Disusun oleh :
Berdasarkan data Perhimpunan Nasional Rumah Sakit Anak di Amerika, tahun 2014 sebanyak 6,5 juta anak/tahun yang
menjalani perawatan di rumah sakit dengan usia 5-14 tahun (Utami, 2014). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013)
persentase rawat inap di Indonesia sebesar 2,3 % dari seluruh penduduk Indonesia. Anak usia 5-14 tahun yang mengalami
rawat inap karena menderita penyakit ISPA sebesar 15,4%, penyakit TB paru sebesar 0,3%, Hepatitis sebesar 0,2%, Diare
sebesar 5,1%, Malaria sebesar 0,3%, Asma sebesar 3,9%, dan Kanker sebesar 0,1%.
American Heart Association (AHA) tahun 2012, menyatakan dampak yang ditimbulkan akibat prosedur tindakan invasive akan
menimbulkan nyeri sehingga anak akan mengalami kecemasan dan stres. Nyeri yang tidak ditangani dapat berdampak besar pada
kehidupan anak. Nyeri dapat mengganggu aktivitas anak sehingga anak kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain karena anak
terfokus pada nyeri yang dirasakan. Dampak nyeri yang lain berupa kesulitan tidur, penurunan minat anak untuk melakukan kegiatan,
dan meningkatnya kecemasan.
Ketidakmampuan untuk mengurangi nyeri dapat menimbulkan ketidakberdayaan dan keputusasaan (Wong, 2012). Upaya pengurangan
nyeri dapat dilakukan melalui terapi farmakologik yaitu dengan menggunakan obat-obatan dan terapi non farmakologik tanpa
menggunakan obat-obatan meliputi relaksasi, hipnotis, guided imagery, massage, terapi musik, kompres hangat dan kompres dingin
(Dochter, 2013). Kompres dingin merupakan terapi nonfarmakologi yang cocok diberikan sebelum dilakukan pemasangan infus.
Dingin akan menimbulkan mati rasa sebelum rasa nyeri timbul. Kompres dingin dapat menimbulkan efek anastesi lokal pada luka
tusuk akibat pemasangan infus (Potter & Perry, 2013).
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
Pengertian : Klasifikasi :
International Association for Study of Nyeri dapat dijelaskan berdasarkan durasi, lokasi, atau etiologi (Berman, Snyder,
Kozier, &Erb, 2009), sebagai berikut:
Pain (IASP), menyatakan bahwa nyeri 1. Berdasarkan lama/durasinya
adalah sensori subyektif dan • Nyeri akut
• Nyeri kronik
emosional yang tidak menyenangkan 2. Berdasarkan sumbernya :
yang didapat terkait dengan • Nyeri Kutaneus/ Superfisial
• Nyeri Somatik Dalam
kerusakan jaringan aktual maupun • Nyeri Viseral
potensial, atau menggambarkan 3. Berdasarkan Lokasi/Letak
• Nyeri Radiasi
kondisi terjadinya kerusakan (James • Nyeri Alih (Referred Pain)
& Ashwill, 2007). • Nyeri yang Tidak dapat Dilacak (Intractable Pain)
• Nyeri Neuropatik
• Nyeri Phantom
3. Berdasarkan Penyebab/ Etiologi:
• Nyeri Fisik
• Nyeri Psycogenic
• Fisiologi Nyeri
Kontraindikasi :
• Terdapat inflamasi (bengkak, nyeri, demam), flebitis, sklerosis vena, luka bakar dan infeksi di area yang hendak di pasang infus.
• Pemasangan infus di daaerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, terutama pada pasien-pasien yang mempunyai penyakit ginjal
karena lokasi ini dapat digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
• Obat-obatan yg berpotensi iritan pada pembuluh vena kecil yg aliran darahnya lambat (contohnya pembuluh vena di tungkai & kaki).
Keuntungan terapi intravena antara lain : Efek terapeutik segera dapat tercapai
karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat, absorbsi total
memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan,
kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat
dipertahankan maupun dimodifikasi, rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika
diberikan intramuskular atau subkutan dapat dihindari, sesuai untuk obat yang
tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau
ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis.
Kerugian terapi intravena adalah : tidak bisa dilakukan “drug recall” dan mengubah aksi obat
tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi, kontrol pemberian yang tidak baik bisa
menyebabkan “speed shock” dan komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu : kontaminasi mikroba
melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode tertentu, iritasi vascular, misalnya flebitis kimia, dan
inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.
Rabu, 26 •
Melakukan BHSP kepada pasien • Skor FLACC pada pasien
Januari •
Memberikan inform concent kepada orang tua pasien dan dengan skor 8
2022, 15.30 pasien • Wong baker dengan skor 8
WITA • Melakukan pemasangan infuse • Ekspresi wajah pasien
• Melakukan observasi reaksi pasien terhadap pemasangan sangat nyeri
infuse dengan skala FLACC • Pasien menangis saat
Poltekkes-Kaltim.ac.id
• Mendokumentasikan hasil yang dilakukan Unggul, Berdaya Saing,pemasangan
dilakukan Berwawasan Global
infus
Faktor Pendukung :
Evaluasi Kegiatan :
1. Pasien kooperatif
2. Pasien bisa Selama dilakukan kompres dingin
Faktor Penghambat :
mengekspresikan reaksi dengan ice pack sebelum pemasangan
terhadap kompres dingin infuse pasien tidak rewel atau
1. Terbatasnya jumlah
sebelum pemasangan menangis. Pada pasien yang dilakukan
pasien yang memenuhi
infuse kompres dingin dengan ice pack
kriteria inklusi.
3. Pasien mempunyai sebelum pengmasangan infuse pasien
pengalaman sebelumnya merasa lebih nyaman skala nyeri 2-3
terhadap pemasangan (nyeri ringan)
infuse
Saran :