Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jamu dan obat tradisional merupakan komoditi perdagangan yang

memiliki nilai ekonomi yang dapat memperkuat perekonomian bangsa Indonesia.

Berbagai macam penyakit dan keluhan ringan maupun berat diobati dengan

memanfaatkan ramuan dari tumbuh-tumbuhan tertentu yang mudah didapat di

sekitar pekarangan rumah dan hasilnya pun sangat memuaskan. Kelebihan dari

pengobatan dengan menggunakan ramuan tumbuhan secara tradisional ialah lebih

aman dan juga harganya yang dapat terjangkau oleh masyarakat menengah, serta

kualitasnya tidak kalah dengan bahan kimia. Kelebihan lainnya adalah mudah

dikerjakan (dibuat) oleh siapa saja dalam keadaan mendesak sekalipun (Thomas,

1992).

Salah satu tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah tanaman

kumis kucing (Orthosiphon spicatus B. B. S.). Di Indonesia, daun kumis kucing

yang kering (simplisia) dipakai sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air

kemih (diuretik) sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat

menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan

batuk, encok, masuk angin dan sembelit (Dalimarta, 2003). Tanaman ini juga

bermanfaat untuk pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis,

albuminuria dan penyakit syphilis (Arief, 2005).

Dilihat dari berbagai khasiat tanaman kumis kucing di atas, ternyata

sampai saat ini belum pernah ditemukan adanya penelitian tentang khasiat

tanaman kumis kucing sebagai obat untuk menurunkan tekanan bola mata (TIO)

1
pada penyakit glaukoma. Sejauh ini, hanya obat-obat sintetik (kimiawi) yang

dapat digunakan untuk menurunkan tekanan bola mata (TIO) pada glaukoma,

salah satunya adalah obat diuretik golongan karbonik anhidrase inhibitor yaitu

asetazolamida.

Glaukoma menempati posisi nomor dua setelah katarak sebagai penyebab

kebutaan mata di Indonesia, sebab 1,2 juta penderita penyakit kebutaan mata, 0,2

% di antaranya mengalami buta karena glaukoma. Glaukoma adalah suatu

keadaan di mana tekanan bola mata (TIO) seseorang demikian tinggi atau tidak

normal sehingga mengakibatkan kerusakan saraf optik dan mengakibatkan

gangguan pada sebagian atau seluruh lapang pandangan atau buta. Glaukoma akan

terjadi bila cairan mata di dalam bola mata pengalirannya terganggu. Tekanan bola

mata dikatakan normal jika berkisar antara 10 mmHg hingga 20 mmHg.

Sementara tekanan di atas 21 mmHg dicurigai terindikasi glaucoma (Ilyas, 1997

dan Rodjiman, 1984).

Penderita gloukoma membutuhkan pengobatan seumur hidup, biaya untuk

pengobatan relatif mahal dan efek samping obat kemungkinaan juga akan

meningkat. Oleh sebab itu perlu kiranya suatu pengobatan alternatif yang dapat

membantu mengatasi penyakit tersebut. Penelitian tentang khasiat kumis kucing

sebagai antiglaukoma sejauh ini belum pernah dilakukan. Untuk itu, perlu

dilakukan penelitian terhadap efek diuretik dari ekstrak etanol 70% daun kumis

kucing (Orthosiphon spicatus B. B. S.) terhadap penurunan tekanan bola mata

(TIO).

2
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Bagaimanakah khasiat tanaman kumis kucing sebagai antiglaukoma pada

mencit?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui khasiat tanaman kumis kucing sebagai antiglaukoma

pada mencit

1.4 Manfaat Penelitian

Daun kumis kucing dapat dimanfaatkan sebagai antiglaukoma pada mencit

1.5 Hipotesis

Ho = Tidak ada pengaruh daun kumis kucing terhadap penurunan tekanan

bola mata.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tanaman Kumis Kucing

Kumis kucing (Orthosiphon aristatus) adalah tanaman yang termasuk

golongan famili lamicaeae/labiatae yang banyak dijumpai di Indonesia. Tanaman

ini dipercaya banyak memberikan khasiat bagi kesehatan kita. Tanaman ini

sebenarnya berasal dari Afrika yang kemudian menyebar ke Asia dan Australia.

Ciri-ciri Kumis kucing :Berbatang basah dan tegak, bagian bawah berakar

tunggang, daun bundar / lonjong, panjangnya sekitar 1 s/d 10 cm,tangkai bulat

berwarna ungu kehijauan, posisi daun pada batang berselang seling, tulang daun

bercabang- cabang, mahkota bunga berwarna putih atau putih keunguan, benang

sari mencuat keluar mirip dengan kumis kucing, panjang tangkai daun 7 s/d 29

cm, mahkota berupa tandan dengan panjang 7 hingga 29 cm, biji yang masih

muda berwarna putih kehitaman, sedangkan yang sudah tua berwarna coklat

kehitaman. Tanaman ini biasa tumbuh ditanah yang subur, gembur, berhumus dan

memiliki tata air serta udara yang baik. Kandungan zat kimia seperti minyak

atsisi, saponin, sapofonin, sinensetin, mioinositol, zat samak dan kalium dipercaya

mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit.

Adapun beberapa manfaat daun kumis kucing sebagai tanaman obat :

1. Manfaat Daun Kumis Kucing Untuk Memperlancar pengeluaran air kemih


Manfaat daun kumis kucing yang paling ampuh adalah untuk proses

kencing. Salah satu khasiat daun kumis kucing adalah dapat memperlancar

keluarnya air kemih/ air seni. Jika seseorang sulit dalam proses keluarnya

4
air seni, itu berarti saluran kencingnya sedang mengalami infeksi. Infeksi

saluran ini bisa terjadi di saluran ginjal dan kandung kemih.Penyebab

utamanya adalah adanya bakteri yang dinamakan escherishia coli yang

biasanya hidup pada kotoran dan usus manusia.

2. Daun Kumis Kucing Mengobati Rematik

Rematik adalah penyakit yang menyerang persendian,

otot, dan urat. Pengobatan untuk penyakit ini biasnya

ditujukan untuk mengurangi rasa nyeri, menghilangkan

peradangan, serta memelihara fungsi persendian agar

tetap dalam keadaan baik. Penyeban reumatik belum

dapat diketahui secara pasti, namun disinyalir penyakit ini

disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk faktor genetik,

infeksi akibat virus, atau karena perubahan hormon.

3. Kumis Kucing Mengobati Asam urat

Asam urat adalah sejenis penyakit yang menyerang bagian

persendian terutama sendi jari kaki, jari tangan, tumit,

dengkul, siku, dan pergelangan tangan. Penyakit ini terjadi

karena adanya konsumsi zat purin yang berlebihan. Jika

kadar asam urat dalam tubuh kita berlebih, ginjal tidak

akan mampu mengeluarkan zat tersebut, sehingga kristal

5
asam urat menumpuk di persendian. Hal ini

mengakibatkan sendi terasa nyeri, bengkak dan meradang.

4. Kumis Kucing Mengobati Glaukoma

Glaukoma adalah suatu keadaan di mana tekanan bola mata (TIO)

seseorang demikian tinggi atau tidak normal sehingga mengakibatkan

kerusakan saraf optik dan mengakibatkan gangguan pada sebagian atau

seluruh lapang pandangan atau buta.

5. Daun Kumis Kucing Ampuh Mengobati Diabetes

Diabetes adalah penyakit yang disebabkan kadar gula

dalam darah meningkat. Dimana organ pankreas tidak

mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan

tubuh.

6. Kumis Kucing Mengobati sakit pinggang

Sakit pinggang merupakan keluhan yang umum terjadi

pada masyarakat. Biasa terjadi ketika kita terlalu lelah saat

menjalankan aktivitas seperti memikul beban berat atau

saat terjadi salah posisi saat kita mengangkat beban.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Penyakit Glaukoma

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak

langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata

6
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi

buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata

terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf

mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak

mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.

Penyebab utama glaukoma adalah meningkatnya tekanan bola mata di atas

20mmHg, penyebab lainnya adalah hipertensi dan diabetes mellitus. Walaupun

jarang dapat juga disebabkan emosi yang tidak stabil, migrain, penyempitan

pembuluh darah dan lain-lain. Tekanan bola mata di atas normal yang terus

menerus akan merusak saraf penglihatan, tetapi seringkali tidak disadari oleh

pasien, karena kerusakannya sedikit demi sedikit, oleh karenanya perlu

pemeriksaan mata, jika telah berusia 40 tahun ke atas. Tekanan bola mata yang di

atas normal pada tahap awal akan diberikan obat tetes mata untuk menurunkan

tekanan bola mata menjadi normal.

Jenis-jenis glaukoma

1. Glaukoma Sudut-Terbuka Primer (Primary Open-Angle Glaucoma)


2. Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang paling

umum dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga

risiko tinggi bila ada riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada

usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-

bulan atau bertahun-tahun. Seringkali tidak ada gejala sampai

terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan

7
terpengaruh secara permanen. :Pemeriksaan mata teratur sangatlah

penting untuk deteksi dan penanganan dini.


3. Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan

pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam mata

dan mencegah kerusakan lebih lanjut.


4. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut (Acute Angle-Closure Glaucoma)
5. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan karena

keluhannya yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata hebat,

pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya.

Beberapa pasien bahkan mual dan muntah-muntah.


6. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk yang sangat serius dan

dapat mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang singkat. Bila

Anda merasakan gejala-gejala tersebut segera hubungi dokter

spesialis mata Anda.


7. Glaukoma Sekunder (Secondary Glaukoma)
8. Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak,

diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat

tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat

meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata

harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan

tersebut.
9. Glaukoma Kongenital (Congenital Glaukoma)
10. Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera

setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran

pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik.

Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan

8
pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut dan

peka terhadap cahaya.

Gejala

Gejala yang dirasakan pertama kali antara lain: bila

memandang lampu neon/sumber cahaya maka akan timbul

warna pelangi di sekitar neon tersebut, mata terasa sakit karena

posisi mata dalam keadaan membengkak, penglihatan yang

tadinya kabur lama kelamaan akan kembali normal, rasa ingin

mengedip terus-menerus dengan menekan kedipan berlebihan.

Hal inilah yang membuat para penderita glaukoma tidak

menyadari bahwa ia sudah menderita penyakit mata yang kronis.

Pada beberapa orang dapat terjadi Glaukoma, walaupun

tekanan bola matanya rendah, sedangkan sebaliknya pada

beberapa orang dengan tekanan bola mata tinggi tidak

merasakan sakit apapun yang bisa saja penglihatannya tetap

masih normal ataupun sudah ada Glaukomanya.

BAB III

9
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Universitas Katolik Wydia

Mandira, pada bulan Februari 2017.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kumis kucing,

asetazolamida, prednisolone tetes mata, aquadest. Tikus putih jantan

galur Wistar berumur 2-3 bulan dengan bobot 250-350 gram.


2. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tonometer

Schiotz, sonde lambung, timbangan untuk tikus dan alat-alat gelas.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini direncanakan dengan menggunakan Rancangan Acak

Lengkap.

3.4 Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Ekstrak Daun Kumis Kucing

Daun kumis kucing dikumpulkan lalu dibersihkan dari kotoran yang

melekat dan dicuci dengan air, kemudian ditiriskan dan diangin-

anginkan di udara terbuka hingga kering. Setelah kering, dihaluskan

sampai menjadi serbuk dengan bantuan blender. Kemudian diayak

dengan derajat halus yang sesuai.

Serbuk diekstraksi dengan cara maserasi yaitu serbuk simplisia

sebanyak 1 kg direndam dengan etanol 70% dalam toples yang

10
berwarna gelap bermulut lebar sampai seluruh simplisia tersebut

terendam. Perendaman dilakukan selama 3 hari sambil dilakukan

pengadukkan. Hasil perendaman disaring dengan kertas saring.

Maserat yang didapat dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu

di bawah 55oC pada putaran 57 rpm, hingga diperoleh ekstrak kental

etanol 70% daun kumis kucing.


2. Pengujian Efek Antiglaukoma
Tikus diinduksi dengan tetes mata prednisolon asetat 1% sebanyak 12

tetes selama 1 jam. Hewan yang sudah diberi perlakuan

dikelompokkan menjadi 6 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor

tikus. Tiga kelompok hewan masing-masing diberi ekstrak etanol

daun kumis kucing dosis 12 mg/200 gbb, 36 mg/200 gbb, dan 108

mg/200 gbb. Satu kelompok hewan diberikan asetazolamid dosis 4,5

mg/200 gbb, dua kelompok hewan lainnya sebagai kontrol normal dan

kontrol negatif.
Tiga puluh menit kemudian setelah penginduksian selesai, tikus diberi

ekstrak atau asetazolamid. Setelah 1 jam dari pemberian ekstrak atau

asetazolamid, dilakukan pengukuran tekanan bola mata tikus dengan

tonometer Schiotz. Nilai tekanan bola mata adalah nilai skala dengan

angka yang sama, yang didapat dari pengukuran sebanyak 3 kali

dengan satuan mmHg.

3.5 Analisis Data

Data tekanan bola mata yang diperoleh dihitung prosentase penurunan

tekanan bola mata dari seluruh kelompok kemudian diuji statistik menggunakan

11
Anova satu arah (one way anova) dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil

dengan probabilitas (p>0,05) (William, 1987).

DAFTAR PUSTAKA
Arief H. 2005. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Seri 2. Cetakan I. Penerbit

Penebar Swadaya. Jakarta. 65.

Dalimartha S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 2. Trubus Agriwidya.

Jakarta. 126-130.

https://id.wikipedia.org/wiki/Glaukoma

Ilyas S. 1997. Glaukoma: Tekanan Bola Mata Tinggi. Balai Penerbitan FKUI.

Jakarta. 3, 40-43.

Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982.

12
Katzung BG. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku 1. Salemba Medika.

Jakarta. 259-260.

Rodjiman, dkk. 1984. Ilmu Penyakit Mata. Airlangga University Press. Surabaya.

139,141-142.

Sudjana. 1989. Disain dan Analisis Eksperimen. Bandung : Tarsito

Thomas N.S. 1992. Tanaman Obat Tradisional 2. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

9.

William C.S. 1987. Statistika untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran, dan Ilmu yang

Bertautan. Terjemahan: Suroso. Penerbit ITB. Bandung. 127-141.

13

Anda mungkin juga menyukai