikasi, kooordinasi, dan pembagian wewenang.
9. Menurut FREDERICK HERZBERG, sama halnya seperti Maslow, Herzbeg dalam studinya
juga mengembangkan konsep-konsep motivasi yang mana merupakan penentu utama munculnya
motivasi yaitu kondisi tempat kerja, upah kualitas pengawasan dan pengakuan, promosi dan
peningkatan profesionalisme.
10. Menurut CHESTER BARNARD, Barnard dalam karyanya The Functions of The Executive
menekankan agar organisasi dan individu dapat berhasil, organisasi atau individu tersebut harus
mengembangkan kerja sama. Barnard menekankan pentingnya pengakuan terhadap adanya
organisasi formal, Barnard merupakan orang pertama yang memperlakukan organisasi sebagai
suatu system.
Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat kelakuan perbuatan, dan
laku berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan. . Belajar dapat didefinisikan sebagai satu
proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Skinner membedakan perilaku menjadi dua, yakni :
1. perilaku yang alami (innate behaviour), yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme
dilahirkan yang berupa refleks-refleks dan insting-insting.
2. perilaku operan (operant behaviour) yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.
Pada manusia, perilaku operan atau psikologis inilah yang dominan. Sebagian terbesar perilaku
ini merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang diperoleh, perilaku yang dikendalikan oleh
pusat kesadaran atau otak (kognitif). Timbulnya perilaku (yang dapat diamati) merupakan
resultan dari tiga daya pada diri seseorang, yakni :
1. daya seseorang yang cenderung untuk mengulangi pengalaman yang enak dan cenderung
untuk menghindari pengalaman yang tidak enak (disebut conditioning dari Pavlov &
Fragmatisme dari James);
2. daya rangsangan (stimulasi) terhadap seseorang yang ditanggapi, dikenal dengan
“stimulus-respons theory” dari Skinner;
3. daya individual yang sudah ada dalam diri seseorang atau kemandirian (Gestalt Theory
dari Kohler).
Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari batasan dapat
diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam-macam bentuk, yang pada hakekatnya
digolongkan menjadi 2, yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkret) dan dalam bentuk
aktif dengan tindakan nyata atau (konkret)
Perilaku adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan
predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Dalam
pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan tindakan yang dilakukan makhluk hidup.
Perilaku adalah suatu aksi dan reaksi suatu organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti
bahwa perilaku baru berwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan
yang disebut rangsangan. Dengan demikian suatu rangsangan tentu akan menimbulkan perilaku
tertentu pula
Proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal
dari diri individu itu sendiri, antara lain susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, emosi dan
belajar. Susunan syaraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena
perilaku merupakan perpindahan dari rangsangan yang masuk ke respon yang dihasilkan.
Perpindahan ini dilakukan oleh susunan syaraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut
neuron. Neuron memindahkan energi dalam impuls-impuls syaraf. Perubahan perilaku dalam diri
seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi ini adalah pengalaman yang dihasilkan
melalui indra pendengaran, penciuman dan sebagainya.
Para psikolog mengemukakan bahwa perilaku terbentuk dari adanya interaksi antara domain
trikomponen sikap yakni interaktif antara komponen kognitif, afektif dan domain konatif.
Namun masih terdapat kekeliruan yang menganggap komponen konatif salah satu komponen
dalam trikomponent sikap sebagai perilaku (behaviour), sehingga perilaku dianggap sebagai
salah satu komponen sikap (aptitude).
Para psikolog telah membedakan perilaku dan sikap sebagai dua gejala yang dapat berbeda satu
sama lainnya. Lapiere ) telah meneliti dan menghasilkan poskulat variasi independent, intitemen
yang dijelaskan dengan konsep adalah bahwa sikap dan perilaku merupakan dimensi dalam diri
individu yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda.
Pemikiran ini didukung oleh Mueler yang berpendapat bahwa
Komponen konatif dalam trikomponen sikap tidak disamakan dengan perilaku. Komponen
konatif merupakan baru sebatas kecenderungan perilaku yang terkristalisasi dalam kata akan,
mau dan hendak. Sedangkan perilaku merupakan suatu bentuk tidakan nyata dari individu yang
dapat diukur dengan panca indera langsung. Dengan demikian, Mueler menegaskan bahwa
makna behaviour adalah perilaku aktual sedangkan makna konatif adalah trikomponen sikap
sebagai “kecendrungan ”perilaku. Pemikiran ini menunjukkan bahwa komponen konatif dalam
trikomponen sikap hanyalah salah satu penyebab pembentukan perilaku aktual.
Ada tiga asumsi yang saling berkaitan mengenai perilaku manusia. Pertama, perilaku itu
disebabkan; Kedua, perilaku itu digerakan; Ketiga, perilaku itu ditujukan pada sasaran / tujuan”.
Dalam hal ini berarti proses perubahan perilaku mempunyai kesamaan untuk setiap individu,
yakni perilaku itu ada penyebabnya, dan terjadinya tidak dengan spontan, dan mengarah kepada
suatu sasaran baik secara ekslusif maupun inklusif.
“Perilaku pada dasarnya berorientasi tujuan (goal oriented)”. Dengan perkataan lain, perilaku
kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu”. Senada
dengan itu Ndraha, mendefinisikan perilaku sebagai :
Operasionalisasi dan aktualisasi sikap seseorang atau suatu kelompok dalam atau terhadap
sesuatu (situasi atau kondisi) lingkungan (masyarakat, alam, teknologi atau organisasi). Pengaruh
lingkungan dalam pembentukan perilaku adalah bentuk perilaku yang berdasarkan hak dan
kewajiban, kebebasan dan tanggung jawab baik pribadi maupun kelompok masyarakat. Perilaku
mendapat pengaruh yang kuat dari motif kepentingan yang disadari dari dalam faktor intrinsik
dan kondisi lingkungan dari luar / faktor ekstrinsik atau exciting condition. Oleh karena itu
perilaku terbentuk atas pengaruh pendirian, lingkungan eksternal, keperntingan yang disadari,
kepentingan responsif, ikut-ikutan atau yang tidak disadari serta rekayasa dari luar.
Lebih lanjut Kwick (dalam Notoatmodjo, “perilaku adalah "tindakan atau perbuatan organisme
yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari”
Motif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi atau penyebab timbulnya perilaku dalam
hal ini Winardi mengemukakan bahwa motif-motif merupakan “mengapa“ dan “perilaku”
mereka muncul dan mempertahankan aktifitas dan determinasi arah umum perilaku seorang
individu. Pada intinya dapat dikatakan bahwa motif-mitif atau kebutuhan merupakan penyebab
terjadinya tindakan-tindakan“. Kekuatan motif merupakan alasan yang melandasi perilaku,
kekuatan motif cenderung menyusut, apabila ia terpenuhi atau apabila terhalangi.
Sebelum terbentuknya suatu pola perilaku, seseorang memiliki bentuk sikap dari suatu
rangsangan yang datang dari luar dalam bentuk aktifitas, kemudian dari sikap tersebut
terbentuklah perilaku (Baron). Sikap individu tersebut dalam bentuk pikiran dan perasaan yang
tidak kasat mata (intangible) membentuk pola perilaku masyarakat sebagai perilaku yang tampak
(tangible) perilaku yang tidak tampak (innert, covert behaviour) dan perilaku yang tampak (overt
behaviour). Sarwono menyebutkan aspek-aspek pikiran yang tidak kasat mata (covert behaviour
intangible) dapat berupa pandangan, sikap, pendapat dan sebagainya. Bentuk kedua adalah
perilaku yang tampak (overt behavior, tangiable) yang biasanya berupa aktifitas motoris seperti
berpidato mendengar dan sebagainya.
Teori Perilaku
A. Teori Medan (Field Theory)
Teori dari Lewin ini mengadaptasi medan magnetik dan elektrik dalam konsep psikolgis. Asumsi
dari teori ini adalah setiap orang mempunyai ruang hidup (life space) tertentu yang merupakan
faktor-faktor nyata yang mempengaruhi perilaku individu. Faktor dalam ruang hidup seseorang
terdiri atas unsur internal (person = p) dan unsur lingkungan (psychologycal environment = E).
Teori berasumsi bahwa perilaku individu dibentuk oleh kondisi dalam diri serta dukungan
lingkungan, hal ini dapat disederhanakan dalam bentuk persamaan, P + E = L dan B = f (L),
dimana B adalah perilaku (behaviour), dan L adalah ruang hidup (life space), maka B = f(P, E)
B. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)
Teori dari Bandura (1977) didasari oleh pemikiran bahwa, perilaku adalah hasil interaksi timbal
balik (reciprocal interaction) antara determinasi kognisi, perilaku lingkungan individu dan
lingkungannya tidak saling independen. Aktivitas individu menyebabkan timbulnya keadaan
lingkungan tertentu, demikian juga sebaliknya. Pola hubungan timbal balik tersebut lebih dari
sekedar adanya interaksi kondisi internal individu dengan lingkungan terhadap pembentukan
perilaku seperti yang dikemukakan dalam pendekatan Lewin yang merumuskan B = f (P,E).
Hubungan timbal balik menunjukkan adanya analisis pada gejala psikologis dengan tingkatan
yang lebih kompleks (Bandura). Model timbal balik berpusat pada self-system yang terdiri atas
selfobservation-judgement-self responsive yang selanjutnya menciptakan kemungkinan self
afficacy. Kelebihan teori ini dari teori kepribadian adalah mempertimbangkan lebih jauh konteks
sosial yang dihadapi.
Salah satu dari teori pembelajaran adalah modifikasi perilaku yaitu usaha untuk memperbaiki
perilaku individu dan kelompok ke arah yang lebih positif, konstruktif dan selaras dengan tujuan
yang ingin dicapai.
Perilaku dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah
Pemeliharaan berasal dari kata kerja “pelihara” yang berarti :
Pustaka.
Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka. 1976).
Dahar, Ratna Wilis.. Teori – teori Belajar. (Jakarta. Erlangga. 1989)
Bimo Walgito. Psikologi Sosial. (Yogyakarta : Andi Offset.1994)
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. (Jakarta: Rineka Cipta 2007).
Azwar, Saifuddi Sikap Manusia; Teori dan Pengukurannya. (Yogyakarta : Penerbit Fakultas Hukum UII. 1997)
Azwar, Saifuddi. Sikap Manusia; Teori dan Pengukurannya. (Yogyakarta : Penerbit Fakultas Hukum UII1997)
Mueller, J.D. Mengukur Sikap Sosial. Pegangan untuk Peneliti dan Praktisi. Jakarta: Bumi Aksara. 1996)
Fremon E. Kast dan James E. Rosenzweig, Organisasi Dan Manajemen, (Bumi Aksara. Jakarta. 1994). Baron.
Performance management: key Strategies and practical guidelines. (Thomson-Shore Inc. United States.1997)
Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati, melalui sikap dan tindakan, namun demikian
tidak berarti bahwa bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakannya saja,
perilaku dapat pula bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi.
Bloom (1956), membedakannya menjadi 3 macam bentuk perilaku, yakni Coqnitive, Affective
dan Psikomotor, Ahli lain menyebut Pengetahuan, Sikap dan Tindakan, Sedangkan Ki Hajar
Dewantara, menyebutnya Cipta, Rasa, Karsa atau Peri akal, Peri rasa, Peri tindakan.
Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri
individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain :
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah.
Contoh : perubahan perilaku yang disebabkan karena usia seseorang.
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.contoh :
perubahan perilaku seseorang karena tujuan tertentu atau ingin mendapatkan sesuatu yang
bernilai baginya.
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam organisasi, maka
yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan
tersebut, dan ada sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan
tersebut.
Contoh : perubahan teknologi pada suatu lembaga organisasi, misal dari mesin ketik manual ke
mesin komputer, biasanya orang yang usianya tua sulit untuk menerima perubahan pemakaian
teknologi tersebut.
Strategi ini dapat berlangsung cepat akan tetapi belum tentu berlangsung lama karena perubahan
perilaku terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.
2. Pemberian informasi
Dengan memberikan informasi-informasi tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan hal
tertentu.
3. Diskusi partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua di atas yang dalam memberikan informasi-
informasi tentang peraturan baru organisasi tidak bersifat searah saja tetapi dua arah.
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang
antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining
forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan
tersebut didalam diri seseorang.
Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni
b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya stimulus-stimulus
yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan semacam ini
jelas juga akan terjadi perubahan perilaku.
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada
kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari
sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat
menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama
dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada
individu yang terdiri dari :
a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila
stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi
perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada
perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti
stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak
demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
c. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
3. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada
kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku
seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut.
Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz
berasumsi bahwa :
a. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan
pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap objek
demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi
kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif.
b. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri dalam
menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia
dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar.
c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam peranannya
dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan
tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan
dengan objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang mengakibatkan
tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat.
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi.
Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati
sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat merupakan “layar” dimana segala ungkapan diri orang
dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat
dari perilaku atau tindakannya.
Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar
individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh
sebab itu didalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara
relatif.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
PEMBAHASAN
2.1. Perilaku
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat
diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan dan baik disadari maupun tidak.
Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Seiring dengan tidak
disadari bahwa interaksi itu sangat kompleks sehingga kadang- kadang kita tidak sempat
memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk
dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, selama ia mampu mengubah perilaku tersebut.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam
pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-
unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral
kesehatan. Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis
dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal
(psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan
ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai respon seseorang
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan.
Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang
dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan
dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup
mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan
kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan
Perilaku sehat adalah sifat pribadi seperti kepercayaan, motif, nilai, persepsi dan elemen kognitif
lainnya yang mendasari tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran
melalui olah raga dan makanan bergiz. Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa
dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat.
Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.
Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup :
1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik secara
pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku ini dengan sendirinya
berhubungan dengan tingkat pencegahan penyakit
a) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan misalnya makan
makanan bergizi, dan olahraga.
b) Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah malaria,
pemberian imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang
lain.
c) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha mengobati penyakitnya
sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau pengobatan ke fasilitas kesehatan tradisional.
d) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit misalnya
melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa pemulihan.
2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup respon terhadap fasilitas
pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat – obat.
3) Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek
terhadap makanan serta unsur – unsur yang terkandung di dalamnya., pengelolaan makanan dan
lain sebagainya sehubungan dengan tubuh kita.
4) Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai salah
satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan
lingkungan.itu sendiri.
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikan menjadi 3 kelompok:
1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar
tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan
kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :
a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
c) Perilaku gizi (makanan dan minuman).
2) Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau Sering
disebut Perilaku Pencarian pengobatan (Heath Seeking Behavior). Adalah menyangkut upaya
atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini
dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3) Perilaku Kesehatan Lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya
dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli
lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.
a) Perilaku hidup sehat
.Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antar lain :
(1) Menu seimbang
(2) Olahraga teratur
(3) Tidak merokok
(4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba
(5) Istirahat yang cukup
(6) Mengendalian stress
(7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b) Perilaku Sakit
Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit,
pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.
c) Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Perilaku ini mencakup:
(1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
(2) Mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.
(3) Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan pelayanan kesehatan).
2.4. PERUBAHAN PERILAKU SEHAT
FAKTOR SOSIAL : Factor sosial sebagai factor eksternal yang mempengaruhi perilaku antara
lain sktruktur sosial, pranata –pranata sosial dan permasalahan – permasalahan sosial yang lain.
Pada factor sosial ini bila seseorang berada pada lingkungan yang baik yang maka orang tersebut
akan memiliki perilaku sehat yang baik sedangkan sebaliknya bila seseorang berada pada
lingkungan yang kurang baik maka orang tersebut akan memiliki perilaku sehat yang kurang
baik juga. Dukungan sosial ( keluarga, teman ) mendorong perubaha perubahan sehat.
Contohnya konsumsi alcohol, kebiasaan merokok, dan perilaku seksual.
FAKTOR KEPRIBADIAN : Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku salah satunya
adalah perilaku itu sendiri (kepribadian) yang dimana dipengaruhi oleh karakteristik individu,
penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan
yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang
serupa. Contohnya yang berhubungan adalah rasa kehatian – hatian, membatasi porsi pemakaian
internet pada waktu – waktu tertentu agar tidak menjadi addicted, ini akan membantu individu
agar dengan tidak menjadikan hal tersebut suatu kebiasaan ( habit) yang dapat merubah perilaku.
FAKTOR EMOSI : Rangsangan yang bersumber dari rasa takut, cinta, atau harapan – harapan
yang dimiliki yang bersangkutan. Contohnya berhubungan dengan stress yang mendorong
melakukan perilaku tidak sehat seperti merokok.
PROSES TERJADINYA
Untuk proses perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama, jarang ada orang yang
langsung merubah perilakunya. Kadang- kadang orang merubah perilakunya karena tekanan dari
masyarakat lingkunganya, atau karena yang bersangkutan ingin menyesuaikan diri dengan norma
yang ada. Proses terjadinya perubahan ini tidak semena – mena dapat tercapai dan harus benar-
benar teruji, ada 5 tingkatan perubahan perilaku :
a. Reinforcement (Peningkatan)
Reinforcemen merupakan sesuatu yang dilakukan yang dapat membawa kesenangan dan
kepuasan.
Contohnya:
- Positive reinforcement : anak kecil yang mau cuci tangan sebelum makan bila di berikan
mainan.
- Negative reinforcement : anda minum milanta agar sakit maag hilang.
b. Extincion (peniadaan).
Extincion merupakan perilaku sehat yang apabila konsekuensinya di hilangkan maka akan
melemah responnya jika tidak ada stimuli/reinforcer lain yang mempertahankan perilaku
sehat.Contohnya: anak kecil yang mau cuci tangan sebelum makan bila di berikan mainan tetap
melakukan perilaku sehatnya karena pujian orang tua atau kepuasan karena tangannya bersih dari
kuman
c. Punishment (hukuman)
Punishment merupakan perilaku yang apabila dilakukan dan membawa konsekuensi yang tidak
menyenangkan cenderung ditekan.Contohnya: anak kecil yang bermain dengan benda tajam
seperti pisau dimarahi oleh Ibunya, akan tidak mengulanginya lagi.
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan
atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang
dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam program –
program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma – norma
kesehatan diperlukan usaha – usaha yang konkrit dan positip. Beberapa strategi untuk
memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian :
1) Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan
perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan – peraturan / undang – undang yang harus
dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya
tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai
contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah
pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak pagar yang kurang
terawat.
2) Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara
menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya
diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan
menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini
akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.
3) Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan
bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan
hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi
yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun
pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan
mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.
Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika
ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis yang mengancam akan
tidak banyak berguna untuk mewujutkan perubahan
yang langgeng.
1. Perilaku manusia merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal
2. Faktor determinan perilaku manusia luas, namun beberapa ahli mencoba merumuskan
teori terbentuknya perilaku manusia
3. Teori perilaku manusia yang akan kita bahas kali ini adalh : Teori ABC, Reason Action,
“PRECED-PROCEED”, Behavior intention, Thoughs and Feeling.
Contoh: Penyuluhan di Posyandu tentang bagaimana agar anak mau makan banyak, salah
satunya dengan membuat tampilan makanan menarik (A), Ibu membuat tampilan makanan
semenarik mungkin ( B ), Anak mau makan banyak ( C )
b) Teori “REATION ACTION” (FESBEIN &AJZEN :1980 )
Teori ini menekankan pentingnya “intention”/niat sebagai faktor penentu perilaku
Niat itu sendiri ditentukan oleh :
1. sikap
2. norma subjektif
3. pengendalian perilaku
Contoh : Seorang ibu yang mau mengimunisasikan anaknya didasari niat, dimana niat itu
ditentukan oleh sikap ibu yang setuju dengan imunisasi, keyakinan ibu akan perilaku yang
diambil dan sudah siap bila anaknya panas setelah diimunisasi.
2. Social support
3. Accessibility to information
4. Personal autonomy
5. Action situation
2. Personal reference
3. Resources
4. Culture
B = f ( TF, PR, R, C )
Contoh :
Seorang ibu habis melahirkan tidak mau menyusui anaknya, karena dia punya keyakinan kalau
payudaranya akan hilang keindahannya bila menyusui (TF), atau karena artis yang diidolakannya
tidak menyusui sehingga dia mengikuti (PR), atau karena harus bekerja, tidak ada waktu untuk
menyusui (R), atau karena kebudayaan di daerah ibu tersebut lebih keren kalau memberi susu
formula daripada ASI, makin mahal harga susu maka status sosial makin naik (C).
Teori-teori yang akan kita bahas adalah : Teori SOR, Festinger, Fungsi, Kurt Lewin.
2. defence mechanism
3. penerima objek dan pemberi arti
4. nilai ekspresif
Perubahan perilaku individu tergantung kebutuhan Stimulus yang dapat memberi perubahan
perilaku individu adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang
tersebut.