Anda di halaman 1dari 32

PROSES PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN SUMBER

DAYA AIR UNTUK TERCAPAINYA SANITASI DALAM


PROGRAM SDG’S DI INDONESIA
SDG’S 6 AKSES AIR BERSIH DAN SANITASI

Dosen Pengampu : Dr. Zumi Saidah, SP., M.Si

Disusun oleh :
Kelompok 9 TPB Kelas 4
Almanda Nurunnisaa’ 120210200025
Astri Citra Tresnasari 170310200008
Azka An Umillah 190110200118
Melaty Rizqy Amalia 170310200037
Mufmayida Rahmah 150510200040

UNIVERSITAS PADJADJARAN
DESEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-
Nya dan karunia-Nya tersebut dapat membantu kami dalam proses penyusunan
makalah ini. Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan
kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya.
Adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan dan Pancasila juga sebagai informasi kepada masyarakat
megenai Sustainable Development Goals (SDG’s) khususnya di dalam tujuan
keenam, yaitu Clean Water And Sanitation (Akses Air Bersih dan Sanitasi). Kami
ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Zumi Zaidah, SP., M.Si. selaku dosen
pengampu pada mata kuliah ini, serta kepada seluruh pihak yang telah membantu
kami dalam proses pembuatan makalah ini karena tanpa bantuan dari berbagai
pihak, makalah ini tidak dapat selesai tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai
evaluasi pada penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat luas.

Jatinangor, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................3
1.3 Tujuan ...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................5
2.1 Pendekatan Pokok Bahasan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan .5
2.2 Anti Korupsi ..................................................................................................9
2.3 Sustainable Development Goals (SDG’s) ...................................................11
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................16
3.1 Keadaan Umum Objek Observasi ...............................................................16
3.2 Pengertian dan Manfaat Sanitasi .................................................................20
3.3 Pokok Bahasan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ....................20
3.4 Pokok Bahasan Anti Korupsi ......................................................................24
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................26
4.1 Kesimpulan .................................................................................................26
4.2 Saran ............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sustainable Developement Goals (SDGs) adalah agenda yang diharapkan
dapat terwujud pada tahun 2030 yang merupakan kesepakatan pembangunan
berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan. Pada 25 September
2015 lalu, bertempat di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Para
pemimpin dunia secara resmi mengesahkan agenda Sustainable Development
Goals (SDGs) yang merupakan kesepakatan pembangunan global. SDGs ini
memiliki prinsip Universal, Integerasi, dan Inklusif, untuk meyakinkan bahwa tidak
ada satupun yang tertinggal atau disebut No Offense Behind. SDGs berisi 17 tujuan
dan 169 target yang merupakan rencana aksi global untuk 15 tahun ke depan
(berlaku sejak tahun 2016 sampai dengan 2030) dengan mengangkat berbagai isu
dan permasalahan yang ada di Indonesia bahkan di dunia. Setiap tujuan memiliki
target masing-masing dengan indikator yang terukur dan spesifik. Salah satu yang
cukup menjadi sorotan dalam adalah isu mengenai Air bersih dan sanitasi layak
(SDGs 6). Tujuan ini berujung pada jaminan ketersediaan dan pengelolaan air
bersih serta sanitasi yang berkelanjutan untuk semua.
Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluknya terutama manusia. Air
memiliki peranan yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup manusia
karena berperan sebagai kebutuhan yang sangat amat mendasar. Pada dasarnya,
fokus utama SDGs ini terletak pada beberapa isu yang memang berperan sebagai
kebutuhan dasar manusia, seperti ketersediaan pangan, air bersih, dan energi. Selain
itu, perubahan yang paling penting dalam konsumsi berkelanjutan dan produksi
akan didorong oleh teknologi, inovasi, desain produk , pedoman kebijakan yang
terperinci, pendidikan, dan perubahan perilaku. Panel mengusulkan dua belas
Universal Goals dan Nasional Target. Target tersebut menyerukan pada negara-
negara untuk “Mencapai universal akses dalam sektor air minum dan sanitasi” yang
diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030.
Mengutip Lembar Fakta SDGs yang diterbitkan oleh Bappenas, pada tahun
2015 sudah 70,97% rumah tangga di Indonesia yang memiliki akses air minum

1
layak. Di perkotaan, angka capaiannya telah berada di 81,30%, sementara di
perdesaan baru mecapai angka 60,58%. Komposisi yang tidak berbeda jauh juga
ditemukan pada kelayakan sanitasi rumah tangga dengan capaian angka 62,14%
untuk seluruh Indonesia.
Sudah 76,36% rumah tangga perkotaan yang memiliki sanitasi layak. Sementara
baru 47,84% rumah tangga perdesaan yang memiliki sanitasi layak.
Selain itu, Bank Dunia pada tahun 2014 mengingatkan bahwa terdapat 780 juta
orang tidak memiliki akses air bersih dan lebih dari 2 miliar penduduk bumi tidak
memiliki akses terhadap sanitasi. Banyaknya jumlah penduduk dunia tidak
sebanding dengan jumlah ketersediaan kebutuhan dasarnya. Akibatnya ribuan
nyawa melayang tiap hari dan kerugian materi hingga 7 persen dari PDB dunia.
Berpacu pada data hasil MDGs, selama kurun waktu 2011 – 2015 lalu, di
Indonesia telah dibangun berbagai infrastruktur untuk menunjang ketersediaan air
bersih dan sanitasi yang mencukupi. Namun demikian, hingga kini masih ada
beberapa sudut wilayah Indonesia yang masyarakatnya belum terjangkau air bersih.
Menjadi sebuah ironi ketika di tengah sumber daya alam Indonesia yang melimpah,
terungkap fakta bahwa sebagian masyarakat Indonesia masih kesulitan memperoleh
air bersih. Bahkan, beberapa lokasi sulit air bersih letaknya tidak jauh dari kota-
kota besar.
Keterbasan masyarakat akan air bersih tidak melulu disebabkan oleh bencana
alam. Beberapa daerah yang masih kesulitan air, menyebabkan masyarakatnya
kesulitan untuk mendapatkan air bersih bahkan untuk mandi sekalipun. Akibatnya,
hal itu juga akan berpengaruh pada kesehatan wilayah serta masyarakatnya. Selain
itu, Indonesia adalah negara dengan kekayaan alam yang sangat berlimpah. Air
merupakan sumber daya alam perbaharui yang pada dasarnya keberadaannya
sangat berlimpah dan sangat kecil kemungkinannya untuk habis. Maka dari itu,
dapat terlihat bahwa krisis air tidaklah disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air,
melainkan kurangnya pemanfaatan dan pengelolaan air bersih agar bisa berguna
dengan baik bagi masyarakat. Oleh karena itu, inti persoalan yang diangkat pada
Sustainable Development Goals air bersih adalah akses terhadap air minum dan
sanitasi yang layak, kualitas air dan limbah, serta pemanfaatan, pengelolaan, dan
pelestarian sumber daya air.

2
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai target-target tersebut
dijabarkan pada kebijakan, program dan kegiatan yang akan dilakukan oleh
pemerintah maupun organisasi nonpemerintah. Selain itu, pada tahun 2024,
pemerintah Indonesia menargetkan seluruh masyarakat telah memiliki akses air
minum layak dan 90 persen masyarakat mendapatkan akses sanitasi layak, termasuk
di dalamnya 20 persen akses sanitasi aman. Mengingat target dan harapan yang
direncanakan membutuhkan usaha yang tentu tidak kecil, untuk itu diperlukan
kolaborasi seluruh pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat,
badan usaha, maupun mitra pembangunan.
Satu hal yang perlu diingat bahwa peran vital air dalam kehidupan sehari-hari
tidak hanya sebatas untuk pemenuhan kebutuhan dasar saja, seperti minum dan
mandi. Termasuk juga di dalamnya kebutuhan irigasi area pertanian, dimana hal itu
juga mendukung ketahanan air dan pangan. Oleh karena itu, isu yang di targetkan
dalam SDGs ini sangat berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Sustainable Development Goals (SDGs) ?
2. Apa saja tujuan yang di harapkan dari Sustainable Development Goals
(SDGs)?
3. Bagaimana prinsip pelaksanaan Sustainable Development Goals (SDGs)?
4. Apa saja manfaat dan kegunaan sanitasi bagi lingkungan dan masyarakat?
5. Apa saja yang menjadi target dalam isu SDGs nomor 6 mengenai akses air
bersis dan sanitasi?
6. Bagaimana kaitan antara isu akses air bersih dan sanitasi ini apabila
dikaitkan dengan Pancasila serta Kewarganegaraan?
7. Bagaimana kebijakan pemerintah maupun nonpemerintah untuk
mewujudkan target yang direncanakan dalam isu mengenai akses air bersih
dan sanitasi?

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian dan prinsip dari
Sustainable Development Goals (SDG’s) yang mendunia, dapat mengetahui konsep

3
dan tujuan dari program Sustainable Development Goals (SDG’s). Makalah ini
terfokus pada pembahasan isu mengenai salah satu program SDGs 6 yaitu Water
and sanitation (Air bersih dan sanitasi). Hal ini diharapkan dapat menjelaskan dan
menyimpulkan tentang tujuan dari pembangunan berkelanjutan pada salah satu poin
tentang Air bersih dan sanitasi yang memiliki target yaitu untuk Menjamin
Ketersediaan serta Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi yang Berkelanjutan untuk
Semua masyarakat.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Pokok Bahasan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan memiliki peran yang penting bagi
semua aspek kehidupan. Di dalam pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila disertai dengan implementasi
dalam kehidupan. Selain itu, hukum berkelanjutan yang mengatur agar tetap sesuai
dengan pemikiran dasar juga ada dalam pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan, yauitu UUD 1945, Undang-Pndang, TAP MPR, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dapat diimplementasikan menjadi
butir-butir pengamalan pancasila. Butir-butir pengamalan pancasila sila pertama,
“Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah sebagai berikut.
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. mengembangkan sikap hormat menghormati dan beklerjasama antar
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan tergadap orang
lain.
Selain itu, nilai pancasila pada sila kedua memiliki beberapa butir
pengamalan. Butir-butir pengamalan pancasila sila kedua yaitu “Kemanusiaan
yang adil dan beradab” adalah sebagai berikut.
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

5
2. Mengaku persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi
setiap manusia tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, nudaya,
jenis kelamin, kedudukan sosial, dan warna kulit.
3. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain
Pengamalan nilai-nilai pancasila pada sila ketiga, “Persatuan Indonesia”,
dapat dilakukan dengan butir-butir pengamalan berikut.
1. Mampu mengembangkan rasa cinta pada tanah air.
2. Tidak menimbulkan perpecahan antar suku, ras, agama, dan budaya.
3. Saling peduli di antara rakyat Indonesia dan tidak menebar
kebencian antar suku, ras, agama, dan budaya.
4. Menerapkan konsep rela berkorban demi negara, bukan atas nama
pribadi ataupun kelompok tertentu.
5. memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila Pancasila keempat, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”, memiliki butir-butir
pengamalan dari nilai-nilai yang terkandung. Butir-butir tersebut antara lain
sebagai berikut.
1. Menghormati dan menghargai pendapat orang lain.
2. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
3. Sebagai warga negara Indonesia, kita memiliki derajat dan
kedudukan yang sama dimata hukum
4. Tidak memaksakan kehendak terhadap orang lain.
5. Mengutamakan musyawarah dalam pengambilan keputusan untuk
kepentingan bersama.
Kemudian, sila kelima, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dengan mengamalkan butir-
butir sebagai berikut.
1. Menghormati hak orang lain,
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

6
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
4. Tidak menggunakan hak milik orang lain agar dapat berdiri
5. Melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.
Untuk akses air bersih dan sanitasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2019. Undang-Undang nomor 17 tahun 2019 ini merupakan pengganti dari
Undang-Undang
Nomor 11 tahun 1974 yang membahas tentang pengairan. Yang menjadi
pertimbangan dari UU 17 tahun 2019 ini adalah bahwa di Indonesia khususnya
telah terjadi ketidaksinambungan antara ketersediaan air dan kebutuhan air. Dapat
dikatakan bahwa persediaan air bersih yang ada tidak seberapa jika dibandingkan
oleh kebutuhan masyarakat akan air bersih.
Latar belakang dari pengesahan Undang-undang ini adalah ketersediaan air
air yang menjadi kebutuhan mendasar bagi setiap mahluk ini semakin menipis.
Di sisi lain, bahwa air merupakan sumber daya yang dalam penggunaannya
merupakan milik hajat hidup orang banyak dan baik dipergunakan untuk
kemakmuran rakyatnya. Selain itu juga undang-undang sebelumnya, yaitu UU No
11 tahun 1974 dinilai belum maksimal dalam pelaksanaan dan juga
pengelolaannya.
Adanya UU ini diharapakan dapat menjamin kesejahteraan orang banyak dan
juga pengelolaan dan penggunaan air nantinya dilakukan untuk kepentingan
bersama. Seperti yang kita tau akhir-akhir ini banyak sekali pihak yang melakukan
eksploitasi air bersih, diharapkan juga nantinya pihak-pihak yang membutuhkan
air dengan jumlah besar ini penggunaannya menggunakan suatu izin kebutuhan
untuk usaha. Penggunaan Air untuk memenuhi kebutuhan irigasi pertanian rakyat
juga harus dilakukan berdasarkan izin penggunaan Sumber Daya Air untuk
kebutuhan bukan usaha apabila dilakukan dengan cara mengubah kondisi alami
Sumber air atau digunakan untuk pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah
ada. Hal itu tentu saja dilakukan agar tidak ada lagi pihak yang memanfaatkan
secara besar-besaran air bersih demi kepentingan diri sendiri.
Berikut pasal yang membahas tentang sanitasi dan air bersih.

7
1. Pasal 6
Negara menjamin hak rakyat atas air guna memenuhi
kebutuhan pokok minimal sehari-hari bagi kehidupan yang sehat
dan bersih dengan jumlah yang cukup, kualitas yang baik, aman,
terjaga keberlangsungannya, dan terjangkau.
2. Pasal 8 ayat 2
Selain hak rakyat atas air yang dijamin pemenuhannya oleh
negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) negara
memprioritaskan hak rakyat atas air sebagai berikut:
a. kebutuhan pokok sehari-hari;
b. pertanian rakyat; dan
c. penggunaan sumber daya air untuk kebutuhan usaha
guna memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari
melalui sistem penyediaan air minum.
3. Pasal 10 bagian b
Menyusun pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah
sungai lintas negara, wilayah sungai lintas provinsi, dan wilayah
sungai strategis nasional, termasuk cekungan air tanah pada wilayah
tersebut.
4. Pasal 10 bagian j
Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban
pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
negara, wilayah sungai lintas provinsi, dan wilayah sungai strategis.
5. Pasal 21 ayat 2
Sumber daya air dikelola secara terpadu, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan.
6. Pasal 24 ayat 6
Pengelolaan kualitas air sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf c dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas air pada
sumber air dan prasarana sumber daya air.

8
2.2 Anti Korupsi
Korupsi memiliki arti yang dan cakupan yang luas, tetapi pada dasarnya
merujuk pada pengertian perilaku yang licik karena bertujuan menguntungkan diri
sendiri atau orang tertentu yang sekaligus merugikan orang banyak, masyarakat,
atau negara. Korupsi berasal dari bahasa Latin, yakni corruptio atau bahasa
Inggris, yakni corrupt yang berarti merusak, busuk, dan menyebabkan
kemerosotan, yang merupakan antonim dari keutuhan dan integritas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi diartikan sebagai
“penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya)
untuk keuntungan pribadi atau orang lain”. Sedangkan menurut The Lexicon
Webster Dictionary, korupsi memiliki arti “kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, bisa disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-
kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah”.
Korupsi juga diartikan oleh beberapa ahli. Pengertian korupsi menurut
Huntington (1968) adalah “perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-
norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan
dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi”.
Pengertian korupsi menurut Alfiler (1986) “yang disebut sebagai korupsi
birokrasi adalah sebagai suatu perilaku yang dirancang yang sesungguhnya
merupakan suatu perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang diharapkan
yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan imbalan material atau penghargaan
lainnya.”
Menurut Robbert Klitgaard, korupsi merupakan “suatu tingkah laku yang
menyimpang dari tugas-tugas resmi jabatannya dalam negara, dimana untuk
memperoleh keuntungan status atau uang yang menyangkut diri pribadi atau
perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri, atau dengan melanggar aturan
pelaksanaan yang menyangkut tingkah laku pribadi”.
Pengertian kata anti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu
“melawan, menentang, memusuhi”. Maka dari itu, anti korupsi merupakan suatu
perbuatan yang menentang perbuatan buruk dan salah yang menyimpang dari
hukum dan norma yang berlaku untuk mendapatkan keuntungan dan kekayaan

9
bagi diri sendiri atau sekelompok orang yang sekaligus merugikan dan mengambil
hak orang banyak, masyarakat, atau negara.
Perilaku anti korupsi merupakan perilaku yang berintegritas yang dapat
dilakukan agar tidak terjerumus pada korupsi yang merugikan banyak pihak.
Pengertian integritas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
“mutu, sifat, dan keadaan yang menggambarkan kesatuan yang utuh, sehingga
memiliki potensi dan kemampuan memancarkan kewibawaan dan kejujuran”.
Korupsi dapat berdampak sangat merugikan bagi suatu negara baik dalam
skala kecil maupun skala besar. Segala aspek kehidupan akan terdampak buruk
karena korupsi yang tidak segera diberantas. Maka dari itu, strategi dan perilaku
anti korupsi penting diterapkan dalam segala aspek.
World Bank merinci bentuk-bentuk tindakan yang termasuk dalam korupsi
yakni: ”Public office is abused for private gain when an official accepts solicits,
or extorts a bribe. It is also abused when private agents actively offer bribes to
circumvent public policies and processes for competitive advantage and profit.
Public office can also be abused for personal benefit even no bribery occurs,
through patronage and nepotism, the theft of state assets, or the diversion of state
revenues” (World Bank 1997).
Syed Hussein Alatas (1990:3-4) juga merumuskan pengertian minimalis.
Menurut Alatas, “corruption is the abuse of trust in the interest of private gain,”
yaitu penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi. Alatas kemudian
mengembangkan beberapa tipologi korupsi. Pertama, “korupsi transaktif” , yakni
korupsi yang terjadi atas kesepakatan di antara seorang donor dan resipien untuk
keuntungan kedua belah pihak.
Kedua, “korupsi ekstortif”, yang melibatkan penekanan dan pemaksaan untuk
menghindari bahaya bagi mereka yang terlibat atau orang-orang yang dekat
dengan pelaku korupsi. Ketiga, “korupsi investif”, yakni korupsi yang bermula
dari tawaran atau iming-iming, sebagai “investasi” untuk keuntungan di masa
datang.
Keempat, “korupsi nepotistik”, yakni korupsi yang terjadi karena perlakuan
khusus baik dalam pengangkatan pada kantor publik maupun pemberian proyek-
proyek bagi keluarga dekat. Kelima, “korupsi otogenik”, yakni korupsi yang

10
terjadi ketika seorang individu pejabat mendapat keuntungan karena memiliki
pengetahuan sebagai orang dalam (insider’s information) tentang berbagai
kebijakan publik yang semestinya dia rahasiakan. Keenam, “korupsi suportif”,
yakni perlindungan atau penguatan korupsi yang terjadi melalui intrik kekuasaan
dan bahkan kekerasan.
Berdasarkan tingkat intensitasnya, dapat dilihat apakah tindakan korupsi itu
berlangsung secara isolatif atau sistematik. Kategori lainnya mencakup: korupsi
besar-besaran dan kecil-kecilan, nasional dan lokal, personal dan institusional,
tradisional dan modern. Seluruh kategori dan tipologi itu sangat membantu untuk
mengenali berbagai aspek korupsi seperti penyebabnya, konsekuensi-
konsekuensinya, dan cara-cara pemecahannya.
Strategi melawan korupsi dan membangun kemauan politik, dapat
dirumuskan berdasarkan pemahaman aspek tersebut dengan benar. Sejumlah
strategi itu mencakup pengembangan tiga hal: Pertama, mengembangkan
kemampuan mengartikulasikan berbagai konsekuensi korupsi terhadap sistem
ekonomi, politik dan sosial. Kemampuan ini penting untuk melibatkan kelompok-
kelompok kepentingan (interest groups) agar membangun koalisi reformasi yang
bertujuan membentuk good governance. Kedua, mengembangkan pemahaman
tentang kepemimpinan politik dan birokrasi yang tidak konsisten membicarakan
soal korupsi. Tujuannya untuk merubah peraturan-peraturan yang sifatnya kolusif.
Ketiga, mengembangkan kemampuan memobilisasi tuntutan-tuntutan
memberantas korupsi. Juga menjamin sustainability pimpinan politik dan
birokrasi agar melakukan kebijakan khusus dan perubahan institusional yang
diperlukan untuk memberantas korupsi.

2.3 SDGs (Sustainable Development Goals)


SDGs (Sustainable Development Goals) adalah upaya untuk melakukan
pembangunan berkelanjutan yang berisi tujuh belas tujuan dengan 169 target.
SDGs ini juga merupakan rencana aksi global untuk lima belas tahun ke depan
(berlaku sejak 2016 hingga 2030), dengan harapan dapat mengakhiri kemiskinan,
mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan.

11
Pada dasarnya SDGs ini bertujuan untuk mensejahterakan rakyat, membangun
negara yang lebih maju, serta memperbaiki dan menjaga lingkungan bumi. SDGs
berlaku bagi seluruh negara (sifatnya universal), sehingga seluruh negara,
termasuk negara maju, memiliki kewajiban moral untuk mencapai tujuan dan
target SDGs.
SDGs memiliki tujuh belas tujuan diantaranya adalah menghapus
kemiskinan, mengakhiri kelaparan, Kesehatan yang baik dan kesejahteraan,
pendidikan bermutu, kesetaraan gender, akses air bersih dan sanitasi, energi bersih
dan terjangkau, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, infrastruktur,
industri, dan inovasi, mengurangi ketimpangan, kota dan komunitas yang
berkelanjutan, konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, penanganan
perubahan iklim, menjaga ekosistem laut, menjaga ekosistem darat, perdamaian,
keadilan dan kelembagaan yang kuat, serta kemitraan untuk mencapai tujuan.
Terdapat tujuh belas tujuan yang dijabarkan dan diharapkan dapat terwujud
pada tahun 2030 kelak. Tujuan pertama yaitu mengakhiri kemiskinan dalam
segala bentuk apapun. Tujuan SDGs poin ini adalah dalam penghapusan masalah
kemiskinan dengan tujuh target yang mesti dicapai. Tujuan kedua yaitu
mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, nutrisi yang lebih baik, dan
mendukung pertanian berkelanjutan. Tujuan ini memiliki delapan target yang
harus dicapai. Tujuan ketiga, memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung
kesejahteraan bagi semua untuk semua usia. Poin SDGs merupakan pembangunan
dalam bidang kesehatan. Poin ini memiliki tiga belas target yang harus dicapai.
Tujuan keempat, memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara,
juga mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua. Poin SDGs ini
merupakan pembangunan dalam bidang pendidikan yang memiliki sepuluh target
yang harus dicapai. Tujuan kelima, mencapai kesetaraan gender dan
memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan. Terdapat Sembilan
target yang harus dicapai.
Tujuan keenam, memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang
berkelanjutan dan sanitasi bagi semua. Poin ini merupakan pembangunan dalam
permasalahan air bersih dan sanitasi dengan target yang harus dicapai adalah
sebanyak delapan target sebagai berikut.

12
1. Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan adil terhadap air minum yang
aman dan terjangkau untuk semua
2. Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang layak dan
adil untuk semua dan mengakhiri buang air di tempat terbuka, dengan
memberikan perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan anak perempuan
serta mereka yang berada dalam situasi rentan
3. Pada tahun 2030, memperbaiki kualitas air dengan mengurangi polusi,
menghapuskan pembuangan limbah dan meminimalisir pembuangan bahan kimia
dan materi berbahaya, mengurangi separuh dari proporsi air limbah yang tidak
diolah dan secara substansial meningkatkan daur ulang dan penggunaan ulang
yang aman secara global
4. Pada tahun 2030, secara substantif meningkatkan penggunaan air secara efisien di
semua sektor dan memastikan pengambilan dan suplai air bersih yang
berkelanjutan untuk mengatasi kelangkaan air dan secara substansial mengurangi
jumlah orang yang mengalami kelangkaan air
5. Pada tahun 2030, mengimplementasikan pengelolaan sumber air yang terintegrasi
pada setiap level, termasuk melalui kerjasama antarbatas selayaknya
6. Pada tahun 2020, melindungi dan memperbaiki ekosistem terkait air, termasuk
pegunungan, hutan, rawa, sungai, resapan air dan danau
7. Pada tahun 2030, memperbanyak kerjasama internasional dan dukungan
pengembangan kapasitas kepada negara-negara berkembang dalam aktivitas dan
program terkait air dan sanitasi, termasuk water harvesting, desalinasi, efisiensi
air, pengolahan air limbah, teknologi daur ulang dan penggunaan ulang
8. Mendukung dan menguatkan partisipasi masyarakat lokal dalam memperbaiki
pengelolaan air dan sanitasi.
Kemudian, tujuan ketujuh yang menekankan pada akses terhadap energi yang
terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan, dan modern bagi semua. Terdapat
lima target yang harus dicapai dalam bidang energi. Lalu tujuan kedelapan,
mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja
penuh dan produktif, dan pekerjaan yang layak bagi semua. Poin ini memiliki dua
belas target yang harus dicapai dalam bidang ekonomi.

13
Tujuan kesembilan, membangun infrastruktur yang tangguh, mendukung
industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan dan membantu perkembangan
berkelanjutan dan membantu perkembangan inovasi. Poin ini memiliki delapan
target yang harus dicapai dalam bidang infrastruktur.
Tujuan kesepuluh, mengurangi ketimpangan di dalam dan antar negara.
Tujuan SDGs ini memiliki sepuluh target yang harus dicapai pada tahun 2030.
Lalu tujuan kesebelas, membangun kota dan pemukiman inklusif, aman, tangguh,
dan berkelanjutan. Poin ini memiliki sepuluh target yang harus dicapai dalam
bidang pembangunan kota dan pemukiman.
Tujuan kedua belas, memastikan pola konsumsi dan produksi yang
berkelanjutan. Tujuan ini memiliki sebelas target yang harus dicapai dalam bidang
konsumsi dan produksi. Selain itu, pemerintah juga sudah menentukan kebijakan
dan aksi yang akan dilakukan guna menangani permasalahan ini.
Selain itu, tujuan ketiga belas, yang berisi mengambil aksi segera untuk
memerangi perubahan iklim dan dampaknya. Terdapat lima target yang harus
dicapai dalam penanganan iklim.
Tujuan keempat belas, mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan
sumber daya laut, samudra, dan maritim untuk pembangunan yang berkelanjutan.
Terdapat sepuluh target yang harus dicapai dalam bidang ekosistem laut.
Setelah itu, tujuan kelima belas, yang berisi melindungi, memulihkan, dan
mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem daratan,
mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi desertifikasi (pengangguran),
dan menghambat dan membalikkan degradasi tanah dan menghambat hilangnya
keanekaragaman hayati. Terdapat dua belas target dalam yang harus dicapai
dalam bidang ekosistem darat.
Tujuan keenam belas, mendukung masyarakat yang damai dan inklusif untuk
pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua
dan membangun institusi-institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di semua
level. Terdapat dua belas target yang harus dicapai dalam bidang hukum dan
peradilan.
Terakhir yaitu tujuan ketujuh belas, yang berisi tentang penguatan ukuran
implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan yang

14
berkelanjutan. Tujuan ini terdapat sembilan belas target yang dilakukan dalam
kemitraan atau kerjasama di beberapa bidang dengan targetnya masing-masing.
Diantaranya bidang keuangan, teknologi, pengembangan kapasitas, perdagangan,
isu-isu sistemik koherensi kebijakan dan institusional, serta data, monitoring dan
akuntabilitas.

15
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Keadaan Umum Objek Observasi


Wilayah Kecamatan Bojongsoang di Kabupaten Bandung memiliki jalur
pengaliran air yang cukup rumit dan biasanya disalurkan hingga ke sungai yang
berada di dekat wilayah Baleendah. Dahulu, daerah tersebut adalah pedesaan yang
mayoritas penduduknya adalah petani tanaman padi dan sayuran seperti mentimun,
tomat, cabe, dan lain-lain sehingga pengairan atau irigasi yang digunakan adalah
irigasi tradisional yang mengandalkan air sungai atau air hujan dengan membentuk
saluran irigasi untuk aliran air yang sekarang sudah tidak digunakan lagi dan
menjadi selokan. Masyarakat umumnya melakukan kegiatan pertanian di tempat
yang dekat dengan sumber mata air seperti Sungai dan Danau sehingga tidak heran
jika adanya sawah dan kebun yang berada di dekat Sungai Citarum Baleendah dan
kegiatan pertanian membuat para petani membentuk pemukiman di dekat sungai
tersebut. Namun, dengan perkembangan teknologi, pemanasan global, aktivitas
manusia, dan jumlah penduduk yang bertambah membuat banyak perubahan dalam
kegiatan pertanian dan kondisi sungai yang sekarang menjadi tercemar.
Sungai yang awalnya bersih dan digunakan oleh warga setempat sebagai
sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari menjadi tercemar dan tidak bisa lagi
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup karena dapat membahayakan
kesehatan, tetapi kebiasaan masyarakat Indonesia terutama di daerah pedesaan yang
cenderung tidak mau sulit, praktis, dan murah membuat beberapa masyarakat tetap
menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pertambahan
penduduk di dekat aliran sungai membuat sungai menjadi lebih sempit sehingga
adanya ketidakseimbangan dengan kapasitas penampungan air hujan pada musim
hujan oleh sungai yang dapat menampung air tersebut dan tidak ada daerah resapan
air sehingga terjadi bencana banjir. Kebutuhan masyarakat yang tinggal di dekat
sungai mengenai air bersih tidak akan terpenuhi karena sungai telah tercemar dan
ada banjir.
Beberapa masyarakat sering mengalami kesulitan untuk menangani masalah
banjir dan kekurangan air bersih sehingga ada banyak yang berpindah tempat

16
tinggal ke daerah yang lebih aman dari banjir dan akses air bersih mudah untuk
didapat, pemerintah telah memberikan solusi dengan adanya saluran pompa air
yang menggunakan tenaga listrik sehingga dapat mempermudah akses air bersih
secara merata.
Namun, harga dalam pembuatan saluran pompa air sangat mahal untuk beberapa
kalangan masyarakat serta dibebankan dengan harga listrik yang harus ditanggung
untuk mendapatkan air bersih sehingga pada akhirnya masyarakat tetap
memanfaatkan air yang ada di sungai.
Air sungai yang tercemar disebabkan karena kesalahan masyarakat yang tidak
sadar mengenai pembuangan limbah tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu dan
ada kebiasaan masyarakat yang menyebabkan buruknya keadaan sanitasi di
lingkungan sekitar sungai maupun wilayah yang menjadi aliran dalam saluran air
ke sungai yang ditunjukkan dengan perilaku buang air besar yang tidak dilakukan
di toilet atau jamban. Permasalahan lain yang ada adalah penyebaran energi listrik
masih belum merata dan sering adanya pemadaman listrik di wilayah tertentu
padahal jika kita menggunakan saluran pompa air yang menggunakan energi listrik
dan tidak bisa melalui pompa manual dapat menyebabkan masyarakat kehabisan
air bersih sedangkan setiap tahunnya selalu terjadi pemadaman listrik mendadak
dan membuat masyarakat khawatir mengenai ketersediaan air bersih untuk hari
esok sehingga tidak punya pilihan lain untuk memanfaatkan air sungai yang sudah
tercemar.
Pada saat kekeringan banyak pedagang yang berjualan air bersih dalam bentuk
galon yang membuktikan bahwa masih banyak daerah pemukiman yang akses air
bersihnya masih sulit terutama pada saat kemarau. Fakta bahwa terjadinya
persaingan air bersih untuk kegiatan pertanian dan untuk kebutuhan manusia
dengan adanya beberapa konflik yang terjadi karena ada salah satu pihak yang boros
dalam menggunakan air padahal air bersih yang tersedia sangat terbatas.
Masyarakat tidak sadar ketika menggunakan air sungai yang sudah tercemar dengan
banyaknya sampah dan bahan berbahaya lainnya membuat masyarakat mudah sakit
karena mengkonsumsi air tersebut. Selain itu, kondisi sungai yang kotor
berpengaruh pada lingkungan sekitar dan aktivitas masyarakat akan terganggu
bahkan memiliki dampak buruk pada masa pertumbuhan anak – anak.

17
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah sudah dilakukan sejak daerah tersebut
menjadi rawan banjir, tetapi upaya tersebut tidak dilakukan secara berkala dan
kurang efektif karena dari tahun ke tahun kondisi sungai sangat kotor dan dipenuhi
dengan sampah sehingga masyarakat yang masih memanfaatkan air sungai sering
sakit terutama diare, disentri, dan penyakit kulit.
Pemerintah kurang memperhatikan daerah yang berada di ujung wilayah
kabupaten atau kota hingga akhirnya daerah tersebut berdampak buruk bagi
wilayah lainnya karena di sungai Baleendah perlu waktu bertahun-tahun untuk
pemerintah melakukan alokasi pertanian, larangan pemukiman dekat sungai,
memperluas sungai, dan membuat daerah resapan sungai.

Pada akhir tahun 2019 terjadi perluasan sungai dan pembersihan bagian sungai serta
membuat taman yang bisa digunakan oleh warga, tidak lupa dibuat saluran untuk
mengakses air bersih melalui pipa yang dibangun pemerintah, tetapi dalam
prosesnya tidak diketahui apakah akses tersebut dapat dijangkau oleh seluruh warga
atau pemanfaatan akses air bersih tersebut digunakan atau tidak.
Kondisi sungai sangat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar karena
sebelum dilakukan upaya perbaikan kondisi sungai dan menghentikan kebiasaan
masyarakat yang sering membuang sampah ke sungai dan membuat keadaan sekitar
menjadi kotor dan kumuh, sekarang terlihat lebih bersih dan teratur tanpa adanya
pemukiman dan sampah yang menumpuk serta tidak lagi terlihat aktivitas warga
sekitar yang biasanya memancing atau memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan
sehari-hari.
Pandemi Covid-19 dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan air dan sabun
secara teratur, tetapi tidak semua orang dapat mengakses air bersih. Data yang
didapat dari Badan Pusat Statistik bahwa hanya 74% penduduk Indonesia yang
kebutuhan air bersih terpenuhi sedangkan persentase sebanyak 26% belum
terpenuhi kebutuhannya dalam air bersih. Pada tahun 2018 tingkat sanitasi
Indonesia ada di peringkat terakhir diantara negara ASEAN lainnya karena hanya
69,3% yang dapat mengakses sanitasi layak (ClapeyronMedia, 2020).
Keadaan akses air bersih dan sanitasi layak jika dilihat dari data yang
mencakup seluruh wilayah Indonesia masih menunjukkan bahwa pemerintah masih

18
harus melakukan berbagai upaya seperti penyuluhan mengenai kebersihan yang
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terutama dalam pembuangan limbah,
mengembangkan teknologi sanitasi dan air bersih, membuat daerah resapan air,
pemerintah memperkuat sistem pemantauan dan kelengkapan data serta penegakan
hukum mengenai pembuangan limbah.
Pemahaman masyarakat mengenai pengelolaan limbah rumah tangga masih
sangat terbatas karena limbah langsung dibuang melalui pipa saluran pembuangan
yang dibuat sendiri dan mengarah langsung ke sungai. Penyuluhan materi tentang
limbah tidak pernah disampaikan oleh pemerintah secara merata kepada masyarakat
yang tinggal dipedesaan, target penyuluhan adalah ibu rumah tangga. Daerah
resapan
Masyarakat menengah ke atas bersikap acuh tak acuh kepada masyarakat yang
kurang mampu dan cenderung tidak menghemat air padahal dalam wilayah tersebut
masih ada yang belum bisa untuk mengakses air bersih. Bantuan yang diberikan
pemerintah sering salah target karena adanya campur tangan sekelompok orang
yang memanfaatkan hal tersebut demi kepentingan pribadi atau kelompoknya,
akibatnya program bantuan air bersih yang biasanya dilakukan pada saat
kekeringan tidak berhasil.
Perbedaan kondisi wilayah di negara Indonesia sangat berbeda-beda sehingga
dalam pembuatan saluran akses air bersih ke daerah pelosok cukup sulit dan sering
terjadi kasus korupsi dalam pembangunan tersebut.
Hal itu terbukti dengan rendahnya kualitas saluran tersebut dan pembangunan
yang seharusnya dapat selesai pada waktu setahun menjadi lebih lama bahkan
hingga tiga tahun dengan hasil akhir pembangunan yang ternyata tidak merata dan
tidak terurus. Saluran akses air bersih pun akhirnya diabaikan dan pembangunan
tersebut gagal dalam memenuhi target tujuan. Hal ini membuat kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah menurun yang menyebabkan masyarakat
mengabaikan kebijakan pemerintah karena yang terpenting adalah dapat memenuhi
kebutuhan hidup.
Kelembagaan swasta sangat berkembang di Indonesia contohnya di setiap
pemukiman ada kelembagaan yang menyediakan air bersih layak minum, tetapi
penyelenggaraan kegiatan kelembagaan tersebut tidak dibatasi dengan adanya

19
aturan yang jelas serta selalu ada kerahasiaan mengenai perusahaan yang
menyediakan air bersih.

3.2 Pengertian dan Manfaat Sanitasi


Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara menjaga dan memelihara
kebersihan lingkungan. Hal itu dilakukan dengan cara penyediaan air bersih
ataupun penyediaan tempat sampah agar menghindarai pembuangan sampah
sembarangan yang nantinya juga akan mengganggu kebersihan lingkungan.
Sanitasi ini juga merupakan usaha pengendalian semua faktor yang ada di
lingkungan fisik manusia.
Sanitasi memiliki manfaat dan kegunaan yang begitu besar, tidak hanya
berdampak pda kesehatan lingkungan, tetapi juga memiliki dampak positif terhadap
perekonomian dan pembangunan bangsa. Berikut ini merupakan pemaparan dari
direktur rumahan dan permukiman Bappenas, Nugraha Tri Utomo, diantaranya :
1. Menghindari angka pertumbuhan ekonomi semu
2. Meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, dan produktivitas
masyarakat
3. Menekan angka kemiskinan
4. Memberdayakan masyarakat
5. Melindungi kesehatan masyarakat
6. Menjaga lingkungan hidup

3.3 Pokok Bahasan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Air bersih dan sanitasi layak harus dimiliki oleh semua orang karena air bersih
merupakan kebutuhan dasar manusia yang mutlak harus terpenuhi dan jika adanya
ketimpangan dalam hal ini maka bisa menyebabkan konflik dan mengancam
kehidupan manusia terutama jika air bersih tidak tersedia maka harus menggunakan
air yang tersedia di sumber mata air yang ternyata telah tercemar oleh limbah yang
dapat membahayakan kesehatan. Akses air bersih dan sanitasi layak berkaitan
dengan sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab dan sila kelima bahwa
keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia karena nilai kemanusiaan tercermin

20
ketika masyarakat saling tolong menolong dengan bersikap tidak egois dalam
menggunakan air bersih dan menjaga keadaan lingkungan agar tidak tercemar.
Sila kelima menunjukkan bahwa akses air bersih dan sanitasi yang layak harus
merata hingga ke pelosok wilayah Indonesia karena disebutkan pada nilai pancasila
bahwa setiap rakyat Indonesia memiliki hak yang sama di mata hukum, agama,
masyarakat, dan lainnya sehingga akses air bersih dan sanitasi layak merupakan
salah satu hak warga negara yang harus terpenuhi. Tujuan rakyat Indonesia yang
adil dan makmur dengan perwujudan keadilan sosial bagi bangsa Indonesia yang
dapat mendukung kemajuan dan pembangunan negara Indonesia. Implementasi
dalam pernyataan diatas adalah adil dan makmur dengan pemerataan air bersih dan
sanitasi, mengingat banyaknya yang timbul akibat kurangnya air bersih dan sanitasi
kemudian menjadikan air bersih dan sanitasi sebagai upaya keadilan sehingga
dengan adanya SDGs poin air bersih dan sanitasi, maka pembangunan kemajuan
kesejahteraan akan tercapai.
Dalam integrasi suatu bangsa diperlukan keadilan yang merata agar tidak
menimbulkan konflik yang terjadi dalam wilayah tertentu sehingga menyebabkan
perpecahan karena masyarakat merasakan ketidakadilan yang dilakukan oleh
pemerintah. Selain itu, masyarakat tidak akan mau untuk berpartisipasi dalam
menjalankan kewajibannya sebagai warga negara karena merasa tidak diperhatikan
dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kelembagaan negara yang seharusnya
mendengarkan keluh kesah rakyat menjadi menurun, maka ada kemungkinan
muncul konflik internal di Indonesia mengenai hal ini. Konflik seperti ini akan sulit
untuk diselesaikan dan akan terjadinya disintegrasi bangsa yang memberikan
peluang bagi golongan tertentu yang ingin memecah bangsa Indonesia dan hal ini
tidak sesuai dengan sila ketiga yaitu persatuan Indonesia.
Sering terjadi perbedaan dalam penerimaan bantuan pembagian akses air bersih
di setiap wilayah dan selalu ada segelintir warga yang bersikap egois terutama
golongan masyarakat ke atas yang juga jarang memberikan bantuan bahkan
bersikap berlebihan dalam menggunakan air.
Hal tersebut tidak mencerminkan bangsa Indonesia yang saling bertoleransi
antargolongan yang berkecukupan maupun golongan masyarakat yang belum
berkecukupan yang masih sulit untuk mengakses air bersih. Negara Indonesia

21
menjunjung tinggi nilai permusyawaratan sehingga perlu dilakukan pembahasan
mengenai permasalahan yang terjadi antara pemerintah dengan masyarakat yang
bersangkutan agar kejadian seperti itu tidak terjadi lagi. Penentuan kebijakan dan
cara pemberian bantuan harus sesuai dengan kebudayaan masyarakat daerah
sehingga tidak ada yang tersinggung dengan bantuan tersebut karena dikhawatirkan
ada anggapan merendahkan golongan tertentu dalam pemberian bantuan. Dalam
penetapan kebijakan dengan melakukan musyawarah dapat menunjukkan
kepedulian pemerintah kepada masyarakat dengan tujuan dapat membuat kebijakan
yang efektif.
Kegiatan musyawarah bisa dilakukan kerja sama dengan tokoh yang paling
berpengaruh di daerah tersebut agar terjalinnya hubungan antara pemerintah dan
masyarakat yang tidak menimbulkan konflik atau anggapan buruk terhadap
pemerintah.
UU no. 17 tahun 2019 berkaitan dengan pembelajaran materi pendidikan
kewarganegaraan yang terdapat beberapa target SDGs yang ada pada beberapa
pasal UU. UU dibuat dengan melihat Kebutuhan air semakin meningkat yang
berbanding terbalik dengan ketersediaan air yang menurun sehingga harus ada
pengelolaan dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi
yang dapat menciptakan keselarasan antarwilayah atau antarsektor.
Target SDGs yang terdapat di UU no. 17 tahun 2019, diantaranya adalah :
A. Pasal 1 ayat 12 – 15 menyebutkan bahwa sungai saling berkaitan dengan
aliran air lainnya dan dalam konservasi untuk sumber daya air dengan melihat
kualitas dan kuantitas dalam memenuhi kebutuhan manusia sehingga tersedia
sampai masa yang akan datang.
B. Air Minum dalam pasal 8 ayat 2 : Selain hak rakyat atas air yang dijamin
pemenuhannya oleh negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) negara
memprioritaskan hak rakyat atas air untuk kebutuhan pokok sehari hari,
pertanian rakyat, dan penyediaan air minum dengan sistem untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari dalam memanfaatkan sumber daya air.
C. Sanitasi dalam pasal 6 : negara menjamin hak rakyat untuk memenuhi
kebutuhan pokok minimal sehari-hari sehingga kehidupan yang sehat dan bersih

22
dengan jumlah yang cukup, kualitas yang baik, aman, keberlanjutan, dan
terjangkau.
D. Memperbaiki kualitas air dalam pasal 24 ayat 6
E. Pengefisienan pengunaan air dalam pasal 10 bagian J :" daya guna"
merupakan penerapan pengelolaan sumber energi air yang berorientasi untuk
mewujudkan tujuan pengelolaan sumber energi air pada daerah sungai yang
bersangkutan, sedangkan" efisiensi" merupakan pengelolaan sumber energi air
dengan meminimalkan bayaran serta sumber energi yang dipunyai." mutu"
merupakan pengelolaan sumber energi air dilaksanakan sesuai dengan standar
layanan serta kedisiplinan dalam pengelolaan sumber energi air terlaksana
sesuai dengan prosedur dan tertib.
F. Pengelolaan sumber daya air dalam pasal 10 bagian b
G. Memperbaiki Ekosistem air dalam pasal 21 ayat 2 : pengelolaan sumber
energi air secara merata mencakup seluruh bidang pengelolaan yang meliputi
konservasi, pendayagunaan, serta pengendalian energi rusak air, dan meliputi
satu sistem daerah pengelolaan secara utuh yang mencakup seluruh proses
perencanaan, penerapan, dan pemantauan serta penilaian. pengelolaan sumber
energi air secara terpadu ialah pengelolaan yang dilaksanakan dengan
mengaitkan seluruh owner kepentingan antar sektor serta antar wilayah
administratif. Pengelolaan sumber energi air berkepanjangan merupakan
pengelolaan sumber energi air yang tidak hanya ditujukan untuk kepentingan
generasi saat ini, namun untuk kepentingan generasi di masa depan.
Pengelolaan sumber energi air berwawasan kawasan hidup merupakan
pengelolaan yang mencermati penyeimbang ekosistem serta energi dukung
area.
Masyarakat dapat menuntut haknya untuk mendapatkan akses air bersih dan
sanitasi layak kepada pemerintah karena telah memenuhi kewajibannya sebagai
warga negara. Hak tersebut tidak dapat diambil atau dirampas oleh siapapun, tetapi
bukti di lapangan terbalik dengan pernyataan tersebut. Tidak terpenuhinya hak
menjadi salah satu faktor konflik disintegrasi bangsa karena masyarakat akan
melakukan apapun agar kebutuhannya terpenuhi meskipun dengan cara menentang
kebijakan pemerintah dan tidak menjaga lingkungan sekitar. Kewajiban negara

23
untuk memenuhi kebutuhan air untuk warga ada di pasal 33 UUD 1945 mengenai
fasilitas publik dalam penyediaan air bagi masyarakat adalah tanggung jawab
negara yang dikuasai oleh negara yang dibahas lebih lanjut sebagai salah satu
bagian dari Hak Asasi Manusia tentang kebutuhan yang paling dasar dan dipertegas
dalam UUD 1925 pasal 28A, pasal 28D ayat (1), dan 28I ayat (4). Mekanisme yang
dilakukan oleh negara diatur tanpa mengalihkan tanggung jawab tersebut kepada
pihak lain agar tidak dimanfaatkan oleh pelaku bisnis yang berkuasa atas kekuatan
ekonomi. Bukti nyata negara mengakui atas hak air dalam penyediaan secara gratis
dengan adanya pembatasan dalam kepemilikan sumber daya air tanpa harus
mengurangi kekuatan negara untuk menyediakan air bagi warga (Nurcahyono,
Syam, & Sundaya, 2015)
Keterlibatan perusahaan swasta menggantikan peran atau tanggung jawab
pemerintah dalam menyediakan air bersih dalam memenuhi hak rakyat atas air
meskipun kelembagaan memiliki kewajiban dalam menjalankan peran pemerintah
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Nurcahyono, Syam, & Sundaya, 2015).
Nilai politis dalam pancasila sebagai ideologi negara sila kelima tentang
penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri sendiri merupakan bentuk
korupsi sehingga dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap rezim yang
berkuasa sehingga berdampak pada kepercayaan ideologi negara.

3.4 Pokok Bahasan Anti Korupsi


Dari observasi yang dilakukan, menunjukkan bahwa masyarakat harus
memiliki kesadaran mengenai wilayah lingkungan hidup jika ingin kebutuhannya
terpenuhi. Sehingga, tercipta sebuah hubungan timbal balik dengan menjaga
keadaan sungai atau mata air yang digunakan sebagai akses air bersih, terutama
harus berhenti dalam melakukan kebiasaan yang menyebabkan keadaan sanitasi
menjadi buruk karena tidak menjaga dan mengelola sanitasi. Hal tersebut
merupakan bentuk kepedulian dan sikap bertanggung jawab dalam memanfaatkan
sumber air bersih dengan bijaksana. Kegiatan perdagangan yang sebenarnya
memanfaatkan situasi ini, dapat menjadi perhatian bagi kita untuk wilayah yang
kekurangan air bersih dengan lebih berhemat dalam menggunakan air bersih yang
dilakukan secara disiplin bukan hanya pada saat kekurangan air saja, tetapi
dijadikan sebagai kebiasaan dalam menjalankan kehidupan.

24
Dalam pelaksanaan pembangunan untuk akses air bersih dan sanitasi layak
perlu pengawasan dan sikap anti korupsi karena sering sekali terjadi ada
penyimpangan atau penyalahgunaan kekuasaan sehingga pembangunan tersebut
akan memerlukan waktu yang lebih lama serta hasil akhirnya tidak akan sesuai
dengan harapan, perlu kejujuran aparat pemerintah sehingga kesejahteraan dan
pembangunan akan berhasil.
Penerapan kebijakan dengan prinsip anti korupsi akan lebih baik jika diatur
dalam hukum yang membahas mengenai pengelolaan dan pemanfaatan akses air
bersih dan sanitasi layak yang merata dengan sanksi dan penghargaan bagi
pelaksana kebijakan, hal tersebut dapat digunakan sebagai latihan dan membina
kebiasaan untuk menghindari sikap korupsi.
Kesadaran masyarakat bukan hanya dalam menjaga lingkungan saja, tetapi
harus menghindari dan tidak terpengaruh oleh ajakan para golongan yang
memanfaatkan keadaan untuk menguntungkan diri sendiri dan kelompoknya karena
dampak yang terjadi adalah pada masyarakat itu sendiri. Pelaku yang melakukan
korupsi terjadi karena kurang terbuka dalam kepengurusan atau pengelolaan yang
membuktikan bahwa kualitas manajemen di Indonesia masih kurang baik.
Pengaturan bantuan yang akan diberikan oleh pemerintah harus sesuai dengan
target kepada masyarakat yang memang membutuhkan air bersih dengan berprinsip
pada antikorupsi sehingga negara Indonesia dapat segera mencapai target SDGs.
Penggunaan teknologi yang tidak dimengerti oleh sebagian masyarakat yang
diberikan oleh pemerintah dalam rangka bantuan memberikan kesempatan untuk
segelintir kelompok memanfaatkan hal tersebut dalam mengembangkan bisnis
pribadi dan menggunakan bantuan tersebut untuk diri sendiri, hal ini tidak
mencerminkan sikap antikorupsi yang seharusnya tidak mementingkan diri sendiri
dan penyalahgunaan kekuasaan.

25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Upaya air bersih dan sanitasi yang layak adalah kebutuhan mendasar bagi
setiap manusia. Sanitasi sendiri merupakan bentuk upaya dengan cara menjaga
kebersihan lingkungan, seperti menjaga kebersihan air dari segala bentuk
pencemaran untuk dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari. Point dalam
SDGs 6 yang membahas mengenai air bersih dan sanitasi ini memiliki tujuan
agar pembangunan, khususnya pada sektor lingkungan hidup dapat tetap
berjalan dan masyarakat dapat memperoleh suatu kesejahteraan dengan
memperoleh akses universal air bersih dan sanitasi.
Yang menjadi fokus utama ini adalah terpenuhinya pangan, air bersih, dan
energi kehidupan lainnya. Negara diharapkan dapat mencapai suatu
kesejahteraan hidup rakyatnya, utamanya universal pemenuhan akses air bersih
dan sanitasi dan semua itu diharapkan mampu tercapai sepuluh tahun ke depan
tepatnya pada tahun 2030.
Namun sangat disayangkan, karena saat ini di Indonesia akses air bersih
dan sanitasi belum dapat terlaksana dengan maksimal. Hal itu disebabkan oleh
beberapa hal berikut ini :
1. Banyak warga setempat yang masih menyalahgunakan sungai, seperti
membuang sampah dan limbah, hal ini dapat mengakibatkan tercemarnya
sungai sebagai sumber air bersih
2. Pemerintah kurang memperhatikan daerah yang berada di ujung wilayah
kabupaten atau kota hingga akhirnya daerah tersebut berdampak buruk bagi
wilayah lainnya
3. Sarana dan prasarana yang ada tidak sebanding dengan kebutuhan yang ada
dalam masyarakat
4. Banyak pihak yang masih bersikap egois dengan cara mengeksplor sumber
air di luar batas wajar

26
5. Pembangunan sarana prasana yang belum menyeluruh mengakibatkan masih
banyak daerah yang kekurangan air bersih, sedangkan di daerah lain justru
memiliki air yang berlimpah

4.2 Saran
1. Adapun saran dari kasus mengenai air bersih dan sanitasi seperti di atas
adalah :
2. Selain melakukan berbagai macam kebijakan pemerintahan seperti
pembangunan infrastruktur yang lebih memadai, pembuatan mesin atau alat
bantu yang dapat turut membantu proses perbaikan sanitasi, dan sebagainya,
pemerintah juga sebaiknya tidak lupa untuk memberikan sosialisasi
mengenai kebersihan air dan sanitasi ini kepada masyarakat umum. Karena
apabila dilihat dari data yang sudah disebutkan, bahwa permasalahan ini
tidak hanya disebabkan oleh kurangnya perhatian dari pihak pemerintah,
melainkan juga kurangnya kesadaran dan kepedulian dari masyarakatnya
sendiri mengenai lingkungannya terutama yang berkaitan dengan air bersih
dan sanitasi
3. Pengadaan Air bersih
a. Air hujan, penampungan air hujan dapat ditampung di dalam sebuah
dam (danau buatan) yang dibangun dengan melibatkan partisipasi
masyarakat setempat. Kemudian, air hujan dialirkan ke
penampungan tersebut melalui alur –alur air. Lalu, dibuat sumur
pompa atau sumur gali umum, disekitar danau tersebut. Akan tetapi,
ada beberapa syarat yang harus dilakukan agar air sumur yang
ditampung tidak tercemar oleh kotoran disekitarnya, syarat-syarat
berikut adalah :
b. Harus terdapat bibit sumur terlebih dahulu, agar bila musim hujan
tiba, air tanah tidak akan masuk kedalamnya
c. Dibuat tembok kurang lebih dengan jarak 3 meter dari permukaan
tanah , agar air dari atas tidak dapat mengotoi sumur
d. Diberi lapisan kerikil ataupun zat pengendap kedalam air sumur,
guna berperan sebagai penyaring serta anti bakteri

27
4. Masyarakat menumbuhkan kesadarannya mengenai sumber daya alam yang
ada, sehingga dengan begitu masyarakat dapat memanfaatkannya sesuai
dengan kebutuhan masing-masing
5. Pemerintah seharusnya membuat undang-undang atau sekadar lebih tegas
dalam menghadapi kasus air bersih dan sanitasi ini.
6. Pembangunan sarana dan prasarana yang dapat mendukung pengadaan air
bersih, tidak hanya diperkotaan tetapi merata ke berbagai daerah hingga
pedesaan
7. Melakukan Pemerataan penduduk, dan memberikan perhatian lebih serius
terhadap daerah terpencil yang sangat jarang tersentuh

28
DAFTAR PUSTAKA
Azra, A. 2002. Korupsi Dalam Perspektif Good Governance. Jurnal Kriminologi
2[1] : 31-36
Bappenas. Air Bersih dan Sanitasi Layak.Dipetik Desember 7, 2020, dari
http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-6/
ClapeyronMedia. (2020). Krisis Air dan Sanitasi Indonesia di Tengah Pandemi.
Clapeyron Media. Dipetik Oktober 14, 2020, dari
http://www.clapeyronmedia.com/krisis-air-dan-sanitasi-indonesia-di-
tengah-pandemi/
GuruPendidikan. 2020. Integritas Adalah. Guru Pendidkan. Dipetik 9 Desember
2020, dari https://www.gurupendidikan.co.id/integritas-adalah/
https://kbbi.web.id/anti-
https://www.sdg2030indonesia.org/
JogloAbang. 2019. UU 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air. Joglo Abang.
Dipetik 9 Desember 2020, dari https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-
17-2019-sumber-daya-air
KBBI. 2020. Arti Kata Anti. KBBI Versi Daring. Dipetik 9 Desember 2020, dari
KBBI. 2020. Arti Kata Korupsi. KBBI Versi Daring. Dipetik 8 Desember 2020,
dari https://kbbi.web.id/korupsi
Nurcahyono, A., Syam, H., & Sundaya, Y. (2015, Desember). Hak Atas Air dan
Kewajiban Negara dalam Pemenuhan Akses terhadap Air. MIMBAR, 31, 393-
396. Dipetik Desember 7, 2020, dari
https://media.neliti.com/media/publications/7549-ID-hak-atas-air-dan-
kewajiban-negara-dalam-pemenuhan-akses-terhadap-air.pdf
Nurcahyono, A., Syam, H., & Sundaya, Y. (2015, Desember). Hak Atas Air dan
Kewajiban Negara dalam Pemenuhan Akses terhadap Air. MIMBAR, 31,
393-396. Dipetik Desember 7, 2020, dari
https://media.neliti.com/media/publications/7549-ID-hak-atas-air-dan-
kewajiban-negara-dalam-pemenuhan-akses-terhadap-air.pdf
SDGs. 2019. Tujuan Sustainable Develpoment Goals. SDGs. Dipetik 8 Desember
2020, dari
SeputarPengetahuan. 2017. 30 Pengertian Korupsi Menurut Para Ahli. Seputar
Pengetahuan. Dipetik 9 Desember 2020, dari
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/07/30-pengertian-korupsi-
menurut-para-ahli-bentuk-faktor-penyebab-ciri-ciri-dampak-cara-
mengatasi-korupsi.html
Wulandari, W., Suseno, S., Sulistyani, W., Chandra, E., Putri, N., Atmaja, B. 2020.
Modul Anti Korupsi Tim Dosen Unpad. Pusat Studi Kebijakan Kriminal
Fajultas Hukum Universitas Padjadjaran.

29

Anda mungkin juga menyukai