Anda di halaman 1dari 6

Nama : Yudha Adi Saputra

Nim : P07220217037

Kelas : Profesi Ners Reguler

Pengertian :
DM adalah kondisi kronis yang terjadi bila ada
Diabetes Melitus peningkatan glukosa dalam darah karena tubuh tidak
dapat menghasilkan insulin atau menggunakan insulin
secara efektif. Insulin adalah hormone penting yang
diproduksi di pancreas kelenjar tubuh, yang merupakan
transports glukosa dari aliran darah ke dalam sel-sel
tubuh di mana glukosa diubah menjadi energy.
Klasifikasi :
Etiologi :
 DM Tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun
dimana system kekebalan tubuh menyerang  DM tipe 1 disebabkan oleh penghancuran autoimun
sel beta penghasil insulin di sel beta pancreas. Proses ini terjadi pada orang yang
pancreas.akibatnya, tubuh menghasilkan rentan secara genetic dan mungkin dipicu oleh faktor
insulin yang sangat sedikit dengan defisiensi atau faktor lingkungan. DM tipe 1 disebabkan oleh
insulin relatif atau absolut. Penyakit ini bisa interaksi genetika dan lingkungan, da nada beberapa
berkembang pada semua umur tapi DM tipe 1 faktor genetic dan lingkungan yang dapat
paling sering terjadi pada anak anak dan berkontribusi terhadap perkembangan penyakit.
remaja. Orang dengan DM tipe 1 memerlukan  Terdapat hubungan yang kuat antara DM tipe 2
suntik insulin setiap hari untuk dengan kelebihan berat badan (obesitas) dan dengan
mempertahankan tingkat glukosa. bertambahnya usia serta dengan etnis dan riwayat
 Pada DM tipe 2, hiperglikemia adalah hasil keluarga. Etiologi DM tipe 2 adalah kompleks dan
dari produksi insulin yang tidak adekuat dan melibatkan faktor genetic dan gaya hidup.
ketidakmampuan tubuh untuk mersepon  DM gestasional terjadi karena kelainan yang dipicu
insulin secara penuhnya, didefinisikan sebagai
resistensi insulin. Manifestasi Klinis :
 DM gestasional adalah jenis DM yang  DM tipe 1 : Haus yang tidak normal,mulut terasa
mempengaruhi ibu hamil biasanya selama kering, sering buang air kecil, kekurangan
trimester kedua dan ketiga kehamilan bisa tenaga/kelelahan, kelaparan yang konstan, penurunan
terjadi kapan saja selama kehamilan. Pada berat badan tiba-tiba, dan pengelihatan kabur.
beberapa wanita DM dapat didiagnosis pada  DM tipe 2 : Haus yang berlebihan, mulut terasa
trimester pertama kehamilan namun pada kering, sering buang air kecil dan berlimpah, kurang
kebanyakan kasus, DM kemungkinan ada energy, kelelahan ekstrim, kesemutan atau mati rasa
sebelum kehamilan, namun tidak terdiagnosis. ditangan dan kaki, infeksi jamur berulang dikulit,
lambatnya penyembuhan luka, dan pengelihatan
Pemeriksaan Penunjang : kabur
 Pemeriksaan Laboratorium  DM gestasional : Poliuria, Polidipsia, Polifagia,
pusing, mual dan muntah, obesitas, lemah badan,
Hasil pemeriksaan didapatkan adanya glukosa kesemutan, pandangan kabur,dll
urine/pemeriksaan dilakukan dengan cara
benedict (reduksi). Penatalaksanaan :

 Kadar glukosa darah  Edukasi pemberdayaan : Pasien DM memerlukan


partisipasi aktif dari dirinya sendiri, keluarga dan
Pemeriksaan darah meliputi : pemeriksaan gula masyarakat. Tenaga kesehatan bertugas untuk
darah sewaktu (GDS) nilai normal 100-126 memberikan informasi terkait pemantauan darah
mg/dl, gula darah puasa 70-<100 mg/dl. Dan gula mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara
darah 2 jam post pradial <180 mg/dl. mengatasi kepada pasien DM dan keluarga.
 Pemeriksaan fungsi tiroid  Terapi gizi medis : Prinsip pengaturan makan pada
pasien DM hamper sama dengan anjuran makan
Pemeriksaan aktifitas hormon tiroid untuk masyarakat umum yaitu makanan yang
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat
gizi masing-masing individu
 Latihan jasmani : Kegiatan jasmani sehari-hari dan
Komplikasi : latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu
1. Komplikasi Akut :
pilar dalam pengelolaan DM tipe 2
 Koma Hipoglikemia
 Intervensi farmakologis : Terapi farmakologi untuk
 Ketoasidosis pasien DM terdiri dari obat oral dan injeksi.
 Koma Hipersmolar non ketotik Berdasarkan cara kerjanya, OHO (obat hipoglikemik
2. Komplikasi Kronik : oral) dibagi menjadi 5 golongan : pemicu sekresi
 Makroangiopati insulin (Sulfonylurea dan glinid), peningkat
 Mikroangiopati sensitivitas terhadap insulin (metformin dan
 Neuropati diabetika tiazolidindion), penghambat gluconeogenesis
 Infeksi
 Kaki diabetik
Obesitas Pola makan Kurang berat Hereditas
salah badan

Jumlah reseptor insulin


menurun

Insulin yang
ada

Defisiensi insulin
(absolute dan relative)

Gangguan metabolisme karbohidrat,


protein, lemak

Ambilan glukosa Katabolism Protein Lipofisis


e meningkat meningkat

Hiperglikem Asam amino Kehilangan Asam lemak bebas


i nitrogen meningkat
Ketoagenes
Glikogenesis Gliserol
is
meningkat
Ketoanemia

Glukosa Glukosoria Ketoasidosis


Glukosa darah
sel
menurun Ketonur
Diaresis
Penebalan ia
Nutrisi osmotik
membrane Pernapasan
dasar vaskuler sel
Poliuria, Kusmaul &
menurun
polidipsi napas bau
Sel lapar aseton
Kehilangan Peningkata
cairan n suhu
Ganggua tubuh Pola nafas
Hipoten
n nutrisi si tidak
efektif
Shock

Oksigen ke otak
menurun
Kematia
n

Disfungsi
endotel
mikrovaskuler Disfungsi endotel
makrovaskuler
Mikro angiopati

Oklusi

Neropati Retinop Netropa


ti Mikroangiopa
perifer ati
ti
Katarak GFR PJK Peny pemb darah
Kondisi Penyakit
pemb darah otak
syaraf
kesemutan GGK kapiler MCI Stoke

Resiko cedera,
Gangguan Kerusakan integritas
Intleransi aktivitas, Ulkus
keseimbangan kulit
Pola eliminasi
cairan & elektolit
SDKI : Defisit Nutrisi (D.0019)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan cairan
SLKI : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3
SDKI : Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005) x 4 jam maka status nutrisi membaik dengan kriteria hasil :
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi  Berat badan
SLKI : Setelah dilakukan intervensi selama 3 x  Indeks massa tubuh (IMT)
4 jam maka pola napas membaik dengan kriteria
hasil : SIKI : Promosi Berat Badan (1.03136)

 Dispnea menurun Observasi :


 Penggunaan otot bantu napas menurun 2.1 Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
 Pemanjangan fase ekspirasi menurun
 Frekuensi napas 2.2 Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari
 Kedalaman napas
2.3 Monitor berat badan
(Kode SLKI : L.01004) Terapeutik :
SIKI : Manajemen jalan napas (1.01011)
Observasi : 2.4 Hidangkan makanan secara menarik
1.1 Monitor pola napas
1.2 Monitor bunyi napas 2.5 Berikan suplemen, jika perlu
Terapeutik : 2.6 Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk peningkatan
1.4 Posisikan semi-fowler atau fowler
yang dicapai
1.5 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi : Edukasi :
1.6 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi 2.7 Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
2.8 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan

SDKI : Hipertermia (D.0130)


Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan proteksi
SDKI : Intoleransi Aktivitas (D.0056)
SLKI : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
Kategori : Fisiologis
3 x 4 jam maka termoregulasi membaik dengan kriteria
Subkategori : Aktivitas/istirahat hasil :

SLKI : Setelah dilakukan intervensi keperawatan  Menggigil menurun


selama 3 x 4 jam maka toleransi aktivitas meningkat  Suhu tubuh
dengan kriteria hasil :  Suhu kulit
 Kadar glukosa darah
 Frekuensi nadi
 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari SIKI : Manajemen Hipertermia (1.15506)
 Keluhan lelah menurun
Observasi :
SIKI : Manajemen energy (1.05178)
4.1 Identifikasi penyebab hipertermia
Observasi :
4.2 Monitor suhu tubuh
3.1 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan Terapeutik :

3.2 Monitor kelelahan fisik dan emosional 4.3 Sediakan lingkungan yang dingin

Terapeutik : 4.4 Longgarkan atau lepaskan pakaian

3.3 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus 4.5 Berikan cairan oral

3.4 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan 4.6 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis
Edukasi :
4.7 Lakukan pendinginan eksternal
3.5 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Edukasi :
3.6 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang 4.8 Anjurkan tirah baring

3.7 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi Kolaborasi :


4.9 Kolaborasi pemberian cairan dan elektolit intravena,
jika perlu
SDKI : Gangguan Integritas Kulit/Jaringan SDKI : Risiko Cedera (D.0136)
(D.0129)
Kategori : Lingkungan
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan proteksi
Subkategori : Keamanan dan proteksi
SLKI : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
SLKI : Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3 x 4 jam maka tingkat cedera menurun dengan kriteria
selama 3 x 4 jam maka integritas kulit dan jaringan hasil :
meningkat dengan kriteria hasil :
 Kejadian cedera
 Kerusakan jaringan menurun  Luka/lecet
 Kerusakan lapisan kulit menurun  Toleransi aktivitas meningkat

SIKI : Perawatan Luka (1.14564) SIKI : Manajemen keselamatan lingkungan (1.14513)

Observasi : Observasi :

5.1 Monitor karakteristik luka (mis. Drainase, warna, 6.1 Identifikasi kebutuhan keselamatan
ukuran, bau)
Terapeutik :
5.2 Monitor tanda-tanda infeksi
6.2 Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
Terapeutik :
6.3 Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya
5.3 Lepaskan balutan dan plaster secara perlahan dan risiko

5.4 Bersihkan dengan cairan Nacl atau pembersih 6.4 Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
nontoksik, sesuai kebutuhan
6.5 Gunakan perangkat pelindung
5.5 Bersihkan jaringan nekrotik
6.6 Lakukan program skrining bahaya lingkungan
5.6 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
Edukasi :
5.7 Pasang balutan sesuai jenis luka
6.7 Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko
5.8 Pertahankan teknik steril saat melakukan tinggi bahaya lingkungan
perawatan luka
Edukasi :
SDKI : Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (D.0027)
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Nutrisi dan cairan

SLKI : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 4 jam, maka


kestabilan kadar glukosa darah meningkat dengan kriteria hasil :

 Koordinasi
 Keluhan lapar menurun
 Lelah/lesu menurun
 Kadar glukosa dalam darah membaik
 Kadar glukosa dalam urine membaik
 Jumlah urine membaik
SIKI : Manajemen Hiperglikemia (1.03115)
Observasi :
 Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
 Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
 Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
 Monitor intake dan output
Terapeutik :
 konsultasikan dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap
ada atau memburuk
Edukasi :
 Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
 Ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu

SUMBER :
International Diabetes Federation (2017) IDF Diabetes
Atlas Eighth Edition 2017, International Diabetes
Federation doi : 10.1016/j.diabres.200910.007.
Dwijayanti, Y. R. (2016) Efektivitas Program Edukasi
Pemberdayaan Diabetes untuk Meningkatkan Health
belief pada Pasien Diabetes Tipe 2. Universitas
Airlangga

Anda mungkin juga menyukai