Anda di halaman 1dari 18

DESAIN INOVATIF

STASE KEPERAWATAN ANAK


RSUD AWS SAMARINDA RUANG MELATI

“PENGARUH KOMPRES DINGIN DENGAN ICE PACK UNTUK


MENURUNKAN NYERI SEBELUM PEMASANGAN INFUS PADA ANAK
USIA SEKOLAH”

Disusun oleh :

Robi Kustiawan Syintia Anugrah Saga


Nur Rahmadani Yanti S R Faizal Nur
Oktaviati Melinda Yulia Rahmawati
Rijaluddin Rady Novinta Devi Setyaningrum
Nur khalifah Yudha Adi Saputra
Risky Kristian Igo

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Latar Belakang

Berdasarkan data Perhimpunan Nasional Rumah Sakit Anak di Amerika, tahun 2014 sebanyak 6,5 juta anak/tahun yang
menjalani perawatan di rumah sakit dengan usia 5-14 tahun (Utami, 2014). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013)
persentase rawat inap di Indonesia sebesar 2,3 % dari seluruh penduduk Indonesia. Anak usia 5-14 tahun yang mengalami
rawat inap karena menderita penyakit ISPA sebesar 15,4%, penyakit TB paru sebesar 0,3%, Hepatitis sebesar 0,2%, Diare
sebesar 5,1%, Malaria sebesar 0,3%, Asma sebesar 3,9%, dan Kanker sebesar 0,1%.

American Heart Association (AHA) tahun 2012, menyatakan dampak yang ditimbulkan akibat prosedur tindakan invasive akan
menimbulkan nyeri sehingga anak akan mengalami kecemasan dan stres. Nyeri yang tidak ditangani dapat berdampak besar pada
kehidupan anak. Nyeri dapat mengganggu aktivitas anak sehingga anak kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain karena anak
terfokus pada nyeri yang dirasakan. Dampak nyeri yang lain berupa kesulitan tidur, penurunan minat anak untuk melakukan kegiatan,
dan meningkatnya kecemasan.
Ketidakmampuan untuk mengurangi nyeri dapat menimbulkan ketidakberdayaan dan keputusasaan (Wong, 2012). Upaya pengurangan
nyeri dapat dilakukan melalui terapi farmakologik yaitu dengan menggunakan obat-obatan dan terapi non farmakologik tanpa
menggunakan obat-obatan meliputi relaksasi, hipnotis, guided imagery, massage, terapi musik, kompres hangat dan kompres dingin
(Dochter, 2013). Kompres dingin merupakan terapi nonfarmakologi yang cocok diberikan sebelum dilakukan pemasangan infus.
Dingin akan menimbulkan mati rasa sebelum rasa nyeri timbul. Kompres dingin dapat menimbulkan efek anastesi lokal pada luka
tusuk akibat pemasangan infus (Potter & Perry, 2013).

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Tujuan Penelitian

Tujuan Umum :

Anak diharapkan dapat tumbuh kembang dengan baik serta


terhindar dari trauma dan cedera karena penyakit dan
hospitalisasi

Tujuan Khusus :

1. Menurunkan nyeri pada anak akibat pemasangan infus.


2. Menurunkan dampak nyeri pada kehidupan anak.
3. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Konsep Nyeri

Pengertian : Klasifikasi :
International Association for Study of Nyeri dapat dijelaskan berdasarkan durasi, lokasi, atau etiologi (Berman, Snyder,
Kozier, &Erb, 2009), sebagai berikut:
Pain (IASP), menyatakan bahwa nyeri 1. Berdasarkan lama/durasinya
adalah sensori subyektif dan • Nyeri akut
• Nyeri kronik
emosional yang tidak menyenangkan 2. Berdasarkan sumbernya :
yang didapat terkait dengan • Nyeri Kutaneus/ Superfisial
• Nyeri Somatik Dalam
kerusakan jaringan aktual maupun • Nyeri Viseral
potensial, atau menggambarkan 3. Berdasarkan Lokasi/Letak
• Nyeri Radiasi
kondisi terjadinya kerusakan (James • Nyeri Alih (Referred Pain)
& Ashwill, 2007). • Nyeri yang Tidak dapat Dilacak (Intractable Pain)
• Nyeri Neuropatik
• Nyeri Phantom
3. Berdasarkan Penyebab/ Etiologi:
• Nyeri Fisik
• Nyeri Psycogenic
• Fisiologi Nyeri

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Pengkajian nyeri berdasarkan tingkat perkembangan (James & Ashwill, 2007) yaitu:

Neonatus dan bayi : Toddler : Pra Sekolah :


• Biasanya • Menunjukkan dengan • Sakit
Remaja :
menunjukkan dirasakan
Sekolah : • Merasakan nyeri pada
perubahan dalam ekspresi menangis keras sebagai hukuman
• Menggamba tingkat fisik, emosi,
wajah, termasuk • Mampu atas sesuatu yang
rkan rasa dan kognitif
mengerutkan kening, menyampaikan mereka lakukan.
sakit dan • Mengerti sebab dan
menyeringai, alis berkerut, secara verbal untuk • Cenderung
mengukur efeknya
ekspresi terkejut, dan wajah menunjukkan menangis
intensitas • Menggambarkan rasa
berkedip. ketidaknyamanan • Menggambarkan
nyeri sakit dan mengukur
• Menunjukkan peningkatan seperti “Aduh”, lokasi dan intensitas
• Menunjukka intensitas nyeri
tekanan darah dan denyut “Sakit”. nyeri
n postur • Meningkatkan
jantung dan penurunan • Mencoba untuk • Menunjukkan
tubuh kaku ketegangan otot
saturasi oksigen. menunda prosedur regresi untuk
• Menunjukka • Menunjukkan
• Bersuara tinggi, tegang, karena dianggap perilaku
n penarikan penurunan aktivitas
menangis keras menyakitkan sebelumnya, seperti
• Menunda motorik
• Ekstremitas menunjukkan • Menunjukkan kehilangan control
untuk • Menyebutkan kata
tremor kegelisahan umum • Menolak rasa sakit
melakukan sakit atau berdebar
• Menemukan lokasi nyeri, • Menyentuh area yang untuk menghindari
prosedur untuk menjelaskan
memijat daerah tersebut dan sakit kemungkinan
nyeri
menjaga bagiannya. • Lari dari perawat diinjeksi

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Pengukuran Nyeri :
Penatalaksanaan Non-farmakologi :
Sejumlah cara penilaian nyeri telah dikembangkan untuk
mengukur nyeri pada anak. Pengukuran nyeri dibagi Teknik-teknik ini dapat ditetapkan dalam tiga kategori besar
menjadi 2 kategori, yaitu: pengukuran objektif (objective (Ekwueme, 2009), antara lain:
measures) digunakan untuk mengobservasi skor • Metode kognitif yang meliputi pendidikan/persiapan, musik,
parameter perilaku (behavioral measures), atau fisiologis imagery guided, distraksi dan hipnosis.
(physiologic measures), dan pengukuran subjektif • Metode Perilaku diantaranya adalah teknik relaksasi otot
(subjective measures) yaitu laporan diri (self report progresif, latihan biofeedback, kontrol pernapasan, dan
measures) yang digunakan agar anak dapat mengukur hipnosis.
nyerinya (Hockenberry & Wilson, 2009; Potts & • Metode fisik misalnya kompres hangat atau dingin, pijat dan
Mandleco, 2012). sentuhan, transkutan stimulasi saraf listrik (TENS),
akupunktur/akupresur, dll.

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Konsep Pemasangan Infus

Pengertian : Tujuan : Indikasi :


Pemasangan infus merupakan salah satu Secara garis besar, indikasi
Menurut Hidayat (2008), tujuan utama
tindakan dasar dan pertama yang dilakukan pemasangan infus terdiri dari 4
terapi intravena adalah mempertahankan
oleh tenaga kesehatan – khususnya perawat – situasi yaitu; Kebutuhan
atau mengganti cairan tubuh yang
sebagai awal dari rangkaian kegiatan pemberian obat intravena, hidrasi
mengandung air, elektrolit, vitamin, protein,
pengobatan dan perawatan terhadap hampir intravena, transfusi darah atau
lemak dan kalori yang tidak dapat
semua jenis kasus baik itu gawat, darurat, komponen darah dan situasi lain
dipertahankan melalui oral, mengoreksi
kritis, ataupun sebagai tindakan profilaksis. di mana akses langsung ke aliran
dan mencegah gangguan cairan dan
Karenanya, sebagai tenaga kesehatan – darah diperlukan.
elektrolit, memperbaiki keseimbangan
khususnya perawat – adalah sebuah keharusan
asam basa, memberikan tranfusi darah,
untuk bisa melakukan tindakan pemasangan
menyediakan medium untuk pemberian
infus yang baik dan benar sesuai standar
obat intravena, dan membantu pemberian
operasional prosedur yang berlaku agar hal-hal
nutrisi parenteral.
yang tidak diinginkan dapat dihindari.

Kontraindikasi :
• Terdapat inflamasi (bengkak, nyeri, demam), flebitis, sklerosis vena, luka bakar dan infeksi di area yang hendak di pasang infus.
• Pemasangan infus di daaerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, terutama pada pasien-pasien yang mempunyai penyakit ginjal
karena lokasi ini dapat digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
• Obat-obatan yg berpotensi iritan pada pembuluh vena kecil yg aliran darahnya lambat (contohnya pembuluh vena di tungkai & kaki).

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Keuntungan dan kerugian pemasangan infus

Keuntungan terapi intravena antara lain : Efek terapeutik segera dapat tercapai
karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat, absorbsi total
memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan,
kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat
dipertahankan maupun dimodifikasi, rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika
diberikan intramuskular atau subkutan dapat dihindari, sesuai untuk obat yang
tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau
ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis.

Kerugian terapi intravena adalah : tidak bisa dilakukan “drug recall” dan mengubah aksi obat
tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi, kontrol pemberian yang tidak baik bisa
menyebabkan “speed shock” dan komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu : kontaminasi mikroba
melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode tertentu, iritasi vascular, misalnya flebitis kimia, dan
inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Menurut Hidayat (2008), selama proses pemasangan infus perlu
Jenis cairan pemasangan infus : memperhatikan hal-hal untuk mencegah komplikasi yaitu :
a. Cairan bersifat isotonis • Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru
b. Cairan bersifat hipotonis • Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda
c. Cairan bersifat hipertonis infeksi
• Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain
• Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan
• Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
Komplikasi pemasangan infus : • Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum
a. Phlebitis infus perlahan, periksa ujung kateter terhadap adanya embolus
b. Infiltrasi • Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester
c. Iritasi vena dibersihkan memakai kapas alkohol atau bensin (jika perlu)
d. Hematoma • Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan tehnik
e. Trombophlebitis sterilisasi dalam pemasangan infus
f. Trombosis • Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi, vena
g. Occlusion yang telah rusak, vena pada daerah fleksi dan vena yang tidak stabil
h. Spasme vena • Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus dengan tepat.
i. Reaksi vasovagal • Penghitungan cairan yang sering digunakan adalah penghitungan
j. Kerusakan syaraf, tendon dan ligament millimeter perjam (ml/h) dan penghitungan tetes permenit

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Standar Operasional Prosedur (SOP) memasang selang infus yang digunakan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia adalah sebagai berikut :
Alat dan bahan pemasangan infus : • Cuci tangan
• Dekatkan alat
Sebelum melaksanakan pemasangan infus, • Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan selama
berikut adalah alat dan bahan yang harus pemasangan infus
dipersiapkan ketika hendak melakukan • Atur posisi pasien / berbaring
tindakan pemasangan infus. Pastikan • Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan gantungkan
bahwa ke 12 alat dan bahan ini sudah pada standar infus
tersedia. • Menentukan area vena yang akan ditusuk
• Standar infus • Pasang alas
• Cairan infus sesuai kebutuhan • Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas vena yang akan ditusuk
• IV Catheter / Wings Needle/ Abocath • Pakai sarung tangan
sesuai kebutuhan • Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm
• Perlak • Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum menghadap ke jantung
• Tourniquet • Pastikan jarum IV masuk ke vena
• Plester • Sambungkan jarum IV dengan selang infus
• Guntung • Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi
• Bengkok • Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester
• Sarung tangan bersih • Atur tetesan infus sesuai program medis
• Kassa steril • Lepas sarung tangan
• Kapal alkohol / Alkohol swab • Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana, tanggal dan jam
• Betadine pelaksanaan
• Bereskan alat
• Cuci tangan
• Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi keperawatan

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Manajemen : Teknik/ Cara :

Penulis terlebih dahulu menjelaskan tentang tujuan


1. Memperkenalkan diri perawat
pemberian kompres dingin menggunakan ice pack
2. Menjelaskan tujuan kompres dingin sebelum tindakan
Selanjutnya menjelaskan tentang prosedur yang akan
invasive
dilakukan, tujuan dan manfaatnya sehingga orang tua
3. Memberikan kompres pada daerah yang akan dilakukan
dan anak bersedia untuk dilakukan pemasangan infus .
tindakan invasive
Pengumpulan data dilakukan selama 3 hari pada
4. Melakukan pemasangan infus sesuai prosedur/SOP
pasien yang dipasang infus dan pungsi vena.
5. Menilai tingkat nyaeri pasien dengan meggunakan skala
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
FLACC.
lembar observasi tingkat nyeri menggunakan Skala
6. Memberikan kesempatan pada anak untuk
FLACC. Tahap pertama pasien diberikan kompres
mengungkapkan perasaannya terhadap hasil dan proses
dingin dengan ice pack pada derah yang akan
pemberian kompres dingin
dilakukan tindakan invasive selama 5-10 menit,
7. Melakukan evaluasi
kemudian setelah pasien dilakukan tindakan invasif
8. Memberikan reinforcement
pasien diobservasi tingkat nyerinya dengan
menggunakan skala FLACC.

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Strategi Pemecahan Masalah

Jenis Intervensi : Waktu :


Pemberian kompres dingin
Tujuan :
Pelaksanaan dilakukan
Untuk mengurangi tingkat nyeri Setting :
dengan menggunakan ice pada tanggal 20 – 21 Di Rumah Sakit Umum
pack pada daerah sebagai efek dari tindakan invasive
Januari 2022 pada pukul Daerah Abdul Wahab
pemasangan infus. pemasangan infus.
08.00-14.30. WITA. Sjahranie Samarinda di
Subyek dalam penelitian ini Ruang Melati
yaitu pasien anak yan
gmemenuhi kriteria inklusi,
usia 6 - 12 tahun, dirawat di Media/ alat yang digunakan
ruang Melati tidak memiliki
gangguaan psikis dan mental, :
dalam kondisi sadar dan • Ice Pack
kondisipasien memungkinkan • Infus Set
dilakukan tindakan • Lingkungan yang tenang.
pemasangan infus • Lembar Pengkajian nyeri FLACC

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Prosedur operasional tindakan yang dilakukan
1. Fase Orientasi
• Salam terapeutik
• Perkenalan diri terapis dengan menyebutkan nama lengkap dan namapanggilan.
2. Validasi
• Tanya perasaan responden dan kesiapan responden dalam mengikuti prosedur.
• Tanyakan perasaan yang dirasakan oleh responden.
3. Kontrak
• Jelaskan tujuan dari pemberian kompres dingin degan ice pack sebelum pemasangan infus
• Waktu :10-15 menit
• Tempat: Ruangan Melati
• Tujuan tindakan : Mengurangi rasa nyeri akibat prosedur pemasangan infus
4. Fase Kerja
• Memberikan kompres dingin 5-10 menit pada daerah yang akan dilakukan pemasangan infus
• Melakukan pemasangan infus pada daerah yang dilakukan kompres dingin.
• Mempersilahkan anak untuk mengekpresikan perasaannya setelah dilakukan pemasangan infus.
• Menilai tingkat nyeri pasien dengan menggunakan FLACC
• Memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya
• Mendokumentasikan hasil pelaksanaan tindakan.
5. Evaluasi
• Menanyakan perasaan anak setelah dipasang infus.
• Memberikan reinforcement positif terhadap anak.
• Mengucapkan salam dan terima kasih.

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Pembahasan
A. Pelaksanaan :
Hari, Implementasi
Tanggal,
Jam
Rabu, 26 • Melakukan BHSP kepada pasien • Pasien mengatakan nyeri
Januari • Memberikan inform concent kepada orang tua pasien dan seperti digigit semut pada
2022, 15.30 pasien saat dilakukan pemasangan
WITA • Mengompres dengan ice pack daerah yang akan dilakukan infuse, rasanya perih
pemasangan infuse selama 5 menit sedikit, dibagian punggung
• Melakukan pemasangan infuse pada daerah yang sudah tangan, skala 2, timbul saat
diberikan kompres dingin ditusuk
• Melakukan observasi reaksi pasien terhadap pemasangan • Pasien mengatakan lebih
infuse yang sudah diberikan kompres dingin dengan skala nyaman bila dikompres dulu
FLACC sebelum pemasangan infuse
• Mendokumentasikan hasil yang dilakukan

Rabu, 26 •
Melakukan BHSP kepada pasien • Skor FLACC pada pasien
Januari •
Memberikan inform concent kepada orang tua pasien dan dengan skor 8
2022, 15.30 pasien • Wong baker dengan skor 8
WITA • Melakukan pemasangan infuse • Ekspresi wajah pasien
• Melakukan observasi reaksi pasien terhadap pemasangan sangat nyeri
infuse dengan skala FLACC • Pasien menangis saat
Poltekkes-Kaltim.ac.id
• Mendokumentasikan hasil yang dilakukan Unggul, Berdaya Saing,pemasangan
dilakukan Berwawasan Global
infus
Faktor Pendukung :
Evaluasi Kegiatan :
1. Pasien kooperatif
2. Pasien bisa Selama dilakukan kompres dingin
Faktor Penghambat :
mengekspresikan reaksi dengan ice pack sebelum pemasangan
terhadap kompres dingin infuse pasien tidak rewel atau
1. Terbatasnya jumlah
sebelum pemasangan menangis. Pada pasien yang dilakukan
pasien yang memenuhi
infuse kompres dingin dengan ice pack
kriteria inklusi.
3. Pasien mempunyai sebelum pengmasangan infuse pasien
pengalaman sebelumnya merasa lebih nyaman skala nyeri 2-3
terhadap pemasangan (nyeri ringan)
infuse

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Tidak menggunakan ice pack : Menggunakan ice pack :

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Kesimpulan dan Saran :

Saran :

1. Pentingnya Pihak Rumah Sakit untuk dapat


menerapkan kompres dingin sebelum pemasangan
infus dan pengambilan darah pada anak sekolah.
Kesimpulan : 2. Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dan
perawat sangat penting untuk menguasai tehnik
Kompres dingin merupakan terapi nonfarmakologi dalam melakukukan pemasangan infus yang baik
yang cocok diberikan sebelum dilakukan dan benar sesuai SPO.
pemasangan infus. Dingin akan menimbulkan mati 3. Institusi pendidikan perlu untuk mengenalkan
rasa sebelum rasa nyeri timbul. Kompres dingin metode kompres dingin dengan ice pack untuk
dapat menimbulkan efek anastesi lokal pada luka mengurangi nyeri akibat tindakan pemasangan
tusuk akibat pemasangan infus. infus.
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
melanjutkan penelitian ini dengan agar dapat
dijadikan standar dalam pemasangan infus dan
pengambilan darah pada anak .

Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global


Poltekkes-Kaltim.ac.id Unggul, Berdaya Saing, Berwawasan Global

Anda mungkin juga menyukai