HIPERGLIKEMIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Kritis
Dosen Pembimbing : Ns. Ainnur Rahmanti, M.Kep.
Disusun Oleh :
201014401119053
D-III KEPERAWATAN
STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO
SEMARANG
2021
Laporan Pendahuluan Hiperglikemia
A. Definisi
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar glikosa darah di atas normal,
biasanya lebih dari 200 mg/dl. Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik
berupa peningkatan kadar glukosa dalam darah melebihi batas normal.
Hiperglikemia yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Kondisi hiperglikemia kronis dapat berhubungan dengan
disfungsi beberapa organ, bahkan berlanjut menjadi kegagalan banyak organ,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (Diana & Priyanti.
2020).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis, mikrovaskular,makrovaskular, dan neuropati (Amin
Huda,2015).
Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit metabolik yang
ditandai dengan adanya hiperglikemia. Keadaan tersebut disebabkan karena
adanya kelainan sekresi insulin, penurunan kerja insulin atau karena
keduanya. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang kompleks,
sehingga dampak yang ditimbulkan adalah kerusakan jangka panjang seperti
gangguan berbagai organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh
darah.
B. Klasifikasi
American Diabetes Association/World Health Organization
mengklasifikasikan 4 macam penyakit diabetes mellitus berdasarkan
penyebabnya, yaitu :
a) Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 disebut juga dengan juvenile diabetes (diabetes
usia muda) namun ternyata disebut juga dapat terjadi pada orang dewasa,
maka istilahnya lebih sering digunakan diabetes mellitus tipe 1 atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) yaitu suatu tipe diabetes mellitus
dimana penderitanya akan bergantung pada pemberian insulin dari luar.
Faktor penyebab diabetes mellitus tipe 1 adalah infeksi virus atau auto
imun (rusaknya sistem kekebalan tubuh) yang merusak sel-sel pengasil
insulin, yaitu β pada pankreas secara menyeluruh. Oleh karena itu, pada tipe
ini pankreas sama sekali tidak dapat menghasilkan insulin untuk tetap
bertahan hidup.
b) Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 adalah gangguan sekresi insulin ataupun
gangguan kerja insulin (resistensi insulin) pada organ target terutama hati dan
otot. Awalnya resistensi insulin masih belum menyebabkan diabetes secara
klinis. Pada saat tersebut sel β pankreas masih dapat mengkompensasi
keadaan ini dan terjadi suatu hiperinsulinemia dan glukosa darah masih
normal atau sedikit meningkat.
90% dari kasus adalah diabetes mellitus tipe 2 dengan karakteristik
gangguan sensivitas insulin dan atau gangguan sekresi insulin . diabetes
mellitus tipe 2 secara klinis muncul ketika tubuh tidak mampu lagi
memproduksi cukup insulin untuk mengkompensasi peningkatan insulin
resisten.
Penderita diabetes mellitus tipe 2 mempunyai risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah 2 – 4 kali lebih tinggi dibandingkan orang tanpa diabetes,
mempunyai risiko hipertensi dan disiplidemia yang lebih tinggi dibandingkan
orang normal. Kelainan pembuluh darah sudah dapat terjadi sebelum
diabetesnya terdiagnosis, karena adanya resistensi insulin pada saat
prediabetes.
Dua patofisiologi utama yang mendasari terjadinya kasus diabetes
mellitus tipe 2 secara genetik adalah insulin dan defek fungsi sel beta
pankreas. Resistensi insulin merupakan kondisi umum bagi orang-orang
dengan berat badan overweight atau obesitas. Insulin tidak dapat bekerja
secara optimal di sel otot, lemak dan hati sehingga memaksa pankreas
mengkompensasi untuk memproduksi insulin lebih banyak. Ketika produksi
insulin oleh sel beta pankreas tidak adekuat guna mengkompensasi
peningkatan resistensi insulin, maka kadar glukosa darah akan meningkat,
pada saatnya akan terjadi hiperglikemia kronik. Hiperglikemia kronik pada
diabetes mellitus tipe 2 semakin merusak sel beta di satu sisi dan
memperburuk resistensi insulin di sisi lain, sehingga penyakit diabetes
mellitus tipe 2 semakin progresif (Decroli, 2019).
c) Diabetes Mellitus Gestasional (DM pada kehamilan)
Wanita hamil yang belum pernah mengidpa diabetes mellitus, tetapi
memiliki angka gula darah cukup tinggi selama kehamilan dapat dikatakan
telah menderita diabetes gestasional.
Diabetes tipe ini merupakan gangguan toleransi glukosa berbagai derajat
yang ditemukan pertama kali pada saat hamil. Biasanya diabetes mellitus
gestasional mulai muncul pada minggu ke-24 kehamilan (6 bulan) dan akan
secara umum akan menghilang sesudah melahirkan. Namun hampir setengah
angka kejadiannya diabetes akan muncul kembali di masa yang akan datang
(Kurniadi & Nurrahmani, 2014).
d) Diabetes Mellitus Lainnya
Penyakit diabetes mellitus tipe lainnya dapat berupa diabetes yang spesifik
yang disebabkan oleh berbagai kondisi seperti kelainan genetik yang spesifik
(kerusakan sel beta pankreas dan kerja insulin), penyakit pada pankreas,
gangguan endokrin lain, infeksi, obat-obatan dan beberapa bentuk lain yang
jarang terjadi.
C. Etiologi
1. DM tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel
beta pankreas yang disebabkan oleh :
- Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearag terjadinya
diabetes tipe 1
- Faktor imunologi (auto imun)
- Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan ekstrusi sel beta
2. DM tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2 :
usia,obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi
3 tipe yaitu :
1) <140 mg/dl = normal
2) 140-<200 mg/dl = toleransi glukosa terganggu
3) >200 mg/dl = diabetes
D. Patofisiologi
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada
reseptor khusus dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja
glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan
glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk
mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah
yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbanginya, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM
tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat
untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetis tipe
HIPERGLIKEMIA
Poliuria Koma
Ketoasidosis
Sel kelaparan
Kolaborasi
– Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
2 Risiko Setelah Pencegahan syok (I.02068).
perfusi dilakukan Observasi :
perifer tidak tindakan – Monitor status
efektif keperawatan kardiopulmonal.
(D.0015) diharapkan – Monitor status oksigenasi.
perfusi perifer – Monitor status cairan.
(L.02011) – Monitor tingkat kesadaran
meningkat dan respon pupil.
dengan Kriteria – Periksa riwayat alergi.
Hasil : Terapeutik
1. Denyut nadi – Berikan oksigen untuk
perifer mempertahankan saturasi
meningkat oksigen lebih dari 94%
2. Pengisian – Persiapkan intubasi dan
kapiler ventilasi mekanis, jika
membaik perlu
3. Turgor kulit – Pasang jalur IV, jika perlu
membaik – Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine,
jika perlu
– Lakukan skin test untuk
mencegah reaksi alergi
Edukasi
– Jelaskan faktoor risiko
syok
– Jelaskan tanda dan gejala
awal syok
– Anjurkan melapor jika
menemukan tanda dan
gejala awal syok
– Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
– Anjurkan menghindari
alergen
Kolaborasi
– Kolaborasi pemberian IV,
jika perlu.
– Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika perlu.
– Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu.
3 Ansietas Setelah Reduksi ansietas (I.09314).
(D.0080) dilakukan Observasi
tindakan – Identivikasi saat tingkat
keperawatan ansietas berubah.
tingkat ansietas – Monitor tanda tanda
(L.01006) ansietas verbal non verbal.
menurun dengan Teraputik
Kriteria Hasil : – Temani klien untuk
1. Verbalisasi mengurangi kecemasan
kebingungan jika perlu.
menurun. – Dengarkan dengan penuh
2. Verbalisasi perhatian
khawatir – Gunakan pendekatan yang
akibat tenang dan meyakinkan
menurun. Edukasi
3. Perilaku – Jelaskan prosedur,
gelisah termasuk sensasi yang
menurun mungkin dialami.
4. Perilaku – Anjurkan keluarga untuk
tegang tetap bersama klien, jika
menurun. perlu
– Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi.
– Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi
– Kolaborasi pemberian
obat antiansietas jika
perlu.
Diana & Priyanti. 2020. Gizi dan Diet. Pasuruan. Qiara Media.