Anda di halaman 1dari 9

KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL

A. DESKRIPSI SINGKAT
Materi ini memberikan gambaran bagi peserta didik mengenai perbedaan komunikasi verbal dan nonverbal
serta mampu mempraktikkan komunikasi tersebut.

B. RELEVANSI
Materi ini berkaitan dengan implementasi softskills caring dalam pelayanan keperawatan.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini peserta didin memahami dan menerapkan pengetahuan, sikap,
keterampilan dan sikap mengenai komunikasi terutama komunikasi verbal dan nonverbal.

D. PETUNJUK BELAJAR
Peserta didik akan mempelajari komunikasi dengan cara:
1. Mempelajari tujuan pada setiap kegiatan.
2. Mempelajari materi dimulai dari: jenis komunikasi verbal dan nonverbal, praktik komunikasi verbal
nonverbal
3. Melakukan tugas sesuai dengan latihan belajar pada setiap kegiatan.
4. Mempelajari rangkuman pada setiap kegiatan belajar.
5. Mengerjakan tes formatif pada setiap akhir kegiatan.

E. PENGANTAR
Komunikasi adalah elemen penting dalam keperawatan ketika perawat memberikan pelayanan kepada
pasien dalam lingkup pencegahan, pengobatan, terapi, rehabilitasi, pendidikan dan promosi kesehatan.
Proses keperawatan sebagai metode ilmiah dan pelaksanaan keperawatan, dicapai melalui dialog,
lingkungan interpersonal dan dengan keterampilan khusus dari komunikasi verbal dan nonverbal. Sebagai
seorang perawat menjalankan fungsi penghubung antara pasien dan sejawat. Keterbukaan, kejujuran dan
sikap profesional dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Komunikasi yang baik
antara perawat dan pasien sangat penting untuk keberhasilan pelayanan kesehatan dari masing-masing
pasien. Untuk mencapai hal tersebut, perawat harus memahami dan membantu pasien, menunjukkan
kesopanan, kebaikan dan ketulusan. Perawat harus mencurahkan waktu untuk pasien dengan berkomunikasi
dan menjaga kerahasiaan.

Secara umum, jenis komunikasi terbagi atas komunikasi verbal dan nonverbal. Namun, terdapat pula jenis
komunikasi 'paralinguistic' atau 'paraverbal'. Ketiga jenis komunikasi tersebut biasanya digunakan bersama.
Mehrabian (1981) dalam penelitian mengenai bahasa tubuh dan komunikasi non-verbal mengungkapkan
bahwa hanya 7 persen dari sebuah pesan yang disampaikan oleh kata-kata sebenarnya di ucapkan, 38 persen
dengan fitur paralinguistik (misalnya nada dan nada) dan 55 persen adalah komunikasi nonverbal

F. INDIKATOR PEMBELAJARAN
1. Membedakan jenis-jenis komunikasi
2. Menjelaskan contoh dari jenis komunikasi tersebut
3. Mempraktekkan komunikasi verbal dan nonverbal

G. URAIAN MATERI

1. PENGERTIAN
Komunikasi adalah interaksi verbal dan nonverbal manusia dalam menyampaikan pesan kepada lawan bicara
dengan melibatkan sikap dan emosi serta bahasa tubuh seperti ekspresi wajah, kontak mata, nada suara,
kecepatan, gerakan dan postur tubuh. Komunikasi adalah proses timbal balik di mana pesan dikirim dan
diterima antara dua orang atau lebih. Pesan disampaikan oleh salah satu atau lebih panca indera (penglihatan,
sentuhan, pendengaran, rasa atau bau). Komunikasi sebagai alat dasar dalam hubungan interaksi pemberi dan
penerima pelayanan kesehatan.

2. JENISKOMUNIKASI
a. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol verbal, baik secara lisan maupun
tertulis. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.
Komunikasi verbal ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: disampaikan secara lisan/bicara atau tulisan, proses
komunikasi eksplisit dan cenderung dua arah dan kualitas proses komunikasi seringkali ditentukan oleh
komunikasi nonverbal. Dalam pelayanan keperawatan dengan pasien sebagian besar menggunakan komunikasi
verbal. Komunikasi verbal yang efektif yaitu:
1) Jelas dan ringkas. Contoh: “Coba katakan pada Saya didaerah mana yang dirasakan nyeri” lebih baik
daripada “Saya ingin Anda menunjukkan bagian manakah yang dirasakan tidak enak.”
2) Perbendaharaan Kata. Sampaikan pesan dengan istilah yang di mengerti klien/pasien. Contoh: “Silahkan
duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru Anda” akan lebih baik jika dikatakan “Silahkan
duduk, Saya akan mendengarkan paru-paru Anda”.
3) Kalimat denotasi dan konotasi.Kalimat yang disampaikan sebagai pesan menggunakan kalimat denotasi dan
konotasi. Kalimat denotatif yaitu makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang
lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif. Kalimat
konotasi yaitu tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah
kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi. Contoh: Kata serius dipahami klien sebagai suatu
kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan
yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata
sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi,
tindakan terapi dan kondisi klien.
4) Selaan dan kesempatan berbicara. Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain akan
menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya
tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas.
Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang
akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin
menunjukkan. Perawat juga dapat menanyakan kepada pendengar apakah perawat berbicara terlalu lambat
atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5) Waktu dan relevansi. Waktu yang tepat sangat penting untuk penerimaa pesan. Contoh apabila klien sedang
meringis kesakitan, tidak tepat waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Perawat harus peka terhadap
ketepatan waktu untuk berkomunikasi.
6) Humor. Humor yang tepat dalam komunikasi antara perawat dan klien dapat membantu pengurangi
ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, kecemasan dan ketakuran. Humor juga dapat
menentukan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Kemampuan
perawat dalam menyisipkan humor pada proses komunikasi perlu mempertimbangkan kondisi dan situasi
dari klien.

b. Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal yaitu pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih tidak
dalam bentuk percakapan atau tidak dalam bentuk bahasa. Komunikasi nonverbal teramati pada:
1) Metakomunikasi. Metakomunikasi dapat diartikan sebagai suatu keinginan untuk memberitahukan pesan
namun tidak memberitahukan maksud yang sebenarnya. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2) Penampilan personal. Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama
komunikasi interpersonal. Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status
sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri.
Perawat perlu memperhatikan penampilan diri untuk memberikan citra dan profesional diri perawat.
Namun, penampilan yang ditunjukkan tidak berlebihan dan sesuai dengan amanat profesi.
3) Intonasi (Nada Suara). Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang
dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus
menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena ketulusan membantu klien dapat
terhalangi oleh nada suara perawat.
4) Ekspresi wajah. Ekspresi wajah dapat dipergunakan untuk menggambarkan suasana perasaan seseorang
dalam komunikasi.
5) Sikap tubuh dan langkah. Bahasa tubuh merupakan aspek penting dari komunikasi. Bahasa tubuh dapat
memberikan pesan mengenai kepercayaan, suasana hati, dan status kesehatan. Bahasa tubuh adalah aspek
seluruh tubuh sebagai komunikasi nonverbal. Contoh sederhana dari bahasa tubuh dalam tindakan adalah
konsep 'tertutup' atau 'terbuka'. Seseorang yang menutup diri akan memberikan gambaran bahasa tubuh
dengan menyilangkan kaki atau melipat tangan, melengkungkan badan ke dalam di bagian pinggang,
memberikan kesan perlindungan diri (terdapat jarak/tidak terlalu dekat).
6) Sentuhan. Sentuhan merupakan bagian dalam hubungan perawat-klien, namun harus memperhatikan
norma sosial. Ketika memberikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika
memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu berpakaian. Dalam keadaan sakit/perawatan
klien bergantung kepada perawat sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan.

c. Komunikasi Paraverbal
Komunikasi paraverbal dapat digambarkan sebagai atribut dalam komunikasi verbal/ komponen kata-kata.
Misalnya, 1) volume suara dapat disuarakan lebih keras ketika melakukan komunikasi dengan pasien dengan
gangguan pendengaran,; 2) Nada suara juga penting karena dapat menyampaikan pesan yang tidak disengaja
yang mencerminkan perasaan pengirim, meskipun berusaha untuk bersikap netral. Sebagai contoh, ketika
seorang pasien lama berkata kepada perawat, 'Anda pasti muak melihat saya!', perawat mungkin mencoba
menjawab dengan sopan tetapi nada suaranya mungkin menunjukkan kebosanan. 3) Penekanan pada kata
tertentu bisa memiliki arti yang signifikan.
Renungkan percakapan di bawah ini dan pikirkan tentang apa artinya bagi pasien.
Perawat: Saya ingin tahu apakah ayah Anda pernah menyakiti Anda?
Pasien: Tidak, bukan dia!
4) Kecepatan bicara merupakan karakteristik lain yang dapat menekankan makna yang diberikan dengan kata-
kata. Misalnya, adalah hal yang wajar bagi remaja untuk berbicara sangat banyak, cepat dan gunakan jargon
sampai orang dewasa merasa sulit untuk mengerti maknanya. Dalam konteks yang berbeda, misalnya di bangsal
kesehatan mental, kecepatan berbicara dapan menunjukkan makna pasien merasa tertekan.

Profesional kesehatan sering tidak mentolerir jeda dan keheningan saat berinteraksi dengan pasien. Hal ini
dimungkinkan karena beban kerja berkaitan dengan waktu, namun untuk tetap diperhatikan kebutuhan pasien
ketika dalam berkomunikasi ada jeda atau terdiam. Diam sering kali tampak lebih lama dari yang sebenarnya,
namun penting untuk menghargai hal tersebut. Pertanyaan kompleks yang diajukan kepada pasien mungki
memerlukan waktu bagi pasien untuk merenung dan menjawab pertanyaan tersebut.

3. UPAYAUNTUKMENINGKATKANKEMAMPUANKOMUNIKASI
Komunikasi merupakan suatu suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada
pihak lain. Di tempat kerja, komunikasi untuk membangun hubungan dengan rekan kerja, atasan, bawahan dan
pelanggan (pasien/klien beserta keluarganya) merupakan komunikasi profesional dan formal. Berikut beberapa
hal untuk mengembangkan komunikasi di lingkungan bekerja:
a. Kesopanan. Suatu tindakan untuk selalu mempertahankan kesantunan ketika berbicara di tempat kerja.
Kesopanan tidak memandang lawan bicara dari kepangkatan, senior/junior serta merendahkan lawan bicara.
b. Presisi. Suatu ketepatan dalam berkomunikasi dalam rangka memfasilitasi suatu kebutuhan pekerjaan dan
harus diselesaikan secepatnya. Kegiatan seperti mendelegasikan tugas dan pelaporan hasil suatu pekerjaan.
Menghindari komunikasi tidak penting atau mengobrol pada waktu kerja
c. Bahasa. Penggunaan bahasa dalam komunikasi di tempat kerja adalah bahasa formal. Menghindari
penggunaan bahasa gaul untuk menghindari kesalahpahaman dan tidak profesional.
d. Volume berbicara. Saat berkomunikasi, volume berbicara tidak keras, atau rendah. Berbicara dengan keras
akan mengganggu lingkungan sekitar dan menarik perhatian orang lain.
e. Kejelasan. Penyampaian pesan kepada orang lain dengan jelas (kejelasan informasi). Hal ini penting untuk
memastikan bahwa lawan berbicara telah benar-benar mengerti mengenai hal yang telah katakana. Saat
berbicara intonasi lambat dan jelas. Apabila terdapat aksen etnik yang kuat, perlu memastikan lawan bicara
telah memahami pesan dengan bertanya " Apakah Anda telah mengerti?".

Teknik komunikasi yang efektif dapat membangun kepercayaan dan hubungan antara rekan sejawat dan anggota
tim. Komunikasi langsung yang perlu diperhatikan dalam membina hubungan dengan sejawat, atasan, bawahan,
dan pelanggan (pasien/klien beserta keluarganya) adalah melalui telepon. Berikut etika dalam menggunakan
smartphone :
a. Fungsi utama smartphone adalah menelepon. Apabila ketika telepon berdering saat ada orang lain di sekitar
kita maka usahakan untuk meminta ijin terlebih dahulu sebelum menjawab telepon.
b. Apabila sedang dalam keadaan menelepon, usahakan untuk tidak menatap orang lain. Tidak berteriak atau
berbicara keras karena hal itu akan cukup menganggu.
c. Saat sedang menelepon, diusahakan berjarak dari orang lain sekitar 3 meter. Tujuannya agar tercipta ruang
untuk berkomunikasi apalagi pembicaraan menyangkut hal yang pribadi.
d. Izinlah terlebih dahulu apabila akan membalas pesan atau chat penting yang saat bersama orang lain.
Apabila situasinya sedang rapat, wawancara kerja, saaat memberikan pelayanan keperawatan, akan lebih
baik untuk menghindari kegiatan membalas atau melihat pesan.
e. Pasanglah ponsel dalam keadaan sunyi (silent) pada situasi-situasi sosial, rapat, atau keagamaan. Tindakan
kurang beretika ketika orang lain sedang berbicara melakukan kegiatan semisal asyik BBM-an, update
status facebook, membalas mention.
f. Gunakanlah nada dering yang tepat dan mengatur mode diam pada situasi formal seperti rapat, acara
keagamaan dan sebagainya.
g. Tidak menggenggam smartphone terus menerus. Menyimpan smartphone pada tempatnya apabila terdapat
saku atau tas yang dipergunakan. Menggenggam ponsel terus menerus hanya akan menimbulkan kesan
sombong.
h. Hindari penggunaan smartphone dalam keadaan stres. Dalam kondisi ini dapat mendorong untuk
menuliskan sesuatu atau berbagi informasi tidaak tepat untuk disampaikan di sosial media.
i. Hindari mempergunakan smartphone, twitter atau ber-LINE dan sebagainya saat sedang berjalan kaki.
Fokus yang penuh pada smartphone dapat menimbulkan risiko jatuh dan kecelakaan.

H. RANGKUMAN

Komunikasi yang efektif dapat meningkat kepuasan interaksi pasien dan perawat serta tim kesehatan lainnya
untuk menunjang keberhasilan perawatan atau pengobatan. Komunikasi terapeutik adalah interaksi perawat
secara holistik dan berpusat pada klien/pasien. Keterlibatan perawat dalam interaksi bersama klien
memperhatikan keadaan pasien, mental, spiritual, psikologis, serta elemen fisiologis. Praktek caring dalam
komunikasi terapeutik membantu mengurangi stres klien dan membina hubungan kolaborasi dalam proses
asuhan keperawatan. Interaksi
komunikasi perawat dan pasien dengan caring berkaitan dengan kepuasan, kepatuhan, dan bahkan pemulihan
pasien.

I. TUGAS/LATIHAN
1. Latihan 1. Menafsirkan makna postur tubuh

Petunjuk: Perhatikan gambar berikut dan pilihlah bahasa nonverbal yang ditunjukkan dalam postur
tubuhnya dengan memberikan pilihan jawaban berikut:
A. Bingung
B. Yakin/bersungguh-sungguh
C. Malu
D. Penolakan
E. Kemarahan
F. Ketidakpedulian
Cantumkan pilihan jawaban dalam kotak yang tersedia.
2. Latihan 2. Menafsirkan makna postur tubuh

Petunjuk: Perhatikan gambar berikut dan pilihlah bahasa nonverbal yang ditunjukkan dalam postur
tubuhnya dengan memberikan tanda “√” pada pilihan gambar yang memberikan bahasa tubuh yang
baik/seharusnya:
3. Latihan 3. Mengidentifikasi ekspresi wajah

Petunjuk: Lakukan identifikasi keadaan emosi yang digambarkan oleh masing-masing dari enam wajah
disajikan di bawah ini. Cocokkan masing-masing ekspresi wajah yang ditunjukkan:
A. Terkejut
B. Kesedihan
C. Ketakutan
D. Kemarahan
E. Kebahagiaan
F. Rasa jijik/muak
Bubuhkan pilihan jawaban pada kolom yang tersedia pada masing-masing gambar.

4. Komunikasi verbal

Petunjuk: buatlah uraian urutan cara memperkenal diri kepada klien dan praktikkan urutan tersebut dalam
bentuk video singkat.
J. REFERENSI
1. Haddon, P, F. 1999. Mastering Personal and Interpersonal Skills. Key technique for effective decision-
making and personal success. London:Thorogood Ltd.
2. Hayes, J. 2002. Interpersonal Skills at Work. Second Edition. New York:Routledge.
3. Iggulden,H., MacDonald,C., Staniland, K. 2009. Clinical Skills The Essence of Caring. London:
McGraw-Hill Education.
4. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2014. Kamus versi online/daring (dalam jaringan). http://kbbi.web.id/
5. Kraszewski, S., McEwn A. 2010. Communication Skills For Adult Nurses. New York: Open
University Press

Anda mungkin juga menyukai