Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN KASUS

“HIPERGLIKEMIA”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas PK2T ( KMB )
Dosen Pembimbing : Wiwid Yuliastuti, S.Kep, Ners, M.Kep

Di susun Oleh :
Fristia Intan Permata Sari
( A1R19016 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUTAMA ABDI HUSADA
TULUNGAGUNG
2021/2022
1. Definisi
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan kadar glukosa darah yang
ditandai dengan hasil pemeriksaan kadar gula darah ≥200 mg/dL dan gula darah puasa
≥126 mg/dL (PERKENI, 2011). Menurut World Health Organization (WHO)
hiperglikemia adalah kadar glukosa darah >126 mg/dl, dimana kadar glukosa darah
antara 100-126 mg/dl dianggap suatu keadaan toleransi abnormal glukosa (Kemenkes
RI, 2014). Selain itu, hiperglikemi merupakan keadaan di mana glukosa darah
seseorang sedang dalam tingkat yang tinggi, dikarenakan insulin yang dihasilkan
tidak cukup atau tidak dapat berfungsi secara efektif, glukosa yang ada dalam darah
tidak dapat digunakan menjadi energi karena tidak dapat memasuki sel tubuh dan
tetap menumpuk dalam darah sehingga kadar glukosa darah menjadi tinggi. Pada
keadaan kronik umumnya terjadi pada penyakit diabetes mellitus menyebabkan angka
kematian dan kecacatan yang tinggi akibat komplikasi yang ditimbulkannya. (Yuliadi,
2014; Children’s Diabetes Services, 2010)

2. Etiologi
Penyebab dari hiperglikemia tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya
diketahui kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang
memegang peranan penting yang lain akibat pengangkatan pankreas, pengrusakan
secara kimiawi sel beta pulau langerhans. Faktor predisposisi herediter, obesitas,
faktor imunologi pada penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya
suatu respon auto imun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggap sebagai jaringan asing. Penyebab hiperglikemia umumnya mencakup
penggunaan terlalu sedikit insulin, tidak menggunakan insulin sama sekali, kegagalan
untuk memenuhi kebutuhan insulin yang meningkat akibat operasi, trauma,
kehamilan, stress, pubertas, atau infeksi, kurang aktivitas fisik, dan membentuk
resisten insulin sebagai akibat adanya antibodi insulin (Smeltzer & Bare, 2013,
Rumahorbo, 1999).
Selain itu, terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi hiperglikemia,
antara lain karakteristik individu, obesitas, asupan makanan, konsumsi sumber
karbohidrat, dan konsumsi sayuran. Faktor karakteristik responden dibagi menjadi
faktor urbanisasi yang dilihat dari lokasi penelitian, usia, jenis kelamin, sosial
ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan, jumlah penghasilan, dan jumlah
pengeluaran, kebiasaan merokok dan kebiasaan melakukan aktivitas fisik serta olah
raga. Faktor obesitas dibagi menjadi obesitas berdasarkan IMT dan obesitas
berdasarkan lingkar pinggang. Faktor asupan makanan dibagi menjadi asupan energi,
asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan serat, indeks glikemik dan beban glikemik.
Faktor konsumsi sayuran dibagi menjadi konsumsi sayuran hijau dan sayuran
berwarna (Ardiningsih, 2013)

3. Patofisiologi
Pada mulanya sel beta pankreas gagal atau terhambat oleh beberapa keadaan
stress yang menyebabkan sekresi insulin menjadi tidak adekuat (defisiensi insulin).
Terdapat 3 efek utama kekurangan insulin sebagai berikut pengurangan penggunaan
glukosa oleh sel – sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi darah setinggi
300-1200 mg/hari/100ml, peningkatan mobilisasi lemak dari daerah – daerah
penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolism lemak maupun pengendapan
lipid pada dinding vaskuler yang menyebabkan aterosklerosis, dan pengurangan
protein dalam jaringan tubuh (Priyanto, 2012). Pada keadaan stres tersebut terjadi
peningkatan hormon glukagon sehingga pembentukan glukosa akan meningkat dan
menghambat pemakaian glukosa perifer, yang akhirnya menimbulkan hiperglikemia.
Karena tingginya glukosa dalam darah melebihi ambang batas renal, hal ini
menyebabkan glucosuria. Selanjutnya terjadi diuresis osmotik yang menyebabkan
cairan dan elektrolit tubuh berkurang. Perfusi ginjal menurun dan sebagai akibat
sekresi hormon lebih meningkat lagi. Manifestasi klinis yang muncul yaitu polyuria
dan dehidrasi (Corwin, 2009).

4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahun – tahun mendahului
timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien dengan kelainan toleransi
glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa) dapat tetap
beresiko mengalami komplikasi metabolic diabetes (Agustien, 2013). Gejala awal
umum yang sering muncul pada penderita hiperglikemi (akibat tingginya kadar
glukosa darah) seperti polifagia, polidipsi, polyuria, kelainan kulit, gatal-gatal, kulit
kering, rasa kesemutan, kram otot, visus menurun, penurunan berat badan, dan
kelemahan tubuh. (Smeltzer & Bare, 2013)
Liposis meningkat

5. Pathway Asam lemak bebas meningkat

Herediter, sel B pancreas


rusak/terganggu, obesitas Ketonemia

Produksi insulin terganggu Menumpuk dalam darah

Glukagon meningkat ketoasidosis

Asidosis metabolik
HIPERGLIKEMIA

Sel Kelaparan Intoleransi Aktifitas


Glukosuria

Ketidakstabilan kadar glukosa


Diuretik darah
Hilangnya
Selera Osmotik
protein
makan
meningkat Poliuria
Resiko infeksi
Polifagia Dehidrasi ekstra sel Polidipsi Gangguan
Eliminasi Urin

Defisiensi Resiko Syok


insulin

Ketidakmampu
an
mengabsorbsi
nutrisi

Ketidakseimb
angan nutrisi
tubuh
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah; meningkat 200-100 mg/dl, atau lebih
2. Aseton plasma; positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas; kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4. Osmolitas serum; Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
5. Elektrolit
• Natrium; mungkin normal, meningkat atau menurun.
• Kalium; normal atau peningkatan semu (perpindahan selular), selanjutnya akan
menurun.
• Fosfor; lebih sering menurun.
• Hemoglobin glikosilat; kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM)
dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak
adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
• Glukosa darah arteri; Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
• Trombosit darah; Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositiosis hemokonsentrasi,
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
• Ureum kreatinin; mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi
ginjal
• Amilase darah; mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankretitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
• Insulin darah; Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe 1) atau normal
sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufiensi insulin/gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder
terhadap pembentukan antibodi (autoantibodi).
• Pemeriksaan fungsi tiroid; peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
• Urine; Gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
• Kultur dan sensifivitas; Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
7. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktifitas
insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropati. Ada 4 komponen penatalaksanaan hiperglikemia (Doenges,
1999 dan Priyanto, 2012):
a. Diet
1) Komposisi makanan
Tahap pertama dalam perencanaan makan adalah mendapatkan riwayat diet
untuk mengidentifikasi kebiasan makan pasien dan gaya hidupnya. Tujuan yang
paling penting dalam penatalaksanaan diet bagi penderita hiperglikemia adalah
pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau mempertahankan berat badan
yang sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah. Persentase kalori yang berasal dari
karbohidrat, protein dan lemak. Distribusi kalori dari karbohidrat saat ini lebih
dianjurkan dari pada protein dan lemak.
a) Karbohidrat
Karbohidat yang diperlukan pada penderita hiperglikemia per porsi makanan
antara 60% sampai dengan 70%
b) Protein
Protein yang diperlukan pada penderita hiperglikemia per porsi makanan
antara 10% sampai dengan 15%
c) Lemak
Lemak yang diperlukan pada penderita hiperglikemia per porsi makanan
antara 20% sampai dengan 25%
d) Jumlah kalori perhari
Kalori yang diperlukan pada penderita hiperglikemia per hari antara 1100
sampai dengan 2300 Kkal. Sedangkan kebutuhan kalori basal menurut jenis kelamin
antara lain laki-laki sebesar 30 Kkal/kg BB dan perempuan 25 Kkal/kg BB.
2) Penilaian status gizi
Penilaian status gizi penderita hiperglikemia dapat dilakukan dengan rumus
BBR. BBR = TB-100 X 100%
3) Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang bekerja Kalori
yang diperlukan penderita DM dalam sehari menurut status gizinya antara lain
a) Kurus (BB X 40 s/d 60 Kal/hari)
b) Normal atau ideal (BB X 30 Kal/hari)
c) Gemuk (BB X 20 Kal/hari)
d) Obesitas (BB X 10 s/d 15 Kal/hari)
b. Latihan Jasmani.
Latihan jasmani merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan
hiperglikemia. Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit). Latihan jasmani yang dimaksud adalah
berjalan, bersepeda santai, jogging, senam dan berenang. Batasi jangan terlalu lama
melakukan kegiatan yang kurang memerluka pergerakan, seperti menonton televisi
(PERKENI, 2015)
c. Edukasi
Penyuluhan perawatan diri pada penderita sangat diperlukan untuk mencegah
atau setidaknya menghambat munculnya penyulit kronik maupun penyulit akut yang
ditakuti penderita, khusunya dilakukan pada kelompok resiko tinggi, seperti pasien
dengan umur diatas 45 tahun, kegemukan lebih dari 120% BB idaman atau IMT > 27
kg/m, memiliki riwayat hipertensi > 140/90 mmHg, keluarga memiliki riwayat DM,
pasien dengan pemeriksaan penunjang menunjukan dislipidemia, HDL 250 mg/dl,
Para TGT atau GPPT (TGT > 140 mg/dl s/d 2200 mg/dl), glukosa plasma puasa
derange/GPPT > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl). Penyuluhan dilakukan oleh tenaga
kesehatan melalui beberapa cara yaitu ceramah, seminar, diskusi kelompok dan
sebagainya. Hal ini bertujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku.
d. Obat berkaitan hiperglikemia
1) Obat hiperglikemia oral
Obat yang biasa diberikan pada pasien hiperglikemia yang diberikan via oral
antara lain Sulfoniluria: glibenglamida, glikosit, gliguidon, glimiperide, glipizide,
Biguanit (Metformin), Inhibitor glucosidase, dan Tiosolidinedlones
2) Insulin
Berdasarkan cara kerjanya, insulin dibagi tiga yaitu insulin yang kerja cepat
(20 menit) contohnya insulin reguler, insulin kerja sedang contohnya insulin suspense,
dan insulin kerja lama seperti insulin suspense seng.

8. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar gula darah b/d disfungsi pankreas d/d kadar glukosa dalam
darah mengalami peningkatan, lemas, lemah
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan d/d mengeluh lelah, lemah
3. Gangguan eliminasi urin b/d penurunan kapasitas kandung kemih d/d sering
buang air kecil

9. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar gula darah b/d disfungsi pankreas d/d kadar glukosa dalam
darah mengalami peningkatan, lemas, lemah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan kestabilan
kadar glukosa darah meningkat ( L.03022 )
Kriteria Hasil :
- Kesadaran meningkat
- Pusing menurun
- Lelah/lesu menurun
- Keluhan lapar menurun
- Rasa haus menurun
- Kadar glukosa dalam darah membaik
- Kadar glukosa dalam urine membaik

Intervensi
Manajemen Hiperglikemia ( I.03115 )
Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
- Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
- Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
- Konsultasi dengan medim jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
- Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
- Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
- Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu

2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan d/d mengeluh lelah, lemah


Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan toleransi
aktifitas meningkat ( L.05047 )
Kriteria Hasil :
- Frekuensi nadi meningkat
- Saturasi oksigen meningkat
- Keluhan lelah menurun
- Perasaan lemah menurun
- Tekanan darah membaik
- Frekuensi napas membaik

Intervensi
Manajemen energi ( I.05178 )
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelemahan
- Monitor kelemahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
- Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda gejala kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

3. Gangguan eliminasi urin b/d penurunan kapasitas kandung kemih d/d sering
buang air kecil
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam eliminasi urine
membaik ( L.04034 )
Kriteria Hasil :
- Desakan berkemih menurun
- Distensi kandung kemih menurun
- Volume residu urine menurun
- Frekuensi BAK membaik
- Karateristik urine membaik

Intervensi
Manajemen eliminasi urine ( I.04152 )
Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontensia urine
- Identifikasi factor yang menyebabkan retensi atau inkontensia urine
- Monitor eliminasi urine
Terapeutik
- Catat waktu waktu dan haluaran berkemih
- Batasi asupan cairan, jika perlu
Edukasi
- Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
- Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
- Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=definisi+hiperglikemia
https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=pathway+hiperglikemia
https://www.scribd.com/document/533730500/LAPORAN-PENDAHULUAN-
HIPERGLIKEMI
https://www.alodokter.com/hiperglikemia
Arjatmo, T. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu Cetakan.2. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung, Yasmin Asih., Juli, Kuncara, I.made karyasa. Jakarta: EGC.
SDKI. Edisi 1. Cetakan III
SLKI. Edisi 1. Cetakan II
SIKI. Edisi 1. Cetakan II

Anda mungkin juga menyukai