DI RUANG KEMUNING
Disusun Oleh:
Nurisma Aprilia
2110015
2B/D3 Keperawatan
JAKARTA
2023
1. Pengertian
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit
vaskular mikroangiopati.
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau
berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent
diabetes mellitus.
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,
namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin
secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi
insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta
penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa
hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans
secara autoimun seperti diabetes melitus tipe 2.
2. Etiologi
Umumnya penyebab DM tipe 2 terbagi atas faktor genetik yang berkaitan
dengan defisiensi dan resistensi insulin serta faktor lingkungan seperti obesitas,
gaya hidup tidak sehat dan stres yang sangat berpengaruh pada perkembangan DM
tipe 2.
Etiologi lain dari diabetes yaitu sekresi atau kerja insulin, abnormalitas
metabolik yang menganggu sekresi insulin, abnormalitas mitokondria, dan
sekelompok kondisi lain yang menganggu toleransi glukosa. Diabetes mellitus
dapat muncul akibat penyakit eksokrin pankreas ketika terjadi kerusakan pada
mayoritas islet dari pankreas. Hormon yang bekerja sebagai antagonis insulin juga
dapat menyebabkan diabetes
3. Komplikasi
1. Komplikasi akut
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai normal
(<50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadipada penderita DM tipe 1
yang dapat dialami 1-2 kali per minggu. Kadar glukosa darah yang terlalu
rendah menyebabkan sel-selotak tidak mendapat pasokan energi sehingga
tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah apabila kadar glukosa darah meningkat secara tiba-
tiba yang dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang
berbahaya, yakni ketoasidosis diabetik, hiperosmoler hiperglikemik
2. Komplikasi kronik
a. Kerusakan saraf (Neuropati)
b. Kerusakan ginjal (Nefropati)
c. Kerusakan mata (Retinopati)
d. Gangguan saluran cerna
e. Infeksi
4. Manifestasi klinik
1. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
2. Polidipsi (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel
mengikuti dehidrasi ekstrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan
gradient konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi
intrasel merangsang pengeluaran ADH (Antidiuretik Hormone) dan
menimbulkan haus.
3. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian sel
untuk menggunakan glukosa sebagai energy.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan gula darah sewaktu/acak (GDS)
Pemeriksaan darah meliputi GDS > 200 mg/dl
b. Gula darah puasa (GDP)
Gula darah puasa > 126 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
c. Toleransi glukosa dengan pemeriksaan oral glucose tolerance test (OGTT)
d. Hemoglobin terglikasi (HbA1c)
e. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urin.
f. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic yang sesuai
dengan jenis kuman.
6. Penatalaksanaan
a. Edukasi
Edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi dibutuhkan
untuk memberikan pengetahuan mengenai kondisi pasien dan untuk
mencapai perubahan perilaku. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa
darah mandiri, tanda, dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus
diberikan kepada pasien.
b. Terapi nutrisi medis
Terapi nutrisi medis merupakan bagian dari penatalaksanaandiabetes secara
total. Prinsip pengaturan makanan penyandang diabetes hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada
pasien diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal
jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada pasien yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Diet pasien DM yang
utama adalah pembatasan karbohidrat kompleks dan lemak serta peningkatan
asupan serat.
c. Latihan jasmani
Latihan jasmani berupa aktivitas fisik sehari-hari dan olahraga secara teratur 3-
4 kali seminggu selama 30 menit. Latihan jasmani selain untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
insulin. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan yang bersifat aerobik
seperti jalan kaki, bersepeda santai, joging, dan berenang. Latihan jasmani
disesuaikandengan usia dan status kesehatan.
d. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makanan dan
latihan jasmani. Terapi berupa suntikan insulin dan obat hipoglikemik oral,
diantaranya adalah metformin dan gibenklamid.
Metformin adalah obat golongan biguanid yang berfungsi meningkatkan
kerja metformin adalah 8 jam sehingga pemberiannya 3 kali sehari atau per 8
utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan merupakan
pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal ataupun kurang.
7. Patofisiologi/Pathway
insulin, produksi glukosa hepar yang berlebihan dan metabolisme lemak yang tidak
normal.
Pada tahap awal, toleransi glukosa akan terlihat normal, walaupun sebenarnya
telah terjadi resistensi insulin. Hal ini terjadi karena kompensasi oleh sel beta pankreas
hiperinsulinemia yang terus menerus terjadi akan mengakibatkan sel beta pankreas
kebutuhan insulin, kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM tipe 2. Keadaaan
yang menyerupai DM tipe 1 akan terjadi akibat penurunan sel beta yang berlangsung
secara progresif yang sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mensekresikan
1.Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk RS dan diagnosa medis.
2.Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada ekstremitas bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri pada
luka.
3.Riwayat kesehatan sekarang
Isinya mengenai kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh klien untuk mengatasinya.
4.Riwayat kesehatan dahulu
5. Telinga
Pengkajian daerah telinga dan fungsi sistem pendengaran, keadaan umum
telinga, gangguan saat mendengar, penggunaan alat bantu dengar, adanya
kelainan bentuk dan kelainan lain
6. Mulut dan Gigi
Pengkajian mulut dan fungsi organ pencernaan bagian atas, keadaan
umum mulut dan gigi, gangguan menelan, adanya peradangan pada mulut
(mukosa mulut, gusi, faring), adanya kelainan bentuk atau kelainan lain
7. Dada
Pengkajian dada dari hasil inspeksi (perkembangan/akspansi dada,
kesimetrisan dada), palpasi (kesimetrisan dada, taktil fremitus), perkusi
(paru : resonan, adanya penumpukan secret/cairan/darah), auskultasi
(pernafasan : suara nafas, jantung : bunyi jantung).
8. Sistem Kardiovaskuler
a. Sirkulasi nadi perifer (Nadi x/menit, denyut lemah.kuat, tekanan
darah mm/Hg, distensi vena jugukaris ya/tidak, temperatur kulit
hangat/dingin, warna kulit pucat/cyanosis/kemerahan, pengisian
kapiler detik, edema ya/tidak)
b. Sirkulasi jantung (kecepatan denyut apical x/menit, irama
teratur/tidak teratur, kelainan bunyi jantung murmur/gallop, sakit
dada ya/tidak)
9. Abdomen
Inspeksi : keadaan umum abdomen, pergeraka nafas, adanya
benjolan, warna kulit
Auskultasi : peristaltik usus per menit
Palpasi : adanya massa pada abdomen, turgorkulit, adanya asites
Perkusi : bunyi timpani, hipertimpani untuk perut kembung, pekak
untung jaringan padat
10. Integumen
Sistem integument/kulit, keadaan umum kulit, kebersihan, integritas
kulit, tekstur, kelembaban, adanya ulkus/luka, turgor kulit, warna kulit
dan bentuk kelainan dari kulit
11. Genetalia dan Reproduksi
Pengkajian tentang keadaan umum alat genetalia dan fungsi sistem
reproduksi, kelianan pada bentuk anatomi dan fungsi genetalia. Keluhan
dan gangguan pada sistem reproduksi
12. Ekstremitas Atas dan Bawah
Pengkajian ekstremitas atas dan bawah, rentang gerak, kekuatan otot,
kemampuan melakukan mobilisasi, keterbatasan gerak, adanya
trauma/kelianan pada kaki/tangan, insrsi infuse, keluhan/gangguan lain
2. Analisa data
Data yang sudah terkumpul kemudian dikelompokkan dan dilakukan analisa
dan sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan data subjektif dan
data objektif dan berpedoman pada teori Abraham Maslow yang terdiri dari
kebutuhan dasar atau fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta dan
kasih sayang, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri
9. Diagnosa
a. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis
b. Risiko infeksi b.d Penyakit kronis
c. Defisit pengetahuan b.d kurangnya terpapar informasi
d. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citratubuh.
10. Intervensi
1) P : - Obs. Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri, respon non verbal, faktor yang mempengaruhi
nyeri
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
I : Manajemen Nyeri
2) P : - Monitor tanda dan gejala infeksi lokasi dan sistamik
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan cairan
I : Pencegahan Infeksi
3) P : - Periksa kesiapan dan kemampuan mencerna informasi
- Anjurkan cara merawat kulit area luka
- Anjurkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan kecukupan mobilisasi sesuai kebutuhan
I : Edukasi Pencegahan Infeksi
4) P : - Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh
- Monitor frekuensi pernyataan krtitik terhadap diri sendiri
- Diskusikan presepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
11. Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik
yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang
didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk
atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan
yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan
lain.
12. Evaluasi
1) S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan pasien
2) O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat.
3) A (assesment) : Kesimpulan dari data subjektif dan data objektif (biasanya ditulis
dalam bentuk masalah keperawatan)
4) P (perencanaan) : Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan
memperbaiki keadaan kesehatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
ANNET, N., & Naranjo, J. (2014). Title. Applied Microbiology and Biotechnology, 85(1),
2071–2079.
Bhatt, H., Saklani, S., & Upadhayay, K. (2016). Anti-oxidant and anti-diabetic activities of
ethanolic extract of Primula Denticulata Flowers. Indonesian Journal of Pharmacy,
27(2), 74–79. https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74
Lestari, Zulkarnain, & Sijid, S. A. (2021). Diabetes Melitus: Review Etiologi, Patofisiologi,
Gejala, Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan Cara Pencegahan. UIN
Alauddin Makassar, November, 237–241. http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb
Попов, Д. В., Некрылов, Н. А., & Плечов, П. Ю. (2016). Д.В. Попов 1 , Н.А. Некрылов 2 ,
П.Ю. Плечов 3 Петрология Верхнеальбских Туффитов В Районе Бахчисарая 4
(Юго-Западный Крым). 552(Dm), 82–91.