Disusun oleh:
Kelompok 6
Cantika Laksmi Bunga
Denny Nur Kholiq
Erika Dwi Wahyuni
Nur Khalifah
Dosen Pembimbing:
dr. Putri Tresnasari, Sp.OK
Disusun oleh:
Kelompok 6
Cantika Laksmi Bunga
Denny Nur Kholiq
Erika Dwi Wahyuni
Nur Khalifah
Dosen Pembimbing:
dr. Putri Tresnasari, Sp.OK
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulisan makalah “Upaya memutuskan rantai infeksi: precaution dan
upaya mencegah hazard fisik kimia, biologi, mempertahankan ergonomik pada posisi,
dan upaya mencegah hazard psikososial” dapat kami selesaikan.
Shalawat beriring salam semoga dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah
SAW, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah di jalan-Nya hingga
akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar
Keperawatan K3. Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang berkaitan
dengan judul makalah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber dan hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, terutama
kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran
dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Dan kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran
dan kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................7
C. Tujuan...............................................................................................................7
D. Manfaat.............................................................................................................8
E. Sistematika Penulisan.......................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9
A. Precaution.........................................................................................................9
B. Upaya Mencegah Hazard Fisik.......................................................................10
C. Upaya Mencegah Hazard Kimia.....................................................................15
D. Upaya Mencegah Hazard Biologi...................................................................17
E. Mempertahan Ergonomik Pada Posisinya......................................................18
F. Upaya Mencegah Hazard Psikisosial..............................................................21
BAB III PENUTUP..............................................................................................25
A. Kesimpulan.....................................................................................................25
B. Saran...............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan
7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek.
Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal lebih dari
Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha.
(DK3N,2007). Melihat angka-angka tersebut tentu saja bukan suatu hal yang
membanggakan, akan tetapi hendaklah dapat menjadi pemicu bagi dunia
usaha dan kita semua untuk bersama-sama mencegah dan mengendalikannya.
Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja.
Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi
tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek
hukum K3 merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Melalui
peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat
ditegakkan, untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang K3. Bahkan ditingkat internasionalpun telah disepakati
adanya konvensi-konvensi yang mengatur tentang K3 secara universal sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang
dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun tingkat
regional. Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat
kecelakaan akan menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga
menurun, dan biaya tenaga kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3
yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat
meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat
mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum
merasakan perlunya dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap
tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi salah satu budaya industrial.
Selain penyakit-penyakit infeksi, rumah sakit memiliki potensi bahaya
lainnya yang memengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan
(peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik,
5
dan sumber- sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang
berbahaya, gasgas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi (Kepmenkes
RI, 2007). Hasil laporan National Safety Council (NSC) dalam Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 432 Tahun 2007 tentang Pedoman Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Hal
ini sejalan dengan riset yang diklaim oleh US Department of Health and
Human Services (1990) bahwa dibandingkan dengan pekerja sipil lainnya,
pekerja RS lebih banyak mengalami masalah keselamatan dan kesehatan
kerja. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit
pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi, dan lain-lain.
Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan
bagi karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di
lingkungan RS.
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di institusi pelayanan
kesehatan terutama di rumah sakit, penggunaan peralatan dengan teknologi
tinggi dan bahan- bahan serta obat berbahaya bagi kesehatan untuk tindakan
diagnostik, terapi maupun rehabilitasi semakin meningkat. Oleh sebab itu,
terpaparnya Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit oleh bibit penyakit
perlu mendapat perhatian khusus. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 66 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit,
SDM Rumah Sakit adalah semua tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan
yang bekerja di rumah sakit
Salah satu tenaga medis yang memiliki eksistensi peranan cukup penting
di rumah sakit adalah perawat. Sejalan dengan ini, penelitian yang dilakukan
pada tahun 2003 mengatakan bahwa pekerjaan yang paling berisiko
menyebabkan injury (non fatal) pada wanita adalah perawat, dimana terdapat
risiko tertusuk jarum suntik dan sebagainya. Perawat adalah profesi yang
difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga
mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang
optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Perawat profesional adalah
6
perawat yang bertanggung jawab dan berwenang untuk memberikan
pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain sesuai dengan kewenangan (Bastian, 2008). Dalam
melaksanakan pengabdiannya seorang perawat tidak hanya berhubungan
dengan pasiennya, tetapi juga dengan keluarga pasien, rekan sesama perawat,
dokter, serta berbagai peraturan yang harus dijalani. Seorang perawat
memiliki daftar tugas yang harus dilakukan selama bekerja, khususnya pada
Instalasi Rawat Inap (IRI) di antaranya, merawat pasien, bertanggung jawab
atas kebersihan ruangan dan sekitarnya, melakukan penyuntikan, pemasangan
infus, memeriksa darah, tes urin, mendampingi dokter memeriksa pasien, dan
lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah agar kita sebagai
mahasiswa keperawatan dapat mengetahui dan memahami Upaya
memutuskan rantai infeksi: precaution dan upaya mencegah hazard fisik kimia,
biologi, mempertahankan ergonomik pada posisi, dan upaya mencegah hazard
psikososial.
2. Tujuan Khusus
7
Tujuan Khusus dari penulisan makalah ini adalah:
a. Mahasiswa mengetahui Precation.
b. Mahasiswa mengetahui Upaya Mencegah Hazard Fisik.
c. Mahasiswa mengetahui Upaya Mencegah Hazard Kimia.
d. Mahasiswa mengetahui Upaya Mencegah Hazard Biologi
e. Mahasiswa mengetahui Mempertahankan Posisi Ergonomik
f. Mahasiswa mengetahui Upaya mencegah Hazard Psikososial
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Makalah ini sebagai acuan dan referensi pembelajaran mata kuliah K3
keperawatan dengan materi upayah memutuskan rantai infeksi precaution
dan upayah mencegah hazard fisik kimia, biologi, mempertahankan
ergonomik pada posisi, dan upayah mencegah hazard psikososial.
Sehingga penulis bisa memahami materi ini dengan baik.
2. Bagi Pembaca
Ditulisnya makalah ini bertujuan agar, pembaca dapat menambah bekal
pengetahuan tentang upayah memutuskan rantai infeksi precaution dan
upayah mencegah hazard fisik kimia, biologi, mempertahankan
ergonomik pada posisi, dan upayah mencegah hazard psikososial,
sebagai bahan referensi dalam ilmu pengetahuan serta bisa mengetahui
lebih luas.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu bab I
terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika
penulisan, bab II terdiri dari telaah pustaka, bab III penutup terdiri dari
kesimpulan dan saran.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Precaution
Suatu metode atau petunjuk yang dirancang oleh pusat dan kendali
Pencegahan Penyakit untuk mereduksi penyebaran penyakit dan infeksi pada
penyedia pelayanan kesehatan dan pasien yang terdapat di dalam ruang
lingkup kesehatan ( Dailey, 2010).
Menurut Nursalam Universal precaution perlu diterapkan dengan
tujuan untuk:
1. Mengendalikan infeksi secara konsisten
2. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak di diagnosis atau
tidak terlihat seperti berisiko
3. Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien
4. Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya
9
B. Upaya Mencegah Hazard Fisik
Hazard fisik, dengan dikelompokkan dalam 7 kategori antara lain:
1. Resiko bahaya mekanik
Resiko bahaya ini dapat dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu :
a. Benda-benda lancip, tajam dan panas dengan resiko bahaya
tertusuk, terpotong, tergores, dan lain-lain. Resiko bahaya ini
termasuk salah satu yang paling sering menimbulkan kecelakaan
kerja yaitu tertusuk jarum suntik / jarum jahit bekas pasien. Resiko
bahaya ini sebenarnya bukan hanya resiko bahaya fisik karena
dimungkinkan jarum bekas yang menusuk tersebut terkontaminasi
dengan kuman dari pasien. Mengingat bahaya akibat tertular
penyakit tersebut cukup besar, maka harus ada prosedur tindak
lanjut paska tertusuk jarum yang akan dibahas dibagian lain dalam
pelatihan ini. Pengendalian yang sudah dilakukan antara lain:
penggunaan safety box limbah tajam, kebijakan dilarang menutup
kembali jarum bekas, pemasangan keramik anti licin pada
koridor dan lantai yang miring, pemasangan rambu “awas licin”,
pemasangan kaca film dan stiker pada dinding / pintu kaca agar
lebih kelihatan, kebijakan penggunaan sabuk keselamatan pada
pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian lebih dari 2 meter, dan
lain-lain.
b. Benda-benda bergerak yang dapat membentur. Seperti kita ketahui
di rumah sakit banyak digunakan kereta dorong untuk mengangkut
pasien dan barang-barang logistik. Resiko yang dapat muncul
adalah pasien jatuh dari brankart/ tempat tidur, terjepit / tertabrak
kereta dorong, dan lain-lain.
c. Resiko terjepit, tertimbun dan tenggelam. Resiko ini dapat terjadi
dimana saja meskiput kejadiannya tidak terlalu sering. Hal-hal yang
perlu diperhatikan terutama di ruang perawatan anak dan ruang
perawatan jiwa. Pastikan tidak ada pintu, jendela atau fasilitas lain
10
yang memiliki resiko untuk terjepit/tenggelam tersebut.
11
penting. Sebagai indikator tingkat paparan, semua pekerja radiasi
harus memakai personal dosimetri untuk mengukur tingkat paparan
radiasi yang sudah diterima sehingga dapat dipantau dan tingkat
paparan tidak boleh melebihi ambang batas yang diijinkan. Untuk
pengunjung dan pasien hamil hendaknya setiap ruang pemerikasaan
atau therapy radiasi terpasang rambu peringatan “Awas bahaya
radiasi, bila hamil harus melapor kepada petugas”.
Pengendalian yang sudah dilakukan antara lain: pemasangan
rambu peringatan bahaya radiasi, pelatihan proteksi bahaya radiasi,
penyediaan APD radiasi, pengecekan tingkat paparan radiasi secara
berkala dan pemantauan paparan radiasi pada petugas radiasi dengan
personal dosimetri pada patugas radiasi.
12
Pencahayaan pada lingkungan kerja yang kurang atau berlebih.
Tingkat pencahayaan diseluruh area rumah sakit juga telah dipantau dan
dilaporkan seperti resiko bahaya kebisingan tersebut. Hal yang harus
diperhatikan adalah jika terjadi kerusakan lampu, pastikan lampu
pengganti setara tingkat pencahayaannya dengan lampu sebelumnya,
sehingga tidak terjadi perubahan dalam tingkat pencahayaan pada area
tersebut.
Pengendalian yang sudah dilakukan adalah pemantauan tingkat
pencahayaan secara berkala oleh ISLRS dan hasil pemantauan dilaporkan
ke Direktur, Teknik dan Unit K3 untuk tindak lanjut ruangan yang tingkat
pencahayaannya tidak memenuhi persyaratan.
13
tentang perilaku aman dalam menggunakan listrik di rumah sakit.
14
dari 2 jam. Sedangkan di Indonesia, peraturan mengenai batas
waktu pemaparan getaran tertuang dalam Kepmenaker No: KEP-
51/MEN/ 1999 tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat
kerja.
15
3. Detergen yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mencuci linen dan
peralatan lainnya.
4. Reagen yaitu zat atau bahan yang dipergunakan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium klinik dan patologi anatomi.
5. Obat-obat sitotoksik yaitu obat-obatan yang dipergunakan untuk
pengobatan pasien.
6. Gas medis yaitu gas yang dipergunakan untuk pengobatan dan bahan
penunjang pengobatan pasien seperti oksigen, karbon dioxide, nitrogen,
nitrit oxide, nitrous oxide, dan lain-lain.
Pengendalian bahan kimia dilakukan oleh Unit K3RS berkoordinasi
dengan seluruh satuan kerja. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
pengadaan B3, penyimpanan, pelabelan, pengemasan ulang /repacking,
pemanfaatan dan pembuangan limbahnya.
Pengadaan bahan beracun dan berbahaya harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Indonesia. Penyedia B3 wajib menyertakan Lembar
Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet / MSDS), petugas yang
mengelola harus sudah mendapatkan pelatihan pengelolaan B3, serta
mempunyai prosedur penanganan tumpahan B3.
Penyimpanan B3 harus terpisah dengan bahan bukan B3, diletakkan
diatas palet atau didalam lemari B3, memiliki daftar B3 yang disimpan,
tersedia MSDS, safety shower, APD sesuai resiko bahaya dan Spill Kit untuk
menangani tumpahan B3 serta tersedia prosedur penanganan Kecelakaan
Kerja akibat B3.\
Pelabelan dan pengemasan ulang harus dilakukan oleh satruan kerja
yang kompeten untuk memjamin kualitas B3 dan keakuratan serta standar
pelabelan. Dilarang melakukan pelabelan tanpa kewenangan yang diberikan
oleh pimpinan rumah sakit.
Pemanfaatan B3 oleh satuan kerja harus dipantau kadar paparan ke
lingkungan serta kondisi kesehatan pekerja. Pekerja pengelola B3 harus
memiliki pelatihan teknis pengelolaan B3, jika belum harus segera diusulkan
sesuai prosedur yang berlaku.
16
Pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air kotor
yang akan masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Limbah B3
padat harus dibuang ke Tempat Pengumpulan Sementara Limbah B3 (TPS
B3), untuk selanjutnya diserahkan ke pihak pengolah limbah B3.
Hazars kimia ini terutama terhadap bahan kimia golongan berbahaya
dan beracun (B3). Pengendalian yang telah dilakukan adalah dengan
identifikasi bahan- bahan B3, pelabelan standar, penyimpanan standar,
penyiapan MSDS, penyiapan P3K, APD dan safety shower serta pelatihan
teknis bagi petugas pengelola B3. Rekayasa juga dilakukan dengan
penggunaan Laminary Airflow pada pengelolaan obat dan B3 lainnya.
17
3. RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis.
Alasan: Bila sampah medis dan non medis tercampur dan tidak dikelola
dengan baik akan menimbulkan penyebaran penyakit.
4. RS menyediakan SOP untuk tindakan keperawatan. Alasan: Agar
petugas/perawat menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas/perawat
atau tim dalam organisasi atau unit kerja, sebagai acuan (check list)
dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja, supervisor dan
lainlain dan SOP merupakan salah satu cara atau parameter dalam
meningkatkan mutu pelayanan.
Upaya pencegahan pada perawat :
1. Menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptic
seperti mencuci tangan, memakaiAPD, dan menggunakan alat
kesehatan dalam keadaan steril. Alasan: Agar perawat tidak tertular
penyakit dari pasien yang di tangani meskipun pasien dari UGD dan
memakai APD adalah salah satu SOP RS
2. Perawat mematuhi Standar Operational Prosedure yang sudah ada
RS dan berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan
tindakan. Alasan :Meskipun pasien di Ruang UGD dan pertama
masuk RS, perawat sebaiknya lebih berhati – hati atau jangan
terburu-buru dalam melakukan tindakan ke pasien dan perawat
menciptakan dan menjaga keselamatan tempat kerja supaya dalam
tindakan perawat terhindar dari tertularnya penyakit dari pasien dan
pasien juga merasa aman.
18
karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap desain pekerjaan,
mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan lingkungannya, sehingga manusia
dapat hidup dan bekerja secar sehat, aman, nyaman dan efisien.
Penerapan ergonomi yang tepat diharapkan akan terjadi proses kerja
yang efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien (ENASE). Konsepyang tepat
untuk mendukung efisiensi dan keselamatan dalam pengunaanya harus sesuai
dengan sarana yang ditentukan. Konsep tersebut adalah desain untuk
reliabilitas, kenyamanan, lamanya waktu pemakaian, kemudahan dalam
pemakaian, dan efisiensi dalam pemakaian.
Menurut Marras dan Karwowski, (2006) dalam Simanjuntak, (2017)
secara spesifik bidang ergonomi memiliki tujuan, yaitu:
19
bagian paha (Agustin, 2013).
20
dibagian.
2. Sering berolahraga
Alasan :Dengan berolahraga perawat akan mendapatkan kondisi
fisik/tubuh yang kuat dan sehat serta mampu menjaga staminanya
ketika bekerja.
3. Mengkonsumsi makanan yang bergizi agar mampu meningkatkan
kekuatan otot dan tulang
Alasan : Makan makanan yang bergizi sangat bermanfaat karena
kandungan dari makanan tersebut akan menjaga stamina dan juga
kesehatan tubuh perawat.
4. Selalu mematuhi protap/SOP yang sudah ditetapkan oleh Rumah sakit.
Alasan : Protap yang sudah diberikan dan ditetapkan oleh rumah sakit
merupakan protap yang sesuai dengan kemampuan kerja perawat itu
sendiri
21
Pengembangan karir perawat merupakan suatu perencanaan dan
penerapan rencana karir dapat digunakan untuk penempatan perawat
pada jenjang yang sesuai dengan keahliannya, serta menyediakan
kesempatan yang lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi
perawat. Hal ini akan meningkatkan kualitas kerja perawat, ia akan
berusaha mengontrol karirnya dan memilih karir yang lebih baik
sehingga ia terus berprestasi dan memperoleh kepuasan kerja (Marquis a
nd Huston 2010).
3. Penetuan/Penyesuaian Desain Kerja
Herjanto menjelaskan bahwa desain pekerjaan adalah rincian tugas
dan cara pelaksanaan tugas atau kegiatan yang mencakup siapa yang
mengerjakan tugas, bagaimana tugas itu dilaksanakan, dimana tugas
dikerjakan dan hasil apa yang diharapkan.
22
melakukan tindakan seperti tertusuk jarum bekas pasien HIV AIDS.
Alasan: Dengan adanya pemeriksaan itu para perawat bisa terjmin
kesehatannnya dan ada pemantauan.
4. Tersedianya asupan sehat untuk tenaga kesehatan untuk
mempertahankan kondisi imun supaya tidak sampai mengalami
penurunan
Alasan: Untuk menjaga kesehatan para petugas kesehatan khususnya
para perawat.
5. Bagi manajer atau kepala ruangan dapat mengatur shift dengan baik
Alasan: Pembagian shift kerja sangat membantu mengurangi beban kerja
petugas kesehatan sehingga mereka bisa bekerja gantian dan bisa bekerja
semaksimal mungkin
6. Dapat dilakukan pendampingan dalam segi spiritual dan juga dapat
diadakan konsultasi
Alasan: Sehingga beban kerja maupun beban psikologis bisa diatasi.
23
3. Ikutlah membangun iklim kerja yang menyenangkan, yaitu dengan
bersikap terbuka dan berkomunikasi dengan sesama rekan kerja
Alasan: Dengan ukut serta membangun iklim kerja yang
menyenangkan perawat bisa mengurangi beban kerjanya dengan saling
bertukar pikiran ke sesama rekan kerja
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang ikut andil wawasannya dalam penulisan
ini. Tak lupa kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu
25
kami tunggu dan kami perhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:fR6eAQKEjgEJ:ejournal.litbang.k
emkes.go.id/index.php/kespro/article/view/4431+&cd=6&hl=id&ct=clnk
&gl=id
https://id.scribd.com/document/376671322/Upaya-Mencegah-Hazard-
Psikososial
https://www.safetysign.co.id/news/283/Bahaya-Getaran-Pada-Alat-Kerja-
Pekerja-Berisiko- Terkena-Hand-Arm-Vibration-Syndrome
https://id.scribd.com/presentation/376615891/Hazard-Ergonomi-Di-Rumah-Sakit
https://www.academia.edu/36963140/UPAYA_MENCEGAH_DAN_MEMINI
MALKAN_RESIKO_DAN_HAZARD_PADA_TAHAP_IMPLEMENT
ASI_ASUHAN_KEPERAWA TAN
Keputusan Menteri Kesehatan Ri no 1087 tahun 2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit.
26